BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sekarang ini kecenderungan dan kebutuhan manusia akan pemakaian
kantung plastik amatlah tinggi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
resiko pencemaran yang dapat disebabkan oleh plastik terhadap
lingkungan, sebab diperlukannya waktu yang terbilang amat lama untuk
menguraikan plastik-plastik itu sampai betul-betul hancur atau
terdegradasi secara total. Dengan mempertimbangkan hal ini, maka
diperlukan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti dari
bahan dasar plastik yang digunakan secara luas di masyarakat.
Sehubungan dengan isu-isu yang marak saat ini, para ahli dan ilmuwan
sedang mengusahakan secara intensif pemanfaatan dan artifikasi bahan-
bahan organik yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang
tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat itu sendiri dapat
diolah menjadi bioplastik. Bioplastik dapat dijadikan solusi dalam
pemecahan masalah pencemaran lingkungan akibat limbah plastik. Misalnya
saja kulit jagung, tongkol jagung, kulit pisang, dan bahan organik
lainnya. Bioplastik dapat diolah dari bagian tanaman yang banyak
mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan bantuan dari senyawa-
senyawa kimia yang diproses secara kimiawi dan fisikawi.
Seperti kita ketahui pencemaran lingkungan bukan hanya dapat
disebebkan oleh komponen non-organik seperti plastik saja, komponen
organik sekalipun seperti kulit jagung, tongkol jagung, kulit pisang dan
lainnya dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang tak kalah
kronisnya dengan limbah non-organik walaupun waktu untuk terdegradasinya
tidak lebih lama dari plastik yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
dapat terurai secara sempurna. Menurut data statistik yang dikeluarkan
oleh Petengsewu Wildlife Education Center sebuah lembaga swadaya
pemerhati lingkungan pada tahun 2014, Indonesia yang merupakan negara
terpadat keempat di dunia menghasil 11.330 ton limbah tiap harinya
dengan 58% dari keseluruhannya merupakan limbah plastik dan 14% nya
merupakan limbah rumah tangga yang didominasi oleh limbah organik. Dan
jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk yang tidak terkendali sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa pada tahun 2025,
Indonesia akan menghasilkan 130.000 ton setiap harinya.
Limbah organik merupakan limbah yang komponennya tersusun atas
molekul-molekul organik, baik itu limbah yang berasal dari sayuran, buah-
buahan dan produk pengolahan hasil alam lainnya. Kulit Pisang merupakan
salah satu contoh limbah organik yang jumlahnya sangat banyak ditemui
dalam TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ). Secara umum kulit pisang
menyebabkan permasalahan pencemaran udara lewat bau busuk yang terjadi
akibat proses pengrusakan oleh bakteri, namun tidak menutup kemungkinan
terjadi masalah pencemaran dalam tingkat lebih lanjut lagi dan akan
merusak keseimbangan lingkungan hidup manusia.
Pisang sendiri merupakan jenis buah-buahan yang terdapat pada daerah
tropis dan diproduksi sangat banyak di Indonesia tiap tahunnya. Dari
keseluruhan jumlah varietas buah pisang terdapat jenis-jenis buah pisang
yang sering diolah dalam produk makanan seperti : gorengan, keripik, dan
olahan lainnya, salah satunya adalah pisang kepok. Kulit dari buah
pisang kepok biasanya hanya dibuang oleh masyarakat dan hal itu menjadi
permasalahan pencemaran limbah organik di alam karena akan meningkatkan
tingkat keasaman tanah dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan lebih
lanjut lagi.
Berdasarkan permasalahan inilah, penulis memutuskan untuk mengangkat
topik "Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bio-plastik Pengganti Polimer" dalam karya tulis ini sehingga
kulit pisang kepok yang pada mulanya hanya dianggap sebagai limbah yang
tidak berguna di masyarakat dan tidak punya nilai jual dapat menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengenal berbagai jenis tanaman pisang?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman pisang?
3. Mengapa memilih kulit pisang kepok sebagai bahan baku pada
pembuatan bioplastik ?
4. Bagaimana proses pembuatan bioplastik dari bahan baku kulit pisang
kepok ?
5. Senyawa kimia apa sajakah yang tedapat pada kulit pisang kepok
sehingga dapat diolah menjadi bioplastik?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang terbuat
dari kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik dari
polimer biasa?
7. Bagaimana prospek dan market dari bioplastik sebagai plastik
alternatif di masa depan ?
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman pisang;
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman pisang;
3. Untuk mengetahui alasan dan manfaat memilih kulit pisak kepok
sebagai bahan baku pembuatan bioplastik;
4. Untuk mempelajari cara dan proses pembuatan bioplastik;
5. Untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia pada kulit pisang kepok
yang membuat kulit pisang kepok dapat diolah menjadi bioplastik;
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang
terbuat dari kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik
dari polimer biasa?
7. Untuk mengetahui prospek dan market bioplastik sebagai plastik
alternatif di masa depan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Pisang
"Kerajaan "Plantae "
"Divisi "Spermatophyta "
"Sub-diisi "Angiospermae "
"Kelas "Monocotyledonae "
"Ordo "Musales "
"Famili "Musaceae "
"Genus "Musa "
"Spesies "Musa paradisiaca L."
" "
Pisang adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang
sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus membuat tumbuhan
pisang sangat cocok dan tersebar luas di Indonesia. Kata pisang sendiri
berasal dari bahasa arab yaitu maus. Carl Linnaeus kemudian memasukkan
pisang kedalam keluarga Musaceae, sekaligus melakukan penghormatan
kepada Antonius Musa, seorang doktor pribadi kaisar romawi, Octaviani
Agustinus. Antonius Musa dianggap berjasa karena menganjurkan untuk
makan buah pisang. Sebab itu, nama ilmiah pisang dalam sistem penamaan
binomial nomenklatur adalah Musa paradisiaca. Kedudukan tanaman pisang
dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :
Tumbuhan pisang merupakan tumbuhan terna monokotil dapat tumbuh
bervariasi dari dua hingga sembilan meter. Tanaman ini memiliki
percabangan bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang membentuk
bunga lalu buah. Bagian bawah dari batang pisang menggembung dan
merupakan ubi yang disebut bonggol. Pucuk lateral muncul dari kuncup
pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang
pada umumnya tidak berbiji atau partenokarpi. Sistem perakaran pisang
adalah radix adventicia atau perakaran serabut dimana perkembangan akar
utama dihasilkan rambut akar yang berguna untuk mengoptimalkan
penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.
Batang pisang yang biasa kita lihat merupakan batang semu. Batang
yang sesungguhnya adalah batang yang berada pada bagian dalam berbentuk
bulat ( teres ). Pisang memiliki bunga majemuk. Setiap kuncup bunga
dibungkus oleh seludang berwarna merah kecokelatan. Seludang tersebut
akan lepas dan jatuh jika bunga telah membuka. Bunga betina berkembang
secara normal, sedangkan bunga jantan berada di ujung tanduk tidak
berkembang dan tertutup oleh seludang. Bunga jantan inilah yang disebut
jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipotong setelah pembuahan
selesai. Setiap kelompok bungan, yang disebut sisir tersusun dalam
tandan sehingga satu tandan pisang tersusun atas beberapa sisir yang
dapat terdiri dari 6-22 buah pisang bergantung pada jenis tanaman
pisangnya.
Buah pisang pada umumnya tanpa biji dan disebut triploid ( 3n ),
kecuali pada pisang batu atau klutuk yang memiliki sifat diploid ( 2n ).
Proses pembuahan tanpa biji disebut partenokarpi.
Buah pisang memang termasuk buah buni, bulat memanjang dan
membengkok, tersusun seperti sisir dua baris dengan kulit berwarna
hijau, kuning, coklat atau bahkan ungu. Tiap kelompok buah atau sisir
terdiri atas beberapa pisang. Buah pisang yang memiliki biji biasanya
memiliki biji berkarakteristik hitam, kecil dan bulat. Buah pisang
sendiri juga merupakan buah klimaterik yang artinya memiliki fase
perkembangan, dengan meningkatnya ukuran buah dan meningkatnya kadar
karbohidrat yang terakumulasi dalam bentuk pati. Pertumbuhan terhenti
saat buah telah benar-benar ranum dan fase pematangan buah terhambat.
Selama fase pematangan, kekerasan buah menurun, pati berubah menjadi
gula, warna kulit berubah dari hijau menjadi kuning dan kekelatan pada
buah hilang, berkembang menjadi rasa dengan karakteristik yang khas.
Buah pisang biasanya baru bisa dipanen 80-90 hari setelah keluarnya
jantung pisang.
Pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan merupakan sumber
vitamin, mineral disamping karbohidrat. Pisang dapat dijadikan sebagai
buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang.
Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagai pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca
diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dan sebagainya. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba dan kambing) pada saat musim kemarau karena
tidak/kurang tersedianya rumput.
Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal
tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai
produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah. Salah satu alternatif dari pemanfaatan pisang yaitu dapat diolah
menjadi pati. Sifat fisika dan kimia tepung pisang dari beberapa
varietas dengan komposisi kimia rata-rata tepung pisang, yaitu kadar air
6,24% - 8,39% dan kadar karbohidrat 70,10% - 78,88%.
2. Jenis-Jenis Tanaman Pisang
Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, tingginya
keanekaragaman ini memberikan peluang untuk memanfaatkan tanaman pisang
untuk diolah sebagai pemenuhan kebutuhan manusia.
