MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DIKELAS REGULER
A. Identifikasi Masalah Ditinjau dari Konversi PBB mengenai Hak Anak pada tahun 1989 mengemukakan hak-hak yang harus diperhatikan pada pada anak. Hak-hak yang yang dimaksud mencakup: hak untuk
kelangsungan hidup,
yaitu hak untuk hidup dan memperoleh perlakuan dan
perawatan kesehatan yang mandiri; hak perlindungan pe rlindungan yang meliputi perlindungan atas diskriminasi, perlakuan kasar, aniaya, aniaya, dan penyalahgunaan lainnya; hak pengembangan, yaitu mencakup segala jenis pendidikan formal, non non formal, dan hak untuk hidup layak sesuai dengan kebutuhan pengembangan fisik, mental dan spiritual, moral dan sosial; hak berperan serta yang mencakup hak anak untuk menyampaikan pandangan pada semua hal – – hal hal yang berkaitan dengan diskriminasi hukum, hak untuk didengar secara adil dalam kasus kejahatan dan sistem yang tersendiri dan terpisah untuk keadilan yang diakibatkan kenakalan, hak kebangsaan, hak untuk berkumpul kembali dengan keluarga, dan hak perlindungan lainya; serta hak sosial dan budaya mencakup kesehatan dan pendidikan dan hak-hak lainnya lainnya (Edy, 2000). Mengutip dari hal tersebut maka dalam hal ini semua anak adalah sama mereka memiliki hak yang sama khususnya dalam masalah pendidikan namun bagaimana dilematisnya ketika sekorang guru mengajar anak yang sebenarnya berkebutuhan khusus dalam kelas reguler ?. dilema seorang guru khususnya kelas tinggi adalah ketika menjelaskan suatu materi namun sulit ditangkap oleh anak tersebut dalam artian anak tersebut bahkan menulis susah dan memahami kata-kata juga sulit. Hal seperti ini ditemukan dikelas IV SDN KIP Maccini. hal ini tentunya merupakan beban tersendiri bagi seorang guru disekolah umum.
Rumusan Masalah : 1. Bagaimana bentuk pendidikan yang seharusnya mengenai anak yang seperti ini ? 2. Apa penyebab sehingga anak tersebut mengalami gangguan belajar ? 3. Bagaimana mengajar anak yang berkebutuhan khusus tersebut ?
B. Pemecahan Masalah Dari masalah tersebut maka pemecahan masalahnya sesuai dengan konsep belajar dengan anak berkebutuhan khusus. 1. Bentuk pendidikan yang seharusnya untuk anak yang memiliki hambatan belajar Ketika seorang anak diidentifikasi mempunyai kelainan, pendidikan luar biasa sewaktu-waktu diperlukan. Hal itu dikemukakan karena sis wa berkebutuhan pendidikann khusus tidak secara otomatis memerlukan pendidikan luar biasa. Pendidikan luar biasa akan sesuai hanya apabila kebutuhan siswa tidak dapat diakomodasi dalam program pendidikan umum. Singkat kata, pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Mungkin dia memerlukan penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi mengajar yang khusus. jadi pada dasarnya sebelum memindahkan tersebut kesekolah luar biasa maka harus melalui proses pemantauan terlebih dahulu misalnya melihat sejauhmana gangguan yang dimiliki anak tersebut. Jika sudah tidak bisa ditangini maka sebaiknya dipindahkan disekolah luar biasa.
2. Penyebab gangguan belajar pada anak Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Demikian kenyataan
yang sering dijumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Menurut Djamarah (2002) bahwa gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat berupa ketidakmampuan belajar (learning disability). Sindrom berarti gejala yang muncul sebagai indikator adanya ketidaknormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak. Karakteristik siswa dengan ketidakmampuan belajar Pola-pola umum
Hiperaktif dan gelisah
Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
Defisit perhatian
Disorganisasi dan kecenderungan gangguan
Kurangnya tindak dan penyelesaian tugas
Kinerja tidak merata (ag, mampu di satu daerah, sangat lemah pada orang lain
prestasi akademik
Bacaan Kebingungan kata-kata serupa, kesulitan menggunakan phonics, masalah membaca kata-kata multi-suku kata.Tingkat yang lambat membaca dan / atau kesulitan menyesuaikan
kecepatan
dengan
sifat
tugas
membaca.
Kesulitan
dengan
pemahaman dan retensi materi yang dibaca, tapi tidak dengan materi yang disampaikan secara lisan.
Penulisan Kesulitan dengan struktur kalimat, tata bahasa yang buruk, kata dihilangkan. Sering kesalahan ejaan, ejaan yang tidak konsisten, pembalikan huruf. Kesulitan menyalin dari papan atau overhead. Buruk terbentuk huruf, kesulitan dengan jarak, ibukota, dan tanda baca.
Matematika Kesulitan menghafal fakta-fakta dasar. Kebingungan atau pembalikan angka, urutan nomor, atau simbol operasional. Kesulitan membaca atau memahami masalah kata.
3. Mengajar anak yang berkebutuhan khusus Guru pendidikan umum perlu bertanggung jawab atas murid yang punya kebutuhan khusus. Anak-anak ini adalah bagian dari kelas mereka. Guru tidak boleh mengatakan bahwa muridnya bodoh atau punya kelainan. pastikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus tidak diabaikan. Hal seperti ini seringkali terjadi. Guru pendidikan khusus biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar dari guru biasa pada umumnya. Guru yang menangani anak yang berkebutuhan khusus sebaiknya menjalankan program rencana pendidikan individual (IEP). Individualized Education Program (IEP) ini adalah pernyataan tertulis yang menata sebuah program yang disusun untuk anak yang menderita ketidakmampuan