ORIENTASI PERKULIAHAN
A. Pengantar: Studi Ilmiah Amaliah dan Imaniah Pendidikan adalah dari, untuk dan oleh manusia. Konsep nilai-nilai kesejatian manusia menjadi dasar pendidikan, yang mengarahkan isi, proses dan hasil upaya pendidikan. Upaya pendidikan ini dilakukan melalui kegiatan yang penuh nilai-nilai karakter-cerdas
dalam tiga ranah
pengetahuan,sikap dan keterampilan yang secara
holistik dan kompeherensif dapat dilaksanakan dalam kehidupan berdasarkan kaidahkaidah keberagaman. Di Indonesia, nilai-nilai keilmuan, kemalan dan keimanan didasarkan pada kondisi kesejatian manusia yang dirumuskan dalam bentuk filsafat dan ideologi bangsa dan negara, yaitu pancasila, yang memberikan dasar dan warna bagi keseluruahan materi undang-undang system Pendidikan Nasional Indonesia. B. Kehidupan Berkembang melalui Pendidikan 1. Landasan Pendidikan: HMM Apa dan bagaimana hidup manusia itu? Menengok riwayat kehidupan manusia yang paling awal, diketahui bahwa manusia”dilepas” ke kehidupan nyata kemanusiaan oleh sang maha Pencipta dengan terlebih dahulu diberi pengajaran tentang berbagai nama melalui proses pembelajaran. Proses yang diriwayatkan itu membuktikan bahwa sesungguhnyalah manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan dan paling tinggi derajatnya, juga memperlihatkan manusia ternyata manusia lebih tinggi kemampuannya dalam mencapai hasil pembelajaran di banding malaikat sekalipun. Kajian tentang kesejatian manusia sedalam-dalamnya menghasilkan konsep tentang harkat dan martabat manusia(HMM) dengan tiga komponennya, yaitu : a. Hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk yang berpancacitra : - Beriman dan bertaqwa kepda Allah - Diciptakan paling sempurna - Paling tinngi derajatnya - Sebagai khalifah di muka bumi - Menyandang HAM (hak azasi manusia) b. Potensi dasa kemanusiaan, dengan unsure unsure pancadaya, yaitu : - Daya takwa - Daya cipta
- Daya rasa - Daya karsa - Daya karya c. Zona kehidupan manusia, dalam pancxona, yaitu : - Zona kefitrahan - Zona keindividualan - Zona kesosialan - Zona kesusilaan - Zona keberagaman Harkat dan martabat manusia terwujud dalam kehidupan manusia ditunjang oleh lima unsur predisposisi manusia dalam bentuk otak, hati, potensi dasar, energy dan petunjuk Allah yang kelimanya bersinergi dalam dinamika kehidupan ber-BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab) dan ber-lima bersih (bersih dalam beriman dan bertaqwa, bersih dalam perkenalan dan pergaulan, bersih dalam minuman dan makan, bersih dalam kesehatan fisik dan lingkungan, serta bersih dalam hak dan kewajiban). Kehidupan yang demikian itu mewarnai secara penuh oleh kondisi DBMSB (damai, berkembang, maju, sejahtera, dan bahagiadi dunia dan akhirat). Kehidupan dengan warna-warni ke-Illahi-an tidak bisa terwujud dan dijalan manusia tanpa penegmbangan diri manusia, harus melalui upaya yang sungguh-sungguh dan berhasil, upaya itu adalah pendidikan, apakah pendidikan itu akan pasti berhasil ? jawabannya
ridak
pasti,
bahkan
banyak
pendidikan
yang
gagal
justru
“menghasilkan”orang-orang yang melanggar berbagai aturan, nilai dan norma, tidak mematuhi petunjuk Allah.
Kegagalan pendidikan terjadi karena konsep pendidikan dari, untuk dan oleh manusia tidak sebenar-benarnya terlaksana.kesejatian manusia dengan segenap unsur HMM-nya tidak sepenuhnya dijadikan sebagai landasan pendidikan. Demikian juga pada tujuan dan capaian pendidikan tidak terarah pada terbangunnya sosok manusia-manusia yang mewujudkan HMM pada dirinya. Lebih jauh, pendidikan tidak dilaksanakan oleh manusia-manusia pendidik yang dengan teguh melaksanakan HMM dalam kehidupan nyata dan dalam menjalankan profesi kependidikannya. Pendidikan yang yang
mengunggulkan HMM ini tidak sekedar dikonsepsikan sebagai upaya “memanusiakan manusia” melainkan seharusnya menerapkam upaya memuliakn kesejatian manusia. Dari dasar HMM yang mulia,umtuk terwujudkannya dalam kehidupan HMM yang mulia,dan oleh tenag yang memuliakn HMM, pendidikan dengan paradigma memuliakn kesejatian manusia(HMM),secar filosofis dapa dirumuskan sebagai berikut,yaitu pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi dasar kemanusiaan (pancadaya) dengan berorintasi pada hakikat manusia dalam kerangka zona kehidupan manusia). Pengertian pendidikan sebagaimana diberlakukan legal oleh Republik Indonesia, melalui undang-undang nomor 20tahun 2003 tentang system pendidikan nasional tidak menyimpang dari pengertian pendidikan secar filosofis tersebut diatas,yaitu bahwa pendidikan adalah usah sadar dan terencana untuk mewujudkan Suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. C. Pendidikan Karakter Cerdas Pendidikan dengan dasar, arah, tujuan isi dan pendekatan tesebut dapat secara optimal menghasilkan individu-individu manusia yang berintegritas dalam ketiga komponen HMM dengan warna kehidupan yang ber BMB3. Kehidupan berintegritas dengan niali nilai seperti itu mengarah kepada kehidupan bersam yang damai, berkembang, maju, sejahtera dan bahagia (DBMSB) di dunia dan akhirat, untuk bisa maju dan berkembang sejahtera dan bahagia kemampuan karakter itu harus ditambah dengan kemampuan berkecerdasan, sehingga konsep karakter perlu diperluas menjadi karakter cerdas (disingkat KC). Nilai-nilai karakter diperlukan terkait dengan fakta adanya hubungan atau komunikasi manusia dengan Tuhan dan hubungan antar sesama manusia serta manusia dengan lingkungannya,dengan tiga dimensinya itu, dikonsepsikan apa yang disebut trilogi karakter-cerdas sebagaiman terlihat pada gambar dibawah ini