Tanin Terkondensasi Tanin terkondensasi (lebih dikenal Proantosianidin) terdiri dari polimer flavonoid yang dihubungkan dengan ikatan karbon-karbon antara atom C8 dan C4 pada cincin A. Proantosianidin adalah senyawa yang menghasilkan pigmen antosianidin dengan pemutusan oksidatif (bukan hidrolisis) pada alkohol panas melalui reaksi butanol asam. Tanin jenis ini terbuat dari fenol tipe flavon (flavolan). Umumnya tanin terkondensasi tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul sederhana, tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini juga tidak mengandung gula. Salah satu contoh proantosianidin ialah Sorghum prosianidin, yang tersusun dari epikatekin dan katekin. Senyawa ini jika dikondensasi akan menghasilkan flavonoid jenis flavon dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol. Cara mengidentifikasi tanin terkondensasi yaitu dengan mencelupkan ke dalam HCl 2M lalu memanaskannya selama 30 menit hingga mendidih. Setelah itu diekstraksi dengan amil alkohol atau butil alkohol. Jika terbentuk senyawa berwarna merah maka terdapat senyawa tanin terkondensasi.
Contoh Simplisia: 1. Hamamelis Folia dan Hamamelis Cortex Simplisia berupa daun atau korteks yang sudah dikeringkan dari tanaman Hamamelis virginiana (famili Hamameliadece). Tumbuhan berupa perdu dan tingginya mencapai 8 meter. Umumnya digunakan sebagai astringent dan hemostatika (menghentikan pendarahan) dalam bentuk infus atau dekokta. Kandungan kimianya terdiri dari hamamelitannin, asam galat, tannin derivat dari asam galat, gula heksosa, minyak atsiri, dan kalsium oksalat. Cara pengumpulan simplisia ini yaitu daunnya dikumpulkan pada musim panas lalu dikeringkan dengan sinar matahari atau sebaiknya ditempatkan tertutup dan terlindung karena tanin mudah teroksidasi menjadi warna merah kehitam-hitaman. 2. Krameria Rhatany atau Krameria Radix Simplisia berupa akar-akar yang sudah dikeringkan dari tanaman Krameria triandra
(famili Leguminosae). Taninnya dari golongan phlobatannin. Phlobatennya disebut krameria red yang dalam penguraiannya akan menghasilkan pholoroglucin dan asam protocatechuat. Umumnya digunakan sebagai astringent, antidiare yang kronis, dan tonikum. Kandungan kimianya terdiri dari tannin 8—20%, asam krameria, amilum, gula, dan kalsium oksalat. 3. Castanea Folium Simplisia berupa daun yang sudah dikeringkan dari tanaman Castanea dentata (famili Fagaceaceae). Umumnya digunakan sebagai astringent dan tonikum. Kandungan kimianya terdiri dari asam tanat 8%. Asam tanat 8% ini jika ditambah FeCl3 akan berwarna hijau, tetapi jika ditambah alkohol akan menjadi mucilago yang tidak larut. Cara pengumpulan simplisia ini yaitu daunnya dikumpulkan saat tumbuhan berbunga lalu dikeringkan dengan sinar matahari secara hati-hati (terlindung). 4. Kino Simplisia
berupa
getah
yang
sudah
dikeringkan dari tanaman Pterocarpus marsupium (famili Leguminosae). Kino ini tidak berbau, rasanya sedikit manis, dan sepat. Jika kino ditambahkan FeCl3 akan berwarna biru kehitaman, tetapi jika ditambahkan Fe2+ akan berwarna violet. Umumnya digunakan sebagai astringent dan diare. Kandungan kimianya terdiri dari asam kino tanat 30—80%, asam galat, kinoin 1,5%, cathecol (pyrocathecin), kino red, resin, gom, pektin, dan enzim oksidase. Cara pengumpulan simplisia ini yaitu getahnya dikumpulkan lalu dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering, dipotong kecil-kecil (warna merah kehitaman). Getah simplisia ini didapatkan jika bagian kulit dilukai dan mengenai bagian floem yang memiliki sel sekret berisi cairan merah. 5. Gambir (Pale Catechu) Merupakan salah satu simplisia yang ada di Indonesia. Simplisia berupa ekstrak daun dan ranting yang sudah dikeringkan dari tanaman Uncaria gambir (famili Rubiaceae).
Tanamannya berupa tanaman memanjat yang dapat ditanam dari biji. Gambir dapat diambil dari daun tanaman setelah berumur 8 tahun dan tanaman pun dapat memproduksi gambir selama 25 tahun. Umumnya digunakan sebagai astringent, zat warna, dan dalam industri penyamakan kulit. Kandungan kimianya terdiri dari asam catechutannat 22—55%, pirocatechol sampai 30%, catechin, gambir fluorescein, glikosida quercitin.
DAFTAR PUSTAKA 2013. Farmakognosi. Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28629/4/Chapter%20II.pdf