PEMBAHASAN DIFUSI SALEP DAN KRIM Absorb Abso rbsi si per per kutan utan su suat atu u obat obat pada pada umum umumny nya a disebabkan oe! penetrasi obat meaui stratum korneum yan" terdiri dari kuran" ebi! #$% protein &pada umumnya kerat keratin' in' dan #$% air den"a den"an n emak emak berupa berupa tri"i tri"iser serida ida(( asam emak bebas( koestero dan )os)at emak* Stratum komeum komeum seba"ai seba"ai +arin"an +arin"an keratin keratin akan akan beraku beraku seba"ai seba"ai membran buatan yan" semi permeabe( dan moeku obat mempenetra mempenetrasi si den"an ,ara di)usi di)usi pasi)( pasi)( +adi +uma! obat yan" pinda! pinda! menyebra menyebran"i n"i apisan apisan kuit kuit ter"antu ter"antun" n" pada konsentrasi obat* Ba!an-ba!an yan" mempunyai si)at arut daam minyak dan air( merupakan ba!an yan" baik untuk di)u di)usi si mea meau uii stra stratu tum m korne orneum um sepe sepert rtii +u"a +u"a mea meau uii epidermi epidermis s dan apisan-a apisan-apisa pisan n kuit* kuit* Prinsip Prinsip absorbsi absorbsi obat meaui kuit adaa! di)usi pasi) yaitu proses di mana suatu substansi ber"erak ber"erak dari daera! suatu sistem ke daera! ain dan ter+adi ter+adi penuruna penurunan n kadar kadar "radien "radien diikuti diikuti ber"erakn ber"eraknya ya moeku* Di)usi Di)usi pasi) pasi) merupaka merupakan n ba"ian ba"ian terbesar terbesar dari proses trans-memb trans-membran ran ba"i ba"i umumnya umumnya obat* obat* .ena"a ena"a pendoro pendoron" n" untuk untuk di)usi di)usi pasi) pasi) ini adaa! adaa! perbedaan perbedaan konsentras konsentrasii obat pada kedua sisi membran se*
Penetrasi obat ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk (Ansel, 1989). Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumna melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat
Pada praktikum kai ini bertu+uan untuk men"et men"eta!u a!uii dan mema! mema!ami ami prose proses s di)usi di)usi /at akti) akti) sedi sediaa aan n se, se,ara ara semi semi kuant uantit itat ati) i)** Pada ada u+i u+i di)u di)usi si ter ter!adap !adap suatu suatu /at /at tert terten entu tu dima dimana na dibu dibuat at su suat atu u mekanisme ker+a ker+a ayaknya di)usi didaam membran se t u b u! manusia* Adapun sediaan yan" diu+i men""unakan ba!an akti) asam saisiat daam bentuk sediaa sediaan n saep saep dan krim* krim* Kemudia emudian n diuku diukurr diame diameter ter yan" terabsorbsi pada media a"ar seba"ai membrane ter!adap 0aktu( dimana obat yan" terabsorbsi seoa!-
oa! menembus membran se yan" ada didaam tubu!*
langkah pertama dalam praktikum ini dilakukan Pembuatan Media Difusi Agar. Cawan petri yang berisi media didinginkan hingga memadat. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan fecl3 ke dalam cawan petri sampai menutupi semua permukaan agar. Kemudian didiamkan. Sisa larutan fecl3 dikeringkan dengan kertas saring. Dilakukan ui pada inter!al 3" menit# $" menit# dan %" menit. Pada 3" menit di masukkan ke dalam kulkas dan pada $" menit dan %" menit dibiarkan pada suhu kamar Diinkubasi selama 2& am suhu 3'(C. Setelah pr)ses inkubasi dilakukan pengukuran diameter hambat berupa *)na bening di sekitar sumur yang menunukkan penghambatan pertumbuhan mikr)ba +Pelc*ar dan Chan# ,%--. /ilai diameter hambat masing0masing kel)mp)k ui di rata0ratakan# kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai rata0rata diameter hambat kel)mp)k k)ntr)l. +1endri asit)#dkk.2""- +g Analisa Data ntuk menganalisis data hasil penelitian dianalisa dengan Analisis 4arian +Ana!a satu arah untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh pada tiap perlakuan dan dilanutkan dengan 50test dengan taraf kepercayaan %6 7. %.