Berdasarkan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia tanaman pisang
dibagi menjadi tiga macam, antara lain :
a) Pisang Serat ( Musa textilis )
Pisang serat merupakan varietas tanaman pisang yang batangnya
dimanfaatkan secara khusus dalam proses pembuatan tekstil, tali
tambang kapal, kertas dan juga campuran dalam pencetakan uang
kertas. Batang pisang tersusun dari lapisan pelepah yang mengandung
serat yang tinggi ( selulosa ). Pada umumnya pohon-pohon pisang
serat memiliki ciri-ciri antara lain :
- Tinggi pohon dapat mencapai 7 meter;
- Daunnya berwarna hijau dan cenderung berbentuk lanset;
- Ditemui di daerah dengan kelembapan relatif tinggi dengan
intensitas sinar matahari yang tinggi;
Pisang jenis ini dipanen ketika kuncup bunga telah terlihat.
b) Pisang Hias ( Heliconia sp dan Ravenala sp )
Pisang hias atau lebih dikenal dengan nama latin Heliconia
dapat dibagi kembali menjadi dua jenis, yaitu :
- Pisang Kipas ( Ravenala Madagascariensis );
Memiliki bentuk tanaman menyerupai kipas.
- Pisang-Pisangan ( Heliconia sp);
Memiliki batang semu dengan ukuran diameter relatif kecil dan
bunga yang indah. Sangat populer untuk dijadikan hiasan
taman.
c) Pisang Buah ( Musa paradisiaca )
Pisang buah ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya.
Pisang buah terdiri dari beberapa kelompok, yaitu :
- Kelompok pertama adalah pisang yang dapat dimakan secara
langsung setelah matang atau biasa disebut juga 'pisang
meja'.
Contoh : pisang mas, pisang ambon, pisang barangan dan pisang
cavendish.
- Kelompok kedua adalah pisang yang diolah terlebih dahulu baru
bisa dimakan.
Contoh : pisang tanduk, pisang nangka, pisang uli, pisang
kapas dan pisang agung.
- Kelompok ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung
setelah masak maupun diolah terlebih dahulu.
Contoh : pisang kepok dan pisang raja.
- Kelompok keempat adalah pisang yang dimakan sewaktu masih
mentah.
Contoh : pisang batu atau pisang klutuk.
Namun secara garis besar pisang buah dibagi dalam dua kelompok
utama, yaitu :
- Kelompok pisang meja ( dessert banana );
- Kelompok pisang olahan ( cooking banana ).
3. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
Tanaman pisang yang merupakan tanaman yang hanya tumbuh di area
tropis pasti memiliki syarat tumbuh yang berhubungan dengan tanah
sebagai media tumbuh, unsur hara atau mineral, cahaya matahari dan air.
Faktor yang mempengaruhi syarat tumbuh tersebut adalah iklim yang
tersusun atas unsur-unsur seperti curah hujan, suhu, kelembapan, lama
penyinaran dan tekanan angin. Iklim dari satu tempat ke tempat lain
tidaklah sama hal ini dipengaruhi oleh letak geografis suatu tempat.
Alhasil tanaman pisang tidak dapat tumbuh di iklim diluar kondisi tropis
dan sub-tropis. Berikut merupakan syarat tumbuh tanaman pisang :
a. Tanah
Tanaman pisang mempunyai sistem perakaran yang dangkal sehingga
agar pertumbuhannya optimal dibutuhkan top soil yang subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik ( humus ). Pada tanah berat
atau dengan kadar lempung tinggi, pemberian bahan organik seperti
pupuk kandang sangat dibutuhkan dalam kuantitas yang besar agar
dapat merubah struktur tanah menjadi lebih gembur. Pada tanah yang
lebih tingan pemberian pupuk kandang dimaksudkan agar mampu menahan
air dan mineral.
Penambahan pupuk kandang akan memperbaiki struktur tanah dan
menyuplai unsur N, P dan S serta meningkatkan kapasitas pertukuran
kation pada tanah yang merupakan sumber energi bagi mikroorganisme
tanah dan memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan atau menyimpan
air.
Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman pisang
karena memiliki keseimbangan yang baik untuk memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara yang sangat dibutuhkan tumbuhan untuk
pernapasan akar dan air tanah sebagai medium untuk pelarut mineral.
Tanaman pisang akan tumbuh sangat subur dengan tanah berkandungan
organik sekitar 3% ( tinggi ) dan kelembapan tanah 60%-70% ( lembab
).
Tanaman pisang juga memerlukan mineral dalam jumlah besar untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Misalnya untuk memproduksi pisang
30 ton per hektar are per tahun, dibutuhkan pemupukan mineral
sebesar :
"Nitrogen ( N ) "50 kg/ha "
"Difosfor Pentaoksida ( "15 kg/ha "
"P2O5 ) " "
"Kalium Dioksida ( K2O ) "175 kg/ha"
"Kalsium Oksida ( CaO ) "10 kg/ha "
"Magnesium Oksida ( MgO ) "25 kg/ha "
Sedangkan untuk mendapatkan 50 ton per hektare per tahun,
diperlukan pemupukan mineral sebesar :
"Nitrogen ( N ) "388 kg/ha "
"Fosfor ( P ) "52 kg/ha "
"Kalium ( K ) "1.438 "
" "kg/ha "
"Kalsium ( Ca ) "227 kg/ha "
"Magnesium ( Mg ) "125 kg/ha "
"Sulfur ( S ) "73 kg/ha "
"Klorin ( Cl ) "525 kg/ha "
"Natrium ( Na ) "10,6 kg/ha"
"Unsur lainnya ( mikro"26,94 "
") "kg/ha "
Derajat keasaman atau pH tanah yang sangat sesuai untuk tanaman
pisang berada pada kisaran 5,6-7,5, sedangkan pisang yang cukup
sesuai berada pada 5,2-5,6 dan 7,5-8,0. Derajat keasaman sangat
berpengaruh pada persediaan unsur hara sehingga mempengaruhi
pertumbuhan tumbuhan. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara
bila berada pada pH tanah netral ( 6-7 ) karena unsur hara akan
mudah larut di dalam air. Pada tanah asam, unsur P tidak akan
diserap oleh tumbuhan karena diikat oleh unsur Al ( Aluminium ).
Sedangkan pada kondisi tanah alkali, unsur P tidak akan diserap
oleh tanaman karena berikatan dengan unsur Ca ( Kalsium ).
b. Iklim
Tanaman pisang tumbuh baik di daerah tropis terutaman daerah
diantara 30o LU-30o LS. Di daerah subtropis juga terdapat tanaman
pisang tetapi pertumbuhannya lebih lambat. Tipe iklim yang sesuai
dengan tanaman pisang adalah iklim basah sampai kering dengan curah
hujan merata sepanjang tahun atau jumlah bulan kering 0-4 bulan.
Suhu rata-rata tahunan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
pisang berkisar antara 18-35oC, tetapi yang ideal adalah 25-27oC.
Suhu diluar rentang 18-35oC akan menghambat pertumbuhan tanaman
pisang.
Tanaman pisang membutuhkan air dalam jumlah yang cukup besar
terutama pada awal penanaman dan pada waktu pembentukan buah. Curah
hujan rata-rata tahunan yang sesuai adalah 2.000-2.500mm. Kebutuhan
air per minggu sekitar 25 mm atau setiap harinya 3-6,3 mm,
tergantung pada suhu udara, kelembapan, penyinaran matahari dan
angin. Kekurangan air pada tanaman pisang dapat menyebabkan buah
pisang berwarna gelap ( sunburn ). Oleh karena itu pemberian air
pada musim kemarau amat dianjurkan.
Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman pisang membutuhkan
waktu 8-12 bulan untuk menghasilkan tandan ( buah ), sedangkan di
daerah beriklim kering dan dingin membutuhkan 18 bulan. Angin
kencang berpengaruh buruk pada tanaman pisang. Tanaman bisa roboh
karena perakarannya dangkal dan tidak memiliki akar penunjang
seperti pada tumbuhan-tumbuhan terna dikotil. Kedalaman akar pisang
rata-rata dalah 75 cm dengan maksimalnya 90 cm. Kecepatan angin
lebih dari 20 km / jam akan menyebabkan kerusakan pada pisang
sedangkan angin diatas 80 km / jam akan merobohkan tanaman pisang
secara total.
Tanaman pisang memang tahan terhadap kekeringan karena akarnya
mengandung air. Namun pemberian air di musim kering akan membantu
produktivitas tanaman pisang karena kebutuhan air meningkat pada
masa vegetatif dan pembentukan buah.
Agar produktivitasnya optimal, pisang sebaiknya dibudidayakan
di tempat dengan ketinggina 1.000 mdpl terutama pada ketinggian 400-
600 m dpl. Tanaman pisang membutuhkan cahaya matahari yang banyak.
Di tempat yang terlindung tanaman pisang akan terhambat
pertumbuhannya.
4. Budidaya Tanaman Pisang
Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mendapatkan pisang unggulan yang
populer dibutuhkan suatu sistem produksi yang baik agar diperoleh buah
yang sesuai dengan permintaan konsumen. Oleh karena itu teknik budidaya
tanaman pisang menjadi solusi untuk memenuhi itu semua. Berikut
merupakan tahap-tahap dalam melakukan teknik budidaya pisang :
a. Penentuan Waktu Tanam
Iklim yang berubah karena pemanasan global menyebabkan sulitnya
memprediksi pergantian seperti awal musim hujan atau kemarau. Sebab
itu, untuk menentukan waktu tanam pisang dibutuhkan informasi
iklim. Data dalamsatu periode, misalnya 5 tahun, sangat diperlukan
untuk menganalisis curah hujan rata-rata bulanan dalam periode
tersebut, dapat ditentukan pula tipe iklim di suatu wilayah yang
menjadi tempat penanaman pisang. Dengan mengetahui awal bulan basah
( mulai musim hujan ) sampai tiga bulan berikutnya, dapat diperoleh
waktu tanam pisang yang menjamin pertumbuhan benih pisang secara
baik.
Data iklim bisa diperolah dari Kantor Metereologi setempat.
Kantor Penyuluhan Pertanian juga dapat dikunjungi untuk
berkonsultasi dengan Penyuluh Pertanian mengenai cara menganilisis
data iklim yang diaplikasikan dalam budi daya tanaman pisang.
b. Penyediaan Lahan
Persiapan lahan meliputi gulma, rumput dan semak belukar.
Selain itu, tanah juga digemburkan serta dibuat sengkedan dan
saluran drainase. Pembuatan saluran pembuangan air dibutuhkan pada
tanah datar sehingga air tidak tergenang saat musim hujan.
