DAFTAR ISI Judul
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iii
DAFTAR ISI ........................................................................................
iv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................
2
1.3 Batasan Masalah ............................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................
3
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................
3
DASAR TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................
4
2.2 Briket ................................................................................
6
2.3 Bio-char ............................................................................
6
2.4 Galam (Melaleuca Cajuputi ) .............................................
7
2.5 Perekat .............................................................................
8
2.6 Lahan Gambut..................................................................
8
2.7 Kotoran Ternak.................................................................
9
iv
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian .............................................................
10
3.2 Alat dan Bahan ...............................................................
10
3.3 Metode Pembuatan Briket ................................................
11
3.4 Parameter yang Diuji ........................................................
12
3.5 Diagram Alir Metode Penelitian ........................................
14
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................
15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
16
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini tengah gencar meningkatkan penelitian, produksi dan penggunaan EBT (Energi Baru Terbarukan) sebagai sumber daya energi utama. Pengalihan paradigma penggunaan sumber daya ini dikarenakan tidak lain adalah kekhawatiran pemimpin dunia terhadap menipisnya cadangan energi dunia. Berdasarkan data dari World Energy Council
dalam World Energy
Resource 2013 Survey suplai energi dunia (batubara, minyak dan gas alam) akan habis dalam kurun waktu beberapa dekade. Saat ini dunia masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap suplai bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi dan gas alam yaitu sebesar 76%. Dengan jumlah cadangan yang terbatas, sumber-sumber energi tersebut akan habis dalam waktu dekat dan 76% bagian dunia akan lumpuh tanpa sumber energi. Masalah ini dapat terpecahkan dengan dua kondisi. Satu, ditemukan cadangan baru dalam jumlah besar yang tentunya akan diperlukan eksplorasi besar-besaran dan akan berimbas pada pengerusakan yang besar terhadap lingkungan. Dua, dilakukan inovasi terhadap EBT secara lebih gencar sehingga variasi sumber energi menjadi lebih banyak dan kebutuhan akan sumber energi jangka panjang dapat terpenuhi (World Energy Coucil. 2013. World Enerrgy Resource 2013 Survey ). Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang sangat berlimpah, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat
diperbaharui.
Sumberdaya
alam
yang
dapat
diperbaharui
seperti:
ekosistem hutan, ekosistem hewan sedangkan sumber daya yang tidak dapat
1
diperbaharui
seperti: minyak bumi, batubara, pertambangan emas, perak dan
lain-lain. Kotoran sapi menghasilkan kalor sekitar 4000 kal/g dan gas metan (CH) yang cukup tinggi. Gas metan merupakan salah satu unsur penting dalam briket yang berfungsi sebagai penyulut, yaitu agar briket yang dihasilkan diharapkan mudah terbakar.(Pancapalaga, 2008). Berbagai macam pohon yang tumbuh subur di Kalimantan Selatan Salah satunya yaitu pohon Galam (Melaleuca cajuputi ) dengan subspesies cumingina. Subspesies ini memiliki kadar cineole rendah sehingga apabila digunakan sebagai bahan baku minyak kayu putih keluarannya akan berkualitas rendah (Kartikawaka.N.K et.al, 2014). Pohon ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kadar asam tanah dan genangan air yang umum ditemukan pada lahan HRG (Hutan Rawa Gambut) di Kalimantan dan Sumatera sehingga banyak ditemukan di lokasi tersebut. Masyarakat memanfaatkan kayu dari pohon ini sebagai penyangga cetakan beton, arang, landasan bangunan di bawah air tawar dan air asin karena tahan lama (Daryono, 2009). Oleh masyarakat daerah Banjarbaru dan Marabahan Kalimantan Selatan, tanaman ini kayunya dimanfaatkan sebagai penyangga cetakan beton, arang, landasan bangunan, sedangkan kulit kayu dibuang atau dibakar karena dianggap tidak berguna. Atas hal ini dapat dilakukan penelitian pemanfaatan kulit kayu pohon galam ini. Dan harapan ini dapat menyadarkan masyarakat dan pemerintah akan potensi dari tumbuhan endemik rawa gambut Kalimantan, sehingga dapat dilakukan usaha bersama rehabilitasi HRG.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
2
a. Bagaimana kemampuan bio-briket yang menggunakan bahan dasar pengolahan dari kulit pohon gelam (Melaleuca cajuputi )? b. Bagaimana kualitas bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon gelam dibandingkan dengan bio-briket yang lain? c. Dan apakah bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon gelam dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk bio-briket?
