PENGARUH EDTA DALAM PENENTUAN KANDUNGAN TIMBAL DAN TEMBAGA PADA KERANG HIJAU ( Mytilus viridis )
I.
PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bela Belaka kang ng Sem Semakin akin
meni mening ngka katn tny ya
popu popula lasi si
manus manusia ia
dan
semak semakin in
berkembangnya era globalisasi menyebabkan semakin meningkatnya dampak yang ditimbulk ditimbulkanny annya. a. Beranekaragam Beranekaragamnya nya aktivitas aktivitas manusia manusia menyebabka menyebabkan n sema semaki kin n bany banyak ak juga juga limb limbah ah dome domest stik ik maup maupun un indu indust stri ri yang ang dapa dapatt mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Limbah industri maupun domestik, bila kurang sempurna pengolahannya akan menjadi faktor yang merugikan bagi ling lingku kung ngan an sekit sekitar. ar. Deng Dengan an kema kemaju juan an dan dan akti aktivit vitas as manu manusia sia bany banyak ak menimb menimbulk ulkan an pencem pencemaran aran lingku lingkunga ngan n yang yang dapat dapat merugi merugikan kan kesehat kesehatan an manusia.
B. Masalah Pembuanga Pembuangan n limbah limbah secara sembarangan sembarangan dan tidak memperhatikan memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Seperti yang terjadi pada perairan Waduk Estuari yang merupakan Muara Sungai Sungai Badung telah telah tercemar dengan dengan berbagai berbagai limbah limbah berat seperti timbal timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Masyarakat maupun industri yang tinggal di sekitar aliran sungai sering membuang limbah ke sungai tanpa mengalami proses pengolahan sebelumnya. Terdapatnya berbagai jenis logam berat sebagai pencemar yang terkandung dalam limbah tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap organisme yang hidup pada perairan dan muara Sungai Badung.
C. Tujuan Pada perairan Waduk Estuari yang merupakan merupakan Muara Sungai Badung sering sering dijum dijumpai pai bebera beberapa pa pendud penduduk uk melaku melakukan kan penang penangkap kapan an ikan, ikan, siput, siput, kerang dan berbagai jenis biota air lainnya. Adanya pencemaran logam berat pada perairan perair an menyebabkan biota-biota tersebut dapat mengakumulasi logam berat. Maka perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan adanya cemaran limbah limbah logam logam tersebu tersebutt di lingku lingkunga ngan n sekitar sekitar.. Oleh Oleh sebab sebab itu dilaku dilakukan kan penelitian pengaruh EDTA dalam penentuan kandungan timbal dan tembaga pada kerang hijau salah satu jenis biota perairan. Digunakan metode spektroskopi serapan atom untuk meneliti ada atau tidakn tidaknya ya pengar pengaruh uh penamb penambaha ahan n EDTA EDTA terhada terhadap p kandun kandungan gan timbal timbal dan tembaga pada kerang hijau.
D. Manf anfaat Dengan menggunakan metode spektroskopi serapan atom, diharapkan dapat mengetahui kadar timbal dan tembaga dalam biota air sebelum dan sesudah ditambahkan EDTA. Terjadinya penurunan kandungan timbal dan tembaga pada kerang hijau akan dapat dimanfaatkan untuk pengolahan biota air lainny lainnyaa sebelum sebelum dikons dikonsum umsi si agar agar tidak tidak menimb menimbulk ulkan an keracu keracunan nan bagi bagi manusia.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati gari garis-g s-gari ariss hitam hitam pada pada spek spektr trum um mata mataha hari ri.. Spek Spektr tros osko kopi pi serap serapan an atom atom pert pertam amaa kali kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu, tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuanti kuantitati tatiff unsurunsur-uns unsur ur logam logam dalam dalam jumlah jumlah sekelu sekelumit mit (trace) dan dan sang sangat at kelu kelumi mitt (ultratrace). (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk untuk analisi analisiss kelumi kelumitt logam logam karena karena mempun mempunya yaii kepeka kepekaan an yang yang tinggg tingggii (batas (batas deteks deteksii
kura kurang ng dari dari 1 ppm) ppm),, pela pelaks ksan anaa aann nnya ya rela relati tiff seder sederha hana na,, dan dan inte interfe rfere rens nsiny inyaa sedi sediki kit. t. Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaanny Perbedaannyaa terletak terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan pengerjaan sampel dan peralatannya peralatannya (Gandjar, 2010).
