Nama: Hazmi Adly Harun Bin Harun Nim: C 111 11 828 Pemeriksaan Nervus Kranialis Saraf otak: i. i i. i ii . iv. v. v i. v ii . viii viii.. ix. x. x i. x ii .
Nervus olfaktorius Nervus optikus Nervus okulomotorius Nervus trokhlearis Nervus trigeminus Nervus abdusen Nervus fa fasialis Nerv Nervus us vest vestib ibul uloo-k kokhl okhlea eari ris s Nervus gl glosofaringeus Nervus vagus Nervus ak aksesorius Nervus h hiipoglosus
NERVUS CR. 1 – OLFAKOR!US • •
Serabut saraf sensorik menghidu yang terdapat dalam mukosa hidung Cara pemeriksaan: Pastikan Pastikan tiada sumbatan atau hambatan dihidung seperti hingus o atau polyp o Gunakan at-at yang dipakai setiap hari seperti kopi dan teh. !angan pakai at yang merangsang mukosa hidung kerna sudah sudah melibatkan nervus " #trigeminus$ Pemeriksa harus menutup lubang hidung yang tidak diperiksa% kemudian ambil at perangsang dan letakkan sekitar &' (m di ba)ah hidung. *anyakan *anyakan pada pasien adakah dia bisa menghidu bau tersebut dan mengidenti+kasi baunya apa. Kemudian lan,utkan pemeriksaan dengan membandingkan lubang hidung kiri dan kanan.
•
nterpretasi: o Gangguan menghidu berarti ada kelainan di sekitar nervus i #olfaktorius$. esi bisa ter,adi di bulbus atau di traktus olfaktorius. /ntara (ontoh kelainan: o *umor *umor #ex. meningioma$% tumor tumor di dasar lobus frontal menekan traktus olfaktorius. *umor *umor di alur olfaktorius atau dipinggir tulang sphenoid. sphenoid. nfeksi #ex. meningitis basal$ *rauma *rauma kapitis dapat menyebabkan terputusnya serabut olfaktorius.
NERVUS CR. !! – O"!KUS • •
• •
•
•
Serabut saraf khusus untuk melihat. !alur penghantaran impuls di nervus optikus:
Serabut bagian medial retina menyimpang ke sisi lainnya di kiasma optik. 0ari kiasma opti( serabut lan,ut membentuk traktus optikus ke korpus genikulatum dan berakhir di lobus oksipital. *u,uan pemeriksaan: i. 1engukur keta,aman penglihatan ii. 1enentukan kelainan visus pada mata itu karena kelainan lo(al atau kelainan saraf. iii. 2ntuk memeriksa keadaan papil optik. Cara pemeriksaan: i. Keta,aman penglihatan 1. Keta,aman penglihatan pasien dibandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang harusnya normal atau paling tidak pemeriksa telah megoreksi penglihatannya #misalnya dengan ka(a mata$. 2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya ,auh #misalnya ,am$ dan diminta untuk menyatakan pukul berapa. ii.
apangan pandang 1. apangan pandang penderita dibandingkan dengan lapangan pandang pemeriksa yang dianggap normal #metode konfrontasi$. 2. Penderita disuruh duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan ,arak kira-kira & meter. 3. !ika mau memeriksa mata kanan penderita% maka mata kirinya harus ditutup. 1anakala pemeriksa harus menutup mata kanannya. 4. Penderita disuruh tetap melihat pemeriksa. 5. Kemudian pemeriksa menggerakkan ,ari tangannya antara penderita dengan pemeriksa. 6. !ika penderita mulai melihat gerakan ,ari pemeriksa% ia harus memberitahu. 7. Bila ada gangguan lapangan pandang maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.
iii.
Keta,aman penglihatan 1. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Snellen Chart. 2. Penderita disuruh memba(a Snellen Chart dari ,arak 3 meter. Kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat diba(a.
