BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut J.C., Seidel, Public Relations adalah proses yang kontinue dari usaha-usaha management untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para langganannya, pegawainya dan public umumnya; kedalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.
Selain itu menurut Howard Bonham, Vice Chairman, American National Red Cross menyatakan Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik
terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/badan.
Jadi Public Relations sejatinya adalah suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan/lembaga dengan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan/lembaga tersebut.
Dan didalam PR yang baik sudah bisa dipastikan akan terdapat perencanaan dan pemrograman yang terukur, realistis, efektif dan efisien.
Rumusan Masalah
Bertolak dari pernyataan diatas, maka penulis mencoba menyampaikan hal-hal sebagai berikut :
Langkah dalam perencanaan dan pemrograman;
Type-type krisis yang harus segera ditangani;
Komunikasi dan Aksi
Analisa framing, Semantic dan Halangan dalam Berkomunikasi
Kegagalan dan peluang kompanye informasi;
Tahapan dalam penerimaan dan penyebaran ide-ide baru.
BAB II
PEMBAHASAN
LANGKAH DALAM PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
A.1. Langkah dalam Perencanaaan.
Didalam menyusun sebuah rencana dan program untuk mencapai tujuan Public Relation (PR), memerlukan langkah ataupun strategi yang dipersiapkan dengan baik sehingga tujuan PR dari sebuah badan/lembaga dapat dicapai dengan sukses. Perencanaan yang efektif dan baik memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
Menyadari adanya perluang. Artinya, kesadaran akan suatu kesempatan merupakan titik awal yang sebenarnya dari perencanaan. Hal itu meliputi suatu pandangan pendahuluan terhadap kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan dan kemampuan untuk melihatnya dengan jelas dan lengkap, suatu pengetahuan tentang dimana kita berdiri pada sudut kekuatan dan kelemahan kita, suatu pengertian tentang mengapa kita ingin memecahkan ketidakpastian, dan suatu visi tentang apa yang menurut harapan kita akan kita dapatkan.
Menentukan tujuan. Artinya, tujuan-tujuan yang menentukan hasil-hasil yang diharapkan menggambarkan hal-hal akhir yang harus dilakukan, dimana penekanan penting harus ditempatkan, dan apa yang harus dicapai oleh jaringan strategi, kebijakan, prosedur, peraturan, anggaran dan program-program.
Menentukan Premis. Premis adalah asumi-asumi perencanaan. Artinya, Dengan kata lain, lingkungan yang diharapkan dari rencana-rencana yang sedang dilaksanakan. Apabila premis perencanaan yang konsekuen makin dipahami oleh perencana, maka akan semakin terkoordinasilah perencanaan perusahaan itu.
Menentukan arah tindakan alternatif. Artinya, langkah keempat di dalam perencanaan adalah mencari dan memeriksa arah-arah alternatif dalam tindakan, khususnya yang tidak nampak dengan segera.
Mengevaluasi arah tindakan alternatif. Artinya, dalam langkah ini, tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan perlu dilakukan evaluasi kekurangan dari tindakan alternative yang diambil dan dirasa menghambat atau menggangu jalannya kegiatan tujuannya agar tidak terjadi kesalahan para tahap-tahap selanjutnya dari kegiatan tersebut
Memilih satu arah tindakan, artinya langkah yang terakhir dari perencanaan ini merupakan langkah yang paling menentukan untuk melanjutkan pada proses pelaksanaan.
A.2. langkah dalam membuat pemrograman
Seringkali program kerja PR yang strategis dibiarkan begitu saja pasca perencanaan dan tidak ditindak lanjuti. Untuk itu dalam membuat perencanaan program kerja, perlu juga dipikirkan, strategi yang tepat agar membuat program kerja tersebut berhasil untuk diterapkan. Adapun cara atau strategi agar membuat program kerja strategis agar berhasil adalah :
Menetapkan tujuan. Dalam membuat program kerja harus memiliki tujuan yang jelas dan dapat terukur. Agar penetapan tujuan itu efektif dapat menggunakan pedoman SMART.
Spesifik : Tujuan harus spesifik. Dalam perumusan program kerja, tujuan harus runtut dan sistematis dari tujuan umum ke tujuan khusus.
Measurable : Tujuan tersebut harus dapat diukur tingkat ketercapaiannya. Untuk itu dalam perumusan program kerja, ada juga indicator keberhasilan.
Attainable : Tujuan tersebut dapat dicapai, dengan cara menganalisis potensi-potensi eksternal dan internal organisasi. Untuk itu dalam perencanaan program kerja, analisis lingkungan organisasi itu penting.