Emisi dan Absorbsi
Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi kimia, dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang karakteristik untuk setiap unsur (atau (atau perseny persenyawaa awaan), n), dan besarny besarnyaa peruba perubahan han yang yang terjadi terjadi biasany biasanyaa seband sebanding ing dengan dengan jumlah unsur atau persenyawaan yang terdapat di dalamnya. Di dalam kimia analisis yang mendasarkan mendasarkan pada proses proses interaksi interaksi itu antara lain cara analisis analisis spektrofoto spektrofotometri metri atom yang yang bisa cara emisi dan cara absorbsi (serapan) (Gandjar, 2010). Pada Pada cara emisi, emisi, interak interaksi si pada pada energi energi menyeb menyebabk abkan an eksitas eksitasii atom atom yang yang mana mana keadaan ini tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagi sebagian an atau atau seluruh seluruh energi energi eksitas eksitasiny inyaa dalam dalam bentuk bentuk radiasi radiasi.. Frekue Frekuensi nsi radiasi radiasi yang yang dipancarkan bersifat karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi dan yang mengalami proses de-eksitasi. Pemberian energi dalam bentuk nyala merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara tersebut dikenal dengan nama spektrofotometri emisi (Gandjar, 2010). Pada absorbsi, jika pada populasi atom yang berada pada tingkat dasar dilewatkan suatu berkas radiasi maka akan terjadi penyerapan penyerapan energi radiasi oleh atom-atom tersebut. tersebut. Frekuensi radiasi yang paling banyak diserap adalah frekuensi radiasi resonan dan bersifat karakteristik untuk setiap unsur. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar (Gandjar, 2010). Metode Metode Spektr Spektrosk oskopi opi Serapa Serapan n Atom Atom (SSA) (SSA) mendas mendasarka arkan n pada pada prinsi prinsip p absorbsi absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358, 358,5 5 nm, nm, sedan sedangk gkan an kali kalium um pada pada 766, 766,5 5 nm. nm. Caha Cahaya ya pada pada panj panjan ang g gelo gelomb mban ang g ini ini memp mempun uny yai cuku cukup p energ energii untu untuk k meng mengub ubah ah ting tingka katt elek elektr tron onik ik suatu suatu atom atom.. Tran Transis sisii
elektronik suatu unsure bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Spektrum atomic untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spectrum yang berasosiasi dengan tingkat energy molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya (Khopkar, 1990). Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, maka hukum LambertBeer Beer dapa dapatt digu diguna naka kan n jika jika sumb sumbern ernya ya adala adalah h mono monokr krom omati atis. s. Pada Pada AAS, AAS, panj panjan ang g gelombang garis absorbsi resonansi identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0,002-0,005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada proses absorbsinya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan. Sember radiasi tersebut dikenal dengan lampu hollow cathode (Khopkar, 1990).
Gambar 1. Instrumentasi AAS (Anonim, 2010)
1.
Sumber sinar
Sumber sinar yang sering dipakai adalah lampu katoda berongga ( hollow cathode lamp). lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas electron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya energinya sangat tinggi. Electron-
elektron elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Gandjar, 2010). Akibat Akibat dari tabrakan-tabrakan tabrakan-tabrakan ini membuat membuat unsur-unsu unsur-unsurr gas mulia akan kehilangan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanju selanjutny tnyaa akan akan berger bergerak ak ke katoda katoda dengan dengan kecepa kecepatan tan dan energy energy yang yang tinggi tinggi pula. pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsure-unsur yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Unsure-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsure-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atomatom unsure dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spectrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsure yang akan dianalisis (Gandjar, 2010). Salah Salah satu kelema kelemahan han penggu penggunaa naan n lampu lampu katoda katoda berong berongga ga adalah adalah satu lampu lampu digunakan untuk satu unsure, akan tetapi saat ini telah banyak dijumpai suatu lampu katoda berongga kombinasi, yakni satu lampu dilapisi dengan beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus (Gandjar, 2010). 2.
Tempat sampel
Dalam analisis dengan spektrofoto spektrofotometri metri serapan atom, sampel yang yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala ( flame) flame) dan dengan tanpa nyala ( flameless). flameless). a.