3. 4ila ia dapat memba(a sampai barisan paling ba)ah interpretasinya 353. Normal. 4. !ika tidak% maka visus nya tidak normal%hal ini dinyatakan dengan menggunakan pe(ahan misalnya 3567. #berarti bah)a huruf yang seharusnya dapat diba(a dari ,arak 67 meter hanya dapat diba(a dari ,arak 3 meter$ 5. Setelah ketahuan ada kelainan keta,aman penglihatan% kita lan,utkan pemeriksaan untuk mengenal pasti samada kausa nya gangguan saraf atau bukan saraf #oftalmik$. iv.
apangan pandang 1. Pada pemeriksaan lapangan pandang% kita menentukan batas perifer dari penglihatan% yaitu sampai mana benda dapat dilihat% ,ika mata di+ksasi pada satu titik. 2. Pemeriksaan lapangan pandang dilakukan dengan menggunakan kampimeter atau perimeter. 3. Kampimeter adalah paapan hitam yang diletakkan didepan penderita pada ,arak & atau 6 meter% sebagai test ob,e(t digunakan bundaran ke(il berdiameter & sampai 8mm. 1ata pasien di+ksasi di tengah dan benda pengu,i digerakkan dari perifer ke tengah dari segala ,urusan. Kita (atat tempat pasien mulai melihat test ob,e(t. 4. Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaian serta (ara melaporkan keadaan se)aktu pemeriksaan serupa dengan kampimeter.
v.
Pemeriksaan oftalmoskopik 1. Pemeriksaan oftalmoskopik merupakan pemeriksaan rutin neurologi. 2. Pada pemeriksaan oftalmoskopik% kita memerhatikan perubahan papil. #papil adalah tempat serabut nervus ii memasuki mata$. 3. Perubahan yang boleh berlaku adalah mengalami atro+ #primer atau sekunder$% atau sembab papil. 4. Kita perhatikan ,uga ma(ula dan retina. 5. Papil normal: lon,ong% )arna ,ingga muda% bagian temporal agak pu(at% batas dengan retina ,elas atau tegas% hanya bagian nasal agak kabur% physiologi( (up% perbandingan vena arteri 9 8:6 atau ':. 6. Papil atrophy primer terlihat lamina kribosa% papil men,adi pu(at% berbatas tegas% dan pembuluh darah berkurang. 7. Papil atrophy sekunder tidak ditemukan lamina kribosa% )arna papil pu(at% dan batasnya tidak tegas #kabur$.
8. Sembab papil: dapat disebabkan pleh radang aktif atau bendungan.
•
•
•
vi.
Kalau disebabkan oleh radang% disebut papilitis5neuritis opti(. Keadaan ini disertai dengan pemburukan visus yang hebat. Neuritis retrobulbular ter,adi akibat bagian belakang nervus opti( terlibat in;amasi sedangkan papilnya baik. Cho(ked disk adalah keadaan aapabila sembab papil disebabkan oleh bendungan atau tekanan intra(ranial yang meninggi. Pada keadaan ini keta,aman visus tidak (epat memburuk ke(uali bila ter,adi atro+ sekunder.
Cara pemeriksaan oftalmoskopik: 1. ensa oftalmoskopi disetel sampai pun(ak papil terlihat ,elas% setelah itu disetel lagi sampai retina terlihat ,elas. 2. Pemeriksaan oftalmoskopi sebaiknya dilakukan dalam kamar yang gelap. 3. 2ntuk memeriksa mata kanan pasien sebaiknya kita menggunakan mata kanan dan memegang oftalmoskop dengan tangan kanan. 4egitu ,uga untuk mata kiri. 4. /pabila melihat melalui oftalmoskop biasakan kedua-dua mata pemeriksa terbuka. 5. Pasien disuruh melihat ,auh kedepan dan tidak boleh menggerakkan bola mata. 6. /pabila menemukan oembuluh darah ikuti sampai ketemu papil. Perhatikan )arna papil /danya lekuk +siologis< denti+kasi pembuluh arteri yang tampaknya lebih tipis dan lebih terang ketimbang pembuluh darah vena yang lebih tebal dan gelap. Perhatikan ada pulsasi vena di tempat vena melekuk di pinggiran lekuk +siologis. Kemudian (ari ma(ula. • • •
•
•
vii.
