6
i
ii
4
PEMERIKSAAN FAAL HATI LAINNYA
MAKALAH
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia klinik yang di bimbing oleh Fera Faridatul Habibah, S. Si
DisusunOleh :
Indah Ayurika Yulistya
KHGE14013
PROGRAM DIII ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARSA HUSADA GARUT
Jalan subyadinata 7, telepon (0262)235946, faksimile 235946, garut
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini di susun sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah kimia klinik yang berjudul "Pemeriksaan Faal Hati Lainnya". Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun serta bermanfaat.
Akhirnya penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Garut, April - 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
BAB II 5
ISI 5
2.1 Pemeriksaan Faal Hati 5
2.2 Tujuan Pemeriksaan Faal Hati 6
2.3 Jenis-jenis Pemeriksaan Faal Hati 6
1. Tes Faal Sintesis 6
2. Tes Faal Ekskresi 6
3. Tes Lainnya 7
a. Pemeriksaan ALT dan AST (serum aminotransferase) 7
b. Pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP) 8
c. Pemeriksaan GGT (Ɣ-GT) 9
d. Pemeriksaan Alphafetoprotein (AFP) 10
2.4 Hal-hal yang dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium 10
2.5 Tahap-tahap Pemeriksaan 11
A. Tahap Pra Analitik 11
B. Tahap Analitik 11
C. Tahap Pasca Analitik 12
BAB III 14
PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalannya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up (GMC) meliputi : Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, dll.
BAB II
ISI
Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang paling besar dan kompleks. Dengan bobot sekitar 1300-1500 gr, hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh fungsi tubuh. Fungsi hati yaitu: Membuat empedu suatu zat yang membantu pencernaan lemak, memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol.
Jika hati rusak, maka fungsinya dalam mengeluarkan racun tidak berfungsi. Akibatnya racun akan menumpuk dalam darah dan akhirnya ke otak. Untuk menghindari hal ini, ada baiknya menjalani gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat akan menjaga fungsi hati agar tetap optimal.
2.1 Pemeriksaan Faal Hati
Pemeriksaan faal hati atau lebih dikenal dengan tes fungsi hati adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah . Pemeriksaan faal hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang mungkin memerlukan persiapan khusus.
2.2 Tujuan Pemeriksaan Faal Hati
1. Sebagai pemeriksaan penyaring (ada atau tidak ada kelainan faal hati atau sel hati).
2. Membantu menegakkan diagnosis
3. Membantu membuat diagnosis banding
4. Membantu membuat prognosis
5. Mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan
2.3 Jenis-jenis Pemeriksaan Faal Hati
Pemeriksaan faal hati dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Tes Faal Sintesis
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, globulin, kadar ammonia, masa protrombin dan kolesterol.
Pemeriksaan kadar albumin
Gangguan faal sintesis albumin terjadi hipoalbuminemia, menunjukkan adanya kerusakan hati. Pada proses penyakit akut keadaan ini kurang nyata, sebaliknya pada penyakit kronis/degeneratif sering dijumpai.
Pemeriksaan kadar globulin
Peningkatan globulin menunjukkan adanya hepatitis aktif atau menuju sirosis.
Pemeriksaan kadar ammonia
Peningkatan ammonia menunjukkan kegagalan hati dalam mengubah ammonia menjadi urea.
Tes Faal Ekskresi
Pemeriksaan pigmen empedu dalam darah :
Bilirubin total
Bilirubin direk
Pemeriksaan pigmen empedu dalam feses/urin :
Warna
Bilirubin, dan
Urobilinogen
Tes retensi BSP (bromsulfonflalien)
Tes ini bersifat infasif karena larutan BSP disuntikkan intravena dan setelah 45 menit barulah dilakukan fungsi vena lalu kadar BSP yang direntensi dalam darah diukur.