1.3 Batasan Masalah Penelitian ini akan di batasi pada : a. Penelitian ini Hanya untuk daerah Kalimantan Selatan. b. Penelitian ini Hanya pada pohon Galam ( Melaleuca cajuputi ) dengan subspesies cumingina.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengenali/mempelajari kemampuan bio-briket berbahan dasar kulit galam (Melaleuca cajuputi ). b. Membandingkan kualitas bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon galam dengan bio-briket lain dan Standar Nasional Indonesia. c. Memberikan alternatif pemanfaatan lahan gambut yang rusak sebagai salah satu lumbung energi.
1.5 Manfaat Penelitian Berikut merupakan manfaat yang diharapkan dari pemanfaatan kulit kayu pohon galam sebagai bahan dasar bio-briket : a. Memberikan
kontribusi
atas
perkembangan
internasional.
3
EBT
nasional
dan
b. Memberikan alternatif EBT dengan bahan baku yang melimpah dan mudah dibudidayakan. c. Memberikan alternatif sumber daya energi yang murah dan ramah lingkungan. d. Mendapatkan briket yang berkualitas tinggi.
4
BAB II Dasar Teori 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu oleh : Santosa, Mislaini R dan Swara Pratiwi Anugrah dari Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian
Universitas Andalas Kampus Limau
Manis, Padang pada bulan September - Oktober 2010 dengan judul STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN, didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket terbaik terdapat pada komposisi kotoran sapi : limbah pertanian adalah 1:3 dengan nilai kalor 4.527,22 kal/g. Nilai karakteristik dari tiap-tiap perlakuan komposisi briket menunjukkan bahwa dengan meningkatnya proporsi penggunaan limbah pertanian sebagai bahan baku briket mampu meningkatkan kadar karbon, nilai kalor, kerapatan dan kuat tekan, serta mampu menurunkan kadar air dan kadar abu. Nilai kalor berpengaruh terhadap laju pembakaran. Semakin tinggi nilai kalor briket, maka laju pembakaran briket semakin tinggi. Siti Jamilatun dari
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta Jl. Prof. Dr.Soepomo, Yogyakarta dengan judul SIFAT-SIFAT PENYALAAN DAN PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA, BRIKET BATUBARA DAN ARANG KAYU didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempurung kelapa memiliki lama menyala terpanjang yaitu 116 menit dengan kecepatan pembakaran 126,6 gram/detik dan nilai kalor tertinggi sebesar 5.779,11 kal/gram. Untuk mendidihkan 1 liter air, semua jenis briket yang diuji membutuhkan waktu antara 5 sampai 7 menit. Jika
5
dibandingkan dengan briket batubara yang memiliki nilai kalor 6.058 kal/gram dan arang kayu dengan nilai kalor 3.583 kal/gram maka briket tempurung kelapa cukup baik digunakan sebagai bahan bakar alternatif. M. Yusuf Thoha, Diana Ekawati Fajrin dari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya dengan judul PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI DAUN JATI
DENGAN SAGU AREN SEBAGAI PENGIKAT
didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil analisa penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi binder maka kadar air semakin tinggi, kadar abu semakin tinggi, kadar volatile matter semakin tinggi, fixed carbon semakin rendah dan nilai kalor semakin rendah. Dan semakin tinggi suhu karbonisasi maka nilai konversi biomassa menjadi arang semakin rendah, kadar abu semakin rendah, kadar volatile matter semakin rendah, dan kadar fixed carbon semakin tinggi.
2.2 Briket Keberadaan sampah organik merupakan salah satu masalah yang tengah dihadapi hampir seluruh pemerintah dunia. Pemanfaatan limbah pertanian, rumah tangga dan industri sering kali sulit dilakukan karena sifatnya dan karakteristik yang tidak merata. Maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah pemadatan limbah tersebut menjadi produk dengan kerapatan yang tinggi dibandingkan bahan mentah, proses ini dikenal dengan nama densifikasi atau pembriketan (Bhattacharya, -).
