MANIPULASI DENTAL AMALGAM
I. Tujuan : 1. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi dental alagam 2. Mahasiswa mampu mengetahui sifat, reaksi pengarasan, dan waktu pengerasan dental amalgam II. Dasar teori : 1. Definisi dental amalgam Amalgam merupakan jenis logam campur dari d ari merkuri, tembaga, timah, palladium, seng, dan unsure lain untuk meningkatkan karakteristik manipulasi dan kinerja klinisnya, merkuri berperan sebagai konstituen dalam dental amalgam. 2. Komposisi dental amalgam Amalgam gigi terdiri dari powder dan liquid. Sp esifikasi ADA dari kandungan dental amalgam :
Powdernya mengandung : perak 66-68 %, Timah 25-28%, tembaga 3,5-6% dan seng <2 % Liquidnya mengandung : air raksa (merkuri)
Masing-masing komponen memiliki sifat tersendiri, yaitu :
Air raksa : pada suhu kamar bersifat cair, titik beku -39°C Perak : untuk meningkatkan resistensi terhadap korosi, meningkatkan pemuaian selama setting, mengurangi sifat flow Timah : memudahkan amalgamasi karena afinitasnya terhadap merkuri tinggi, meningkatkan flow, mengurangi pemuaian selama setting
Tembaga : untuk mengeraskan amalgam
Seng : untuk menghindari oksidasi, mengingkatkan elastisitas.
Fluoride : pada sebagian amalgam juga ditambahkan fluoride untuk mencegah karies sekunder akibat microleakage 3. Klasifikasi dental amalgam Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:1-3 1) Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu: a) Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga. b) High Copper Alloys : mengandung lebih dari 6% tembaga. - High copper alloys dapat diklasifikasikan lagi atas: a) Admixed alloy powder b) Single composition (unicompositional) alloy powder 2) Berdasarkan kandungan seng, yaitu: a) Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0.01% zinc b) Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0.01% zinc 3) Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:
a) Lathe cut alloys b) Spherical alloys 4) Berdasarkan jumlah alloy, yaitu : a) Binary alloys, terdiri dari logam silver dan tin. b) Ternary alloys, terdiri dari logam silver, tin dan copper. c) Quartenary alloys, terdiri dari logam silver, tin, copper dan indium. 5) Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu: a) Microcut , yaitu alloy dengan ukuran kecil b) Macrocut, yaitu alloy dengan ukuran besar. 4. Sifat Fisis dan Mekanis Amalgam
1. Compressive Strength Compressive strength adalah sifat yang paling menonjol dari amalgam. Karena amalgam paling tahan terhadap tekanan dan lebih lemah terhadap tarikan, maka desain preparasi kavitas harus memaksimalkan fungsi compressive strength dan meminimalkan tarikan. Compressive strength amalgam tipe high copper alloy ad alah 250 Mpa setelah satu jam. Angka compressive strength yang tinggi setelah 1 jam pemanipulasian merupakan kelebihan amalgam, yang berarti semakin kecil kemungkinan amalgam untuk fraktur ketika pertama kali ditempatkan ke dalam kavitas sebelum amalgam mencapai final strength. 2. Tensile Strength Tensile strength amalgam setelah 15 menit pemanipulasian un tuk high-copper amalgam adaah 75-175% lebih tinggi dibandingkan amalgam tipe lain. Angka ini mengindikasikan ketahanan amalgam terhadap fraktur yang disebabkan oleh tekanan pengunyahan yang lebih baik dibandingkan amalgam tipe lain. Tensile strength amalgam juga ditentukan pada fase-fase reaksi pe ngerasan amalgam seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut: Fase γ γ1
Tensile Strength (Mpa) 170 30
γ2 20 Amalgam 60 3. Perubahan Dimensional Amalgam modern yang diproses dengan amalgamator biasanya tidak memiliki perubahan dimensional. Menurut ANSI/ADA spesification no.1 perubahan dimensional amalgam yang terjadi antara 5 menit men it dan 24 jam kurang lebih sebesar 20μm/cm. Kontraksi yang yang terjadi pada 20 menit pertama berhubungan dengan merkuri pada partikel alloy. Dimensi amalgam mulai konstan setelah 6-8 jam, dan mencapai puncaknya setelah 24 jam. Untuk high copper alloy, perubahan dimensional yang terjadi adalah sebesar -1.9μm/cm. -1.9μm/cm.