Sementara itu, pembuatan sengkedan perlu dilakukan pada bagian
tanah yang miring. Lebar sendkedan tergantung pada kemiringan
lahan. Lambung sengkedan dapat ditahan dengan menanam tanaman
legum, misalnya lamtoro. Selain sebagai penahan erosi, tanaman
tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pemasok nitrogen
dan pemecah energi angin.
Daun-daunan sisa tanaman pisang bisa dijadikan kompos agar
tidak menjadi sumber penularana hama dan penyakit. Lahan yang sudah
disiapkan dibuatkan titik posisi tanam sesuai jarak tanam yang
diinginkan. Jarak tanam bisa dibuat dengan ukuran 4x4 m untuk
pisang bertajuk sempit, 5x5 m untuk pisang bertajuk sedang dan 6x6
m untuk pisang bertajuk lebar.
Setelah lahan dibersihkan, lubang tanam disipakan dengan ukuran
50x50x50 cm atau 60x60x50 untuk tanah yang subur. Untuk tanah yang
kurang subur, lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran 80x80x50 cm.
Dengan ukuran tersebut, dapat tersedia ruang pertumbuhan dan
perkembangan akar pisang. Gunakan cangkul untuk membuat lubang
tanam. Lapisan tanah atas dan tanah bawah dipisahkan di tempat yang
berbeda. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1-3 bulan sebelum
penanaman agar mendapat penyinaran dan aerasi udara yang baik.
c. Penyediaan Bibit
Benih atau bibit pisang dapat diperoleh dengan beberapa cara,
antara lain :
- Bibit dari anakan;
Cara inilah yang biasa dilakukan pada perkebunan pisang
rakyat. Bibit diperoleh dengan memisahkan anakan dari rumpun
pisang dengan menggunakan linggis. Anakan pisang yand
diperoleh dapat berupa rebung dengan ukuran 24-40 cm. Anakan
rebung belum berdaun dan bonggolnya masih lunak.Anakan juga
bisa berupa anakan pedang dengan tinggi 40-100 cm. Anakan ini
memiliki daun yang masih berbentuk seperti pedang dengan
ujung yang runcing. Berikutnya adalah anakan dewasa dengan
tinggi lebih dari 100 cm. Anakan ini telah memiliki daun
sempurna.
Anakan rebung mudah mengalami kekeringan setelah ditanam
sementara itu, anakan dewasa tidak terlalu ideal untuk
ditanam karena terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang
tahan terhadap cekaman lingkungan. Sebab itu, bibit dari
anakan yang paling baik adalah anakan pedang. Ketika
dipisahkan dari rumpunnya, anakan harus langsung ditanam.
Anakan pisang yang digunakan sebagai bibit sebaliknya diambil
dari pohon yang sudah bereproduksi, sehat dan
produktivitasnya relatif tinggi.
- Bibit dari bonggol;
Bonggol yang digunakan untuk penyediaan bibit dapat
diambil dari anakan pisang berdiameter 7-12 cm atau setinggi
40-150 cm. Cara menyediakan bibit bonggol adalah sebagai
berikut :
o Anakan dipisahkan dari rumpun dewasa yang sehat serta
bebas dari hama dan penyakit menggunakan linggis (
kondisi bonggol harus utuh );
o Akar dan tanah yang menempel pada bonggol harus
dibersihkan. Anakan dipotong 10 cm di atas leher
bonggol. Titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan
lebar dan dalam sekitar 3 cm dengan menggunakan pisau
runcing dan bersih;
o Periksa kesehatan bonggol dengan memotong bagian bawah
bonggol. Bila berwarna merah mengindikasikan
terinfeksi penyakit, bila berwarna putih
mengindikasikan sehat;
o Bonggol direndam dalam disinfektan selama 20 menit
atau dalam larutan fungisida atau nematisida
dengandosis 2 gr/L air agar jamur atau nematoda mati.
Boleh juga direndam dalam air hangat dengan suhu 55oC;
o Munculnya tunas pada bonggol dapat dirangsang dengan
terlebih dahulu disemai dalam bedengan, disusun secara
sejajar dengan titik tumbuh mengarah keatas. Masing-
masing bonggol diberi jarak 5 cm . Bonggol ditimbun
campuran tanah, pasir dan pupuk kandang setebal 5 cm.
Lakukan penyiraman untuk menjaga kelembapan bonggol
bila tidak ada hujan;
o Setelah tunas tumbuh dan telah memiliki satu atau dua
lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan. Kemudian,
bonggol dibelah secara membujur dari permukaan atas
bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila
ukuran potongan terlalu besar, dapat dikurangi dengan
mengiris potongan bonggol di kiri dan kanan tunas;
o Tunas hasil semaian disemai dalam polibag ukuran 20x30
cm yang berisi media tanam berupa campuran tanah dan
pupuk dengan rasio 1:1 lalu diletakkan dalam tempat
yang teduh;
o Setelah berumur 1 bulan, bibit dipindahkan ke tempat
terbuka dan siap ditanam di lahan setelah berumur 2
bulan. Bibit sudah mempunya 2 helai daun pupus.
- Bibit dari perbanyakan kultur jaringan
Bibit pisang kultur jaringan merupakan bibit yang
dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan ( sel
meristematis ) pada media buatan dalam laboratorium ( in
vitro ). Kultur jaringan merupakan tekhnik budidaya sel,
jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang
terkendali dan tidak terkontaminasi mikroorganisme penyebab
penyakit.
Dengan kultur jaringan, dapat diperoleh tanaman dalam
jumlah banyak, dalam waktu relatif singkat, dan sifat
fisiologi dan morfologi yang sama persis dengan tanaman
induk. Keuntungan yang diperoleh adalah kesehatanbibit
tanaman terjamin, kecepatan pertumbuhannya se ragam, lebih
cepat berbuah, dan buah bisa masak serempak sehingga waktu
panen bisa bersamaan. Ini akan memberikan hasil yang lebih
efisien dalam penanganan. Tanaman pisang dari bibit kultur
jaringan dapat dipanen sekitar 9 bulan dan panen kedua
berkisar antara 5-6 bulan.
Satu-satunya kelemahan perbanyakan bibit secara kultur
jaringan adalah membutuhkan keahlian khusus dan harus
dilakukan di dalam laboratorium sehingga tidak semua orang
bisa melakukannya. Sebab itu, bibit pisang kultur jaringan
dapat dibeli dari penangkar benih yang memiliki fasilitas
pembibitan kultur jaringan. Bibit pisang kultur jaringan
dapat dibeli di Kebun Benih Hortikultura Salaman, Magelang,
Jawa Tengah. Secara garis besar, terdapat beberapa langkah
dalam melakukan perbanyakan pisang dengan kultur jaringan.
- Langkah awal adalah pembuatan media yang mengandung garam-
garam mineral dalam konsentrasi tinggi;
- Berikutnya adalah persiapan eksplan yang dipilih dari tunas
yang sehat. Dicuci bersih, bagian ujung tunas dipotong,
seludang dikupas, danbonggol diiris hinggake inti sampai
diperoleh jaringan berbentuk kubus. Eksplan tersebut lalu
direndam dalam larutan bakterisida dan fungisida;
- Setelah itu, langkah inokulasi. Eksplan ditanam dalam media
dan disimpan dalam ruang inkubasi yang bersuhu konstan 22-
28°C;
- Langkah selanjutnya adalah subkultur. Ini merupakan proses
memindahkan eksplan ke dalam media barn. Setiap individu
dapat dipecah menjadi 5-6 subkultur. Perlakuan subkultur
dapat dilakukan sebanyak 5-6 generasi. Subkultur yang telah
tumbuh akarnya dapat disebut sebagai bibit kecil atau
plantlet;
- Kemudian, langkah multiplikasi, yaitu proses pemindahan
eksplan pada media baru dengan membelah bonggol untuk
memacu pertumbuhan tunas-tunas samping;
- Langkah selanjutnya adalah aklimatisasi. Ini merupakan
proses mengeluarkan plantlet dari botol menggunakan pinset,
lalu setelah diberikan beberapa perlakuan dalam larutan
fungsisida dan bakterisida, plantlet tersebut ditanam dalam
media tanam berupa pasir steril dengan jarak tanam 10 x 10
cm. Tutup plantlet tersebut dengan plastik transparan
selama 3 minggu;
- Lalu, bibit dipindahkan ke polibag dan diletakkan di tempat
terbuka;
- Setelah sekitar 5 minggu, bibit sudah siap ditanam di
lahan.
d. Penanaman
Sebulan sebelum penanaman, tanah bekas galian bagian atas
dikembalikan ke lubang tanam. Tanah tersebut dicampur pupuk kandang
8-10 kg untuk lubang tanam yang berukuran 60 x 60 x 50 cm dan 13-15
kg untuk lubang tanam yang berukuran 80 x 80 x 50 cm. Tanah yang
sudah dicampur pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam,
kemudian disusul dengan tanah bagian bawah. Setelah itu, lubang
tanam dibiarkan selama sebulan lalu ditanami bibit pisang.
Pada saat menanam bibit, lubang tanam yang sudah ditimbun
digali lagi seukuran bibit yang hendak ditanam. Bibit yang hendak
ditaman hendaknya direndam terlebih dahulu dengan agensia hayati
Pseudomonas fluorescens. Bibit ditanam sampai sebatas sekitar 10 cm
di atas pangkal batang. Setelah itu, lubang ditutup kembali dengan
tanah galian tadi. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan. Tandan buah dan buah yang dihasilkan akan besar karena
periode pembuahannya juga akan terjadi pada musim hujan.
e. Pemeliharaan Tanaman
Pengairan dibutuhkan bila penanaman dilakukan di luar musim
hujan atau saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan cara
menyiram dari atas anakan secara perlahan dan mengenai daun pisang.
Pada kebun pisang komersial yang cukup luas, penyiraman dapat
dilakukan melalui parit atau disemprotkan langsung pada tanaman.
Ada pula yang melakukan dengan drip irrigation atau irigasi tetes.