2.3 Bio-char Bio-char merupakan alternatif untuk sumber energi dan penyimpan karbon. Proses produksi bio-char dapat dilakukan dalam skala kecil hingga komersial. Bahan baku pembuatan biochar dapat berupa kayu, limbah pertanian seperti
6
tongkol jagung, limbah pabrik industri seperti blotong , dan sekam padi (Ibnu Rois, 2005).
2.4 Galam ( Melaleuca Cajuputi ) Taksonomi Family
Myrtaceae
Sinonim
Myrtus Saligna Burm,f ; Melaleuca minor
Smith,
Melaleuca
leucadendron (Smith) Duthie
(b)
(a)
Gambar 2.1 (a) Hutan Galam (b) Kayu Galam Sumber : Simpson, 2009
Pohon galam (M. Leucadendron) tersebar sepanjang daerah Asia Tenggara – Pasific dari sebelah utara Australia, Papua ugini, Indonesia Malaysia, Thailand, Kamboja bagian selatan, dan Vietnam. Tumbuhan ini banyak ditemukan hidup diatas hutan rawa dan lahan yang tergenang secara periodik. Walaupun tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah HRG (Hutan Rawa Gambut) yang miskin unsur hara dan memiliki kandungan asam yang tinggi, mereka juga
7
mampu tumbuh di daerah yang kaya dan memiliki kadar pH yang tinggi. Pertumbuhan pada daerah tersebut justru akan mengakselerasi pertumbuhan dari pohon Galam, ini disebabkan oleh tingginya kemampuan bertahan hidup dari pohon ini. Pohon galam memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pH rendah, genangan, api dan semprotan air garam. Pohon galam terbagi kedalam 3 subspesies yaitu cajuputi, cumingiana (Turcz) Barlow, dan platyphylla Barlow (Schmidt et.al, 2014). Subspesies cumingiana ini banyak tersebar di Kalimantan.
2.5 Perekat Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku, urat, otot dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri pengerjaan kayu. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan diperuntukkan terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).
2.6 Lahan Gambut “Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang ( back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus & Subiksa, 2008).
8
2.7 Kotoran Ternak Kotoran ternak apabila dibiarkan menumpuk tanpa penanganan maka akan berpotensi menyebabkan polusi dari proses pembusukan kotoran yang terjadi. Keluaran dari pembusukan kotoran tersebut adalah BOD, penyakit, nutrisi, methane (CH4) dan emisi amonia. Kerusakan besar akan dialami oleh air permukaan tanah dan air bawah tanah. Terutama polusi akibat emisi gaas methane yang terlepas ke angkasa berkontribusi aktif dalam peningkatan suhu bumi saat ini (Lusk, 1998). Sehingga dibutuhkan sebuah alternatif pengelolaan yang lebih ramah lingkungan.
9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam Penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pohon Galam (Melaleuca cajuputi ) dengan subspesies cumingina yang berada di wilayah Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan di laboratorium Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat.
3.2 Bahan dan Peralatan 3.2.1
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi ) subsp. cumingina
b.
Kotoran sapi yang sudang kering
c.
Pati
d.
Air
3.2.2
Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Tungku yang digunakan untuk pengeringan kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi ) dan kotoran sapi.
b.
Sekop kecil yang digunakan sebagai alat untuk memasukkan kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi ) dan kotoran sapi ke dalam tungku.
c.
Lesung dan alu yang digunakan sebagai alat untuk menumbuk.
d.
Ember dan baskom digunakan sebagai pengadukan adonan.
e.
Gelas ukur yang digunakan untuk mengukur jumlah air yang dibutuhkan untuk membuat larutan kanji.
f.
Pengaduk kayu yang digunakan sebagai alat untuk mengaduk adonan.
10
g.
Timbangan digunakan sebagai alat untuk mengukur berat bahan.
h.
Cetakan digunakan sebagai tempat untuk mencetak sampel briket.
i.
Oven digunakan sebagai alat untuk pengeringan.
j.