Nyala ( flame) flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalkan untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira kira-kira sebesar 18000C; gas alam-udara 17000C; asetilen-udara 22000C; dan gas asetilendinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C. Pemi Pemili liha han n macam acam baha bahan n pemb pembak akar ar dan dan gas gas peng pengok oksi sida dasi si sert sertaa komp kompos osis isii perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Pada umumnya nyala dari gas asetilennitrooksida menunjukkan emisi latar belakang (background ( background ) yang kuat. Efek emisi nyala dapat dikurangi dengan menggunakan keping pemotong radiasi ( chopper ). ).
Sumber Sumber nyala nyala yang yang paling paling banya banyak k diguna digunakan kan adalah adalah campur campuran an asetile asetilen n sebaga sebagaii bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Cara pengatoman pada nyala: Pem Pemasuk asukan an sam sampel ke dala dalam m nyal nyalaa deng engan cara cara yang ang ajeg ajeg dan sera seraga gam m membutuhkan suatu alat yang mampu mendispersikan sampel secara seragam di dalam nyala. Ada beberapa cara atomisasi dengan nyala ini, yaitu: i.
Cara langsung (pembakar konsumsi total atau total comsumption burner )
Pada cara ini sampel dihembuska dihembuskan n (diaspirasik (diaspirasikan) an) secara langsung langsung ke dalam nyala, dan semua sampel sampel akan dikonsumsi dikonsumsi oleh pembakar. pembakar. Variasi ukuran ukuran kabut (droplet) (droplet) sangat besar. Diameter partikel rata-rata sebesar 20 mikron, dan sejumlah partikel ada yang mempunyai diameter lebih besar dari 40 mikron. Semakin besar kabut yang melewati nyala (tanpa semuanya diuapkan), maka efisiensinya semakin rendah. ii.
Cara ti tidak langsung
Pada model ini, larutan sampel dicampur terlebih dahulu dengan bahan pembakar dan bahan pengoksidasi dalam suatu kamar pencampur sebelum dibakar. Tetesan-tetesan yang besar akan tertahan dan tidak masuk ke dalam nyala. Dengan cara ini, ukuran terbesar yang masuk ke dalam nyala ± 10 mikron sehingga nyala lebih stabil dibandingkan dengan cara langsung. b.
Tanpa nyala ( flameless) flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena: atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yan yang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang kurang sempur sempurna. na. Oleh Oleh karena karena itu muncu muncullah llah suatu suatu teknik teknik atomis atomisasi asi yang yang baru baru yakni yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari gravit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann. Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel cair diambil hanya beberapa µL, sementa sementara ra bebera beberapa pa sampel sampel padat padat diambil diambil beberap beberapaa mg), mg), lalu dileta diletakka kkan n dalam dalam tabung tabung grav gravit it,, kemu kemudi dian an tabu tabung ng terseb tersebut ut dipa dipana nask skan an deng dengan an syst system em elek elektr tris is deng dengan an cara cara melewatkan arus listrik pada gravit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang
berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi s inar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif. Sistem pemanasan pemanasan dengan tanpa nyala nyala ini dapat melalui 3 tahap yaitu: yaitu: pengeringa pengeringan n (drying ) yang ang membu embutu tuh hkan suhu suhu yang ang leb lebih ren rendah dah; peng pengab abu uan ( ashing ) yang ang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matrix kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis, dan pengatoman (atomizing (atomizing ) (Gandjar, 2010). 3.
Monokromator
Pada AAS, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Gandjar, chopper (Gandjar, 2010). 4.
Detector
Dete Detect ctor or digu diguna naka kan n untu untuk k meng menguk ukur ur inte intens nsit itas as cahay cahayaa yang ang melal melalui ui tempat tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton ( photomultiplier tube). tube ). Ada 2 cara yang yang dapat dapat diguna digunakan kan dalam dalam system system deteks deteksi, i, yaitu: yaitu: (a) yang yang memberi memberikan kan respon respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi. Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu disalurkan pada system galvanometer dan setiap perubahan yang disebabkan oleh radiasi resonan akan menyebabkan perubahan output. Pada cara kedua, output berasal dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini, system penguat harus cukup cukup selekt selektif if untuk untuk membed membedaka akan n radiasi radiasi.. Cara Cara terbaik terbaik adalah adalah dengan dengan menggu menggunak nakan an detector yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Gandjar, 2010). 5.
Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai system pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau ata u absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggamba menggambarkan rkan absorbansi atau intensitas intensitas emisi (Gandjar, (Gandjar, 2010).
Gamb ar 2. Spektrofotometer Serapapan Atom (Anonim, 2010)
Analisis kuantitatif dengan AAS
Teknik Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan disebabkan diantaranya diantaranya oleh oleh kece kecepa pata tan n anal analisi isisn snya ya,, kete keteli liti tian anny nyaa sampai sampai ting tingka katt runu runut, t, tida tidak k meme memerlu rluka kan n pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi konsentrasi semua unsur pada konsentrasi konsentrasi runut. Ketiga, sebelum sebelum pengukura pengukuran n tidak selalu memisahkan unsure yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan kehadiran unsure lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia (Khopkar, 1990). Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan AAS, maka sampel harus dalam bentuk lautan lautan.. Untuk Untuk menyi menyiapk apkan an laruta larutan, n, sampel sampel harus harus diperl diperlaku akukan kan sedemi sedemikia kian n rupa rupa yang yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer. Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel yaitu: •
Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
•
Sampel dilarutakan dalam suatu asam
•
Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur terlebih dahulu dengan basa kemudi kemudian an hasil hasil lebura leburan n dilarut dilarutkan kan dalam dalam pelaru pelarutt yang yang sesuai sesuai (Gandj (Gandjar, ar, 2010). Ada beberapa metode kuantifikasi hasil analisis dengan metode AAS yaitu:
1.
Kuan Kuanti tifi fika kasi si deng dengan an kurv kurvaa baku baku (kur (kurva va kali kalibr brasi asi))
Kurv Kurvaa kali kalibr brasi asi dala dalam m AAS AAS dibu dibuat at deng dengan an mema memasu sukk kkan an seju sejuml mlah ah terte tertent ntu u konsentrasi larutan dalam system dilanjutkan dengan pengukuran. Dalam praktek sering digunakan paling tidak 4 baku dan 1 blanko untuk membuat kurva kalibrasi linier yang menyat menyataka akan n hubung hubungan an antara antara absorb absorbans ansii dengan dengan konsent konsentrasi rasi analit analit untuk untuk melaku melakukan kan analisis. Absorbansi sampel tidak boleh melebihi absorbansi baku tertinggi dan tidak kurang dari absorbansi baku terendah. Dengan kata lain absorbansi sampel harus terletak pada kisaran absorbansi kurva kalibrasi. Ekstrapolasi atau pembacaan absorbansi di luar kisaran absorbansi baku tidak direkomendasikan karena kurangnya linieritas. 2.
Kuan Kuanti tifi fika kasi si den denga gan n cara cara perb perban andi ding ngan an lan langs gsun ung g
Cara ini hanya boleh dilakukan jika telah diketahui bahwa kurva baku hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi merupakan garis lurus dan melewati titik nol. Cara yang yang dikerja dikerjakan kan adalah adalah hanya hanya dengan dengan menguk mengukur ur absorba absorbansi nsi laruta larutan n baku baku (A b) dengan dengan konsentrasi tertentu (C b) pada satu konsentrasi saja, lalu dibaca juga absorbansi larutan sampel (As). kadar sampel dihitung dengan rumus: Cs= 3.
x C b
Kuan Kuanti tifi fika kasi si denga engan n car caraa du dua bak baku u
Cara ini merupakan adaptasi dari cara 1 dan cara 2. Dibuat masing-masing 2 buah laru laruta tan n baku baku yang kons konsen entr trasi asiny nyaa sedi sediki kitt lebi lebih h renda rendah h dan dan sedik sedikit it lebi lebih h ting tinggi gi dari dari konsent konsentrasi rasi sampel. sampel. Keuntu Keuntunga ngan n cara ini adalah adalah kompo komposisi sisi/ko /konse nsentr ntrasi asi larutan larutan baku baku mendekati komposisi/konsentrasi sampel sehingga akan diperoleh presisi dan akurasi yang baik. 4.
Cara Cara stan standa darr adi adisi si (car (caraa pen penam amba baha han n bak baku) u)
Kebany Kebanyakan akan analisi analisiss dilaku dilakukan kan pada pada sampel sampel yang yang tidak tidak identi identik k dengan dengan standar standar dalam larutan air, karenanya pada kasus ini diperlukan pencampuran matriks dengan baku. Jika matriks tidak diketahui atau bervariasi dari satu ke yang lain, maka metode standar adisi sering digunakan. Metode ini digunakan untuk menghindari gangguan-gangguan, baik gangguan kimia atau gangguan spektra (Gandjar, 2010).
III.
METODE / PROSEDUR
Bahan :
Sampel kerang hijau diambil secara acak dari Waduk Estuari Muara Sungai Badung yang dibagi menjadi lima lokasi
Aquades
HNO3 p
H2SO4 p
Larutan standar Cu dan Pb
Alat :
Oven
Mortir
Neraca analitik
Labu destilasi
Labu ukur 100 ml
Batu didih
Kertas saring
Gelas ukur
Sarung tangan
Stop watch
Spektrofotometer AAS
Cara Kerja : 1. Pengambilan dan perlakuan perlakuan (destribusi) sampel sampel
a. Mengam Mengambil bil sampel sampel secara secara acak dari dari Waduk Waduk Estuari Estuari Muara Muara Sungai Sungai Badung Badung yang dibagi menjadi lima lokasi yang berbeda b. Mengeluarkan
daging
kerang
hijau
dari
cangkang
(membedakannya
berdasarkan masing-masing tempat) c.
Memasuk Memasukkan kan daging daging kerang kerang hijau hijau ke dalam oven oven pada suhu suhu 110ºC 110ºC sampai sampai diperoleh bobot konstan
d. Mengge Menggerus rus sampel sampel yang yang sudah sudah kering kering e. Menimbang Menimbang sampel sampel sebanyak sebanyak 5 gram dan memasukkan memasukkannya nya ke dalam labu labu
destilasi f. Menamb Menambahk ahkan an bebe beberap rapaa buti butirr batu batu didih didih g. Menambahkan 40 ml HNO 3 p dan 10 ml H2SO4 p secara hati-hati
h. Memanaskan Memanaskan larutan sampel sampai diperoleh diperoleh larutan larutan yang yang jernih i.
Mendingink Mendinginkan an larutan larutan dan setelah dingin dingin menamba menambahkan hkan 50 ml ml aquadest aquadest
j.
Mengocok campuran sampai homogen, menyaringnya ke dalam labu ukur 100 ml dan mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda
k. Mengukur filtrat dengan spektroskopi serapan atom
2. Penent Penentuan uan konse konsentr ntrasi asi Pb dan Cu a. Mengukur filtrat pada panjang gelombang ( λ) 217,0 nm dengan nyala udara-
asetilen
b. Menent Menentuka ukan n konsen konsentra trasi si Pb dan Cu dalam dalam sampel sampel dengan dengan menggu menggunak nakan an
teknik kurva kalibrasi kalibrasi dari nilai yang dihasilkan dihasilkan pada SSA baik absorban dari larutan standard maupun sampel. c. Menentukan konsentrasi sampel dari absorban yang terukur setelah diperoleh
kurva kalibrasi larutan standard berupa garis linear 3. Penuru Penurunan nan Pb dan dan Cu Cu denga dengan n EDTA EDTA 0,1 0,1 M a. Mengel Mengeluar uarkan kan daging daging kerang kerang hijau hijau dari cangkang cangkang dan merendam merendamny nyaa dengan dengan EDTA dengan waktu 30, 60, dan 90 menit b. Mengeringkan daging dalam oven pada suhu 110°C sampai diperoleh bobot
konstan c. Sampel digerus dalam mortir d. Menimbang serbuk sampel sebanyak 5 gram dan memasukkannya ke dalam
labu destilasi dan menambahkan beberapa batu didih e. Menambahkan 40 ml HNO 3 p dan 10 ml H2SO4 p secara hati-hati
f. Memana Memanaskan skan larut larutan an sampel sampel sampai sampai diperol diperoleh eh larutan larutan yang yang jernih jernih g. Mendingink Mendinginkan an larutan larutan dan setelah dingin dingin menambah menambahkan kan 50 ml aquadest aquadest h. Mengoc Mengocok ok campuran campuran sampai sampai homogen homogen,, menya menyaring ringny nyaa ke dalam labu labu ukur ukur 100 ml dan mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda i.
IV.