Anakan yang baru ditanam dan tanaman yang berbunga memerlukan air
antara 50-90 liter, sedangkan tanaman yang berbuah membutuhkan air
200 liter per minggu.
Ketika tumbuh rumput atau gulma di sekitar tanaman pisang,
perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan rumput langsung diikuti
dengan penggemburan tanah menggunakan cangkul kecil. Penggemburan
jangan terlalu dalam karena dapat merusak perakaran pisang. Lakukan
pula pemangkasan daun dan pelepah pisang yang menguning dan mati.
Daun tersebut dipotong-potong dan dijadikan sebagai mulsa atau
penutup tanah. Pelepah daun yang menunjukkan gejala serangan
penyakit dipotong dan dikumpulkan pada satu tempat lalu dibakar
agar tidak menjadi sumber infeksi pada tanaman yang sehat.
f. Pemupukan
Pemupukan dibutuhkan agar tanaman pisang tumbuh optimal,
produktif, dan untuk mempertahankan status hara tanah. Pupuk yang
diberikan berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos, yang diberikan sekitar 10 kg per rumpun.
Pemupukan ini dilakukan 3 bulan setelah tanam dan diulang setiap 3
bulan.
Pupuk anorganik meliputi nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur
nitrogen berfungsi untuk membuat daun hijau segar, mempercepat
pertumbuhan vegetatif, dan menambah kandungan protein buah. Unsur
fosfor diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar sehingga dapat lebih banyak mengambil unsur hara dari dalam
tanah. Selain itu, tanaman menjadi tidak mudah roboh, lebih cepat
berbunga, merangsang pertumbuhan, serta lebih tahan terhadap
serangan hama dan penyakit. Kalium berfungsi untuk memperkuat
batang tanaman, membantu proses fotosintesis, dan meningkatkan
kualitas buah serta menambah ketahanan tanaman.
Pemberian pupuk dilakukan secara melingkar dengan membuat alur
di sekeliling tanaman dengan jarak 50 cm dari pangkal rumpun dan
dibuat dengan kedalaman 10 cm. Pupuk diberikan dengan takaran 100
gram urea per rumpun, 50 gram TSP/SP-36 per rumpun, dan 100 gram
KC1 per rumpun. Setelah pupuk diberikan, alur ditutup kembali
dengan tanah, jerami, atau daun kering. Pupuk anorganik diberikan 4
kali setahun.
g. Penjarangan Anakan;
Pisang merupakan tanaman yang sangat mudah berkembang dengan
menghasilkan anakan baru. Penjarangan anakan sangat diperlukan agar
diperoleh tanaman pisang yang subur dengan produktivitas tinggi.
Penjarangan dilakukan untuk menghindari berjejalnya batang dan
untuk mengatur panen yang berurutan dalam setiap rumpun. Dari satu
tanaman induk, disisakan 2-3 anakan atau dari satu batang yang
tertua didampingi 2-3 anakan, dan satu tanaman cucu. Cara lain
dalam menentukan jumlah tanaman dalam setiap rumpun adalah 2 batang
pisang induk disisakan 2 anakannya sehingga terdapat 4 anakan.
h. Pemberian Penyangga;
Pisang yang mulai berbunga mempunyai jantung pisang yang kuat
dan kompak, begitu pula dengan tandan yang menjadi tempat
menempelnya sisir-sisir buah. Pisang yang mulai berbuah akan
menarik pohon induk karena bobot buah dan adanya daya tarik bumi.
Sebab itu, perlu diberikan penyangga yang menjadi topangan buah
pisang agar batang pisang tidak patah atau rubuh karena beban
tandan yang berat. Penyangga dari bambu atau kayu dipasang searah
dengan posisi tandan buah dan jangan mengenai buah pisang.
i. Pembrongsongan;
Ada kalanya buah pisang perlu dibrongsong untuk mencegah
terjadinya infeksi hama dan penyakit sehingga buah menjadi mulus
dan kualitasnya lebih baik. Pembrongsongan bisa menggunakan plastik
PE (polyethylene) dengan panjang 100-150 cm atau karung bekas yang
diikatkan pada pangkal tandan. Pembrongsongan dilaku-kan pada saat
seludang pisang pertama belum membuka dan sebelum jantung pisang
merunduk. Seludang atas jangan ikut masuk ke dalam plastik atau
karung. Seludang yang terlepas dikeluarkan agar tidak membusuk pada
tandan buah.
Pembrongsongan dapat menggunakan bahan dari kertas semen,
plastik PE bening, plastik biru atau plastik khusus yang diberi
insektisida. Ada dua waktu pembrongsongan. Pertama, saat seludang
bunga pertama mekar. Sebelum dilakukan pembrongsongan, jantung
pisang disemprot insektisida berbahan aktif dicloford atau
chlorpyrifos serta diberi fungisida berbahan aktif benomyl.
Penyemprotan pestisida dilakukan lagi setelah buah pisang muda
terbentuk sempurna dan pemotongan jantung dengan membuka brongsong.
Kedua, setelah penyemprotan pestisida, tandan buah dibrongsong lagi
hingga buah dipanen. Caranya sama dengan saat pembrongsongan
pertama.
Tandan pisang yang dibrongsong dapat melindungi buah dari cuaca
dingin atau panas, debu, serangan hama, sinar matahari langsung,
dan dapat mempercepat masa panen 5 hari. Pembrongsongan dapat
mencegah timbulnya bintik hitam atau cokelat pada buah akibat
serangan hama.
j. Pemotongan Jantung Pisang;
Jantung pisang sejatinya adalah bunga jantan. Rangkaian bunga
pada pangkal jantung pisang adalah bunga betina dan akan berkembang
menjadi buah. Rangkaian bunga pada bagian tengah adalah bunga
sempurna yang juga akan berkembang menjadi buah. Sedangkan
rangkaian bunga yang berada pada pucuk atau ujung jantung pisang
adalah bunga jantan dan tidak berkembang menjadi buah.
Setelah sisir buah pisang terbentuk dan pembentukan buah
selesai, muncul tangkai jantung pisang yang akan terus memanjang.
Bila sudah me ncap ai 15-20 cm, sebaiknya langsung dipotong.
Pemotongan jantung pisang bertujuan untuk menghindarkan infeksi
penyakit layu darah dan mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh
bakal buah. Pemotongan jantung pisang dilakukan bila jarak buah
terakhir yang normal dengan jantung sudah lebih dari 5 cm.
Pemotongan menggunakan pisau dari arah kanan sekitar 5 cm dari
sisir terakhir yang normal. Pembuangan sisir buah yang tak sempurna
dapat dilakukan karena dapat memperbesar buah di atas sisir buah
yang tidak sempurna tersebut.
Pemotongan bunga jantan ( jantung ) setelah terbentuknya
jumlah sisir yang dikehendaki dapat meningkatkan bobot tandan dan
mengurangi penularan penyakit oleh serangga pengisap madu. Setelah
pemotongan jantung, lakukan pemupukan buah secara susuan agar buah
yang dihasilkan berisi penuh. Caranya: buat adonan urea (1 sendok
makan) dicampur tanah ( 2 kepalan tangan orang dewasa ). Adonan
tersebut ditambah sedikit air sehingga menjadi seperti adonan kue
yang mudah dibentuk. Adonan ini dimasukkan dalam kantong plastik
dan diikatkan pada bagian bawah tandan yang telah dipotong
jantungnya. Untuk mendapatkan kualitas buah yang bagus, pada fase
perkembangan buah, sebaiknya daun disisakan sekitar 4 helai saja.
5. Tanaman Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan jenis pisang berkulit tebal dengan nilai
komersial yang sangati tinggi sebagai pisang olahan. Pada umumnya
terdapat dua buah jenis pisang kepok berdasarkan warna dagingnya yaitu :
pisang kepok kuning dan pisang kepok putih.
Pisang kepok kuning pada umumnya lebih disukai oleh konsumen
dikarenakan kulit buah dan dagingnya yang tebal dan daging buahnya yang
akan berwarna kuning bila matang.
Deskripsi morfologi pisang kepok adalah sebagai berikut :
"Tinggi "3 meter "
"Panjang tandan buah "30-60 cm "
"Jumlah sisir per tandan "9-17 sisir "
"Jumlah rata-rata buah per "10-20 buah "
"sisir " "
"Berat per tandan "14-22 kg "
"Bentuk buah "Berpenampang segitiga,"
" " "
" "segiempat ataupun "
" "bulat "
"Daging buah "Bewarna putih "
" "kekuningan "
" "atau kuning "
Dalam 100 gram daging buah pisang kepok terdapat kandungan zat gizi,
antara lain :
"Kalori "79 kkal "
"Karbohidrat"21,2 gram "
"Protein "1,1 gram "
"Lemak "0,2 gram "
"Air "75,5 gram "
"Vitamin A "0,022 gram "
"Vitamin C "0,0094 gram"
"Tiamin "0,001 gram "
"Riboflavin "0,002 gram "
Pisang kepok pada umumnya memiliki jumlah sisir per tandan hingga 17
sisir dengan jumlah buah per sisir antara 13-18 buah dan jumlah buah per
tandan anatara 150-250 buah. Cita rasa daging buah pisang ini manis dan
merupakan pisang olahan varietas utama. Daya simpannya pada suhu kamar
mencapai 15-21 hari. Produktivitas pisang ini mencapai 20-30 ton per
hektarare.