Normal retensi : < 5 %. Ada bahaya anafilaksis, selain itu bila ekstravasasi terjadi iritasi jaringan sampai nekrosis. Tes ini digunakan khusus misalnya pada diagnosis Sindroma Dubin Johnson, yaitu ditemukan setelah 45 menit retensi normal atau meningkat ringan, tetapi setelah 2 jam meningkat tinggi karena adanya gangguan ekskresi.
Tes Lainnya
Pemeriksaan ALT dan AST (serum aminotransferase)
Tes ini sangat peka pada peningkatan permeabilitas atau kerusakan ringan dinding sel.
ALT (Alanin Transaminase) atau SGPT (Serum Glutamate Pyruvate Transaminase).
SGPT adalah Serum Glutamic Piruvic Transaminase. SGPT atau juga dinamakan ALT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Batas normal SGPT : 0-45 U/L.
AST (aspartat transaminase) atau SGOT ( serum glutamate oxcaloacetate transaminase).
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AST (aspartate aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak, ginjal, dan otot-otot rangka. Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pancreas, malaria, infeksi lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis. Batas normal SGOT: 0-37 U/L.
Masalah Klinis
Enzim SGOT dan SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi yang disebabkan oleh virus.
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
Pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP)
Merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan).
Nilai normal Alkaline Phosphatase untuk laki-laki adalah 61- 232 U/L dan untuk perempuan : 49-232 U/L
Masalah Klinis
Peningkatan Kadar : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid (aktif), ulkus.
Penurunan Kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C), hipofosfatasia, anemia pernisiosa, isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal).
Pemeriksaan GGT (Ɣ-GT)
Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung.
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Nilai normal GGT untuk Pria : 15 – 90 U/L, Wanita : 10 – 80 U/L.
Masalah Klinis
Peningkatan Kadar : sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe IV, infark miokard akut (hari keempat), pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik.
Pengaruh obat : Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin).
Pemeriksaan Alphafetoprotein (AFP)
adalah suatu protein yang pada kondisi normal diproduksi oleh hati (liver), tulang, ginjal, usus, plasenta dan kantung kuning telur (yolk sac) ketika terjadi pembentukan bayi selama proses kehamilan. Pengukuran AFP di dalam tubuh manusia umumnya dilakukan untuk membantu mendeteksi adanya kelainan atau penyakit hati, pemantauan terapi atau pengobatan beberapa jenis kanker, dan juga uji saring kelainan pada perkembangan bayi selama masa kehamilan. Nilai normal AFP adalah < 240 µ/L.
Masalah Klinis
Meninggi sekali (>5x) : obstruksi bilier total.
Agak meninggi (<3x) : hepatitis kronis, kehamilan awal, penyembuhan fraktur, anak yang sedang tumbuh, vitamin D dosis tinggi, penyakit jantung kongestif, menurun pada hipo-fostatemia protein dan magnesium.
2.4 Hal-hal yang dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
Hemolisis sampel
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik, narkotika, antihipertensi, preparat digitalis, indometasin, salisilat, rifampin, flurazepam, propanolol, kontrasepsi oral, lead dan heparin.
Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
2.5 Tahap-tahap Pemeriksaan
Tahap Pra Analitik
Persiapan Pasien
Umumnya untuk pemeriksaan enzim pasien tidak perlu puasa. Namun demikian perlu diketahui bahwa makan sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, walaupun tidak terlalu besar.
Pengambilan Sampel
Sampel darah harus dicegah terjadi hemolisis karena beberapa pemeriksaan enzim tidak boleh mengunakan sampel darah hemolisis.
Posisi Pengambilan Darah
Volume darah orang dewasa pada saat berdiri berkurang 600-700 ml dibandingkan pada saat berbaring. Dengan demikian enzim sebagai protein juga akan meningkat pada saat berdiri daripada berbaring.