Mengukur filtrat dengan spektroskopi serapan atom
HASIL DAN PEMBAHASAN
Maka Makala lah h ini ini menj menjela elask skan an tent tentan ang g pene peneli liti tian an yang yang telah telah dilak dilakuk ukan an pada pada pengaruh penambahan EDTA pada penentuan kandungan timbal (Pb) dan tembaga (Cu) pada kerang hijau ( Mytilus viridis) viridis) yang menyebabkan menyebabkan terjadinya terjadinya penurunan penurunan kand kandun unga gan n loga logam m terseb tersebut ut.. Satu Satu bagi bagian an sampe sampell dide didestr struk uksi si deng dengan an 10 bagi bagian an campuran asam. Asam yang digunakan adalah campuran 10 ml asam sulfat dengan
40 ml asam nitrat pekat. Selanjutnya hasil destruksi dianalisis dengan spektrometer serapan atom dengan metode kurva kalibrasi. Penentuan logam Pb dan Cu dalam kerang hijau di waduk Estuari Muara Sungai Sungai Badung Badung secara secara Spekt Spektros roskop kopii Serapan Serapan Atom Atom menggu menggunak nakan an metode metode kurva kurva kalibrasi diperoleh data: Unsur sur Massa/ ssa/k kg sam sampel bera erat kerin ring Pb 28,6128-29,8442 mg Cu 2,4239-2,8558 mg Tabel 1. Konsentrasi Pb dan Cu dalam sampel berat kering ssebelum penambahan EDTA
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bawa (1997) bahwa air muara sungai Badung telah tercemar logam berat Pb, Cu, dan Cr. Unsur Jumlah cemaran Pb 0,16-0,66 mg/L Cu 0,14-0,98 mg/L Cr 0,09-0,59 mg/L Tabel 2. Jumlah cemaran logam pada air muara sungai Badung
Sumber pencemaran ini dapat berasal dari limbah kegiatan pertanian, rumah tangga, perbengkelan, industri garmen ataupun air limbah perkotaan lainnya yang masuk ke Sungai Badung, sehingga menimbulkan pencemaran di sepanjang aliran sung sungai ai badu badung ng dan dan muar muaraa sung sungai ai badu badung ng.. Kead Keadaa aan n ini ini kem kemungk ungkin inan an dapa dapatt menyebabkan biota seperti kerang hijau dan organisme lain yang hidup di perairan muara sungai badung juga dicemari logam berat Pb, Cu, dan Cr. Perairan Perairan muara sungai badung dapat dikatakan dikatakan telah terjadi akumulasi akumulasi logam berat Pb, dan Cu pada tubuh kerang hijau. Akumulasi logam berat ini terjadi, bila pada waktu tertentu banyaknya logam berat yang diabsorbsi lebih besar dari yang dieksk diekskresi resikan kan dari dari tubuh tubuh sampel sampel.. Pemasuk Pemasukan an logam logam ini dapat dapat terjadi terjadi antara antara lain: lain: bersama makanan yang mengandung logam berat, penyerapan dari air yang telah tercemar, atau dari air yang dicerna melalui system pencernaan, sehingga konsentrasi logam pada sampel lebih tinggi dari perairan muara sungai badung. Logam-logam ini
dapa dapatt meni menimb mbul ulka kan n efek efek peng pengga gand ndaan aan (magnificat magnification ion effect ) pada pada kons konsum umen en berikutnya sesuai s esuai dengan sistem siste m rantai makanan dan akan sampai s ampai pada manusia jika j ika dikonsumsi oleh manusia. Hasil analisis konsentrasi Pb dan Cu pada kerang hijau di Waduk Estuari muara sungai badung ternyata sudah melampaui ambang batas untuk Pb dan Cu. Hal ini berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 0375/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam pada makanan, khususn khususnya ya daging daging dan hasil hasil olahan olahanny nya. a. Batas Batas konsen konsentras trasii Cu adalah adalah 20,0 20,0 mg/kg mg/kg sedangkan logam Pb adalah 2,0 mg/kg. Berdasarkan hal ini maka kerang hijau tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Oleh Oleh karena karena itu, diupay diupayakan akan penuruna penurunan n kadar kadar logam logam Pb dan Cu dengan dengan penambahan EDTA 0,1 M. Setelah dilakukan perendaman dengan larutan EDTA 0,1 M pada pH 4 dengan waktu 30 menit ternyata dapat menurunkan konsentrasi Pb dan Cu pada kondisi bersamaan. Unsur sur Pb Cu Tabel 3. Konsentrasi Pb dan Cu
