PEMBAHASAN
Suatu antibiotika memiliki tipe kerja yang berbeda satu sama lainnya, tergantung dari mekanisme kerja antibiotika tersebut terhadap bakteri target. Antibiotika dapat dibedakan berdasarkan tipe kerjanya yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Suatu antibiotika apakah bertipe bakterisid atau bakteriostatik dapat dilihat berdasarkan mekanisme kerjanya atau dapat pula karena dosisnya. Dalam percobaan kali ini dilakukan penentuan cara kerja antibiotika yaitu penetapan
sifat
bakterid
-
bakteriostatik
dengan
menggunakan
metode
turbidimetri. Pada metode turbidimetri dilakukan pengukuran kekeruhan kultur cair bakteri. Kekeruhan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Menurut Volk (1993), pada metode turbidimetri pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi sebelum dan setelah inkubasi, yang dilakukan dengan mengukur serapan secara spektrofotometer. Pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel bakteri, yang mengakibatkan meningkatnya kekeruhan. Kekeruhan yang terjadi berbanding lurus dengan serapan. Pada penentuan sifat bakteriostatik dan bakterisid dengan metode turbidimetri yang dilakukan pada percobaan digunakan Ampisilin dan Tetrasiklin sebagai antibiotik yang diuji.
Ampisilin merupakan derivate penisilin yang merupakan kelompok antibiotic β– laktam laktam yang memiliki spektrum antimikroba yang luas. Ampisilin efektif terhadap mikroba Gram positif dan Gram negative dan merupakan salah satu antibiotika jenis bakterisid. Menurut Wattimena (1987), mekanisme kerja ampisilin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida, karena sintesis dinding sel terganggu maka bakteri
tersebut tidak mampu mengatasi perbedaan tekanan osmosa di luar dan di dalam sel yang mengakibatkan bakteri mati.
Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang memiliki kerja bakteriostatik dengan menghambat sintesis protein, menghambat pengikatan aminoasil tRNA pada akseptor ribosom 30 S. Senyawa ini bersifat bakteriostatik terhadap berbagai bakteri Gram positif dan Gram negatif, termasuk anaerob. Pada percobaan dilakukan penentuan dengan metode turbidimetri, bakteri dibiakkan dalam medium Nutrient Broth kemudian ke dalamnya ditambahkan sejumlah antibiotik yang akan ditentukan sifatnya. Penggunaan media berupa air kaldu atau Nutrient Broth ialah agar dapat diukur kekeruhannya. Bakteri yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Escherichia coli. Penggunaan E. coli sebagai bakteri yang diujikan ialah karena E. coli merupakan salah satu bakteri gram negatf yang paling banyak berhubungan dengan manusia di li ngkungan. Pertumbuhan bakteri dalam media berisi antibiotik diamati dengan mengukur absorbansi cairan (berisi bakteri, medium dan larutan antibiotik) setelah sebelumnya diinkubasikan. Besarnya absorbansi menyatakan pertumbuhan bakteri pada medium. Makin besar absorbansi maka makin banyak pula bakteri yang terdapat dalam medium. Setelah ditambahkan antibiotik pada tabung berisi bakteri dalam medium kemudian diamati pertumbuhan dan hambatan pertumbuhan bakteri oleh adanya antibiotik. Hasil yang didapatkan berupa absorbansi kemudian diubah menjadi bentuk logaritmanya dan diplotkan terhadap waktu. Hasil tersebut akan berupa kurva, dan dari kurva tersebut dapat ditentukan sifat dari antibiotik uji.
Dari kurva absorban terhadap waktu yang diperoleh dari berbagai konsentrasi antibiotik ampisilin, dapat disimpulkan berdasarkan mekanisme kerja ampisilin yaitu sebagai bakterisid, dan kurva normal fase pertumbuhan normal bakteri, bahwa konsentrasi ampisilin 25 µg/ml sudah menunjukan cara kerja bakterisid nya dimana pertumbuhan bakteri menurun pada t2 lalu terus menurun yang menunjukkan fase kematian. Begitu pula pada konsentrasi 400 µg/ml dimana pertumbuhan bakteri pada t3 terus menurun. Namun jika dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan normal bakteri percobaan, tidak ada satupun dari berbagai konsentrasi yang sesuai dengan mekanisme kerja bakterisid. Adapun pada konsentrasi lain, bentuk kurva cenderung fluktuatif, lalu pertumbuhan yang bahkan meningkat dan tidak menunjukannya cara kerja bakterisid terhadap siklus hidup sel yaitu fase pertumbuhan-stationer-mati. Hal ini dapat dikarenakan terukurnya sel bakteri yang mati tetapi tidak lisis, bakteri yang diujikan sudah lewat masa pertumbuhannya, karena inkubasi bakteri yang terlalu lama. Sedangkan pada antibiotik tetrasiklin, dapat disimpulkan berdasarkan mekanisme kerja tetrasiklin yaitu sebagai bakteristatik, bahwa konsentrasi tetrasiklin 200 µg/ml, 300 µg/ml, 600 µg/ml, dan 25 µg/ml sudah menunjukan cara kerja bakteriostatik nya dimana pertumbuhan bakteri menurun pada t2 lalu selanjutnya bentuk kurva cenderung datar yang menunjukkan fase tidak aktif bakteri. Adapun pada konsentrasi lain, bentuk kurva cenderung naik atau pertumbuhan yang bahkan meningkat. Hal ini dapat dikarenakan pengerjaan yang kurang aseptis dan pengukuran volume suspensi bakteri maupun antibiotik yang
kurang tepat. Selain itu pada saat pengukuran absorbansi pada spektrofotometer, kufet yang digunakan bersama bergantian hanya dibilas dengan aquades yang tersedia, sehingga kemungkinan besar ada bakteri yang tertinggal pada kufet dan ikut terukur pada pengukuran absorbansi selanjutnya. Menurut literatur, tetrasiklin yang merupakan bakteriostatik dapat menjadi bakterisid saat konsentrasinya ditingkatkan, namun kurva konsentrasi tertinggi pada percobaan yaitu 600 µg/ml tidak menunjukkan aktifitas bakterisid yang signifikan, dilihat dari kurva yang cenderung datar.
KESIMPULAN
1. Penentuan cara kerja antibiotika bakterisid dan bakteriostatik dapat dilakukan dengan metode turbidimetri dimana dilakukan pengukuran kekeruhan dengan alat spektrofotometer dimana absorbansi tinggi menunjukan banyaknya pertumbuhan bakteri. 2. Perubahan
konsentrasi
dapat
mempengaruhi
sifat
bakterisid
dan
bakteriostatik antibiotik, dimana suatu antibiotik bakteriostatik dapat menjadi bakterisid ketika konsentrasi ditingkatkan, contohnya seperti tetrasiklin.
Dapus: Volk Wesley A dan Wheeler Margaret F. 1993. Mikrobiologi Dasar . Jakarta: Erlangga. Wattimena, G. A. 1987. Diktat zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Laboratorium
Kultur
Jaringan Tanaman
PAU
Bioteknologi
IPB-
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.