Menurut Herbarium Medanense (2011), klasifikasi pisang kepok, adalah
sebagai berikut:
"Kingdom "Plantae "
"Divisi "Magnoliophyta "
"Class "Liliopsida "
"Ordo "Musales "
"Famili "Musaceae "
"Genus "Musa "
"Spesies "Musa paradisiaca. "
" "L. "
"Nama Lokal "Pisang Kepok "
Kulit pisang kepok sangat berbeda dengan dagingnya yang banyak
dimanfaatkan. Kulit pisang kepok biasanya menjadi limbah yang tidak ada
harga jualnya. Oleh karena itu penulis melihat peluang dalam pemanfaatan
kulit pisang kepok untuk diolah sebagai bahan bioplastik karena
mengandung zat Amilopektin. Dimana zat Amilopektin tersebut diurai
bersama dengan molekul air pada kulit pisang terlebih dahulu melalui
proses hidrolisis. Berikut merupakan komposisi zat yang terkandung pada
kulit pisang :
"Unsur "Komposisi "
"Air "69,80 % "
"Karbohidrat "18,50% "
"Lemak "2,11% "
"Protein "0,32% "
"Kalsium "715mg/100gr "
"Pospor "117mg/100gr "
"Besi "0,6mg/100gr "
"Vitamin B "0,12mg/100gr "
"Vitamin C "17,5mg/100gr "
" "
Berdasarkan tabel diatas, komposisi karbohidrat menempati tempat
terbanyak kedua pada kulit pisang. Zat amilopektin sendiri merupakan
jenis karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bioplastik.
6. Pati ( Amilum )
Salah satu biomassa yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik
adalah pati, yang didapatkan dari tanaman penghasil pati seperti
singkong. Pati ( amilum ) adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan
glukosa dalam jangka panjang.
Pati dapat dihasilkan dari beberapa macam sumber, antara lain dari
biji-bijian dan umbi-umbian. Pati yang berasal dari biji-bijian dapat
berasal dari serealia seperti jagung, gandum, beras, sorghum dan kacang-
kacangan. Adapun dari umbi-umbian, pati dapat dihasilkan dari singkong,
kentang, dan sebagainya. Selain itu, pati juga dapat dihasilkan dari
batang tanaman, seperti pati sagu dan dari daging buah muda seperti
pisang. Contohnya adalah akar Manihot esculenta (pati tapioka), batang
Metroxylon sagu ( pati sagu ), dan rizom umbi tumbuhan Bersitaminodia sp
yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma
angustifolia ( pati umbi larut ). Tanaman dengan kandungan amilum yang
digunakan di bidang farmasi adalah Zea mays ( jagung ), Oryza sativa (
beras ), Solanum tuberosum ( kentang ), Triticum aesticum ( gandum
), Maranta arundinacea ( garut ), Ipomoea batatas ( ketela rambat
), Manihot utilissima ( ketela pohon ).
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai rumus
molekul (C6H10O5)n, dan densitas sebesar 1.5 g/cm3. Dalam air dingin
amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan
akan terjadi suatu larutan koloid yang kental, memberikan warna ungu
pekat pada tes iodin dan dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hal ini disebabkan karena molekulnya
berantai lurus atau bercabang tidak berpasangan sehingga membentuk
jaringan yang mempersatukan granula pati. Sifat pati lainnya adalah
butuh waktu yang lama dalam proses pemasakan dan sering terjadi proses
retrogradasi dan sineresis pada pati alami. Retrogradasi adalah proses
kristalisasi kembali dan pembentukan matriks pati yang telah mengalami
gelatinisasi akibat pengaruh suhu.
Penyusun amilum yang utama adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
memberikan sifat keras ( pera ) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket.
7. Polimer
Polimer disebut juga dengan makromolekul yang dibangun dari repetisi
molekul-molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer ( polymer )
berasal dari dua kata, yaitu poli ( banyak ) dan meros ( bagian – bagian
).
Klasifikasi polimer salah satunya adalah berdasarkan ketahanan
terhadap panas ( termal ). Klasifikasi polimer ini dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a. Polimer termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak
tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan ketika didinginkan akan mengeras. Proses tersebut
dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam
berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan
produk polimer yang baru.
Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer
plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar
rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau
bercabang. Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut :
Bentuk struktur bercabang termoplastik adalah sebagai berikut :
Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai
berikut :
"No "Sifat Polimer Termoplastik "
"1 "Berat molekul kecil "
"2 "Tidak tahan terhadap panas "
"3 "Jika dipanaskan akan lunak "
"4 "Jika didinginkan akan keras "
"5 "Mudah untuk direnggangkan "
"6 "Fleksibel "
"7 "Titik leleh relatif rendah "
"8 "Dapat dibentuk ulang ( daur ulang "
" ") "
"9 "Mudah larut dalam pelarut yang "
" "sesuai "
"10 "Memiliki struktur molekul linear "
" "atau bercabang "
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut :
- Polietilena (PE) :
Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa
saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas
hujan;
- Polivinilklorida (PVC) :
Pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis,
ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen;
- Polipropena (PP) :
Karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator,
kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadan;
- Polistirena :
Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
b. Polimer termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat
meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan
polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada
saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat
disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah
dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi
kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka
semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :
Sifat-sifat polimerseting antara lain :
"No "Sifat polimerseting "
"1 "Keras dan kaku ( tidak "
" "fleksibel ); "
"2 "Jika dipanaskan akan mengeras; "
"3 "Tidak dapat dibentuk ulang ( "
" "sukar didaur ulang ) "
"4 "Tidak dapat larut dalam pelarut"
" "apapun "
"5 "Jika dipanaskan akan meleleh "
"6 "Tahan terhadap asam basa "
"7 "Mempunyai ikatan silang antar "
" "rantai molukel "
Contoh plastik termoseting :
- Bakelit :
Asbak, fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan
fotografi, radio, perekat polywood.
8. Bioplastik
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat
dengan mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun
oleh cuaca ( kelembaban dan radiasi sinar matahari ). Bioplastik terbuat
dari sumber biomassa seperti minyak nabati, amilum jagung,
klobot jagung, amilum ercis, atau mikrobiota.
Plastik pada umumnya berasal dari minyak bumi. Plastik ini lebih
mengandalkan bahan bakar fosil yang langka dan menghasilkan efek gas
rumah kaca. Beberapa, bioplastik dirancang untuk mudah terurai.
Bioplastik yang dirancang untuk terurai dapat memecah baik dalam
lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada bagaimana diproduksi.
Ada berbagai bioplastik yang dibuat yang terdiri dari pati, selulosa,
atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah
kemasan bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi. Berikut
merupakan jenis-jenis bioplastik yang umum digunakan di masyarakat :
Bioplastik berbahan pati
Bioplastik berbahan pati merupakan sekitar 50 persen dari pasar
bioplastik, termoplastik pati, saat ini merupakan bioplastik yang
paling banyak digunakan. Pati murni memiliki karakteristik mampu
menyerap kelembaban, dan dengan demikian digunakan untuk
produksi kapsul obat di sektor farmasi. Flexibiliser dan peliat
seperti sorbitol dan gliserinditambahkan sehingga pati juga dapat
diproses thermo-plastis. Dengan memvariasikan jumlah zat aditif,
karakteristik material dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus (
juga disebut "thermo-pati dari plastik" ). Plastik pati sederhana
dapat dibuat di rumah.
Bioplastik berbahan selulosa
Bioplastik berbahan selulosa terutama ester selulosa,
( termasuk selulosa asetat dan nitroselulosa ) dan
turunannya, termasuk seluloid.
BAB III
Metodologi Penelitian
3.
1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari
suatu penelitian. Dalam penyususnan karya ilmiah ini, penulis melakukan
penelitian dengan mengambil objek penelitian kulit pisang kepok sebagai
bahan baku bioplastik.
2. Metode Penelitian
Untuk menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode / survei
deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-
ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan
data, menganalisis data dan menginterprestasikannya.
3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh pada karya ilmiah ini diperoleh melalui
teknik studi kepustakaan ( library research ), yaitu dengan mencari buku-
buku lieteratur yang sesuai dengan masalah yang diangkat. Data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah
ditemukan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing
sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti. Dalam melakukan
studi kepustakaan ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan cara
sebagai berikut :
1. Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang berhubungan
dan mendukung masalah yang diteliti;
2. Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis lainnya baik dari
literatur ilmiah maupun internet.
Setelah itu, penulis mengolah data-data yang diperoleh dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan data; yakni tahap pengumpulan seluruh data untuk
menguji hipotesis penelitian;
2. Klasifikasi data; yakni tahap untuk menggolongkan, mengelompokkan,
dan memilah data berdasarkan pada klasfiikasi tertentu yang telah
dibuat dan ditentukan oleh penulis. Tujuan dari klasifikasi data
ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis;
3. Pengolahan data; yakni tahap yang dilakukan untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Pengolahan data ini akan
menggolongkan seluruh informasi yang telah didapatkan ke jenis
data. jenis data ini digolongkan menjadi data kualitatif dan
kuantitatif;
4. Interpretasi hasil pengolahan data; yakni tahap di mana penulis
menarik suatu kesimpulan dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian.
4. Metode Analisis Data
Dari hasil data yang telah dikumpulkan melalui teknik pengumpulan dan
pengolahan data, penulis melakukan tahap terakhir yakni menganalisis
data dengan metode analisis kualitatif, yakni analisis yang
mengungkapkan suatu masalah tidak dalam bentuk angka-angka melainkan
dengan nilai yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan penilaian
penulis.
BAB IV
ANALISI DAN PEMBAHASAN
1. Limbah dan Lingkungan Hidup
Isu lingkungan hidup merupakan sebuah masalah yang menjadi sorotan
utama selama sedekade belakangan ini. Meningkatnya jumlah limbah dan
polutan secara signifikan menjadi masalah serius dalam penurunanan
kualitas lingkungan hidup manusia yang akan berdampak secara langsung
pada kehidupan manusia. Berdasarkan keputusan kepala BAPEDAL ( Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan ) tahun 1995, limbah didefinisikan setiap
bahan sisa ( residu ) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun ( B4 ) karena sifat beracun ( toxicity ),
mudah terbakar ( flammability ),reaktif ( reactivity ) dan korosif
( corrosivity ) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan,
atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh limbah B4 adalah logam berat
seperti Aluminium ( Al ), Kromium ( Cr ), Kadmium ( Cd ), Tembaga ( Cu
), Besi ( Fe ), Timbal ( Pb ), Mangan ( Mn), Raksa ( Hg ), dan Seng ( Zn
) serta zat kimia seperti pestisida, polimer, sianida, sulfida, fenol
dan sebagainya.