Realistic : Tujuan harus realistis dan sesuai dengan dasar serta aturan main organisasi.
Timely : Tujuan harus terukur dalam waktu yang tepat, jangan sampai ketercapaiannya melewati periodesasi masa jabatan dalam organisasi atau lainnya.
TYPE-TYPE KRISIS YANG HARUS SEGERA DITANGANI
Krisis adalah suatu keadaan atau situasi yang mengkhawatirkan serta cenderung mengakibatkan kerugian baik materi maupun materil dan apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan kerugian atau kerusakan yang semakin meluas sehingga akan mengancam kelangsungan hudup dari badan/lembaga. Adapun jenis krisis yang harus segera ditangani diantaranya adalah :
1) Krisis karena bencana alam
Tipe paling relevan dari krisis adalah yang disebabkan bencana alam. Bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kebakaran dapat terjadi di lingkungan sekitar kita dan manusia selalu tidak berdaya menghadapinya.
2) Krisis karena kecelakaan industri
Krisis karena kecelakaan industri cukup bervariasi, mulai dari mesin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis ini terjadi, maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Bahaya dari kecelakaan industri yang dapat menyebabkan kematian biasanya menjadi 'magnet bagi media'.
3) Krisis karena produk yang kurang sempurna
Dalam bisnis perusahaan menghasilkan produk yang terdiri dari barang (goods) dan jasa (services). Barang dan jasa juga memiliki potensi krisis. Hal ini mungkin saja terjadi karena produk yang dihasilkan cacat (defect) atau kurang sempurna, walaupun perusahaan telah melakukan riset dan teknik pengembangan produk sebelumnya.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam bisnis jasa, yang mana pelayanan optimal (excellent services) merupakan faktor penting. Ketidakmampuan karyawan memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen akan memberikan efek krisis kepada perusahaan dan produknya.
AKSI DAN KOMUNIKASI
Mengambil Tindakan/Aksi dan Berkomunikasi
Ada dua kajian utama dari proses ini, yaitu komponen aksi dan komunikasi. Komponen aksi meliputi tindakan responsif dan bertanggung jawab, mengoordinasikan aksi dan komunikasi serta tindakan sebagai respon sistem terbuka. Komponen komunikasi meliputi pengemasan pesan, semantik, simbol, rintangan dan penyebaran pesan.
Praktisi PR harus mampu mengoordinasikan keduanya. Strategi aksi dikonsentrasikan pada penyesuaian atau adaptasi di dalam organisasi. Namun, sebuah kesempatan untuk mengimplementasikan perubahan itu mensyaratkan agar pimpinan manajemen dan praktisi mendefinisikan PR sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar publisitas dan komunikasi persuasif.
Strategi aksi merupakan bagian utama dari progam tetapi hanya sebagian dari seluruh program PR yang tidak kelihatan di permukaan. Komunikasi, yang biasanya merupakan komponen yang lebih tampak, berfungsi untuk mengimplementasikan dan mendukung strategi aksi. Misalnya saja dalam pengemasan pesan. Prinsip pertama dari pengemasan isi pesan untuk komunikasi adalah mengetahui dari dekat pandangan klien atau karyawan dan situasi masalah. Prinsip kedua adalah mengetahui kebutuhan, kepentingan dan perhatian dari publik sasaran.
Praktisi PR harus membingkai pesan mereka agar menjadi pesan yang bernilai berita. Pesan juga harus dapat dipahami –tidak rumit, bebas dari jargon dan mudah ditangkap. Pesan harus mengandung topik dan bersifat lokal agar audien tertarik dengan informasi yang dekat dengan mereka. Pesan harus saling menguntungkan sebagaimana halnya strategi aksi. Isi pesan harus disusun sedemikian rupa sehingga informasinya menjawab pertanyaan audien, merespon kepentingan dan perhatian audien.
Langkah komunikasi dalam proses PR sering kali membutuhkan upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, opini dan tindakan kelompok yang besar dan jauh. Tingkat akselerasi penemuan, pengembangan dan penyebaran inovasi membuat komunikator harus mampu mentransfer informasi kepada orang yang membutuhkannya.
komunikasi adalah seperangkat proses pembudayaan melalui transaksi simbol budaya untuk mempengaruhi perilaku sehingga terbentuk tatanan budaya baru. Penggunaan konsep transaksi simbolik ini, lebih ke arah menguatkan pandangan Herbert Mead. Dalam teorinya, dia menggunakan istilah interaksi simbolik, padahal Mead sendiri meyakini bahwa setiap individu berusaha menemukan makna melalui interpretasinya (West dann Turner, 2008:100-101).
