DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Bukusaku Patofisiologi. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC Doengoes, E. Marilyn, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Hudak and Gallo. 1994. Critical Care Nursing, A Holistic Approach. Philadelpia : JB Lippincott company Reksoprodjo Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondi oksida arteri), dan asidosis. Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi. Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan selsel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal (Zulkifli,2006)
B. PENYEBAB
Penyebab gagal nafas akut biasanya tidak berdiri sendiri dan merupakan kombinasi dari beberapa keadaan dimana penyebab utamanya adalah : 1. Gangguan Ventilasi a. Obstruksi akut, misalnya disebabkan fleksi leher pada pasien tidak sa dar, spasme larink atau oedem larink. b. Obstruksi kronis, misalnya pada emfisema, bronkritis kronis, asma, bronkiektasis, terutama yang disertai sepsis. c. Penurunan compliance, compliance paru atau toraks, efusi pleura, edema paru, atelektasis, pneumonia, kiposkoloisis, patah tulang iga, pasca operasi toraks/ abdomen, peritonitis, distensi lambung, sakit dada, dan sebagainya. d. Gangguan neuromuskuler, misalnya pada polio, “guillain bare syndrome”, miastenia grafis, cedera spinal, fraktur servikal, keracuan obat/ zat lain. e. Gangguan / depresi pusat pernafasan, misalnya pada penggunaan obat narkotik / barbiturate/ trankuiliser, obat anestesi, trauma / infak otak, hipoksia berat pada susunan saraf pusat dan sebagainya.
2. Gangguan Difusi Alveoli Kapiler Oedem paru, ARDS, fibrosis paru, emfisema, emboli lemak, pneumonia, “post perfusion syndrome”, tumor paru, aspirasi. 3. Gangguan Kesimbangan Ventilasi Perfusi (V/Q Missmatch) a. Peningkatan deadspace (ruang rugi) misalnya pada trombo emboli, enfisema, bronchektasis dsb b. Peninggian “intra alveolar shunting”, misal pada atelektasis, ARDS, pneumonia edema paru, dan lain sebagainya. C.
TANDA DAN GEJALA
1. Gagal nafas total Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2. Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan wheezing. Ada retraksi dada
3. Gejala
D.
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2) Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun
GAMBARAN KLINIS
Manifestasinya antara lain :
Somnolen Letargi Koma Asterisk (iritabilitas neuromuscular) Tidak dapat tenang Tremor Bicara kacau Sakit kepala Ansietas Takhikardia Takipnoe
E.
Diaphoresis Aritmia Perubahan status mental Binggung Sianotik Hipertensi Hipotensi Kejang Asidosis laktat
PENGOBATAN
Pengobatan Gagal nafas akut diarahkan pada terapi khusus yang mendukung fungsi oksigenasi dan ventilasi dari paru-paru sampai dapat pulih dari akibat buruk disfungsi paru. Tiga prinsip utama dalam pengelolaan kegagalan pernafasan akut yaitu : 1. koreksi hipoksemia arteri, 2. penghapusan kelebihan karbon dioksida, dan 3. penyediaan jalan napas atas yang paten yaitu Oksigen tambahan