Patogenesis, Diagnosis, dan Penatalaksan Penatal aksanaan aan Marasmus-Kw Marasmus-Kwashior ashiorko korr
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Gizi buruk tipe marasmus kwashiorkor (masalah kesehatan) kesehatan) negara berkembang tu Asia dan Afrika Tahun 2000-2002 Tahun 2005
sebanyak 852 juta (di dunia) sebanyak 76.178 (di Indonesia)
enyakit penyerta penderita marasmus kwashiorkor : diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), tuberkulosis (TB), serta penyakit lainnya.
P
Menurut WHO pada tahun 2001, angka kematian pada balita dengan gizi buruk adalah 54%, dengan : y
kematian pada perinatal 23%,
y
ISPA 18%,
y
diare 15%,
y
malaria 10%,
y
campak 5%,
y
HIV 4%
y
dan lainnya 25 %.
Batasan Masalah y
eferat ini membahas mengenai patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan marasmus kwashiorkor pada anak. R
Tujuan Penulisan y
eferat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan marasmus kwashiorkor pada anak. R
Metode Penulisan y
eferat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur. R
Manfaat Penulisan y
Melalui penulisan referat ini diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan marasmus kwashiorkor pada anak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Merupakan sindrom klinis dari malnutrisi akibat dari defisiensi protein dan pemasukan kalori yang sedikit atau tidak cukup untuk memenuhi Angka Kebutuhan gizi (AKG).
KLASIFIKASI 1.
Menurut Wellcome Trust (FAO/WHO) Berat badan
Edema
% dari baku
Tidak ada
Ada
>60%
Gizi kurang
Kwashiorkor
<60%
Marasmus
MarasmusKwashiorkor
2. Klasifikasi Depkes RI
BB/TB
TB/U
( berat menurut tinggi)
( tinggi menurut umur)
Mild
80-90%
90-94%
M oderate
70-79%
85-89%
Severe
<70%
<85%
3. Klasifikasi Gomez
Kategori (derajat KEP)
BB/U
0= Normal
90%
1= Ringan
89-75%
2= Sedang
74-60%
3= Berat
<60%
4. Klasifikasi J ell iff e
Kategori
BB/U (% baku)
KEP I
90-80
KEP II
80-70
KEP III
70-60
KEP IV
<60
5. Klasifikasi Waterlow
Gangguan derajat
Stunting(tinggi menurut umur)
Wasting(berat terhadap tinggi)
0
>95
>90%
1
%95-90 %
90-80 %
2
89-85%
80-70%
3
< 85%
< 70%
Epidemiologi Dunia (1995)
50 juta anak usia < 5 th
usat pelayanan kesehatan tersier di USA 1995
P
1,3% (berat) 5,8 % (sedang) 17,4% ( ringan)
Afrika & Asia Selatan (th 2000)
27 ² 51%
wanita usia subur (gizi buruk) 130 juta anak (gizi kurang)
Indonesia (2004)
5 juta balita (gizi kurang) 1,4 juta (gizi buruk) 140.000 (Marasmus - kwashiorkor)
Survei Dinas kesehatan propinsi (Januari-Desember 2005)
76.178 balita
Faktor sosial
Faktor diet
ETIOLOGI
kepadatan penduduk
Peranan kemiskinan Peranan infeksi
PATOGENESIS
Manifestasi
Klinis
Hambatan pertumbuhan Hilangnya jaringan lemak bawah kulit Atrofi otot Perubahan tekstur dan warna rambut Kulit kering dan memperlihatkan alur yang tegas dan dalam Pembesaran hati Anemia, Anoreksia Edema, Dan lain lain.
Manifestasi
DIAGNOSIS
klinis Antropometrik Pemeriksaan penunjang
PENATALAKSANAAN MARASMUS KWASHIORKOR
y
y
Marasmus Kwashiokor Ringan tidak memerlukan perawatan di RS
mengubah menu makan :2-3 gr protein dan 100-150 kkal/kgBB Marasmus Kwashiokor Berat perlu perawatan untuk mencegah komplikasi Berdasarkan tanda bahaya dan tanda penting, dibagi:
y
Kondisi I : Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi. 1.Pasang O2 1-2L/menit, 2. pasang infuse RLdan D10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %) 3.glukosa 10 % intravena (IV) bolus dengan dosis 5 ml/kgBB bersamaan dengan ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT.
y
Kondisi II:
letargi, muntah, diare atau dehidrasi
bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT setiap 30 menit, dengan dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.
y
Kondisi III ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi
y
berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 % (oral/NGT). Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian 3,6,9,10 ReSoMal.
y
Kondisi IV : ditemukan : letargi bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa atau larutas gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan F 75 dalam 2 jam pertama setiap 30 menit, ¼ dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan(NGT). Catat frekuensi nadi, nafas. 3,6,9,10
y
Kondisi V tidak ditemukan : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare atau dehidrasi berikan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Catat nadi, frekuensi nafas dan kesadaran
Tatalaksana
rawat inap penderita Marasmus Kwashiokor di Rumah Sakit terdapat 5 aspek penting, yang perlu diperhatikan :
A. Prinsip
dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor
(10 langkah utama). 1.
Penanganan hipoglikemi
2.
Penanganan hipotermi
3.
Penanganan dehidrasi
4.
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5.
Pengobatan infeksi
6.
Pemberian makanan
7.
Fasilitasi
8.
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9.
Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
tumbuh ke jar
10. Perencanaan tindak lan jut setelah sembuh
B. Pengobatan penyakit penyerta y
Defisiensi vitamin A
y
Dermatosis
y
P
y
Tuberkulosis
arasit/cacing
C. Kegagalan
pengobatan Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
D. Penderita y
y
pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6 gr/KgBB/hari). Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5 kali sehari
y
Makanan selingan diantara makanan utama
y
Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
y
Teruskan ASI.
. Tindakan
Syok
pada kegawatan
cairan intravena
Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Marasmus-kwashiorkor merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai pada negara berkembang khususnya di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi timbulnya marasmus-kwashiorkor antara Lain kualitas dan kuantitas makanan, faktor sosial-ekonomi, kepadatan penduduk dan infeksi.
Diagnosis
marasmus-kwashiorkor
pemeriksaan fisik dan
ditegakkan
dari
anamnesis,
laboratorium yang memperlihatkan
penurunan kadar albumin, kolesterol, glukosa,
gangguan
keseimbangan elektrolit, Hb serta defisiensi mikronutrien. enanganan marasmus-kwashiorkor harus dilakukan dengan tepat
P
dalam waktu sedini mungkin untuk mencegah komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup atau bahkan kematian.