•
nterpretasi pemeriksaan oftalmoskopi: Pada sembab papil pembengkakan kepala nervus o optikus dapat disertai hiperemia pada diskus dan mangkok +siologis menghilang% dan kongesti vena. !ika perubahan masih baru dan akut mungkin di,umpai perdarahan dari papil ke luar. Pelebaran dan pendalaman mangkok +siologis dapat o di,umpai pada glau(oma yang kronis. o Pada atro+ opti(% papil tampak pu(at. /kibat giosis pada kepala saraf opti( bersamaan dengan hilangnya beberapa pembuluh darah ke(il.
/ntara penyebab gangguan nervus optikus: Neuritis optika o Neuritis retrobulbaris o
o o o o o
Papilitis *umor /neurisma Karsinoma 0e+siensi vitamin 4&% 4&6
NERVUS CR. !!!# !V# !V – OKULO$OOR!US# ROKHLEAR!S# AB%USEN •
•
•
•
Saraf iii 9 menginervasi m. rektus internus #medialis$% m. rektus superior% m. rektus inferior% m. levator palpebra= serabut visero-motoriknya mengurus m. s+ngter pupile #kontraksi pupil$ dan m. siliare #mengatur lensa mata$. Saraf otak iv 9 menginervasi m. oblikus superior #menyebabkan mata dapat melirik kea rah ba)ah dan nasal. Saraf otak vi 9 menginervasi m. re(tus externus #menyebakan mata boleh melirik kea rah temporal. Cara pemeriksaan: Selagi menganemnesis pasien perhatikan kondisi mata pasien. o /pakah ada ptosis #kelopak mata ,atuh dan mata tertutup tidak dapat dibuka$% eksoftalmus% enoftalmus% dan apakah ada strabismus. Serta apakah ia (enderung meme,amkan matanya yang kemungkinan disebabkan oleh diplopia. Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis% besar pupil% reaksi (ahaya pupil reaksi akomodasi% kedudukan bola mata% gerakan bola mata dan nistagmus. Pupil: o Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan% apakah sama #isokor$% atau tidak sama #anisokor$. Perhatikan ,uga bentuk pupil apakah bundar dan rata tepinya #normal$. 4ila pupil menge(il > miosis% bila membesar > midriasis.
o
?e;eks pupil #reaksi (ahaya$: ?eaksi (ahaya pupil terdiri dari re;ex (ahaya langsung #?C$ dan tidak lansung #?C*$. Pasien disuruh melihat ,auh% kemudian matanya kita senter dan dilihat apakah ada reaksi pupil. #normal > pupil menge(il > ?C @$ Kemudian perhatikan pupil pada mata yang lainnya adakah ikut menge(il. #normal > menge(il > ?C* @$. Selama pemeriksaan pasien tidak boleh mem+ksasikan matanya pada lampu senter kerna akan ter,adi re;ex akomodasi.
o
?e;ex akomodasi:
o
Penderita disuruh melihat ,auh% kemudian ia disuruh melihat dekat% misalnya ,ari kita ditempatkan dekat matanya. ?e;ex akomodasi positif apabila pupil menge(il.