Persiapan Sampel
Serum/plasma sebaiknya secepat mungkin dipisahkan (<2 jam) pada beberapa keadaan yang memaksa sehingga perlu penundaan pemeriksaan, maka sebaiknya diperhatikan mengenai stabilitas enzim dan bahan sampel yang disimpan harus serum, bukan whole blood karena relative lebih stabil dalam suhu dingin.
Tahap Analitik
Reagen
Perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah :
1) Fisik kemasan kadaluarsa
2) Suhu penyimpanan
3) Penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, pelarutan dan stabilitas
Alat
Perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan
1) Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya berfungsi dengan baik (kalibrasi alat).
2) Peralatan bantu (pipet, penangas air) juga harus dipantau secara teratur ketepatannya.
3) Alat-alat yang tidak memenuhi standar seperti kuvet pecah, retak, lampu fotometer suram dan filter yang berjamur serta pengagas air yang tidak teratur temperaturnya sebaiknya diganti.
Metode Pemeriksaan
. Dalam memilih metode pemeriksaan hendaknya dipertimbangkan :
1) Reagen yang mudah diperoleh
2) Alat yang tersedia dapat untuk memeriksa dengan metode tersebut.
3) Suhu temperature metode pemeriksaan dipilih sesuai dengan tempat kerja.
4) Metode pemeriksaan yang mudah dan sederhana
5) Kemampuan tenaga pemeriksa.
C. Tahap Pasca Analitik
Pencatatan dan Pelaporan
Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh harus dicatat dan segera dilaporkan. Makin cepat hasil pemeriksaan sampai ke tangan dokter makin bermanfaat pemeriksaan tersebut.
Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan yang disajikan mencakup
1) Bilangan
Umumnya hasil pemeriksaan ativitas enzim disajikan dalam bilangan tanpa desimal.
2) Satuan
Satuan hasil pemeriksaan aktivitas enzim umumnya disajikan dalam unit/volume satuan.
3) Suhu
Suhu Pemeriksaan harus disajikan karena mempunyai nilai normal yang berbeda.
4) Nilai Normal
Perlu disajikan nilai normal menurut suhu pemeriksaan sebagai pembanding pada beberapa keadaan, perlu dicantumkan nilai normal menurut umur dan jenis kelamin pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hati merupakan organ terbesar, dengan berat sekitar 2000gr yang berlokasi di kuadrat atas kanan.
Hati berfungsi sebagai fungsi vascular, metabolisme (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan faktor koagulasi), fungsi pertahanan tubuh, dan fungsi eksresi.
Gangguan pada faal hati dapat berupa : sirosis hati, hepatitis, kolestasis & jaundice, asitesis, hemokromatosis, kanker hati dan sebagainya.
Pemeriksaan Faal Hati:
Tes Faal Sintesis
Kadar ammonia
Tes pemeriksaan kadar albumin
Pemeriksaan kadar globulin
Pemeriksaan Faal Ekskresi
Pemeriksaan pigmen empedu dalam darah: bilirubin total, bilirubin direk, dan ratio direk/indirek
Pemeriksaan pigmen empedu dalam feses/urin: warna, bilirubin, dan urobilinogen
Tes retensi BSP (Bromsulfonflalein)
Tes Lainnya;
Pemeriksaan ALT dan AST
Pemeriksaan ALP
Pemeriksaan GGT
Pemeriksaan AFP
DAFTAR PUSTAKA
Enzim dan Katalisis Biologik Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinik Jilid 1. Edisi 5. Binarupa Aksara, Jakarta.
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6, EGC: Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/252371612/makalah-faal-hati
http://www.prodia.co.id/ProdukLayanan/PemeriksaanLaboratoriumDetails/AFP?Kategori=Penanda%20Tumor
Ronald et al. 2004. Tinjauan Kilis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC
Riswanto. 2009. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) , http://labkesehatan.blogspot.com
Sardini, S. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum dengan Metode Reaksi Kinetik Enzimatik sesuai IFCC. Jakarta : BATAN.