4. Korosi Amalgam mengalami korosi di dalam mulut. Proses korosi bisa dihubungkan dengan fase γ2, karena fase γ2 lebih bersifat elektronegatif dibandingkan fase γ dan γ1. γ1. Ketika fase γ2 bereaksi dengan cairan c airan yang bersifat elektrolisis maka fase γ2 akan bertindak sebagai anoda dari oksidasi sel dan terlarut perlahan-lahan. Korosi yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan porositas pada amalgam, integritas marginal berkurang, kehilangan kekuatan dan pelepasan ion-ion metal ke lingkungan oral. 5. Hardness Hardness biasa digunakan sebagai indikasi dari kemampuan suatu bahan menahan suatu goresan. Hardness juga digunakan sebagai indikasi dari resistansi dari abrasi. Kekerasan permukaan amalgam adalah 83 VHN dengan beban 10.000gr. 5. Reaksi Pengerasan Amalgam
Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri dicampur. Pencampuran ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut d alam merkuri dan membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah sebagai berikut: Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg Ag3Sn + Hg γ + merkuri γ + γ1 + γ 2 Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan setelah reaksi pengerasan berupa struktur inti (γ yang tidak bereaksi), γ1 dan γ2 yang secara mikroskopis membentuk suatu susunan jala yang tidak terputus-putus. Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai setelah 24 jam pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang cukup akan mencegah terjadinya ekspansi maupun kontraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi. Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata. Peningkatan kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga untuk amalgam tipe high copper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama. Reaksi yang terjadi adalah sebaga i berikut: γ 2 + Ag-Cu Ag-Cu Cu6Sn5 + γ1 Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak men gandung atau sedikit mengandung fase γ 2. 6. Manipulasi dental amalgam Dua cara yaitu dengan pengadukan manual dan dengan menggunakan amalgamator. Pengadukan manual kita harus menentukan sendiri rasio p:l nya yaitu 1:1 liquid:powder kita letakkan di dalam mortar dan kita aduk dengan cara memutar pastle melawan arah jarum jam. Kita aduk sampai homogen. Bila menggunakan amalgamator, kita tidak perlu menakar sendiri rasionya karena sudah tersedia dalam kemasan kapsul yang siap kita mixing menggunakan amalgamator selama ±15-16 detik. Proses pengadukan baik sacara manual maupun dengan amalgamator disebut triturasi. Hasil dari triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam. Setelah amalgam di aplikasikan ke
dalam kavitas kemudian amalgam di tunggu hingga setting. Pembentukan anatomis gigi dapat dilakukan. Kemudian dilakukan finishing dan polishing untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
III. Alat dan bahan - Bahan : Liquid (air raksa), powder alloy spherical Amalgam dalam capsule (bila menggunakan amalgamator) Alat : Mortar dan pastle Amalgam pistol Amalgam stopper Kassa Pinset Model gigi yang sudah di preparasi IV. Cara Kerja Manipulasi manual : 1. Siapkan mortar dan pastle 2. Tentukan rasio powder : liquid yaitu 1:1 lalu letakkan ke kedalam mortar 3. Aduk dengan cara posisi po sisi pastle tegak lurus,putar melawan jarum jam (triturasi) 4. Aduk sampai homogen, yaitu terjadi perubahan warna menjadi lebih mengkilap dan sudah tidak menempel di permukaan mortar. 5. Tuang amalgam yang sudah homogeny ke dalam mortar yang sudah di letakkan kassa di atasnya 6. Peras amalgam dengan cara menjepitnya dengan pinset, hati-hati jangan sampai tumpah. 7. Sisa merkuri akan mengalir ke tampungan dan di dapatkan padatan yang siap diaplikasikan di atas cavitas. 8. Ambil amalgam dengan amalgam pistol dan letakkan ke dalam kavitas 9. Tekan perlahan dengan amalgam stopper dan rapikan permukaannya 10. Tunggu hingga setting ± 24 jam. 11. Langkah terakhir adalah finishing dan polishing Manipulasi dengan amalgamator ; 1. Ambil capsule danletakkan di dalam pengait dalam amalgamator 2. Atur waktu pengadukan 16 detik 3. Tutup amalgamator 4. Tekan tombol start 5. Amalgamator akan otomatis berhebti setelah16 detik berlalu. 6. Buka capsule dan tuang ke kassa. Amalgam siap untuk di aplikasikandi dalam kavitas tanpa harus disaring terlebih dahulu
V. Hasil Praktikum Amalgam yang didapat kurang mengkilap
VI. Analisis Hasil 1. Kekilapan permukaan tergantung pada homogen campuran pada saat pengadukan 2. Rasio powder dan liquid sangat penting, karena bila terlalu banyak merkuri akan menyebabkan amalgam mudah korosi dan akan memperpanjang waktu setting 3. Bila terlalu banyak powder maka amalgam akan sangat kental sehingga susah di aplikasikan danakan capat mengeras. 4. Bila menggunakan amalgamator maka hasilnya akan lebih baik karena campuran yang didapat lebih homogen. 5. Cara mengauk juga akan mempengaruhi tingkat homogeny amalgam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam. 1. Perbandingan Merkuri dan alloy Jumlah merkuri dan alloy yang alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri : alloy, alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang alloy yang akan digunakan untuk suatu teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 alloy 4 :5, kadang-kadang dalam instruksi pabrik telah dicantumkan persentasi berat air raksa yang harus digunakan di dalam campuran. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi alloy, alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.Terlepas dari angka perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada tekn ik air raksa minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga menurun.
2. Triturasi Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari me rkuri dan alloy. alloy. Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjan g (overtrituration) akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase γ1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah karena pembantukan fase γ1 yang berlebihan. 3. Kondensasi Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke alloy ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy yang alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel alloy. alloy. Tekanan kondensasi yang lebih
besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam amalgam 4. Efek laju pengerasan amalgam Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh, pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal strength minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.
VII. Kesimpulan Amalgam adalah percampuran alloy dengan merkuri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam : Perbandingan Merkuri dan alloy, triturasi, kondensasi dan efek laju pengerasan amalgam.
VIII. Daftar Pustaka Kenneth J. Anusavice. Philips: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Edisi 10 . Jakarta: EGC John F. Mc. Cabe, Applied Dental Materials, seven edition Oxfrod, London,Eidenburgh Boston, Melbourne http://www.usu.ac.id/pdf.jurnal_dental_amalgam//