Kedudukan bola mata: Perhatikan bola mata% apakah mata menon,ol #eksoftalmus$ atau seolah-olah masuk ke dalam #enoftalmus$. Aksoftalmus% (elah mata tampak lebih besar% sedangkan enoftalmus lebih ke(il. Selain itu% perhatikan bagaimana posisi bola mata dalam keadaan istirahat. 4ila satu otot mata lumpuh% hal ini mengakibatkan kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot antagonis nya% dan menyebabkan strabismus.
o
Gerakan bola mata: 2ntuk pemeriksaan ini% penderita disuruh mengikuti ,ari-,ari pemeriksa yang digerakkan kearah lateral% medial atas% ba)ah dan kea rah yang miring% yaitu: atas-lateral% ba)ahmedial% atas-medial% dan ba)ah-lateral. Perhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya% lan(ar dan mulus atau kaku<
o
Nistagmus: Pemeriksaan nistagmus dilakukan )aktu memeriksakan gerakan bola mata. Nistagmus ialah gerakan bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik. 2ntuk ini penderita diminta melirik terus ke satu arah selama '-3 detik. 0alam ,angka )aktu tersebut akan kelihatan nistagmus.
NERVUS CR. V – R!&E$!NUS •
•
•
N. *rigeminus terdiri dari 6 bagian: bagian sensorik #porsio mayor$% dan bagian motorik #porsio minor$ 1otorik menguruskan otot-otot mengunyah% yaitu: m. massetter% m. temporalis menggerakan rahang ke belakang% m. pterigoid medialis yang berfungsi menutup mulut% dan m. pterigoideus lateralis yang berfungsi menggerakkan rahang ba)ah ke samping #lateral$ dan membuka mulut. Gabungan kontraksi m. pterigoideus lateralis dan m. pterigoideus medi alis menggerakkan rahang ba)ah kedepan. 4agian sensorik nervus trigeminus: Cabang oftalmik: sensibilitas dahi% mata% hidung% kening% selaput o otak% sinus paranasal% dan sebahagian mukosa hidung. Cabang maksilaris: sensibilitas rahang atas% gigi atas% bibir atas% o pipi% palatum durum% sinus maksilaris% dan mukosa hidung.
o
•
Cabang mandibularis: sensibilitas rahang ba)ah% gigi ba)ah% bibir ba)ah% mukosa pipi% 658 depan lidah dan sebahagian dari telinga #maetus$% dan selaput otak.
Cara pemeriksaan: o Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kemudian kita raba m. maseter dan m. temporalis. #perhatikan besarnya% tonus serta bentuknya$. Kemudian pasien diminta untuk membuka mulut dan perhatikan o ada tidak deviasi rahang ba)ah #,ika ada parese% rahang akan berdeviasi kearah yg lumpuh. Kekuatan otot saat menutup mulut dapat dinilai dengan menyuruh o pasien menggigit suatu benda dan dinilai tenaga gigitannya. Kemudian pasien disuruh menggerakkan rahang ba)ahnya ke o samping kiri dan kanan #untuk menilai m. pterigoideus lateralis$. !ika terdapat parese% rahang ba)ah tidak dapat digerakkan kearah yang bertentangan dengan bahagian parese. 2ntuk menentukan adanya lesi supranuklir diperiksa re;ex rahang o #,a) re;ex$. Pasien disuruh membuka mulut Kemudian pemeriksa meletakkan satu ,ari melintang dagu pasien. Setelah itu% ,ari pemeriksa diketok dengan palu re;ex. Normal: sedikit sa,a gerakan atau tiada gerakan sama sekali. 4ila gerakannya hebat sehingga menyebabkan mulut tertutup% dikatakan re;ex meninggi. > lesi di supranuklir. 2ntuk bagian sensorik nervus "% diperiksa dengan menyelidiki rasa o raba% nyeri% dan suhu di daerah-daerah )a,ah yang di sara+ nervus ".