Berdasarkan sumbernya, limbah B4 dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi
pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik
yang stabil dan mudah menguap;
b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi
dan flokulasi;
c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses
pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan
organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut;
d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi
dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan / lumpur
yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Berdasarkan sumbernya limbah dibedakan menjadi :
a. Limbah alam, yaitu limbah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami;
b. Limbah manusia, yaitu limbah hasil pencernaan manusia;
c. Limbah konsumsi, yaitu limbah yang digunakan oleh pengguna barang,
yaitu manusia.
Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi:
a. Limbah organik
Limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi,
baik aerob maupun anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu,
dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang
besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan
industri.
Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang
alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat
tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta
laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup
didalamnya.
Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan
terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-
bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, limbah,
rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya
dipercepat oleh bantuan manusia.
Limbah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau
pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa
limbah organik sehingga lebih mudah ditangani. Limbah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal
75% terdiri dari limbah organik dan sisanya anorganik.
Limbah organik dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
- limbah organik basah ( seperti kulit buah dan sisa sayuran
);
- limbah organik kering ( memiliki kandungan air yang relatif
sedikit, seperti kayu, dedaunan, ranting pohon, dan lainnya
).
b. Limbah anorganik
Limbah yang tidak dapat diuraikan oleh proses biologi lagi.
Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat
diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak
dapat membusuk, oleh karena itu dapat dijadikan limbah komersil
atau limbah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.
Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah
plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang
tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary
landfill, pembakaran ( incineration ), atau penghancuran (
pulverization ).
Limbah anorganik dapat dibedakan menjadi :
- Recyclable, yaitu limbah yang dapat diolah dan digunakan
lagi karena memiliki nilai secara ekonomi;
- Non-recyclable, yaitu limbah yang tidak memiliki nilai
ekonomi dan tidak dapat diolah dan digunakan lagi.
Pada dasarnya setiap limbah dapat mengalami pengrusakkan akibat
penyerangan mikroorganisme terhadap struktur dari limbah tersebut.
Peristiwa ini dikenal sebgai peristiwa dekomposisi dengan mikroorganisme
penyerang yang dinamakan dekomposer. Tiap limbah memiliki waktu
penguraian yang berbeda diakibatkan oleh perbedaan struktur dari limbah
tersebut, berikut merupakan tabel penguraian limbah jika ditimbun di
dalam tanah :
"Kategori bahan / "Lama terurai "
"material " "
"Kertas "2 – 5 bulan "
"Kulit buah "6 bulan "
"Kardus / karton "5 bulan "
"Filter rokok "10 – 12 tahun "
"Kantung plastik "10 – 12 tahun "
"Benda-benda berbahan "25 – 40 tahun "
"kulit " "
"Kain nilon "30 – 40 tahun "
"Jaring ikan "30 – 40 tahun "
"Aluminium "80 – 100 tahun "
"Baterai "100 tahun "
"Plastik "200 – 1000 "
" "tahun "
"Botol kaca "1 juta tahun "
"Styrofoam "Tidak akan "
" "terurai "
Berdasarkan data diatas plastik yang berbahan baku polimer pada
umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 10 - 12 tahun untuk
kantung plastik dan waktu 200 – 1000 tahun untuk plastik-plastik yang
terdapat di alat-alat rumah tangga, botol plastik, alat-alat elektronik
dan lainnya. Lamanya waktu penguraian ini tidak sesuai dengan cepatnya
waktu produksi plastik yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan masyarakat akan plastik. Akibatnya limbah plastik ini
menimbulkan berbagai dampak yang cukup serius terhadap lingkungan hidup.
Ketua Umum "Indonesia Solid Waste Association" (InSWA), Sri
Bebassari, di Jakarta, pada hari Selasa, 4 Februari 2014 , mengatakan
bahwa berdasarkan statistik perlimbahan domestik di Indonesia, jumlah
limbah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi limbah
di Indonesia. Sementara, menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja
sudah mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari
jumlah tersebut berupa limbah plastik. Berikut merupakan dampak-dampak
yang disebabkan limbah plastik terhadap lingkungan :
"No. "Dampak "
"1 "Tercemarnya kualitas tanah dan air tanah; "
"2 "Racun-racun dari partikel plastik masuk ke dalam tanah "
" "dan akan membunuh hewan-hewan pengurai seperti cacing, "
" "dan lainnya; "
"4 "Plastik tidak dapat terurai oleh proses pencernaan kimia "
" "dan akan menjadi masalah serius jika termakan oleh "
" "hewan-hewan di lingkungan sekitar; "
"5 "Menganggu jalur masuknya air kedalam tanah; "
"6 "Menurunkan kesuburan tanah karena plastik menghalangi "
" "sirkulasi udara dalam tanah; "
"7 "Hewan-hewan dapat terjebak dalam tumpukan plastik dan "
" "mati; "
"8 "Hewan-hewan laut dapat terjerat oleh sampah plastik dan "
" "mati karena mencernanya; "
"9 "Ketika hewan mati akibat mencerna plastik, plastik tidak "
" "akan hancur dan dapat meracuni hewa lain disekitarnya; "
"10 "Limbah plastik yang dibuang di selokan air atau sungai "
" "dapat menyumbat arus aliran air sehingga menyebabkan "
" "banjir. "
Pada umumnya plastik dan produk-produk polimer lainnya merupakan
hasil sampingan dalam proses penyulingan minyak bumi. Sebab minyak bumi
memiliki banyak sekali kandungan senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan manusia, salah satunya adalah dalam proses pembuatan
plastik dengan memanfaatkan proses polimerisasi ( perpanjangan rantai ).
Proses polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer adalah
molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil (monomer).
Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan
ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai
jumlah yang diinginkan ( polimer sintetik ).
Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. Pembentukan radikal bebas ( inisiasi )
Tahap pembentukan pusat-pusat aktif;
b. Perpanjangan monomer ( propagasi )
Tahap pembentukan rantai lewat adisi monomer secara kontinu;
c. Pemotongan atau pemberhentian reaksi ( terminasi )
Tahap deaktivasi pusat aktif.
Selain dampak yang disebabkan oleh plastik sebagai produk polimer
olahan minyak bumi, proses polimerisasi pembentukan plastik juga
cenderung memiliki dampak yang lebih berbahaya juga sebab limbah yang
dihasilkan pada proses pengolahan minyak bumi menjadi plastik didominasi
oleh limbah berupa gas, dimana gas-gas tersebut merupakan gas pemicu
terjadinya hujan asam dan juga efek rumah kaca yang menyebabkan
terjadinya global warming.
Permasalahan mengenai sampah organik khususnya kulit pisang kepok
yang menjadi varietas unggulan produksi pertanian Indonesia juga
memunculkan masalah serius. Tanaman pisang yang semua bagian tumbuhannya
bermanfaat kecuali kulitnya menciptakan sebuah pencemaran secara besar-
besaran lewat jumlah produksinya yang masif. Jumlah masif ini
dikarenakan permintaan produksi pisang untuk kemudian diolah menjadi
panganan-panganan seperti pisang goreng, keripik pisang, pisang molen
dan sebagainya. Alhasil pencemaran udara, air dan darat oleh kulit
pisang tidak dapat dihindari. Limbah kulit pisang yang dibiarkan akan
menimbulkan bau tidak sedap akibat proses dekomposisi struktur kulit
pisang akibat penyerangan bakteri. Selain menimbulkan aroma tidak sedap,
limbah kulit pisang juga dapat menyebabkan masalah lain seperti wabah
penyakit bagi hewan yang mencernanya dan menjadi inang bagi parasit-
parasit baru yang menjadi sumber penyakit bagi manusia.
2. Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Bio-Plastik
Menurut hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri, tanaman pisang mengandung berbagai macam senyawa seperti air,
gula pereduksi, sukrosa, pati, protein kasar, pektin, protopektin, lemak
kasar, serat kasar, dan abu.
Di dalam kulit pisang terdapat kadar senyawa amilopektin yang cukup
besar. Amilopektin mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai
bahan dasar industri makanan dan minuman serta industri farmasi. Selama
ini pektin sebagai bahan baku industri di Indonesia masih mengimpor dari
luar negeri. Oleh karena itu untuk menghemat devisa negara dan melakukan
pengusahaan mengurangi limbah kulit pisang dikawasan industri, maka
bisnis industri pektin ini menjadi salah satu peluang positif. Selain
itu didukung oleh wilayah Indonesia yang hampir seluruh wilayahnya
ditanam pisang yang merupakan bahan baku pembuatan pektin.
Amilopektin merupakan polimer dari asam d-galakturonat yang
dihubungkan oleh ikatan d-1,4 glikosidik. Pektin diperoleh dari dinding
sel tumbuhan daratan. Wujud amilopektin yang diekstrak adalah bubuk
putih hingga coklat terang. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin
mengalami esterifikasi dengan metil ( metilasi ) menjadi gugus metoksil.
Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat. Asam pektinat ini bersama
gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi
pada pembuatan selai. Derajat metilasi atau jumlah gugus karboksil yang
teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan gel. Semakin
tinggi derajat metilasi semakin tinggi suhu pembentukan gel. Amilopektin
pada tanaman banyak terdapat pada lapisan kulit pada buah. Pektin dapat
membentuk gel dengan bantuan adanya asam dan gula. Penggunaannya yang
paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental ( gelling agent )
pada selai dan jelly.
Kandungan pektin inilah yang menyebabkan kulit pisang dapat diolah
menjadi bio-plastik dimana amilopektin tidak hanya terdapat pada kulit
pisang namun pada buah-buahan lainnya juga. Dipilihnya kulit pisang
kepok oleh penulis dikarenakan limbah kulit pisang kepok jumlahnya
sangat banyak, sebab pisang sendiri merupakan buah yang produksinya
paling banyak nomor 1 di Indonesia dan hampir 50% nya didominasi oleh
pisang kepok. Berikut merupakan tabel produksi buah Indonesia tahun 2008
– 2012 menurut data statistik milik Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Holtikultura :
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia, komoditas
pisang menduduki tempat pertama di antara jenis buah buahan lainnya,
baik dari segi luas pertanamannya maupun dari segi produksinya. Bobot
kulit pisang kepok bisa mencapai 40% dari buahnya. Dengan demikian kulit
pisang kepok menghasilkan limbah organik dengan volume yang besar dengan
jumlah produksi yang besar pula. Oleh karena itulah kulit pisang kepok
diambil untuk kemudian diekstrak patinya untuk dijadikan bahan pembuatan
bio-plastik.