Di)usi yan" ter+adi merupakan di)usi pasi) yaitu suatu proses perpinda!an masa dari tempat yan" berkonsentrasi tin""i ke tempat yan" berkonsentrasi renda! tanpa membutu!kan ener"i* Membran daam ka+ian )ormuasi dan bio)armasi merupakan suatu )ase padat( seten"a! padat atau ,air den"an ukuran tertentu( tidak arut atau tidak ter,ampurkan den"an in"kun"an sekitarnya dan dipisa!kan satu den"an ainnya( umumnya oe! )ase ,air* Daam bio)armasi( membran padat di"unakan seba"ai mode pendekatan membran bioo"is* Membran padat +u"a di"unakan seba"ai mode untuk mempea+ari kompeks atau interaksi antara /at akti) dan ba!an tamba!an serta proses peepasan dan pearutan* Membran di)usi tiruan ini ber)un"si seba"ai sa0ar yan" memisa!kan sediaan den"an ,airan disekitarnya*
sesuai den"an inter1a 0aktu* Ha tersebut ter+adi karena parasetamo beum semuanya berdi)usi ke membrane* Dan obat !arus mee0ati barier absorpsi* Se!in""a tidak semuanya konsentrasi parasetamo yan" berdi)usi ke membrane
(Ansel,1989). Absorbsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 1!! sampai 1!!! kali lebih besar dari rute lainna ("achman dkk, 199#). $tratum korneum, epidermis ang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler (meneberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi transappendageal (melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan perlengkapan pilo sebaseous) (Ansel, 1989).
%enurut Aiache (198&), faktor utama ang mempengaruhi absorbsi obat k edalam kulit adalah' (a). $ifat dari bahan obat itu sendiri, fisika kimia obat.
(b).$ifat dari pembaa, formulasi dan pelarut.
(c). ondisi kulit meliputi keadaan dan umur kulit, aliran darah, tempat pengolesan, kelembaban dan suhu kulit. Penetrasi obat ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk (Ansel, 1989). Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumna melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat *ifusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu +at ang dibaa oleh gerakan molekuler secara acak dan berhubungan dengan adana perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalna membran polimer (%artin dkk, 199).
*ifusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumna obat. enaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat p ada kedua sisi membran sel. %enurut hukum difusi ick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah.
dQ /
DAK ( 0s-0)11111111111111111111...11(,)
dt
h
dQ
eterangan'
/ laju difusi
dt
* / koefisien difusi / koefisien partisi A / luas permukaan membran h / tebal membran 0s-0 / perbedaan antara konsentrasi obat dalam pembaa dan medium ($hargel dan 2u, &!!3). etapan difusi suatu membran berkaitan dengan tahanan ang menunjukkan keadaan perpindahan. *ikaitkan dengan gerak bron, tetapan difusi merupakan fungsi bobot molekul senaa dan interaksi kimia dengan konstituen membran, ia juga tergantung
pada kekentalan media dan suhu. 4ila molekul +at aktif dapat dianggap bulat dan molekul disekitarna berukuran sama, maka dengan menggunakan hukum $tokes5instein dapat ditentukan nilai tetapan difusi (Aiache, 198&).
*/
k 6.T
...(#)
7Σ .r .Κ
eterangan (Aiache, 198&)'
* / etapan difusi
k / etapan bolt+man
/ $uhu mutlak
r / ari-jari molekul ang berdifusi
Κ /
:iskositas
$enaa dengan bobot molekul lebih rendah akan berdifusi lebih cepat daripada senaa dengan bobot molekul tinggi, paling tidak karena membentuk ikatan dengan konstituen membran (Aiache, 198&).
Proses absorbsi perkutan dapat dilihat dalam skema dibawah ini:
*isolusi dari obat dalam pembaa
*ifusi obat melalui pembaa ke permukaan kulit
;ute transepidermal ;ute transfolikuler
Partisi ke dalam stratum korneum Partisi ke dalam sebum *ifusi melintasi matriks protein-lipid
*ifusi melintasi lipid didalam pori dari stratum korneum sebasea
Partisi ke dalam epidermis
*ifusi melintasi massa seluler dari epidermis
*ifusi melintasi massa fibrous ke dermis atas
%asuk ke kapiler dan difusi sistemik
Gambar 3. Skema Perjalanan Absorbsi Perkutan (Banker dan Rhodes, 22!.
g. aktor-faktor ang berpengaruh pada pelepasan obat dari salep
aktor-faktor ang mempengaruhi pelepasan obat dari salep pada dasarna sama dengan faktor-faktor ang mempengaruhi absorbsi pada saluran cerna dengan laju difusi ang sangat tergantung pada sifat fisika-kimia obat (
Pelepasan obat dari sediaan salep secara in =itro dapat digambarkan dengan kecepatan pelarutan obat ang dikandungna dalam medium tertentu, ini disebabkan karena kecepatan pelarutan (mass-transfer) merupakan langkah ang menentukan
dalam proses berikutna. Pada umumna sediaan obat-obat luar ang berbentuk salep mengikuti mekanisme difusi pasif. Apabila obat dioleskan secara topikal obat berdifusi secara pasif keluar dari bahan pembaana. $ehingga difusi berjalan terus-menerus dari lokasi pemberian ke epidermis dan dermal (>ordon, &!!&).
aktor-faktor ang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantarana adalah' 1). aktor fisika-kimia aktor ini meliputi =ariabel ang telah digambarkan dalam persamaan ?iguchi
aitu'
dQ ♠ ADC
≡
1
/↔
s
≈
&
..(3)
dt
&t
←
…
eterangan'
dQ
/ laju disolusi
dt
A
/ luas permukaan dalam unit per cm
&
*
/ koefisien difusi obat didalam dasar salep
0s / kelarutan dalam unit per cm
t
/ aktu (%artin dkk, 199).