•
4eberapa penyebab gangguan Nervus ": Neuralgia trigeminus idiopatis o *rauma kapitis o nfeksi herpes oster o Penyakit S,ogren o
NERVUS CR# V!! – FAS!AL!S •
1engandungi ma(am serabut yaitu: Serabut somato motorik: mensara+ otot-otot )a,ah #ke(uali m o levator palpebrae #N iii$% otot platisma% stilohiod% digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah. Serabut visero-motorik #parasimpatis$: mengurus glandula dan o mukosa faring% palatum% rongga hidung% sinus paranasal% dan glandula submaksilar% serta sublingual dan lakrimalis. Serabut visero-sensorik: menghantar implus dari alat penge(ap 658 o bagian depan lidah.
o
o
•
Serabut somato-sensorik: rasa nyeri #mungkin ,uga suhu dan perabaan$ dari sebahagian daerah kulit dan mukosa yang disara+ nervus trigeminus Daerah overlapping (disara lebih dari 1 sara!" tumpang tindih# initerdapat di lidah" palatum" meatus akustikus eksterna dan bagian luar gegendang telinga.
Cara pemeriksaan: 0alam memeriksa fungsi motorik% perhatikan muka penderita o apakah simetris atau tidak. Perhatikan kerutan pada dahi% pe,aman mata% plika nasolabialis dan sudut mulut. 4ila asimetri dari muka ,elas% maka ini disebabkan oleh kelumpuhan ,enis perifer. 0alam hal ini kerutan dahi menghilang% mata kurang dipe,amkan% plika nasolabialis mendatar% dan sudut mulut men,adi rendah. Kelumpuhan sentral #supranuklir$% muka dapat simetris )aktu istirahat% kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan. o
$uruh penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan apakah hal ini dapat dilakukan dan adakah asimetri. Pada kelumpuhan ,enis supranuklir sesisi% penderita dapat mengangkat alis dan mngerutkan dahinya% kerna otot-otot ini mendapat persarafan bilateral. Kelumpuhan perifer terlihat adanya asimetri.
o
$uruh penderita meme%amkan mata. 4ila lumpuh berat penderita tidak dapat meme,amkan mata= bila lumpuhnya ringan tenaga pe,amannya kurang kuat. Bal ini dinilai dengan mengangkat kelopak mata pasien dengan tangan pemeriksa% sedangkan pasien disuruh tetap meme,amkan mata.
o
$uruh penderita men&eringa" men'u'urkan bibir" mengembungkan pipi. Perhatikan apakah ini dapat dilakukan dan apakah ada asimetri. Perhatikan sudut mulutnya. Suruh penderita bersiul #tadinya dapat bersiul men,adi tidak mampu lagi setelah adanya kelumpuhan. Pada penderita yang tidak kooperatif atau kesadarannya menurun% dapat dibuatkan menyeringai bila kepadanya diberi rangsangan nyeri #menekan pada sudut rahangnya #m. masseter$.
o
ungsi penge'apan. Kerusakan nervus vii dapat menyebabkan ageusi pada 658 lidah bagian depan.
•
2ntuk memeriksanya penderita disuruh men,ulurkan lidah kemudian kita taruh pada lidahnya bubuk gula% kina% asam sitrat atau garam. #penderita tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut$. Penderita disuruh menyatakan penge(apannya dengan isyarat #(ontoh: & manis% 6 asin% dsb$.
Penyebab gangguan saraf vii Strok o 1eningitis viral o Pas(a in;uena o 1erokok o 1iksedema o
NERVUS CR. V!!! – VES!BULOKOKHLEAR!S •
•
Saraf ini terdiri atas dua bagian% yaitu saraf kokhlearis dan saraf vestibularis. Saraf kokhlearis mengurus pendengar dan saraf vestibularis mengurus keseimbangan Gangguan saraf kokhlearis Gangguan pada saraf kokhlearis dapat menyebabkan tuli% tinnitus o atau hiperakusis. /da 6 ma(am ketulian: o *uli perseptif atau tuli saraf *uli konduktif% disebut ,uga tuli obstruktif atau tuli transmisi.