3. Proses Pembuatan Bio-Plastik
a. Alat dan Bahan
- Alat :
Tabung reaksi;
Bunsen burner;
Oven;
Gelas kimia;
Pipet tetes;
Pisau;
Blender;
Batang pengaduk;
Kertas saring.
- Bahan :
Kulit pisang;
Alkohol;
Larutan asam sitrat 0,5%;
Minyak jelantah;
Tepung maizena;
Asam cuka;
Aquades.
a. Proses pembuatan
- Pembuatan gliserin dari minyak jelantah
Minyak jelantah yang digunakan adalah minyak jelantah sisa
rumah tangga yang telah dipakai dua kali penggorengan atau
warnanya sudah kecoklatan. Tahap pertama adalah penyaringan
minyak jelantah dari residu pengotor hingga yang tersisa hanya
minyak jelantah saja. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan
saringan kecil lalu dilanjutkan dengan kertas saring. Saringan
dan kertas saring dapat digantikan dengan menggunakan kain
kering bersih. Hasil penyaringan ditampung ke dalam gelas kimia.
Minyak jelantah dan alkohol dicampurkan dengan komposisi 1 : 3.
Campuran antara minyak jelantah dan alkohol dipanaskan dengan
suhu 75°C sambil dilakukan pengaduk dengan kecepatan 80 rpm.
Pemanasan dilakukan hingga terlihat adanya dua fase pada
campuran ( kira-kira satu jam ). Campuran didinginkan lalu
dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Gliserin berada di bagian
bawah campuran. Kedua campuran dipisahkan dengan melakukan
dekantasi atau bisa juga dengan menggunakan pipet.
- Pembuatan sari pati kulit pisang
Kulit pisang dicacah dengan menggunakan pisau dan dimasukkan
ke dalam larutan asam sitrat 0,5% selama 10 menit untuk
menghilangkan enzim browing. Kemudian, kulit pisang dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 24 jam. Setelah
kering, kulit pisang dicacah halus dengan menggunakan blender
atau ditumbuk hingga halus dan bentuknya menyerupai tepung.
Hasil tumbukan kasar tepung pisang diayak dengan menggunakan
saringan atau kain bersih. Hasil tumbukan kulit pisang yang
masih kasar ditumbuk kembali dan diayak hingga mendapatkan
tepung pisang yang halus. Maka didapatlah sari pati kulit
pisang.
- Pembuatan Plastik Biodegradable
Sari pati kulit pisang ini dicuci lagi dan kembali disaring.
Tunggu hingga mengendap. Endapan berupa tepung pati kulit pisang
ini lalu dicampur HCl (asam klorida), bisa juga menggunakan asam
cuka atau cuka dapur, kemudian dicampur dengan 1 sendok teh
gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kulit pisang,
HCl, gliserin, dan air dipanaskan di atas api sedang selama 15
menit sambil terus diaduk. Hasilnya akan seperti gel berwarna
putih.
Gel dari sari pati kulit pisang ini kemudian ditetesi
natrium hidroksida ( NaOH ) atau soda api setetes demi setetes,
kemudian diuji dengan ditempelkan kertas lakmus warna merah.
Jika kertas lakmus itu masih berwarna merah, tetesan soda api
harus ditambah sampai kertas lakmusnya berwarna biru.
Jika gel yang ditetesi NaOH saat diuji di kertas lakmus
warna merah berubah warna menjadi biru, gel ini siap menjadi
plastik. Gel pun bisa dibentuk atau dituang dalam cetakan
kemudian diratakan di permukaan wadah tidak terlalu tebal dan
tidak terlalu tipis, kemudian dijemur selama beberapa jam atau
paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel akan
berubah menjadi plastik bening
Setelah berubah menjadi plastik bening itu berarti semua
proses pembuatan ini telah usai dan hasilnya dapat digunakan.
c. Uji Mekanik dan Uji Degradasi Plastik
Uji mekanik dan uji degradasi dilakukan untuk mengetahui kualitas
plastik dan kemampuan plastik untuk terdagradasi di alam.
- Uji FT-IR
Spektrum IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat
dalam plastik. Gugus fungsi komponen penyusun ini dibandingkan
dengan gugus fungsi pada tepung kulit pisang (pati) sehingga
dapat diperkirakan jenis interaksi yang terjadi.
- Uji Titik Leleh
Uji ini diperlukan untuk mengetahui temperatur leleh dari
sampel plastik biodegradable yang dibuat. Sampel plastik
biodegradable ditumbuk dengan menggunakan mortar hingga halus.
Sampel plastik biodegradable diambil dengan menggunakan pipa
kapiler hingga terisi ¾ penuh. Pipa kapiler diletakkan pada
melting block. Melting block dipanaskan dan diamati pada lubang
pengamat hingga semua sampel leleh. Kemudian, suhu dicatat pada
rentang suhu sampel mulai meleleh dan semua sampel habis
meleleh.
- Uji Tarik
Komposisi optimal plastik ditentukan berdasarkan sifat
mekanik bahan terutama pada kekuatan tarik dan perpanjangan
bahan. Sifat mekanik ini diperoleh melalui percobaan uji tarik.
Sifat mekanik suatu bahan dipengaruhi oleh sifat alami masing-
masing komponen dan kemampuan ikatan dalam senyawa penyusunnya.
- Uji Degradasi
Uji biodegradasi digunakan untuk mengetahui kemampuan
degradasi sampel plastik biodegradable dengan media PDA yang
ditumbuhi jamur Aspergillus niger. Umumnya akan dicari berapa
laju penurunan berat molekul dalam waktu tertentu, sehingga akan
diketahui waktu yang dibutuhkan sample plastik biodegradable
terdekomposisi di alam. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
uji viskositas.
4. Perbedaan Bio-Plastik dan Plastik Konvensional
Dibandingkan dengan plastik non-degradable ( plastik konvensional ),
tingkat kemanan bioplastik terhadap pangan jauh lebih tinggi, hal ini
dikarenakan bahan bakunya yang alami dan berasal dari senyawa-senyawa
dalam tanaman seperti pati, selulosa dan lignin, atau pada hewan seperti
kasein, protein dan lipid. Sedangkan pada plastik non-degradable yang
umumnya tersusun dari PET yang memiliki kandungan yang berbahaya bagi
kesehatan.
Selain itu, bioplastik memiliki kelebihan lain, yaitu memiliki
tingkat permebailitas penguapan O2 dan uap air yang lebih besar
dibandingkan plastik non-degradable, sehingga dapat menjaga kesegaran
buah dan sayuran tiga hari lebih lama. selain itu, penggunaan bioplastik
dapat mereduksi gas buang CO2 sebesar 50%. Berikut merupakan perbedaan
plastik non-degradable dengan bio-plastik :
"Tingkat Keamanan "Non-degradable "Bioplastik "
"Plastik " " "
"Waktu penguraian "500-1000 tahun "8-12 minggu "
"secara alami " " "
"Terhadap panas "Untuk kode plastik 1,"Tidak mengeluarkan "
" "2, 3, 4, 6, 7 dapat "zat "
" "melepaskan zat kimia "karsiogenik karena "
" "yang bersifat "bahan "
" "karsiogenik "dasarnya yang "
" "(65-80°C). Sedangkan "terbuat dari "
" "kode 5, aman bagi "pati/selulosa "
" "makanan dan tahan " "
" "pada suhu relatif " "
" "tinggi " "
" "(hingga 140°C) " "
"Bahan baku "Polimer sintetik, "Senyawa-senyawa "
"pembuatan "misalnya: "dalam "
" "polipropilen (PP), "tanaman misalnya "
" "polietilen (PE), "pati, "
" "polivinil klorida "selulosa, dan "
" "(PVC), "lignin serta "
" "polistiren (PS), dan "pada hewan seperti "
" "polietilen tereftalat"kasein, protein dan"
" "(PET) "lipid "
5. Kelebihan dan Kekurangan Bio-Plastik
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari Bio-Plastik jika
dibandingkan dengan plastik polimer konvensional :
"No."Kelebihan "Kekurangan "
"1 "Membutuhkan waktu yang sedikit "Bioplastik dilihat dari"
" "untuk terurai. Dalam kondisi "sisi ekonomi lebih "
" "tertentu, plastik biodegradable "mahal sekitar 20% dari "
" "membutuhkan waktu hanya 8-12 "plastik polimer biasa "
" "minggu untuk terurai; "karena proses "
" " "pembuatannya lebih "
" " "rumit; "
"2 "Dapat didaur ulang. Plastik "Daya tahan bioplastik "
" "biodegradable terbuat dari "masih dibawah plastik "
" "biomassa, yang artinya dapat "polimer biasa; "
" "terus didaur ulang karena " "
" "merupakan komponen organik yang " "
" "mudah terurai; " "
"3 "Tidak berdampak buruk pada "Belum ada mesin pembuat"
" "lingkungan. Hal ini disebabkan "bioplastik secara "
" "karena selama proses pembuatan, "otomatis. "
" "dihasilkan sangat sedikit gas-gas" "
" "yang menyebabkan 'greenhouse " "
" "effect' ( efek rumah kaca ) atau " "
" "emisi-emisi karbon yang " "
" "berbahaya; " "
"4 "Tidak beracun. Plastik pada " "
" "umumnya menghasilkan zat-zat " "
" "kimia yang berbahaya saat " "
" "dihancurkan, sedangkan plastik " "
" "biodegradable tidak menghasilkan " "
" "zat kimia apapun yang berbahaya " "
" "dan beracun. Plastik setelah " "
" "dihancurkan akan menyatu dengan " "
" "tanah dan sama sekali tidak " "
" "merusak atau membahayakan; " "
6. Prospek dan Market dari Bio-Plastik
Sampai hari ini beberapa negara maju seperti Jerman, USA, Tiongkok,
Swiss dan lainnya telah menggunakan bioplastik dalam upaya memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakatnya. Di Indonesia, bio-plastik masih
dianggap sebagai sebuah teknologi baru yang masih belum dikenal khalayak
luas secara umum. Sampai hari ini juga para peneliti dan ilmuwan masih
terus menggarap bidang kajian kimia polimer berupa bioplastik, sebab
sampai hari ini masih blum ada teknologi pengolahan bio-plastik dalam
skala industri besar-besaran. Akibatnya untuk memproduksi bio-plastik
dibutuhkan harga yang relatif mahal atau sekitar 20% lebih mahal dari
plastik konvensional yang didapat sebagai produk sampingan pengolahan
minyak bumi.
