AKUNTANSI AKUNTANSI LEMBAGA/ INSTANSI PEMERINTAH
Pendahuluan Siklus pengelolaan keuangan daerah mengikuti siklus dalam sistem pengendalian entitas pemerintah. Siklus pengelolaan keuangan daerah dae rah dapat dibagi menjadi 5 tahapan yaitu perencanaan fundamental, perencanaan operasional, Tahap Penganggaran, Tahap Pengendalian dan Pengukuran, Tahap Pelaporan dan umpan balik. Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai. Ruang lingkup keuangan Negara yang dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat adalah Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN), dan yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jadi akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari akuntansi sector public yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah.
Reformasi keuangan daerah 1. Jika dilihat dari aspek historis, perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah di Indonesia dapat dibagi dalam 3 fase: a. Era pra-otonomi daerah dan desentralisasi fiskal fis kal (1974-1999) b. Era transisi otonomi (2000-2003) c. Era pascatransisi (2004-sekarang)
2. Aspek utama reformasi manajemen keuangn daerah a. Perubahan system anggaran dari system anggaran tradisional menjadi sistem anggaran berbasis prestasi kerja.
b. Perubahan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah dari sistem sentralisasi pada bagian keuangan secretariat daerah menjadi system desentralisasi ke masing-masing satuan kerja c. Perubahan system akuntansi dari system tata buku tunggal ( single entry bookkeeping ) menjadi system tata buku berpasangan (double entry bookkeeping ) d. Perubahan basis akuntansi dari basis kas (cash basis) menjadi basis akrual (accrual basis)
Dasar – dasar dan Teknis Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 1. Sistem Pembukuan Tunggal (Single Entry) Sistem pembukuan tunggal ( single entry) adalah sistem yang pencatatan transaksinya dilakukan dengan mencatat secara tunggal. Transaksi yang berakibat berta mbahnya kas akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran. Sistem pembukuan tunggal ini tidak memerlukan analisa terlebih dahulu, dalam arti tidak dicatat debet pada suatu perkiraan dan kredit pada perkiraan lainya. Dengan demikian catatan transaksi hanya merupakan informasi tentang tanggal kejadian, keterangan dan jumlah satuan uang. Contoh: UD. MAJU TERUS melakukan transaski pembelian secara kredit pada tanggal 05 Juli 2018 seharga Rp. 1.000.000,00 dengan nomor faktur 505. bentuk catatan transaksi tersebut akan tampak sebagai berikut: Tanggal 05 juli 2018
No. Faktur
Keterangan
Jumlah
505
Pembelian barang dagangan secara kredit dari
Rp. 1000.000,-
UD. MAJU TERUS
2. Sistem Pembukuan Berpasangan ( Doublee Entry) Sistem pembukuan berpasangan (double entry) adalah sistem yang pencatatan transaksinya dicatat secara berpasangan. Dalam sistem ini proses pencatatannya tersebut ada sisi Debit dan Kredit. Debit ada disebelah kiri dan Kredit ada disebelah kanan. Setiap transaksi keuangan yang terjadi selalu dicatat dengan cara sedemikian rupa sehingga jelas pengaruhnya terhadap asset, kewaji ban, modal, pendapatan dan beban. Dengan demikian, setiap transaksi paling sedikit akan berpengaruh terhadap dua buah akun yaitu satu akun di debet dan satu akun yang lain di kredit. Untuk menerapkan system pembukuan berpasangan dalam pencatatn transaksi, maka tiap transaksi yang terjadi harus dianalisis lebih dahulu. Yang dimaksud menganalisis adalah
menentukan dampak dari suatu transaksi terhadap komponen laporan keuangan (asset, kewajiban, modal, beban, dan pendapatan). Tahapan dalam menganalisis transaksi meliputi: a. Menentukn komponen laporan keuangan yang terpengaruh b. Menentukan nama akun dari komponen laporan yang terpengaruh c. Menentukan akun yang didebet dan akun yang dikredit beserta jumlah r upiahnya masingmasing. Contoh: Pada awal bulan oktober 2017, budi mendirikan perusahaan angkutan yang diberi nama Perusahaan Angkutan Aman dan menanamkan modalnya dalam perusahaan tersebut berupa: uang tunai sebanyak Rp. 7.400.000,00 dan peralatan kantor seharga Rp. 150.000,00 Analisi transaksinya:
a. Akun asset dana akun modal bertambah b. Nama akun-akun asset yang dipakai adalah kas dan peralatan kantor, dana akun modal adalah Modal Budi c. Debet: Kas sebesar Rp. 7.400.000,00 karena asset bertambah Debet: Peralatan kantor Rp. 150.000,00 karena asset bertambah Kredit: Modal Budi Rp. 7.550.000,00 karena modal bertambah
Buku Besar Kas
1) Rp. 7.400.000,00 Peralatan Kantor
1) Rp.
150.000,00 Modal Budi
1) Rp. 7.550.000,00