Bom kalorimeter digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai kalor dari briket yang dihasilkan.
k.
Nama label yang digunakan untuk menandakan sampel perlakuan.
l.
Alat tulis yang digunakan sebagai tambahan peralatan penelitian.
m. Saringan yang digunakan untuk menyaring bioarang yang telah ditumbuk.
3.3 Metode Pembuatan Briket Bagian ini menjelaskan langkah-langkah pembuatan bio-briket dengan kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi ) dan kotoran sapi : a.
Kulit kayu pohon galam (Melaleuca
cajuputi ) dibersihkan, kemudian
keringkan di bawah sinar matahari. b.
Kotoran sapi yang di keringkan dibawah sinar matahari.
c.
Masukkan bahan ke dalam tungku secara bertahap, Kemudian materi dinyalakan dengan api. Setelah bahan menjadi arang, bahan dikeluarkan dari tungku.
d.
Hasil dari pembakaran bahan pada tungku di buat menjadi arang bubuk. Setelah menjadi arang bubuk, bioarang diayak untuk mendapatkan materi dengan ukuran yang seragam. Dalam penelitian ini, ukuran materi yang diperbolehkan lebih besar dari atau sama dengan 70 mesh.
e.
Kemudian menyiapkan perekat campuran (pati) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1: 10, kemudian dipanaskan.
f.
Pati tepung adonan yang telah menjadi perekat, kemudian dicampur dengan hasil arang bubuk penyaringan sehingga menjadi adonan lengket, maka adonan diaduk agar semua bahan tercampur rata.
11
g.
Hasil adonan dimasukkan ke dalam cetakan kemudian ditekan. Tekanan dilakukan sedemikian rupa sehingga briket lebih padat dan kuat.
h.
Briket kemudian dikeluarkan dari cetakan dan pengeringan dalam oven pada suhu 600C selama ± 24 jam, briket yang dihasilkan diuji parameter, yaitu kualitas nilai kalor, kadar air, dan kadar abu.
3.4 Paramater yang Diuji Parameter yang diuji adalah sebagai berikut: 3.4.1
Kualitas Nilai Kalor Nilai kalor menjadi parameter mutu paling penting bagi briket arang
sebagai bahan bakar sehingga nilai kalor sangat menentukan kualitas briket. Semakin tinggi nilai kalor bakar briket, semakin tinggi pula kualitas briket yang dihasilkan. Mengukur kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap pengulangan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan menggunakan kalorimeter bom (cal /gr). Cara pengujian kualitas nilai kalor dari briket bioarang kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi ) dan kotoran sapi adalah sebagai berikut: Nilai kalori dihitung dengan persamaan : HHV = (T2-T1 - 0,05) x Cv Dimana,
T1 = Suhu sebelum pengeboman ( 0C) T2 = suhu setelah pengeboman ( 0C) 1 Joule = 0,239 kal HHV = Kualitas Nilai Kalor (cal / g) pemanasan jenis bom kalorimeter (Cv) = 73529,6 (joule / g 0C) Kenaikan suhu kawat penyala = 0.05 0C
12
3.4.2
Kandungan Air Penentuan kadar air dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap
pengulangan. Kandungan air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan: Kadar air (%) = {(G0 - G1) / G0} x 100% dimana,
G0 = Berat sampel sebelum pengeringan (gr) G1 = Berat sampel setelah pengeringan (gr)
3.4.3
Tingkat Abu Penentuan kadar abu dengan memanaskan sampel pada piring porselen
di oven pada suhu 105 0C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 4 gram dalam cangkir porselen dan kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran pada suhu antara 300°C sampai 500°C sampai sampel menjadi abu, untuk mendapatkan nilai kadar abu, dapat digunakan persamaan berikut: Kadar abu (%) = (C / A) x 100% dimana,
A = berat bahan sebelum pembakaran (gr) C = berat abu / residu (gr)
13
3.5 Diagram Alir Metode Penelitian
START
Kulit Kayu Pohon Galam
Kotoran Sapi
Pengeringan
Pemilahan dan penimbangan
Proses Karbonasi
Tidak
Penghalusan arang
Mencampurkan material
Tercampur
Ya Pencetakan
Penekanan adonan briket
pengeringan
Briket
Penentuan
Penentuan
Penentuan
Kualitas Kalor
Kadar Air
Kadar Abu
Selesai
14
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan
ini
dilaksanakan
diantara
Awal
Bulan
Februari
hingga
menjelang akhir April. Berikut gambar jadwal pelaksanaan penelitian
Februari Maret 2017
April 2017
Minggu
Minggu
2017 Kegiatan Minggu I
II
III
IV
Tahapan Persiapan Penelitian Observasi Kelapangan Pengumpulan data Pengolahan data Tahap Penyusunan Proposal
15
I
II
III
IV
I
II
III
IV
DAFTAR PUSTAKA Agus, Fahmudin & I.G. Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah : Bogor. Amin, S., 2000. Penelitian berbagai jenis kayu limbah pengolahan untuk pemilihan Bahan Baku briket Arang, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Bogor. Balitbangda Kalsel. 2005. Pengembangan Ekosistem Rawa Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Tapin . Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Bhattacharya, S.C. et al. –. A Study on Improved Biomass Briquetting . Asian Institute of Technology : Thailand. Daryono,
Herman.