Walaupun harganya terbilang cukup mahal, sekarang mulai banyak
perusahaan-perusahaan besar yang mengurangi pemakaian plastik
konvensional dan beralih ke bio-plastik. Hal ini terjadi akibat naiknya
standar keselamatan konsumen dimana plastik-plastik yang dapat
mengeluarkan zat karsinogenik mulai dihapuskan dan juga meningkatnya
kesadaran masyarakat secara perlahan akan bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh plastik konvensional.
Bila dilihat dari segi bisnis dalam jangka panjang, bio-plastik
memiliki prospek dan dampak yang baik terhadap lingkungan. Dengan
menurunnya pemakaian plastik konvensional, pengolahan minyak bumi pun
akan ikut menurun dan hal ini akan menekan penggunaan minyak bumi yang
kian lama makin menipis persediannya. Selain itu bio-plastik juga
identik bahan bakunya dengan limbah-limbah organik. Maka dengan semakin
banyaknya bio-plastik yang digunakan semakin sedikit pula limbah organik
dan plastik yang merusak lingkungan. Sebab bio-plastik dapat terurai
dalam waktu relatif singkat dan hasil penguraiannya juga tidak bersifat
beracun bagi lingkungan, melainkan dapat dijadikan pupuk kompos bagi
kesuburan tanah.
BAB V
Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dan analisa hasil, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis-jenis tanaman pisang yang ada di dunia sekitar 1000 jenis dan
200 diantaranya tumbuh di Indonesia;
2. Budidaya tanaman pisang dapat melalui tahap-tahap antara lain
penentuan waktu tanam, pengolahan lahan yang akan dijadikan tempat
menanam pisang, pengadaan bibit baik bibit yang berasal dari anakan,
bonggol maupun kultur jaringan, penanaman bibit, pemeliharaan bibit,
pemupukan, pembrongsongan, pemotongan jantung pisang dan pembasmian
hama dan penyakit;
3. Kulit pisang kepok mengandung amilopektin yang melimpah sehigga dapat
diolah menjadi pati ( polimer alami ) sebagai bahan baku bio-plastik;
4. Bio-plastik tidak hanya dapat dibuat dari kulit pisang kepok namun
juga bisa dibuat dari bahan lain yang mengandung amilopektin dan
amiloselulosa;
5. Pembuatan bio-plastik melalui beberapa tahap antara lain pembuatan
gliserin menggunakan minyak jelantah bekas yang dicampur dengan
alkohol atau bisa menggunakan gliserin hasil ekstrak lainnya,
pencacahan kulit pisang untuk kemudian dicampurkan dengan larutan
asam sitrat 0,5%, pengeringan kulit pisang yang dilanjutkan dengan
penghancuran hasil cacahan kulit pisang menjadi tepung pati,
pencucian tepung pati untuk kemudian dicampurkan dengan larutan HCl
dan NaOH sehingga didapat gel amilopektin pisang yang siap dicetak
menjadi bioplastik.
2. Keterbatasan
Penulis tidak melakukan penelitian sehingga laporan yang dihasilkan
hanya berdasarkan kajian literatur yang ada. Keterbatasan inilah yang
menyulitkan penulis dalam mengetahui proses pembuatan bio-plastik secara
langsung.
3. Rekomendasi
Berdasarkan analisis data maka penulis merekomendasikan, hal-hal
sebagai berikut :
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan rasio bahan
yang ideal, sehingga didapat bio-plastik yang berkualitas tinggi;
2. Perlu adanya campur tangan pemerintah dan lembaga riset dalam upaya
pengembangan bio-plastik menuju skala industri yang menunjang sumber
devisa dan menjadi alternatif dari plastik konvensional;
3. Perlu diadakan studi lebih lanjut untuk mencari bahan baku dan proses
pengolahan yang mampu menekan harga bio-plastik dan meningkatkan
kualitas bio-plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Kaleka, Nobertus. 2013. Pisang-Pisang Komersial. Surakarta : Pustaka Baru;
Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan
Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya;
Pilz, Gerald. 2010. Biotechnologie: Anwendung, Branchenentwicklung,
Investitionschancen. München : Oldenbourg Wissenchaftsverlag GmbH;
Davis, Freed. 2003. Polymer Chemistry - A Practical Approach. Reading :
Biddles Ltd, King's Lynn
DAFTAR REFERENSI
http://wagenugraha.wordpress.com/2008/08/11/material-plastik-ramah-
lingkungan-dan-hemat-energi-bioplastik/
http://iskfreund.tumblr.com/post/36496737279/pemanfaatan-kulit-pisang-
sebagai-alternatif-pembuatan
http://www.godsdirectcontact.or.id/news/news178/ga_44.html
http://www.innovativeindustry.net/types-of-bioplastic
http://1902miner.wordpress.com/pengetahuan-umum/bioplastic/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/polisakarida.ht
ml
http://blog.ub.ac.id/jatmikoekotbp/files/2013/11/Bioplastik.pdf
http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/pati.html
http://green.kompasiana.com/polusi/2013/11/15/bioplastik-dari-jelantah-dan-
limbah-kertas-610959.html
http://jujubandung.biz/2014/02/04/macam-pengolahan-limbah-cair/
http://carapedia.com/jenis_macam_macam_limbah_info3679.html
http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dan-
gas.html
http://nurullathifah.wordpress.com/2011/07/07/limbah-organik-anorganik-dan-
b3/
http://blajarbio.blogspot.com/2013/08/waktu-yang-diperlukan-sampah-
agar.html
http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastik-indonesia-
54-juta-ton-per-tahun
LAMPIRAN
"Nama Siswa"Chintya "Jayanto "Joshua Tjantoso"Marcella "
" "Huanguos " " "Ismanto "
"NIS "111200026 "111200062 "111200064 "111200066 "
-----------------------
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Pisang
Gambar 1. Sistem Perakaran Pada Pisang
Gambar 2. Batang Pisang Sesungguhnya
Gambar 4.Tandan Pisang
Gambar 3.Bunga Tanaman Pisang
Gambar 5.Sisir Pisang
Gambar 6. Buah Pisang
Gambar 8. Serat Musa textilis yang Telah Diolah
Gambar 7. Tanaman Musa textilis
Gambar 9. Tanaman Ravenala madagascariensis
Gambar 10. Tanaman Heliconia indica
Gambar 11. Tanaman Heliconia stricta
Gambar 12. Pisang Mas
Gambar 15. Pisang Cavendish
Gambar 13. Pisang Ambon
Gambar 14. Pisang Barangan
Gambar 16. Pisang Tanduk
Gambar 17. Pisang Nangka
Gambar 19. Pisang Uli
Gambar 18. Pisang Agung
Gambar 21. Pisang Kepok
Gambar 20. Pisang Raja
Gambar 22. Pisang Batu Atau Klutuk
Tabel 2. Mineral yang Dibutuhkan Untuk Memproduksi 30 Ton Per Hektarare Per
Tahun
Tabel 3. Mineral yang Dibutuhkan Untuk Memproduksi 50 Ton Per Hektare Per
Tahun
Gambar 24. Anakan Pedang
Gambar 23. Anakan Rebung
Gambar 25. Anakan Dewasa
Gambar 26. Bibit Dari Bonggol
Gambar 27. Proses Subkultur
Gambar 29. Bibit Hasil Kultur Jaringan
Gambar 28. Aklimatisasi – Proses Pengadaptasian Bibit Dengan Lingkungan
Gambar 31. Pisang Kepok Putih
Gambar 30. Pisang Kepok Kuning
Tabel 4. Morfologi Pisang Kepok
Tabel 5. Kandungan Gizi Dalam 100 gr Daging Pisang Kepok
Tabel 6. Klasifikasi Pisang Kepok
Tabel 7. Kandungan Unsur Kulit Pisang Kepok
Gambar 32. Polimer Termoplastik Bercabang
Gambar 33. Polimer Termoplastik Bercabang Dengan Sifat Khusus
Tabel 8. Sifat Polimer Termoplastik
Gambar 34. Struktur Ikatan Silang Pada Termoseting
Tabel 9. Struktur ikatan silang pada termoseting
Gambar 35. Primary Sludge
Gambar 36. Chemical Sludge
Gambar 37. Excess Activated Sludge
Gambar 38. Disgested Sludge
Gambar 40. Limbah Manusia
Gambar 39. Limbah Alam
Gambar 41. Limbah Konsumsi
Gambar 42. Limbah Organik Basah
Gambar 43. Limbah organik kering
Gambar 44. Limbah Anorganik Recycleable
Gambar 45. Limbah Anorganik Non - Recycleable
Tabel 10 . Lama Degradasi Limbah
Gambar 46. Lama Degradasi Limbah
Tabel 11. Dampak Pencemaran Limbah Plastik
Gambar 47. Struktur Kimia Amilopektin
Tabel 12. Produksi Buah-Buahan Periode 2008-2012
Tabel 13. Perbedaan Plastik Konvensional dan Bio-Plastik
Tabel 14. Kelebihan dan Kekurangan Bio-Plastik