&). elarutan dari bahan obat ( afinitas obat) terhadap bahan pembaa
@bat ang
mempunai akti=itas kuat terhadap basis salep menunjukkan
koefisien akti=itas ang rendah dengan kata lain akti=itas termodinamik dari obat didalam basis salep keadaanna rendah, ak ibatna pelepasan obat didalam basis salep menjadi lebih lambat demikian pula sebalikna (opf dan 4lang, 19B#). @bat-obat terlarut terikat kuat dengan bahan pembaa seper ti ang terjadi jika obat membentuk kompleks ang dapat larut dengan bahan pembaana menghasilkan koefisien akti=itas ang rendah, sehingga laju pelepasan dari kombinasi obat-pembaa
lebih lambat. emudian obat-obat ang terikat longgar oleh pembaana (pembaa mempunai afinitas ang rendah terhadap obat), menunjukkan koef isien akti=itasna tinggi oleh karena itu laju pelepasan dari kombinasi obat pembaa lebih cepat ("achman dkk, 199#).
). Caktu difusi
*ari persamaan ?iguchi (3), terlihat baha semakin cepat aktu difusi akan semakin besar obat ang dilepaskan, sebalikna obat ang dilepaskan akan semakin kecil bila aktu difusina semakin lambat (opf dan 4lang, 19B#). #). enis basis salep
$etiap basis salep mempunai sifat-sifat ang berbeda dengan jenis basis salep ang lain misalna mengenai p?, polaritas, =iskositas, dan sebagaina. *engan adana perbedaan harga koefisien partisi suatu obat dalam suatu basis berbeda dengan koefisien obat tersebut dalam basis ang lain, sehingga kecepatan pelepasan obat dari basis ang berbeda akan berbeda pula.
enis basis salep ang mempunai =iskositas tinggi akan menebabkan koefisien difusi suatu obat dalam basis menjadi rendah, sehingga pelepasan obat dari basis ak an kecil ("achman dkk, 199#). 3). aktor biologis
%enurut "achman dkk (199#), absorbsi obat dari basisna tidak hana tergantung pada komposisi dasar salep tetapi juga tergantung pada beberapa faktor biologis aitu' (a). ondisi kulit
(b). *aerah kulit ang diobati
(c). eadaan hidrasi pada stratum corneum
(d). $uhu kulit
(e). etebalan fase penebal kulit
(f). Perbedaan spesies dan kelembaban kulit
Pelepasan obat dari basis dengan difusi obat melalui basis menuju ke permukaan kulit dengan dua cara aitu leat transepidermal ( melalui stratum corneum) dan melalui transfolikuler ang penetrasina melalui kelenjar rambut, folikel dan keringat (>ordon, &!!&).
%etode pelepasan obat dari basis dapat dilakukan dengan' 1). %etode in-vitro
%etode in-vitro terdiri dari'
(a). %etode pelepasan tanpa batas membran
(b).%etode difusi dengan kontrol membran, ang terdiri dari'
(1).%embran kulit tiruan
(&).%embran kulit alami
().$el difusi
(#).ondisi sel difusi tiruan secara in-vitro (4arr, 198).
Dji pelarutan in-vitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat d alam suatu media dengan adana satu atau lebih bahan tambahan ang terkandung dalam produk obat. $ifat medium pelarutan juga akan mempengaruhi uji pelarutan. elarutan maupun jumlah obat dalam bentuk sediaan harus dipertimbangkan. *alam melakukan uji in-vitro ini perlu diperhatikan beberapa faktor, aitu'
(a). Dkuran dan bentuk adah ang mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan.
(b).umlah pengadukan dan sifat pengadukan.
enaikan pengadukan dari media pelarut akan menurunkan tebal stagnant laer mengakibatkan kelarutan obat lebih cepat ($hargel dan 2u, &!!3). Pengadukan terlalu lemah ada resiko cuplikan dalam medium tidak homogen dan pengadukan terlalu kuat menebabkan turbulensi (Aiache, 198&).
(c). $uhu.
*alam medium percobaan suhu harus dikendalikan pada keadaan
o
ang konstan aitu dilakukan pada suhu B 0 sesuai dengan suhu tubuh manusia. Adana kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien konsentrasi juga akan meningkatkan energi kinetik molekul dan meningkatkan tetapan difusi sehingga akan menaikkan kecepatan disolusi ($hargel dan 2u, &!!3).
e). %edium pelarutan
$ifat medium pelarutan akan mempengaruhi uji pelarutan obat. %edium disolusi hendakna tidak jenuh dengan obat. %edium ang baik merupakan persoalan tersend iri dalam penelitian. *alam uji, biasana digunakan suatu media ang lebih besar daripada jumlah pelarut ang diperlukan untuk melarutkan obat secara sempurna ($hargel dan 2u, &!!3).
&). %etode in-vivo
a). Penelitian respon fisiologis dan farmakologi pada h ean uji. b). $ifat fisika kulit c). %etode histologi
d). Analisis pada cairan badan atau jaringan e). ehilangan permukaan ( 4arr, 198).