ANALISA FRAMING, SEMANTIC DAN HALANGAN DALAM BERKOMUNIKASI
D.1 Analisis Framing
Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2005, p.3). Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis.
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu :
Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas.
Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan.
Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan "julukan" pada satu wacana Contoh "GARUT BANGKIT", sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di dalamnya terdapat beberapa 'turunan', yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian Contoh "TAK ADA ROTAN AKARPUN JADI" .
Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki. Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab masalah.
D.2. SEMANTIC
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, Semantikos, yang bermakna signifikan/penting dan mengacu pada kajian makna kata. Semantik berfokus pada hubungan antara simbol dan efek kepada orang. Semantik tidak mengacu pada istilah kamus, namun "general semantik" berbeda dengan semantik teori prilaku, contohnya:
1) Semantik mengacu pada makna kata, general semantik (semantik umum) berhubungan dengan sistem syaraf manusia dan sekelilingnya dan meliputi semantik, oleh karena itu, semantik yang dimaksud memberikan sistem integrasi bagi pikiran dan pengalaman manusia.
2) Pendekatan semantik umum, lebih kepada kehidupan individu, (a) secara logis mengantisipasi masa depan, (b) berprestasi sesuai kapabilitas dan (c) berprilaku pada lingkungan.
3) Beberapa prinsip operasional pada semantik umum yakni: (a) sistem syaraf manusia secara struktur sama, namun tak ada dua yang sama persis, (b) sistem syaraf manusia dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa – baik verbal maupun non verbal dan (c) peristiwa dimana individu merupakan bagian yang mempengaruhi tubuh dan pikiran secara keseluruhan.
D.3. HALANGAN-HALANGAN DALAM BERKOMUNIKASI
Perbedaan pengalaman dan latar belakang;
Penggunaan bahasa yang terlalu teknikal;
Pembicaraan yang terlalu banyak;
Tanda / kode yang berbeda;
Kekurangan financial;
Interpretasi yang berlebihan, dan
Penyampaian yang emosional.
KEGAGALAN DAN PELUANG KOMPANYE INFORMASI
E.1. faktor-faktor kegagalan sebuah program kampanye atau Ketidak berhasilan kampanye disebabkan oleh:
Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat dikontruksi sesuai dengan karakteristik khalayak.
Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.
Pesan-pesan tidak memberikan petunjuk bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.
Kegagalan pada sebuah program kampanye yang beorientasi perubahan sosial juga dapat terjadi Karena pelakuk kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menidak lanjutinya dengan komunikasi antar pribadi. Karena justru dengan komunikasi antar pribadi efek perubahan sikap dan perilaku lebih dapat diharapkan muncul.
Kampanye dapat gagal mngkin hanya karena anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tak bisa berbuat total.
Tiga langkah dalam meningkatkan peluang keberhasilan kompanye
Pertama yang harus dilakukan sumber kampanye (compaign makers atau decision maker) adalah mengidentifikasi masalah factual yang dirasakan. . dari identifikasi masalah kemudian dicari hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) dengan fakta-fakta yang ada.
Kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini lagi-lagi riset perlu dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapat merumuskan pesan, actor kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan kampanye yang sesuai.
Pada tahap pengelolaan ini seluruh isi program kampanye (campaign content) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek dalam literature ilmiah dipercaya menjadi prasyarat dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak akan memberi pengaruh pada perubahan perilaku.
"Bila pengetahuan baru tersebut bertentangan degan sikap yang telah mantap maka perubahan belum tentu muncul"
Demikian pula halnya dengan keterampilan. Penguasaan atau peningkatan keterampilan seseorang akan memberikan dampak perubahan pada sikap yang bersangkutan.
Tahap pengelolaan kampanye ini ditutup dengan evaluasi tentang efektivitas program yang dilaksanakan. Disini akan dievaluasi apakah pesan-pesan kampanye sampai pada khalayak (received)? Apakah mereka dapat mengingat pesan-pesan tersebut? Apakah mereka dapat menerima isi pesan-pesan tersebut (accepted)?
Tahap ketiga dari model ini adalah tahap evaluasi pada penanggulangan masalah (reduced problem). Tahap ini disebut juga tahap pasca kampanye. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau mengurangi masalah sebagai mana yang telah diidentifikasi pada tahap prakampanye.
TAHAPAN DALAM PENERIMAAN DAN PENYEBARAN IDE-IDE BARU.