2009.
Potensi,
Permasalahan
Dan
Kebijakan
Yang
Diperlukan Dalam Pengelolaan Hutan Dan Lahan Rawa Gambut Secara Lestari. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol.6, Hlm. 71-101. Djeni Hendra, 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran kayu, Bambu, Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif. Eko Y.A dan Aisyah E.P, 2014. Pembuatan Biobriket Dari Campuran Limbah Kulit Pisang Dan Serbuk Gergaji Menggunakan Perekat Tetes. Vol 03 Nomer 01. Fakultas Teknik Universitas Surabaya. Feri P.H.,Fathul Alim, 2011. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Bioarang Sebagai Bahakn Bakar Alternatif. 5 November Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Indarti. 2001. Country Paper. Indonesia regional seminar on commercialization of biomass technology. 4 – 8 June, Guangzhou, China. Kartika, N.K et.al. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih. Jakarta: IPB Press.
16
Pancapalaga, Wehandako. 2008. Evaluasi Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian Kosap
Plus
Sebagai
Bahan
Bakar
Alternati f.
http://esearchreport.umm.ac.id/index.php/researcreport/article/viewile/43/4 4 umm research report fulltext.pdf. ( Diakses pada 18 November 2008). Lubis, A. dan A. Sugiyono. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia. Technical Committee Meeting to Asses and Compare the Potential Rule of Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environental Impacts Electricity Generation, 14 – 16 October, Vienna, Austria. Mukhlis,Noor M,Alwi et al. 2014. Biodiversitas Rawa, Eksplorasi, Penelitian dan Pelestarianya.IAARD Press, Jakarta. Nodali Ndraha. 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan. USU. Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syahmani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, T. Sucipta, 2007, Analisis Perekatan Kayu, Bogor: Institut Pertanian Bogor. Schmidt, L.H & Le Thi Thu Thuy. 2004. Seed Leaflet : Melaleuca cajuputi Powel . Seed Leaflet. No.29. Silalahi, 2000, Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergaji Kayu , Bogor: Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG. Simpson, J. 2009. Improving Production and Income To Fatmers From Melaleuca. Deutsche Gesellshaft fuer Technische Zusammenarbit. Jerman. Supriyanto. 2010. Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan Kampus POLBAN. Yogyakarta. LIPI. Malang. Supriyanto dan Merry, 2010, Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan Kampus Polban Bandung , Seminar Nasional Teknik Kimia, Yogyakarta.
17
Supriyono. 1997. Pembuatan Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Jati Dengan Bahan Pengaktif Asam Klorida. Yogyakarta. Syamsiro, M. dan Harwin Saptoadi, 2007. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao : Pengaruh Temperatur Udara Preheat, Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007), Yogyakarta Tirono,M. dan Sabit,A. 2011. Efek Suhu pada Proses Pengarangan terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell Charcoal). Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. World Energy Coucil. 2013. World Enerrgy Resource 2013 Survey . London : World Energy Council Yusuf, Andi Ardan. 2010. Kegunaan Briket Batubara. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Muslim Indonesia. Jakarta .
18