Pengobatan diare dapat dilakukan dengan terapi pengganti cairan, elektrolit, dan kalori, obat antibakteri atau antiamuba, obat penghambat peristaltik usus, obat penghambat spasme / kejang dan nyeri serta obat yang menenangkan. Pengobatan yang dilakukan terhadap penderita diare bergantung pada penyebab diare tersebut. Diare yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan pengobatan khusus, tetapi daya tahan tubuh pasien harus dijaga karena virus penyebab diare ini akan mengalami self limiting.
Obat – obat
antidiare
dapat
berupa
difenoksilat,loperamid
HCl,
kaolin,pectin,metilselulosa,atapulgit yang diaktifkan,aspirin,bismuth subalisilat. Pada percobaan ini digunakan obat antidiare berupa loperamid HCl. Obat ini merupakan analog meperidin dan memiliki efek seperti opioid pada usus, mengaktifkan reseptor opioid presinaptik di dalam system saraf enteric untuk menghambat
pelepasan
asetilkolin
dan
menurunkan
peristaltic.
Obat
ini
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamiddengan reseptor tersebut. Efek samping termasuk rasa kantuk, kejang perut dan pusing. Karena obat ini dapat menyebabkan megakolon yang toksik,maka tidak digunakan pada anak – anak atau pasien dengan kolitis berat. Pada pengujian efek antidiare ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas obat diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oelum ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal. Ada 2 metode pengujian efek antidiare, yaitu metode proteksi terhadap diare dan metode transit intestinal. Pada percobaan ini digunakan metode transit intestinal untuk menguji aktivitas antidiare dari Loperamid HCl. Metode ini ditujukan terbatas pada aktivitas obat yang dapat memperlambat
peristaltic
usus,sehingga
mengurangi
frekuensi
defekasi
dan
memperbaiki konsistensi fese. Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan jarak usus yang ditempuh ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan. Pada pengujian aktivitas antidiare, penghambatan peristaltik usus ditandai dengan nilai perbandingan
(rasio) jarak usus yang ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan yang semakin kecil. Marker yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta cina. Pada awalnya mencit ditimbang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol dengan menggunakan PGA 2%, kelompok uji Loperamid dosis I 6mg/KgBB dan dosis II 12 mg/KgBB. Dosis yang digunakan dikonversi sesuai dengan berat badan masing – masing mencit. Pada t= 45 menit,semua hewan diberikan tinta cina 0,1 ml/10gr mencit. Banyak dari tinta cina yang diberikan disesuaikan dengan berat badan masingmasing mencit secara oral. Pada t=65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher.
Dislokasi tulang leher dilakukan dengan cara meletakkan
mencit pada bidang permukaan datar. Lalu sebuah benda keras dan tumpul diletakkan di kuduk mencit. Ekor ditarik kuat – kuat sambil menekan benda tersebut sampai mencit mati. Setelah didislokasi mencit dibedah dan dikeluarkan ususnya,. Usus mencit diregangkan lalu diukur panjang usus yang dilalui tinta cina mulai dari pylorus sampai ujung akhir rektum dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum.