TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN STRUCTURE ) STRUKTUR MODAL ( CAPI TAL STRUCTURE
Disusun Oleh Kelompok 8 : 1.
Winda Kurnia
(55516110046)
2.
Ahmad Jaenal Ilham
(55516110010)
Dosen : Dewi Anggraini Faisol, Dr.Ak. ME.
PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MEI 2017
1|Page
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahi Alhamdulillaahi Rabbi’Aalamiin, Rabbi’Aalamiin, Puji dan syukur kami panjatkan atas kekhadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan ini sebagai salah satu syarat tugas dalam menempuh semester ini. Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul ”Struktur ”Struktur Modal (Capital (Capital Structure) Structure)” hingga dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa hasil tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang disampaikan kepada kami sangat berarti sebagai dorongan semangat dan pembelajaran yang membangun kami untuk lebih baik lagi lagi di masa depan. Semoga tugas makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya. Terima Kasih.
Jakarta, 20 Mei 2017 Tim Penyusun,
Kelompok 8
2|Page
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan. Gabungan hutang dan ekuitas untuk pendanaa perusahaan merupakan bahasan utama dari keptusan struktur modal (capital (capital structure decision). decision). Gabungan modal yang efisien dapat menekan biaya modal ((cost ), yang dapat meningkatkan kembalinya ekonomi neto dan cost of capital ), meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut "unlevered firm", firm", sedangkan yang menggunakan gabungan ekuitas dan berbagai macam hutang disebut "levered "levered firm". firm".
3|Page
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit). Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal menurut Sartono (2010:225) didefinisikan sebagai berikut: “Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanent, utang jangka panjang saham preferen dan saham biasa.” Menurut Irham Fahmi (2011:106) mendefinisikan struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial Perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term (long-term liabilties) liabilties) dan modal sendiri ( shareholder’s equity) equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan proporsi keuangan antara utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang 4|Page
diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001).
B. Komponen Struktur Modal
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sedangkan Sedangk an modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan d itahan dan bisa juga dengan d engan penyertaan kepemilikan perusahaan. Komponen struktur modal menurut Bambang Riyanto (2008:227) terdiri dari 2 yaitu: 1.
Modal Asing Modal asing atau utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengambilan bagi para pemegang saham. Modal asing menurut Bambang Riyanti (2008:227) Modal asing adalah yang berasal dari luar perusaahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dari luar perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau utang sendiri dibagi menjadi tiga golongan diantaranya: a.
Utang jangka pendek (Short-term (Short-term Debt ) Utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.
b.
Utang jangka menengah ( Intermediate-term Intermediate-term Debt ) Utang jangka menengah merupakan utang yang jangka waktunya adalah lebih dari satu tahun atau kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah: • Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
5|Page
• Leasing merupakan suatu alat atau cara mendapatkan service dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan mend apatkan service dan hak milik atas aktiva tersebut, bedanya pada leasing disertai hak milik. c.
Utang jangka panjang ( Long-term Long-term Debt) Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, pada umumnya lebih dari 10 tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain: • Pinjaman obligasi merupakan pinjaman untuk jangka waktu yang panjang, untuk debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. • Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik pada suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.
2.
Modal Sendiri Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2008:228) modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Jadi modal sendiri merupakan modal yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasionalnya yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan terdiri dari: a.
Modal saham, adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu perseroan.
b.
Cadangan, dimaksukan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri adalah: • Cadangan ekspansi • Cadangan modal kerja • Cadangan selisih kurs
6|Page
• Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya c.
Laba ditahan, keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentukah cadangan sebgaimana yang terlah diuraian. Apabila perushaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan”.
Struktur modal (capital (capital structure) structure) sangat penting dalam membiayai aktifitas operasional perusahaan. Besarnya struktur modal sangat tergantung dari komposisi sumber daya yang diperoleh dari pihak eksternal maupun internal perusahaan, yang berupa hutang dan modal sendiri. Makin besar modal yang disetorkan oleh pemegang saham, makin leluasa bagi manajemen untuk kebutuhan operasionalnya, sebab tidak ada kewajiban kepada kreditor. Komponen modal sendiri atau equity pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) antara lain berupa modal disetor, agio saham, laba ditahan dan laba tahun berjalan. Struktur modal merupakan perbandingan hutang dan ekuitas (Husnan, 1998). Keinginan untuk mewujudkan struktur modal yang optimal sudah menjadi perhatian para praktisi dan akademisi. Rasio antara sumber dana dari pihak ketiga terhadap ekuitas disebut debt to equity ratio (DER). Rasio ini dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi DER, maka semakin tinggi risiko perusahaan, karena pendanaan financing (financing ) dari hutang semakin besar. Menurut Brigham (1983) investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari d ari satu, karena jika lebih besar dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang yan g lebih tinggi. Menurut Van Horne (1998), perusahaan dalam melakukan financing melakukan financing yang yang berkaitan dengan modal sendiri (equity (equity)) harus memperhatikan dua hal, (1) Apabila perusahan ingin mempertahankan posisi solvabilitas dan likuiditas diperlukan modal sendiri yang memadai, (2) pertumbuhan modal sendiri yang berlebihan dapat menurunkan rentabilitas modal sendiri dan juga akan meningkatkan biaya modal sendiri. Kenaikan DER sampai tingkat tertentu akan meminimumkan biaya modal, tapi bila pertambahan terlalu berlebihan justru akan berakibat meningkatnya biaya modal yang berupa biaya bunga.
7|Page
Sejalan dengan aktifitas sehari-harinya, perusahaan memerlukan modal tambahan yang tidak sedikit. Adanya kekurangan dana ini dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan perusahaan seperti pembelian bahan, produksi distribusi dan lain-lain, sehinga tambahan dana sangat diperlukan. Menurut sifatnya ada dua macam tipe pendanaan yaitu pendanaan dari luar berupa pinjaman dan dapat juga dengan menjual surat berharga melalui pasar modal dan pendanaan dari d ari dalam yang berasal dari laba ditahan. (Ang, 1997) Dalam menetapkan sumber dana manakah yang akan dipilih, perusahaan harus menghitungnya dengan matang agar diperoleh kombinasi struktur modal yang optimal yang berarti meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan perusahan. Perusahaan yang memiliki srtuktur modal optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula sehingga bukan perusahaan yang memperoleh keuntungan, tapi para pemegang saham pun akan memperoleh keuntungan tersebut. Dalam menentukan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, perusahaan harus memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhinya sehingga dapat diharapkan mendapat struktur modal yang optimal, hal ini disebabkan struktur modal yang optimal dapat meminimalkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan (Brigham dan Gapenski,1996) Aydin Oskan (2001) menyatakan bahwa struktur modal berkembang secara dinamis dan berubah dari waktu ke waktu, akibatnya selalu terjadi perubahan struktur modal dan juga faktorfaktor yang mempengaruhinya, hal ini disebabkan karena dalam operasional perusahaan selalu terjadi berbagai kepentingan berkenaan pendanaan yang berakibat pada dinamika DER. Dengan demikian maka perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempen garuhinya. alam keputusan manajemen untuk mendapatkan hutang dari kreditur ada beberapa variabel yang diduga mempengaruhi kreditur untuk mengucurkan hutang terhadap debitur yaitu variabel pertumbuhan penjualan diduga mempengaruhi kreditur dalam memberikan pinjaman dimana perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan dinilai mempunyai prospek baik dalam perkembangannya dan ini mengurangi resiko (Sofiati, 2001). Selanjutnya variabel struktur aktiva dimana semakin besar nilainya maka semakin mencukupi aset yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Weston dan Copeland, 1997). Variabel profitabilitas dimana kreditur bisa menilai apakah perusahaan (debitur) mampu membayar hutang yang dilihat dari keuntungan perusahaan (Titmen dan Wessel, 1998). Dan yang terakhir variabel firm size size dimana semakin meningkatnya perhatian kreditor terhadap 8|Page
perusahaan maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah hutang yang relatif lebih besar daripada modal m odal sendiri akan meningkatkan menin gkatkan debt to equity ratio (Ang, ratio (Ang, 1997).
C. Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan topik yang kompleks dan salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani & Miller (1958) mempublikasi-kan isu tersebut, struktur modal menjadi salah satu topik yang menarik minat penelitian dari para akademisi dunia. Lebih dari setengah abad, berbagai riset dilakukan untuk menjelaskan hubungan struktur modal dengan nilai perusahaan, bagaimana perusahaan menentukan struktur modalnya, dan berapa banyak yang harus dipinjam dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Dengan tetap menghormati teori lainnya, maka selama ini terdapat 3 teori besar di struktur modal yang menjadi dasar penelitian di struktur modal, yaitu trade-off theory, theory, pecking order dan dan agency cost theory. theory. 1.
Trade-off theory Teori trade-off berusaha berusaha menemukan rasio utang yang optimal dengan mempertimbangakan
antara manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Teori ini menyatakan bahwa struktur modal optimal akan tercapai bila manfaat nilai tambah dari penggunaan utang yang berupa penghematan pajak dapat menutupi peningkatan biaya financial biaya financial distress distress sehubungan dengan penggunaan utang (Bradley et al., 1984). Teori trade-off yang sering juga disebut teori yang berdasarkan pajak menyatakan bahwa pada struktur modal yang optimal akan diperoleh keuntungan bersih dari penggunaan pajak seimbang dengan biaya f inancial distress distress dan kebangkrutan. Teori ini dibangun untuk memperbaiki teori struktur modal Modigliani dan Miller dengan kondisi terdapat pajak, dimana penggunaan utang akan memberikan manfaat penghematan pajak. Dalam pandangan teori ini, penerbitan saham akan menjauhkan dari titik optimal dan akan memberikan kabar buruk bagi investor. Menurut Myers (1984), perusahaan yang mengadopsi teori ini seharusnya menetapkan target debt-to-value ratio ratio dan secara bertahap berusaha untuk mencapainya. Namun Myers (1984) juga menyarankan bahwa manager akan menolak untuk menerbitkan saham bila dirasakan sahamnya telah mengalami undervalue undervalue di pasar. Konsekuensinya adalah investor mempersepsikan penerbitan saham hanya akan terjadi bila 9|Page
saham tersebut sesuai atau lebih tinggi dari nilai pasar. Hal ini berdampak pada kecenderungan investor untuk bereaksi negatif terhadap penerbitan saham dan manajemen akan menolak untuk menerbitkan saham.
2. Pecking order Theory Sementara itu teori pecking order yang didasarkan pada temuan dari Myers & Majluf (1984) menyarankan bahwa perusahaan memiliki preferensi dalam memilih sumber pendanaannya. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai penggunaan dana internal dari pada eksternal dalam rangka membiayai pengembangan usahanya. Bila sumber pendanaan internal yang berasal dari financial slack tidak mencukupi, maka barulah dipergunakan sumber pendanaan eksternal. Bila sumber pendanaan eksternal dibutuhkan, maka pilihan utama akan diambil dari penggunaan utang dengan cara menerbitkan obligasi. Penerbitan saham baru dilakukan sebagai upaya terakhir dari perusahaan bila sumber pendanaan internal dan utang tidak mencukupi (Brealey & Myers, 2003). Keuntungan dari pendanaan internal adalah tidak memerlukan biaya penerbitan dan tidak perlu memberikan informasi keterbukaan (disclosure (disclosure)) mengenai kondisi keuangan perusahaan yang mungkin saja meliputi kesempatan investasi yang potensial dan keuntungan yang diharapkan bila kesempatan investasi tersebut diambil.
3. Agency Theory Sedangkan teori keagenan menyatakan bahwa pemilihan komposisi struktur modal tergantung pada keberadaan biaya keagenan yang dihadapi perusahaan. Teori ini mengasumsikan bahwa keberadaan utang dengan kewajiban tetapnya yang harus dipenuhi perusahaan berupa cicilan pokok dan bunga, akan membuat aliran cash flow perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penggunaan cash flow perusahaan tersebut akan mencegah manajer untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara serampangan (Jensen & Meckling, 1976). Penggunaan utang akan mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer, namun dengan penerbitan utang ini juga akan memungkinkan timbulnya konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Teori keagenan untuk struktur modal menyatakan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan meminimalkan biaya konflik yang mungkin terjadi antar pihak yang terlibat. Jensen dan Meckling (1976) berargumen bahwa biaya keagenan memainkan peran penting dalam dalam keputusan pendanaan karena konflik yang 10 | P a g e
mungkin terjadi antara pemegang saham dan pemegang obligasi atau utang. Bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pemegang saham dapat mendorong manajemen untuk mengambil tindakan, yang mungkin dapat berdampak pada perpindahan dana atau expropriasi dari pemegang obligasi atau utang ke pemegang saham. Pemegang obligasi atau utang yang menyadari hal tersebut akan menuntut tingkat hasil yang lebih tinggi apabila terlihat adanya potensi transfer kekayaan tersebut. Namun utang utan g dan d an pembayaran pemba yaran bunga bun ga dapat mengurangi konflik k onflik keagenan kea genan antara pemegang pemegan g saham dan manajer. Pemegang obligasi atau utang memiliki hak legal untuk meminta ganti rugi bila manajemen gagal dalam membayar bunga ketika jatuh tempo, sehingga manajemen akan menghadapi kemungkinan kehilangan pekerjaan bila mereka gagal menjalankan perusahaan secara efisien. Hal ini akan mendorong konvergensi antara tujuan pemegang saham dan manajer untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham (Buferna et al., 2005). Menurut Hanafi (2012) teroti mengenai struktur modal terdiri dari : 1. Pendekatan tradisional 2. Pendekatan modigiliani dan Miller (MM) 3. Teori Trade off 4. Model Miller dengan Pajak dan Personal 5. Pecking Order Theory 6. Teori Asimentri: Informasi dan Signaling
Dari teori yang dikemukakan oleh Hanafi, selanjutnya dijelaskan hanya pada teori pendekatan tradisional dan teori asimetri informasi dan signaling, yaitu : 7. Pndekatan Tradisional Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agat bisa diperoleh nlai perusahaan yang optimal. 8. Teori Asimetri Informasi dan Signaling Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimentri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai inforamsi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang leboh baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang 11 | P a g e
lebih dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara mangemen dan investor. Teori signaling adalah model dimana struktur modal (pengguna utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer kepasar. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demian utang merupakan atau signal positif.
D. Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu : 1.
Berdasarkan pendapatan atau earning nilai suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu. tertentu.
2.
Berdasarkan pengeluaran atau cost kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed capital yang yang digunakan dalam suatu perusahaan.
Over dan under capitalization
•
Over capitalization akan terjadi apabila: 1.
Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair mendapatkan fair of return dari return dari jumlah modal yang di investasikan, atau dengan kata lain average rate of return lebih return lebih kecil dari pada fair pada fair rate of return. return.
2.
Jumlah nilai sekuritas yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil dibandingkan dengan nilai assetnya.
•
Under capitalization terjadi apabila: 1. Average rate of return dari return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return dari return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya. 2.
Jumlah nilai securitas yang tercantum dalam neraca jauh lebih kecil daripada nilai riil dari pada assetnya.
12 | P a g e
E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1.
Tingkat Penjualan Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt menggunakan hutang relatif besar.
2.
Struktur Aktiva Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dpt menggunakan hutang relatif besar.
3.
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
4.
Profitabilitas Pecking order theory menyatakan, theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan; pembiayaan; laba ditahan → hutang → jual saham baru (untuk menghindari pengawasan eksternal).
5.
Variabel Laba dan Perlindungan Pajak (Tax (Tax Shield ) Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang. Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6.
Skala Perusahaan Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada korelasi positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio. ratio.
7.
Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Makro Saat yang tepat menjual saham atau obligasi; tingkat bunga pasar rendah dan pasar bursa sedang bullish (lawan bullish (lawan dari bearish) bearish)
F.
Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal
1.
Teori pendekatan laba bersih (net (net income approach) approach) NI Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (Ko) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang (Kd) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil.
13 | P a g e
2.
Teori pendekatan laba operasi bersih (operating net income approach) NOI Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang (Ke) konstan, berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih. b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan juga harus meningkat, konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
G. Keputusan Struktur Modal dalam Praktik
a.
Analisis EBIT – EBIT – EPS EPS Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif pendanaan
terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih b ersih sesudah pajak atau Earning After Tax T ax (EAT) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang beredar. Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara: 1.
Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu, dan
2.
Mengulang langkah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.
Indifference point memberikan memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point , perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard (tingkat variabilitas) EBIT perusahaan. Expected perusahaan. Expected dan dan deviasi standard EBIT dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta dengan probabilita terjadinya. terjadin ya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, besa r, manajemen harus lebih hati-hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point. 14 | P a g e
EAT (saham) EAT (hutang) = Jumlah saham Jumlah saham (EBIT* - C1) (1 – (1 – T) T) (EBIT* - C2) (1 – (1 – T) T) = S1 S2
Dimana: EBIT * = Indifferent point C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1 C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2 S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1 S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2 T = Tingkat pajak
b.
Perbandingan Rasio – Rasio – Rasio Leverage Rasio Leverage Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif pendanaan
terhadap
rasio-rasio
leverage leverage
(penggunaan
hutang).
Manajemen
kemudian
dapat
membandingkan rasio-rasio yang ada saat ini dan rasio-rasio pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio-rasio industri sejenis. Rasio Leverage Rasio Leverage terdiri terdiri dari (1) Rasio Hutang (debt ( debt ratio), ratio), dan (2) Rasio Jaminan (coverege (coverege ratio). ratio). Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, sedangkan sedan gkan rasio jaminan menunjukkan menunjukk an kemampuan untuk membayar memba yar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung rasio hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung rasio jaminan, informasi dari laporang rugi-laba yang dipergunakan. Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sebagi berikut: 1.
2.
Rasio Hutang: •
Total hutang/Total aktiva
•
Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)
•
Total hutang/ Modal sendiri
Rasio Jaminan: •
Time interest earned = EBIT/Biaya bunga 15 | P a g e
•
Debt service coverage = EBIT / [biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1 – pinjman/1 – pajak)] pajak)]
Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung d ihitung berdasarkan : (1) posisi keuangan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan perusahaan dengan alternatifalternatif pendanaan yang ada seperti 100 % modal sendiri, 100% hutang dan sebagainya. Rasiorasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang men yimpang dari rasio industri, ia harus memiliki alasan yang kuat.
c.
Analisis Arus Kas Perusahaan Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas perusahaan.
Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan persiapan suatu seri anggaran kas pada (1) kondisi perekonomian yang berbeda, (2) struktur modal yang berbeda. Arus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap perusahaan (pokok pinjaman, bunga, sewa dan dividen saham preferen) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar beban tetap bisa mengakibatkan “ financial insolvency“. insolvency“. Gordon Donaldson dari Harvard University menyarankan bahwa kapasitas beban tetap perusahaan sebaiknya tergantung pada arus kas bersih perusahaan yang diharapkan dapat terwujud pada saat perekonomian mengalami resesi. Dengan kata lain, target struktur modal ditentukan dengan membuat rencana untuk menghadapi “kondisi terburuk yang mungkin terjadi“.
16 | P a g e
Rumus berikut mendifinisikan CBr, saldo kas yang diharapkan perusahaan pada akhir periode resesi. CBr = Co + NCFr – NCFr – FC FC Dimana: Co
= Saldo ka pada awal resesi
NCFr = Arus kas bersih dari operasi selama resesi resesi FC
= Beban tetap perusahaan
H. Analisis Subyektif Dalam Manajemen Struktur Modal
Dalam menentukan struktur modal perusahaan, manajemen juga menerapkan analisis subyektif ( judgment judgment ) bersama dengan analisis kuantitatif yang telah dibahas didepan. Berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal adalah: a.
Kelangsungan hidup jangka panjang ( Long – Long – run run viability) viability) Manajer perusahaan, khusunya yang menyediakan produk dan jasa yang penting, memiliki tanggung jawab untuk menyediakan jasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
b.
Konsevatisme manajemen Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang yang “konservatif“ pula (sediki hutang) dari pada berusaha memaksimumkan nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.
c.
Pengawasan Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari pihak kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenaut). Pengawasan ini dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat keputusan perusahaan.
17 | P a g e
d.
Struktur aktiva Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya, perusahaan real estate cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang bergerak pada bidang riset teknologi.
e.
Risiko bisnis Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko bisnis ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas harga dan unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage, dan lain-lain.
f.
Tingkat pertumbuhan Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan modal yang besar. Karena biaya penjualan ( flotation flotation cost ) untuk hutang pada umumnya lebih rendah dari fenation cost untuk untuk jaminan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak hutang disbanding dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah.
g.
Pajak Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak.
h.
Cadangan kapasitas peminjaman Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal akan meningkat. Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan hutang yang masih memberikan kemungkinan menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang relatif rendah.
I.
Beberapa Catatan Tentang Kebijakan Struktur Modal
Pada pertemuan tahunan Financial Management Association (FMA) pada tahun 1989, disimpukan beberapa hal mengenai struktur perusahaan. a) Dalam praktik sangat sulit menentukan titik struktur modal yang optimal. Bahkan untuk membuat suatu range untuk struktur modal yang optimal pun sangat sulit. Oleh karena 18 | P a g e
itu, kebanyakan perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang atau tidak. b) Ada kenyataan bahwa walaupun struktur modal perusahaan dianggap jauh dari optimal, tapi dampaknya pada nilai perusahaan tidak terlalu besar. Dengan kata lain keputusan tentang struktur modal tidaklah sepenting keputusan investasi, yang memiliki dampak yang lebih besar terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hal-hal di atas, sebaiknya perusahaan lebih memfokuskan diri pada suatu tingkat hutang yang hati-hati ( prudent prudent ) dari pada berusaha mencari tingkat tingkat hutang yang optimal. Tingkat hutang yang “ prudent “ harus dapat memanfaatkan keuntungan dari penggunaan hutang dan tetap menuju: a) Mempertahankan risiko finansial pada tingkat yang masih terkendali. b) Menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan. c) Mempertahankan “credit “credit rating “ perusahaan.
Keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis analisis “trade“trade-off“ off“ antara risiko dan keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko perusahaan, tapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan oleh karena itu, struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan.
J.
Studi kasus dalam Struktur Modal
Contoh: I 1.
PT ABC semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri (tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut:
19 | P a g e
O
Laba bersih operasi
Rp 10.000.000
F
Bunga 5% x Rp 30.000.000
Rp 1.500.000(-)
E
Laba tersedia untuk pemegang saham
Rp 8.500.000
ke Tingkat kapitalisasi MS S
Nilai pasar Saham
0,11
(:)
Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi
Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Perusahaan
Rp107.277.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko = O = V
Rp 10.000.000
x 100% = 9,32 %
Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lembar saham, maka harga per lembar saham = Rp 77.277.000 = Rp 90.910,850 2.
Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham. Nilai obligasi pada soal nomor 1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lembar, maka diperlukan: Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lembar.
Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut:
O
Laba operasi
Rp 10.000.000
F
Bunga
Rp
E
Laba tersedia untuk pemegang saham
Rp 10.000.000
ke Tingkat kapitalisasi MS
0
0,10
S Nilai pasar saham
Rp100.000.000
B Nilai pasar obligasi
Rp
V Nilai keseluruhan perusahaan
Rp100.000.000
0
(-)
(:)
(+)
20 | P a g e
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko
= O = Rp10.000.000 V
x 100% = 10%
Rp100.000.000
Sehinga harga saham menjadi = Rp 100.000.000
= Rp 84.750,-
(850 + 330) Dengan demikian harga saham turun karna perubahan struktur modal. 3.
Misalkan sekarang (dari contoh nomor 1) perusahaan menambah modal asingnya dengan Rp 30.000.000 lagi, lagi, sehingga menjadi Rp 60.000.000,- dan saham akan berkurang sebesar 330 lembar (Rp30.000.000 : Rp 90.910), sehingga saham tinggal 520 lembar (850 lembar – 330 lembar) dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar meningkat 6%. Sehingga besarnya ko (tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut: O F E
Laba bersih operasi Bunga 6% x Rp 60.000.000 Keuntungan untuk pemegang saham biasa ke Tingkat kapitalisasi MS S Nilai pasar saham V Nilai Keseluruhan
Rp 10.000.000 Rp 3.600.000(-) Rp 64.000.000 0,14 (:) Rp 45.714.000(+) Rp105.714.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,46% V Rp 105.714.000 Harga per lembar saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,520 Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal yang optimal pada contoh nomor 1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan bia ya modal yang terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
21 | P a g e
BAB III KESIMPULAN
Dari uraian yang telah di tulis maka dapat d apat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility (Tangibility), ), Growth Opportunity, Ukuran Perusahaan ( Firm Firm Size), Size ), Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh pada Keputusan Struktur Modal Suatu Perusahaan.
2.
Dari faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya. Sehingga dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Manajemen Perusahaan hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan, Terjemahan, Edisi kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta (terjemahan). Hlm. 68. 2. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta (terjemahan). Hlm.33. 3. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, Op. Cit.,6-7. 4. George Foster, 1996, Financial Statemen Analysis, An alysis, Prentice Hall Internasional. Hlm. 65.
23 | P a g e