Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile adalah sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan
Sistem FIFO ( First In First Out )
Fungsi Manajemen Stocpile Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Sebagai sediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata. Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan:
Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
Dekat Pelabuhan
Ditempat Penggunaan batubara
Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Stockpile Management menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai berikut: 1. Monitoring quantity (Inventory) dan movement batubara distockpile,meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan
aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Monitoring quality batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu:
Contral dust dan penerapan dan pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant.
Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage stockpile.
Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal).
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer,baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut:
Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara.
Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang.
Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom.
Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu.
Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stokpile.
9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stokpile
10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini terkait dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi pada pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi pada pemeliharaan kuantitas karena suatu storage management harus mempertimbangkan factor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara • Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. • Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Product Yang dipisahkan • Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan. • Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan • Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan. • Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. • Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan loading barge.
Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara envirocoal, dalam proses spray air ditambahkan juga bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5 ppm/ton batubara dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen / divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Monitoring temperature stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple. Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. • Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content ) • Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam – Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping – Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun
terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa :
Penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile.
Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll )
Pengaturan blending ratio batubara.
Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile.
Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair, selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai.