Makalah Farmasi Tumbuhan Obat 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predaptor. Beberapa senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan fenol merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.
Tanin merupakan senyawa fenolik yang mengandung protein. Tanin terdiri atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada beberapa kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi yang paling baik yang diberikan oleh Horvath (1981), Tanin adalah suatu senyawa fenolik dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk komplek yang efektif dengan protein dan makro molekul yang lain dibawah kondisi lingkungan tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan bentuk kompleks dari protein, pati, selulosa dan mineral. Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris C72H52O46.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon.
Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tannin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berkut.
Apa yang dimaksud dengan senyawa tanin?
Bagaimana klasifikasi dari senyawa tanin?
Apa saja manfaat dari senyawa tanin?
Apa saja contoh tanaman yang mengandung tanin?
Bagaimana proses biosintesis senyawa tanin?
Uji aktivitas yang dapat dilakukan pada senyawa tanin?
Bagaimana proses isolasi senyawa tanin?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
Mengetahui pengertian senyawa tanin.
Mengetahui klasifikasi dari senyawa tanin.
Mengetahui manfaat dari senyawa tanin.
Mengetahui contoh tanaman yang mengandung tanin.
Mengetahui proses biosintesis senyawa tanin
Mengetahui uji aktivitas yang dapat dilakukan pada senyawa tanin.
Mengetahui proses isolasi senyawa tanin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Senyawa Tanin
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi, berguna untuk bahan perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin diharapkan mampu mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan. Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas yang sepat.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Berikut adalah gambar struktur tanin
Sifat-sifat Tanin :
Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
Tidak dapat mengkristal.
Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia Tanin :
Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat.
Kegunaan Tanin :
Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang.
Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada gastrointestinal dan pada kulit.
Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan cara mengendapkan protein.
Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak larut.
Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana. Hidrolisa :
1. Asam Gallat terurai pirogalol
2. Asam Protokatekuat Katekol
3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.
(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)
B. Klasifikasi Senyawa Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin kondensasi. Tannin hidrolisis diprekursor oleh asam dehydroshikimic sedangkan tannin kondensasi disintesis dari prekursor flavonoid. Tingginya kandungan tannin dari kalus yang dihasilkan secara in vitro dapat dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya komposisi media yang digunakan dan zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.
C. Manfaat Senyawa Tanin
Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, antibakteri, dan antitumor. Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai diuretik (Heslem, 1989). Tanaman yang mengandung tanin telah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi/dimakan oleh banyak ulat (Heslem,1989).
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan (Desmiaty et al., 2008). Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002). Antioksidan dalam pengertian kimia, merupakan senyawa pemberi elektron. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa terhambat. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Winarsi, 2007). Salah satu metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang (Rohman et al., 2010).
Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan. Fungsi tanin pada tanaman biasanya sebagai senjata pertahanan untuk menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan menghindari diri dari serangga, sebagai penyamak kulit,bahan untuk pembuatan tinta (+ garam besi(III) senyawa berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin, protein, alkaloid (karena sifat mengendap), sebagaiantidotum keracunan alkaloid (membentuk tannat yang mengendap), sebagaiantiinflamasi saluran pencernaan bagian atas,obat diare karena inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid).
Tanin terutama dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan mudah digunakan. Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala, tali, dan layar agar lebih tahan terhadap air laut. Selain itu tanin dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, perekat, dan mordan.
Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir (salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Hasil penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.
Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu, senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare.
D. Contoh Tanaman yang Mengandung Tanin
Sebagian besar masyarakat memanfaatkan alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji kurang dimanfaatkan. Biji alpukat memiliki efek hipoglikemik dan dapat digunakan untuk pengobatan secara tradisional dengan cara dikeringkan kemudian dihaluskan, dan air seduhannya dapat diminum. Biji alpukat dipercaya dapat mengobati sakit gigi, maag kronis, hipertensi dan diabetes melitus (Monica, 2006). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa biji alpukat memiliki kandungan berbagai senyawa berkhasiat, salah satunya adalah efek antidiabetes melalui kemampuannya menurunkan kadar glukosa darah (Zuhrotun,2007). Hasil Skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007) terhadap simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Jenis tanaman yang mengandung tanin antara lain adalah daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang diketahui mengandung tanin cukup tinggi dan telah digunakan sebagai pestisida nabati pembunuh ulat (larvasidal) (Kusuma et al., 2009; Islam et al., 2003). Daun melinjo (Gnetum gnemon L.) juga mengandung tanin. Daun gamal (Gliricidia sepium Jacq.) dan lamtoro (Leucaena leucocephala Lamk.) mempunyai kandungan tanin 8-10% (Suharti, 2005; Sulastri, 2009). Biji pinang (Areca catechu L.) dan simplisia gambir (Uncaria gambir Roxb.) telah dikenal luas sebagai penghasil tanin dengan kandungan tanin masing-masing sebesar 26,6% dan 30-40% (Pambayun, 2007; Hadad et al., 2007).
Pegagan (Centella asiatica) atau antanan (Sunda), daun kaki kuda (Melayu), gagan-gagan, rendeng (Jawa), taidah (Bali) sandanan (Papua) broken copper coin, buabok (Inggris), paardevoet (Belanda), gotu kola (India), ji xue cao (Hanzi) juga diduga memiliki kandungan senyawa tanin beserta asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat vellarine dan tanin yang ada dapat memberikan rasa pahit.
Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang tumbuh berselang-seling dari batangnya serta penampakan daun yang berwarna merah keperakan dan mengkilap. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid.
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji (Psidium guajava) mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin (IPTEKnet, 15 Januari, 2007).
Daun dewa (Gynura divaricata) mengandung zat saponin, minyak atsiri,
flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan = zat yang mempermudah dan mempercepat pembekuan darah), mencairkan bekuan darah,
stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, dan
membersihkan racun.
Ciplukan (Physalis minina) temasuk ke dalam famili tumbuhan Solanaceae. Nama lain dari ciplukan antara lain adalah morel berry (Inggris), ceplukan (Jawa), cecendet (Sunda), yoryoran (Madura), lapinonat (Seram), angket, kepok-kepokan, keceplokan (Bali), dedes (Sasak), leletokan (Minahasa). Tumbuhan ini mempunyai kandungan kimia berupa chlorogenik acid, asam citrun, fisalin, flavonoid, saponin, polifenol. Buah mengandung asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula. Biji mengandung elaidic acid. Sifat tumbuhan ini analgetik (penghilang rasa sakit), peluruh air seni (diuretik), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.
E. Biosintesis Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum :
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid
Contoh :
- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
F. Uji Aktivitas Senyawa Tanin
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol biji alpukat diukur dengan metode Gaulejac et al. dalam Kiay et al. (2011). Sebanyak 0,5 mL ekstrak 200 mg/L biji alpukat ditambahkan dengan 2 mL larutan DPPH dan divortex selama 2 menit. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada λ 517 nm setelah diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkap radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan persamaan: Aktivitas penangkap radikal bebas % (Liberty, dkk., 2010)
G. Isolasi Senyawa Tanin
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang seringdigunakan sebagai obat tradisional. Tanaman inibanyak dimanfaatkan mengatasi berbagaipenyakit seperti batuk, diabetes, rematik,gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah,jerawat, diare sampai tekanan darah tinggi.
Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dantanin (Faharani, 2009; Hayati, et al., 2010).Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul (Horvart, 1981). Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi. Kadar tanin yang tinggi pada daun belimbing wuluh muda sebesar 10,92% (Ummah, 2010).
Secara kualitatif pengujian fitokimia senyawa tanin terhadap esktrak aseton-air (7:3) daun belimbing wuluh dengan reagen FeCl3, gelatindan campuran formalin: HCl menunjukan adanya golongan senyawa tanin. Ekstrak tanin pada daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, (Hayati, et al., 2009), Pseudomonas fluorescens, dan Micrococcus luteus (Hayati, et al., 2010). Adanya potensi aktif terhadap beberapabakteri dapat dimanfaatkan sebagai obat diaredan pengawet alami.
Tanin dapat diisolasi dari daunbelimbing wuluh menggunakan metodemaserasi, sedangkan salah satu cara untuk memisahkan senyawa tanin adalah dengan kromatografi lapis tipis preparatif. Bahan utama yang digunakan adalahdaun belimbing wuluh, dipilih daun muda yangsegar dan diambil diujung ranting dari daerah Malang. Bahan-bahan kimia yang digunakanberderajat pa meliputi: aseton, akuades, asamaskorbat 10 mM, kloroform, etil asetat, gelatin,formaldehid 3 %, natrium asetat, HCl pekat,FeCl3 1 %, FeCl3 5 %, toluen, ferri sulfat, asamasetat glasial, asam asetat, n-butanol, metanol,NaOH 2 M, AlCl3 5 %, AlCl3 1 %, H3BO3, peletKBr, plat KLT silika G60 F254 (Elok, dkk., 2010).
Alat penelitian yang digunakan padapenelitian ini meliputi seperangkat alat gelas,vacum rotary evaporator, bejana pengembang,lampu UV 254 dan 366 nm, seperangkat alat UV-Vis merk Shimadzu, seperangkat alat FTIRmerk IR Buck M500 Scientific (Elok, dkk., 2010).
Daun belimbing wuluh yang mudadicuci bersih dengan air dan diiris kecil-kecilkemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu30-37 ºC selama 5 jam dan diblender sampaidiperoleh serbuk. Hasil yang diperolehdigunakan sebagai sampel penelitian.Serbuk daun belimbing wuluh ditimbangsebanyak 50 gram kemudian direndam dengan400 mL pelarut aseton: air (7:3) denganpenambahan 3 mL asam askorbat 10 mM (Elok, dkk., 2010).
Ekstrak tanin dipekatkan dengan menggunakanvakum rotary evaporator dan pemanasan di ataswaterbath pada suhu 40-50°C. Cairan hasilekstrak kemudian diekstraksi dengan kloroform(4x25 mL) menggunakan corong pisah sehinggaterbentuk 2 lapisan. Lapisan kloroform (bawah)dipisahkan dan lapisan air 1 (atas) diekstraksidengan etil asetat (1x25 mL) dan terbentuk 2lapisan. Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkandan lapisan air 2 (bawah) dipekatkan denganvacum rotary evaporator (Makkar, 1998).
Pada pemisahan dengan KLT analitikdigunakan plat silika G 60 F254 yang sudahdiaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100oC selama 10 menit. Masing-masingplat dengan ukuran 1 cm x 10 cm. Ekstrak taninditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi bawah platdengan pipa kapiler kemudian dikeringkan dandielusi dengan fase gerak toluen: etil asetat (3:1)dengan pendeteksi ferri sulfat (Yuliani, 2008),forestal (asam asetat glasial : H2O : HCl pekat)(30:10:3) (Nuraini, 2002), etil asetat : metanol :asam asetat (6:14:1) dengan pendeteksialuminium klorida 5% (Olivina, 2005), n-butanol: asam asetat : air (4:1:5), metanol : etil asetat(4:1) dengan pendeteksi AlCl3 1% (Lidyawati,2006), etil asetat : kloroform : asam asetat 10%(15:5:2). Setelah gerakan larutan pengembangsampai pada garis batas, elusi dihentikan. Nodayang terbentuk masing-masing diukur harga Rfnya, selanjutnya dengan memperhatikan bentuknoda pada berbagai larutan pengembangditentukan perbandingan larutan pengembangyang paling baik untuk keperluan preparatif (Elok, dkk., 2010).
Noda yang terbentuk diperiksa dengan lampuUV-Vis pada panjang gelombang 254 nm dan366 nm.Pada pemisahan dengan KLT preparatifdigunakan plat silika G 60 F254 dengan ukuran 10cm x 20 cm. Ekstrak pekat hasil ekstraksidilarutkan dengan aseton-air, kemudianditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm darigaris bawah dan 1 cm dari garis tepi. Selanjutnyadielusi dengan menggunakan eluen n-butanol :asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yangmemberikan pemisahan terbaik pada KLTanalitik. Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Nodayang terbentuk masing-masing diukur nilai Rfnya. Noda-noda diperiksa di bawah sinar UVpada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.Isolat-isolat yang diperoleh dari hasilKLT preparatif, dilarutkan dengan aseton : airdan disentrifuge kemudian dianalisis denganspektrofotometer UV-Vis merk Shimadzu.Masing-masing isolat sebanyak 2 mLdimasukkan dalam kuvet dan diamatispektrumnya pada bilangan gelombang 200-800 nm (Elok, dkk., 2010).
Identifikasi dilanjutkan dengan penambahan pereaksi geser NaOH 2 M, AlCl3 5%, AlCl35%/HCl, NaOAc, NaOAc/H3BO3. Kemudiandiamati pergeseran puncak serapannya. Tahapankerja penggunaan pereaksi geser adalah sebagaiberikut:
Isolat yang dapat diamati pada panjanggelombang 200-800 nm, direkam dan dicatatspektrum yang dihasilkan.
Isolat dari tahap 1 ditambah 3 tetes NaOH 2M kemudian dikocok hingga homogen dandiamati spektrum yang dihasilkan. Sampeldidiamkan selama 5 menit dan diamatispectrum yang dihasilkan.
Isolat dari tahap 1 kemudian ditambah 6tetes pereaksi AlCl3 5 % dalam metanolkemudian dicampur hingga homogen dandiamati spektrumnya. Sampel ditambahdenga 3 tetes HCl kemudian dicampurhingga homogen dan diamati spektrumnya.
Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk natriumasetat kurang lebih 250 mg. Campurandikocok sampai homogen menggunakanfortex dan diamati lagi spektrumnya.Selanjutnya larutan ini ditambah asam boratkurang lebih 150 mg dikocok sampaihomogen dan diamati spektrumnya (Elok, dkk., 2010).
Isolat hasil KLT preparatif yang didugasenyawa tanin diidentifikasi denganmenggunakan spektrofotometer FTIR. 0,2 gpelet KBr ditambahkan dengan satu tetes isolatyang diduga senyawa tanin, dikeringkankemudian diidentifikasi dengan spektrofotometerFTIR merk IR Buck M500 Scientific denganpanjang gelombang 4000-400 cm-1 (Elok, dkk., 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu
2. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin kondensasi.
3. Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan.
4. Ada beberapa jenis tumbuh – tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir, alpukat, dan belimbing wuluh.
5. Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid.
6. Uji Aktivitas antioksidan DPPH dengan menggunakan persamaan: Aktivitas penangkap radikal bebas %
7. Tanin dapat diisolasi dari daunbelimbing wuluh menggunakan metodemaserasi, sedangkan salah satu cara untuk memisahkan senyawa tanin adalah dengan kromatografi lapis tipis preparatif
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, terima kasih atas partisipasi saudara serta teman-teman, adapun kritik dan saran dari saudara serta teman-teman sekalian kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Argoforestry Systems, h. 59-68 Markham, R. K., 1988, Cara Mengidentifikasi
Asriyah Firdausi, Tri Agus Siswoyo, dan Soekandar Wiryadiputra (2013). Identifikasi Tanaman Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk Penghambatan Aktivitas α-Amilase Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati. Dari Imelda Fajriati (2006). Optimasi Metode Penetuan Tanin (Analisis Tanin secara Spektrofotometri dengan Pereaksi Orto-Fenantrolin).
Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. 1978. Termiticidal Components of Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food Chemistry.
Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
Edwin Haslam (1989). Plant Polyphenols: Vegetable Tannins Revisited. Dari http://books.google.co.id/books?hl=id&id=Zyc9AAAAIAAJ&q=tannin#v=snippet&q=tannin&f=false, 23 Mei 2015
Elok Kamilah Hayati, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa'adah (2010). Fraksinansi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia. Vol 4 (2).
Faharani, G. B., 2009, Uji Aktifitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh Terhadap Bakteri Streptococcus Aureus dan Achercia Coli secara Bioautografi, FMIPA UI, Jakarta
Flavonoid, ITB, Bandung Nuraini, F., 2002, Isolasi Dan Identifikasi Tannin Dari Daun Gamal (Gliricidia sepium (Jackquin) kunth ex walp.), Skripsi, Jurusan Kimia Universitas Brawijaya, Malang
Hagerman, A. E. Tannin Handbook. Department of Chemistry and Biochemistry, Miami University.2002.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB, Bandung
Harborne, J.B.1996.Metode Fitokimia.Edisi ke-2.ITB Bandung.Bandung.
Hayati E. K., Jannah A., dan Mukhlisoh W., 2010, Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Efektivitas Antibakteri Secara In Vitro, Kimia, UIN Malang, Malang
Hayati, E. K., Jannah, A., dan Fasya, A. G., 2009, Aktivitas Antibakteri Komponen Tanin Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa Billimbi L) Sebagai Pengawet Alami, Penelitian Kompetitif Depag. Malang, UIN, Malang
Horvart,1981.Tannins: Definition. http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxic agents/tannin/definition.html Animal science webmaster, Cornert University
Hudayani, Miftakhul. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica val) Pada mencit jantan Galur swiss Webster. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kiay, N.; Suryanto E.; Mamahit L. Efek Lama Perendaman Ekstrak Kalamansi (Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung Pisang Goroho (Musa spp.). Chemistry Progress. 2011. 4, 27-33
Liberty P Malangngi, Meiske S. Sangi, dan Jessy J.E. Paendong. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT. Vol 1(1). Hlm 5-10
Lidyawati, et al., 2006, Karakterisasi Simplisia dan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). http://bahan-alam.fa.itb. ac.id., 24 Mei 2015
Makkar, H. P. S. dan Becker, K., 1998, Do Tannins In Leaves Of Trees And Shrubs From African And Himalayan Regions Differ In Level And Acactivity,
Monica, F. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang diberi Beban Glukosa. Skripsi. Universitas Diponegoro,Semarang. Juli 2006.
Novitasari, Ayuningtyas. 2009. Pengaruh Penggunaan Amprotab® Sebagai Bahan Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
O.O. AiyelaagbeandPaul M. Osamudiamen (2009). Phytochemical Screening for Active Compounds in Mangifera indica Leaves. Dari http://www.medwelljournals.com/fulltext/?doi=psres.2009.11.13, 24 Mei 2015
Olav Smidsrød, Størker Moe, & Størker T. Moe (2008). Biopolymer Chemistry. Dari http://books.google.co.id/books?id=qDWZiFcbS0EC&pg=PA117&dq=Tannin,+Cellulose,+Lignin&hl=id&sa=X&ei=yqqEU6m3PMm2uATI9IDgBA&ved=0CHUQ6AEwCQ#v=onepage&q=tannin&f=false, 24 Mei 2015
Olivina, P., et al., 2005, Telaah Fitokimia Dan Aktivitas Penghambatan Xantin Oksi- dase Ekstrak Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Weight) Walp.), Skripsi, Jurusan Farmasi, ITB, Bandung
Rohman, A.; Riyanto S.; Yuniarti N.; Saputra W.R.; Utami R.; Mulatsih W. Antioxidant Activity, Total Phenolic and Total Flavaonoid of Extracts and Fractions of Red Fruit (Padanus conoideus Lam). International Food Research Journal. 2010. 17, 97-106.
Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad Baghbani Mehmandar (2011). Plants and Secondary Metabolites (Tannins): A Review.
Ummah Mk., Ekstraksi Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (Kajian Variasi Pelarut), Skripsi, Kimia UIN Malang, Malang
Utami, Indah Wahyuni. 2008. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Winarsi, H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta. 2007.
Yuliani, 2008, Kadar Tanin Dan Querestin Tiga Tipe daun Jambu Biji (Psidium Guajava), Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat, http:www.balitro.go.id, 27 Maret 2009
Zuhrotun, A. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung. (tidak dipublikasikan) Oktober 2007.