o
*uli saraf dapat disebabkan oleh lesi di: ?eseptor di telinga dalam Nervus kokhlearis nti-inti serta serabut pendengaran di batang otak Korteks auditif *innitus ialah persepsi bunyi berdenging di telinga% yang disebabkan oleh eksitasi atau iritasi pada alat pendengaran% sarafnya inti serta pusat yang lebih tinggi. *initus dapat ,uga ter,adi pada tuli konduktif. 4unyi yang terdengar dapat berfrekuensi tinggi atau rendah% dan penderita sering mengemukakan terdengar bunyi berdenging atau berdesis. Biperakusis atau meningginya keta,aman pendengaran yang bersifat patologis didapatkan pada paralisis muskulus stapedius% pada migren% psikoneurosis dan dapat ,uga merupakan aura dari epilepsy lobus temporalis.
o
o
•
pemeriksaan saraf kokhlearis Keta,aman pedengaran: o 0itentukan dengan menyuruh penderita mendengarkan suara bisiskan pada ,arak tertentu dan membandingkannya dengan orang yang normal.
4ila keta,aman pendengaran berkurang% atau terdapat perbedaan antara kedua telinga% kita lakukan pemeriksaanpemeriksaan S(h)aba(h% ?inne% eber dan audiogram. *es S(h)aba(h: Pendegaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap normal . Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan di dekat telinga penderita. Setelah penderita tidak mendengarkan bunyi lagi% garpu tala tersebut ditempatkan didekat telinga pemeriksa. 4ila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa% maka dikatakan bah)a S(h)aba(h lebih pendek. *es ?inne: 0ibandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara. Pada telinga yang normal konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang. Pada tuli konduktif% konduksi tulang lebih baik daripada kondusi udara. *es ?inne kita gunakan garpu tala &6D% 6'3% atau '&6B. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekan pada tulang mastoid penderita. a disuruh mendengarkan bunyi nya. 4ila tidak didengarkan lagi% garpu tala segera didekatkan pada telinga.!ika masih terdengar bunyi% maka konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang #?inne positif$. *es eber: Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita% tepat dipertengahan. Penderita disuruh mendegar bunyinya% dan menentukan pada telinga mana bunyinya lebih keras terdengar. Normal% keras bunyinya sama pada telinga kiri dan kanan. Pada tuli saraf% bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat. Pada tuli konduktif bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang tuli. Gangguan saraf vestibularis Gangguan saraf vestibularis atau hubungannya dengan sentral o dapat menyebabkan ter,adinya vertigo% rasa tidak stabil% kehilangan keseimbangan% nistagmus% dan salah tun,uk. Pemeriksaan saraf vestibularis: 1anuver Ballpike% pasien disuruh duduk di tempat-tidur-periksa. o Kemudian ia direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut sekitar 87 dera,at di ba)ah horion. Selan,utnya kepala ditolehkan ke kiri. *es kemudian diulangi dengan kepala melihat lurusdan diulangi lagi dengan menoleh ke kanan. Penderita disuruh teteap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat sekitarnya mun(ul nistagmus.
•
•
• •
•
•
•
•
•
•
•
•
o
*es untuk menilai keseimbangan: *es ?omberg yang diperta,am% penderita berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya #tandem$. engan dilipatkan pada dada dan mata kemudian ditutup. *es ini berguna menilai adanya disfungsi system vestibular. Erang yang normal mampu berdiri dalam sikap ?omberg yang diperta,am selama 87 detik atau lebih.