F.1. Proses penerimaan ide-ide baru (Difusi Inovasi)
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Ada beberapa sumber yang menyebutkan tahap pengetahuan sebagai tahap "Awareness". Tahap ini merupakan tahap penyebaran informasi tentang inovasi baru, dan saluran yang paling efektif untuk digunakan adalah saluran media massa. Dalam tahap ini kesadaran individu akan mencari atau membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari masyarakat dalam tahapan ini, yakni:
· Kesadaran bahwa inovasi itu ada;
· Pengetahuan akan penggunaan inovasi tersebut, dan
· Pengetahuan yang mendasari bagaimana fungsi inovasi tersebut bekerja
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
Dalam tahapan ini individu membentuk sikap atau memiliki sifat yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut. Dalam tahap persuasi ini, individu akan mencari tahu lebih dalam informasi tentang inovasi baru tersebut dan keuntungan menggunakan informasi tersebut. Yang membuat tahapan ini berbeda dengan tahapa pengetahuan adalah pada tahap pengetahuan yang berlangsung adalah proses memengaruhi kognitif, sedangkan pada tahap persuasi, aktifitas mental yang terjadi adalah mempengaruhi afektif. Pada tahapan ini seorang calon adopter akan lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Kepribadian dan norma-norma sosial yang dimiliki calon adopter ini akan menentukan bagaimana ia mencari informasi, bentuk pesan yang bagaimana yang akan ia terima dan yang tidak, dan bagaimana cara ia menafsirkan makna pesan yang ia terima berkenaan dengan informasi tersebut. Sehingga pada tahapan ini seorang calon adopter akan membentuk persepsi umumnya tentang inovasi tersebut. Beberapa ciri-ciri inovasi yang biasanya dicari pada tahapan ini adalah karekateristik inovasi yakni relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability.
3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)
Pada tahapan ini individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi inovasi tersebut atau tidak sama sekali. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara tindak yang paling baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi, yakni:
· Praktik sebelumnya;
· Perasaan akan kebutuhan;
· Keinovatifan, dan
· Norma dalam sistem sosial
Proses keputusan Penerimaan inovasi memiliki beberapa tipe yakni:
a) Otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan
b) Individual adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan mengambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual terbagi menjadi dua macam, yakni:
a. Keputusan opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
b. Keputusan kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui konsesnsus dari sebuah sistem sosial
c) Kontingen adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan yang mendahuluinya.
4. Tahap Pelaksanaan (Implementation)
Tahapan ini hanya akan ada jika pada tahap sebelumnya, individu atau partisipan memilih untuk mengadopsi inovasi baru tersebut. Dalam tahap ini, individu akan menggunakan inovasi tersebut. Jika ditahapan sebelumnya proses yang terjadi lebih kepada mental exercise yakni berpikir dan memutuskan, dalam tahap pelaksanaan ini proses yang terjadi lebih ke arah perubahan tingkah laku sebagai bentuk dari penggunaan ide baru tersebut.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Tahap terakhir ini adalah tahapan dimana individu akan mengevaluasi dan memutuskan untuk terus menggunakan inovasi baru tersebut atau menyudahinya. Selain itu, individu akan mencari penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Apabila, individu tersebut menghentikan penggunaan inovasi tersebut hal tersebut dikarenakan oleh hal yang disebutdisenchantment discontinuance danatau replacement discontinuance. Disenchantment discontinuance disebabkan oleh ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut sedangkan replacement discontinuancedisebabkan oleh adanya inovasi lain yang lebih baik.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dengan mengkaji pengertian, manfaat dan tujuan dari perencanaan, pemrograman, aksi, komunikasi, macam-macam analisa dan peluang kompanye informasi dalam Manajemen Humas Dan Pelayanan Publik, maka kami berkesimpulan bahwa pada dasarnya Manajemen Humas Dan Pelayanan Publikadalah salah satu komponen didalam sebuah lembaga/organisasi yang mempunyai peranan signifikan di dalam mengembangkan lembaga/organisasi itu sendiri baik dar dari dalam ataupu luar organisasi/lembaga tersebut. Oleh karena itu pemahaman akan pentingnya Manajemen Humas Dan Pelayanan Publik sudah semestinya dipahami oleh stiap pimpinan atau anggota lembaga/organisasi
Lemahnya pemahaman akan pentinya Manajemen Humas Dan Pelayanan Publik maka bisa dipastikan perkembangan atau kemajuan akan sebuah organisasi/lembaga akan terjadi dikarenakan situasi dan kondisi yang berkembang atau terjadi tidak akan bisa diolah dengan baik.
Daftar Pustaka
Henslowe, Philip. Public Relation The PracticalGuideTo Basic. Kogan Page Limited 2009
Jefkins, Frank. Public Relation Edisi Kelima. Erlangga 2004
www. Yeila.com
kicauanlazuardi.blogspot.com
Manajemen Humas Dan Pelayana Publik 8