Pelaksanaan Asesmen Geriatri
A. Anamnesis Awal anamnesis serupa dengan semua anamesis yang lain, yaitu berupa identitas penderita, tetapi pertanyaan-pertanyaan berikutnya dilakukan dengan lebih rinci dan terarah, sebagai berikut : 1. Identitas penderita : nama, alamat, umur, perkawinan, anak (jumlah, jenis kelamin, dan berapa yang masih tinggal bersama penderita), pekerjaan, keadaan sosial ekonomi. Termasuk dalam bagian ini adalah anamnesis mengenai faktor resiko sakit, yaitu usia sangat lanjut (kurang 70 tahun), duda hidup sendiri, baru kematian orang terdekat, baru sembuh dari sakit, gangguan mental nyata, menderita penyakit progresif, gangguan mobilitas, dan lain-lain. 2. Anamnesis tentang obat, baik sebelum sakit atau yang diminum di rumah selama ini, baik yang berasal dari resep dokter atau yang beli bebas termasuk jamu-jamu 3. Penilaian sistem : bagian ini berbeda dengan anamnesis penderita golongan umur lain, karena tidak berdasarkan “model medik” tergantung pada keluhan utama. Harus selalu diingat bahwa pada usia lanjut, keluhan tidak selalu menggambarkan penyakit yang diderita, seringkali justru memberikan keluhan yang tidak khas. Penilaian sistem syaraf pusat saluran nafas atas dan bawah sterusnya sampai kulit integumen dan lain-lain. Untuk mendapatkan jawaban yang baik, seringkali diperlukan aloanamnesis dari orang atau keluarga yang merawatnya sehari-hari. 1. Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok, mengunyah tembakau, minuman alkohol dan lain-lain) 2. Anamnesis tentang berbagai gangguan yang terdapat : menelan, masalah gigi palsu, gangguan komunikasi atau bicara, nyeri atau gerak yang terbatas pada anggota badan dan lain-lain. 3. Kepribadian perasaan hati, kesadaran dan efek (alo-anamnesis atau pengamatan) konfusio, curiga atau bermusuhan, mengembara, gangguan tidur atau keluhan malam hari, daya ingat, dan lain-lain. Apabila di dapatkan dari anamnesis ini membingungkan atau mencirigakan, perlu
dicatat untuk dapat dilaksanakan asesmen khusus kejiwaan atau bahkan konsultasi psiko-geriatrik 4. Riwayat tentang problema utama geriatri (sindrom geriatrik) : oernah strok, TIA (Tension Ischemick Attack), hipotensi ortostatik, jatuh, inkontensia urin, demensia, dikubitus, patah tulang. B. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital (seperti pada golongan umur lain), walaupun rinciannya mungkin terdapat beberapa perbedaan, antara lain : 1. Pemeriksaan tekanan darah, harus dilaksanakan dalam keadaan tidur, duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik. Kemungkinan hipertensi palsu juga harus dicari. 2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini perlu disesuiakan dengan tingkat kemampuan pemeriksa atau dokter. Bila yang melakukan perawat, tentu saja tidak serinci dokter umum, yang pada gilirannya tidak serinci hasil pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis. Yang penting adalah bahwa pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan ada atau tidaknya gangguan organ atau sistem (walaupun secara kasar). a. Pemeriksaan syaraf kepala b. Pemeriksaan panca indra, saluran nafas atas, gigi-mulut c. Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis d. Pemeriksaan dada, paru, jantung dan seterusnya sampai pada pemeriksaan ekstermitas, refleksi-refleksi, kulit-integumen. Dengan perkataan lain, pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis, tanpa melihat apakah terdapat keluhan pada organ atau sistem i tu atau tidak. C. Pemeriksaan tambahan Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi penderita, tingkat keahlian pemeriksa perawat atau dokter umum atau dokter spesialis, tetapi minimal harus mencakuo pemeriksaan rutin usia lanjut. Di negara industri maju, yang dianggap rutin pada usia lanjut adalah : a. Foto toraks, EKG
b. Laboratorium : darah rutin atau feses rutin, gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid (T3,T4, TSH), kadar s erum B6, B12 Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan tindakan diagnotik atau traupetik lain, dapat dilakukan konsultasi atau rujukan kepada disiplin lain, yang hasilnya dapat di evaluasi oleh tim. D. Pemeriksaan fungsi Pelaksanaan asesmen fungsi fisik dan psikis penderita dapat dibagi beberapa jenis, yaitu : 1. Aktivitas hidup sehari-hari, yang hanya memerlukan kemmapuan tubuh untuk
berfungsi
sederhana,
misalnya
bangun
dari
tempat
tidur,
berpakaian, ke kamar mandi atau WC 2. Aktivitas hidup sehari-hari instrumental, yang selain memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi kemampuan berbagai organ kognitif lain. 3. Kemampuan mental dan kognitif, terutama menyangkut fungsi intelek, memori lama dan memori tentang hal-hal yang baru saja t erjadi. Dari Asesmen ketiga fungsi tersebut di atas dapat ditentukan 3 tingkat kemampuan dari seorang penderita lansia, yaitu: 1. Kemampuan untuk melakukan kegiatan tersebut di atas tanpa bantuan orang lain 2. Kemampuan untuk melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan 3. Sama sekali tidak mampu untuk melakukan kegiatan di atas tanpa bantuan orang lain. E. Asesmen lingkungan Asesmen ini biasanya dilakukan oleh dokter misalnya waktu kunjungan rumah, walaupun sebaiknya dilaksanakan khusus oleh petugas sosio-medik anggota tim geriatri. Seperti telah dikatakan di atas, asesmen lingkungan merupakan asesmen yang cukup penting untuk dapat menentukan kemampuan berfungsi seorang lansia. Pelaksanaan asesmen lingkungan ini sbenarnya dapat dilaksankan dimana saja dengan menggunakan form yang telah tersedia, akan tetapi yang paling baik adalah melaksanakannya di rumah penderita. Selain menanyakan berbagai hal mengenai keadaan rumah, penanya dapat hambatan, halangan bagi mobilitas
penderita, keadaan penerangan di kamar mandi dan lain sebagainya. Lampiran formulir berbagai asesmen bisa menggambarkan berbagai hal yang penting dari berbagai asesmen yang telah dibicarakab di atas. F. Daftar masalah Daftar masalah berisikan kesimpulan dari berbagai hasil asesen yang telah dikerjakan. Bagian ini serupa dengan kolom daftar masalah seperti yang terdapat pada cara pembuatan catatan medik berorientasi masalah (CMOM) yang saat ini telah banyak dipakai oleh banyak pendidikan kedokteran di Indonesia. Daftar masalah ini bersama-sama dengan dapat sumber daya ekonomi-sosial dari asesmen lain kemudian dikembangkan untuk penatalaksanaan penderita oleh tim, guna pencapaian tujuan bersama baikjangka pendek atau jangka panjang, seperti terlihat dalam daftar alur mengenai asesmen di atas.