NERVUS CR. !' – &LOSOFAR!N&EUS NERVUS CR. ' – VA&US •
•
•
•
•
•
Nervus ix dan x diperiksa bersamaan% karena kedua saraf ini berhubungan erat. Gangguan fungsiny ,arang tersendiri ke(uali pada bagian yang perifer sekali. Pembentukan suara #fonasi$ dilakukan oleh pita suara yang disara+ oleh nervus laryngeus rekurens #(abang nervus F$. 1otorik lain yang penting ialah system parasimpatis eferen vis(eral yang dari nu(leus motorik dorsal menginervasi otot polos traktus sirkulatorius% traktus respiratorius% dan traktus digestivus. Perasaan daripada &58 bahagian belakang lidah% palatum moll e% uvula dan dinding rongga dihantar melalui nervus F. Pengu(apan #artikulasi$ diuruskan oleh otot-otot mulut #maseter% pterygoideus lateralis% orbikularis oris$% otot lidah% laring% dan faring. /rtikulasi merupakan ker,asama antara saraf "% "% F% F dan F. Kelumpuhan saraf-saraf ini dapat mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengu(apkan kata-kata dengan baik. #0isartria$. Cara pemeriksaan: ungsi motorik: o 0alam memeriksa fungsi motorik% perhatikan kualitas suara pasien. /pakah suaranya normal
kelumpuhan nervus F dan F. Bal ini sering di,umpai pada hemiparese duplex. Kemudian suruh pasien membuka mulut. 4ila terdapat parese otot-otot faring dan palatum molle% maka palatum molle% uvula% dan arkus faring sisi yang lumpuh letaknya lebih rendah dari pada yang sehat.
NERVUS CR. '! – AKSESOR!US • • •
•
Saraf ini hanya terdiri dari serabut motorik. Saraf ini sering terlibat pada strok karena persarafannya yang unilateral. Saraf F menginervasi otot sternokeidomastoideus dan otot trapeius Cara pemeriksaan: Perhatikan keadaan otot sternokeidomastoideus dalam keadaan o istirahat dan bergerak. 0alam keadaan istirahat kita dapat melihat kontur otot ini. 4ila ter,adi parese perifer kita akan melihat ada atro+. o 2ntuk menentukan atau mengukur kekuatan otot dapat dilakukan: Pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot yang kita ingin periksa% dan kita tahan gerakan ini. Kita gerakkan bahagian badan pasien dan disuruh ia menahannya. 0engan demikian kita peroleh kesan mengenai kekuatan otot. 2ntuk otot sternokleidomastoideus pemeriksa sering pakai (ara o pertama dengan menyuruh pasien menoleh ke kanan. Kemudian kita menahan gerakan ini. 4andingkan kekuatan otot kiri dan kanan. Pemeriksaan otot trapeius% perhatikan keadaan otot dalam o keadaan istirahat dan bergerak. /pakah ada atro+ atau fasikulasi< 4agaimana kontur otot< Posisi bahu% adakah ada yang lebih rendah< #pada kelumpuhan otot trapeius bahu yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat$. *enaga otot trapeius diperiksa dengan menempatkan tangan o pemeriksa atas bahu penderita. Kemudian penderita disuruh mengangkat bahunya dan kita tahan. 0engan demikian kitav dapat menilai kekuatan otot. )ada kelumpuhan otot sternokeidomastoideus dan otot trape*ius o kepala 'enderung %atuh ke depan" dan penderita tidak dapat mengangkat dagun&a.
NERVUS CR. '!! – H!"O&LOSUS
•
Saraf F mengandungi serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik dan otot intrinsi( lidah. ungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah. ungsi otot intrinsi(% mengubah-ubah bentuk lidah.
•
Cara pemeriksaan:
•
•
o
o o
o
o o
o
Suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak. Kita perhatikan besarnya lidah% kesamaan bagian kiri dan kanan dan adanya atro+. Pada lesi perifer% didapatkan lidah atro+ dan berkerut. Perhatikan ,uga adakah lidah men(ong. Pada parese satu sisi lidah yang di,ulurkan men(ong ke sisi yang lumpuh *remor lidah dapat di,umpai pada pasien yang sakit berat% demesia paralitika% dan intoksikasi. asikulasi di,umpai pada lesi nuklir. !ik a terdapat kelumpuhan dua sisi% lidah tidak dapat di gerakkan atau di,ulurkan. *erdapat disartria dan kesukaran menelan. Selain itu% ,uga didapatkan kesukaran bernafas% kerana lidah dapt ter,atuh kebelakang% dan menghalangi ,alan pernafasan. 2ntuk menilai tenaga lidah% kita suruh penderita men,ulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala ,urusan. Perhatikan kekuatan geraknya.