Massa ssa/kg sam sampel be berat rat kering 27,3829-27,9988 mg 0,2579-0,6919 mg dalam sampel berat kering setelah penambahan EDTA
Penurunan konsentrasi Pb dan Cu ini dapat disebabkan karena lepasnya ikatan kompleks logam protein, sehingga ion-ion logam tersebut keluar dari dalam daging kerang. Ion logam secara alamiah terdapat di dalam tubuh dan hampir semuanya berikatan dengan protein. Interaksi kompleks antara ion logam dengan protein secara metaloenzim metaloenzim dan metal protein. Metaloenzim adalah protein protein yang berikatan dengan logam dalam tubuh atau protein berikatan secara kuat dengan ion logam membentuk ikatan yang sangat stabil. Metal protein protein adalah protein protein yang berikatan berikatan dengan dengan logam dalam tubuh dan ion logamnya sendiri mudah saling bertukar dengan protein yang lain. Kondisi larutan dengan pH rendah (asam) dapat menyebabkan ikatan logam dengan dengan protei protein n yang yang tidak tidak stabil stabil melema melemah, h, akibat akibatny nyaa terjadi terjadi denatu denaturasi rasi sehing sehingga ga mudah putus. Sedangkan logam Pb dan Cu yang masih tertinggal dalam jaringan tubuh kerang setelah perlakuan reduksi diduga karena adanya interaksi logam Pb dan
Cu yang terikat secara kuat dengan gugus sulfidril dari asam amino yang tidak dapat diputus ikatannya karena bersifat stabil. Berdas Berdasark arkan an konstan konstanta ta kestab kestabila ilan n EDTA EDTA dengan dengan Pb adalah adalah 1,1x10 1,1x1018 dan dengan Cu adalah 6,3x10 18. Berdasarkan data tersebut bahwa Cu memiliki konstanta lebih besar daripada Pb dan apabila ada sampel yang mengandung Pb dan Cu maka EDTA EDTA akan akan memben membentuk tuk komple kompleks ks yang yang lebih lebih stabil stabil dengan dengan logam logam Cu daripa daripada da komple kompleks ks Pb. Oleh karena karena itu konfig konfigura urasi si electro electron n Pb (5d106s26p2) menja menjadi di Pb2+ dengan melepaskan 2 elektron sehingga membentuk 5d 106s2 sedangkan Cu dengan melepa melepaskan skan 2 elektro elektron n menjad menjadii Cu2+ sehingga sehingga terbentuk terbentuk 3d94s0. Berdasa Berdasarka rkan n hal terse tersebu butt maka maka pasan pasanga gan n elect electro ron n dari dari EDTA EDTA lebih lebih teri terika katt kuat kuat pada pada orbi orbita tall d, akibatnya EDTA mengikat Cu 2+ lebih banyak. Hasil penentuan kandungan Pb dan Cu dengan spektrofotometer serapan atom ternyata logam Pb telah melampaui ambang batas yang diperbolehkan, mengingat Pb merupakan salah satu logam beracun terhadap organisme. Hal ini disebabkan oleh sifat akumulatif logam nonessential seperti Pb dalam jaringan tubuh kerang karena sifat sifat logam logam terseb tersebut ut yang yang cender cenderung ung memben membentuk tuk ikatan ikatan komple kompleks ks dengan dengan bahan bahan organik. Tingginya kandungan Pb dalam jaringan tubuh kerang hijau tersebut karena jenis organisme ini tidak dapat mengekspresikan dengan baik logam Pb, sehingga akan terakumulasi terus-menerus dalam jaringan tubuh kerang hijau yang hidup di Wadu Wa duk k Estu Estuari ari Muara Muara Sung Sungai ai Badu Badung ng,, yang yang telah telah terk terkon ontam tamina inasi si Pb deng dengan an konsentrasi yang cukup tinggi. Pb dapat masuk ke dalam tubuh kerang melalui rantai makanan, insang, dan difusi permukaan kulit, dan akumulasi Pb dalam tubuh kerang hijau dapat terjadi mela melalu luii pros proses es absor absorbs bsii air, air, part partik ikel el,, dan dan plan plankt kton on.. Di sampi samping ng itu itu tingg tinggin inya ya konsentrasi konsentrasi Pb dalam jaringan tubuh kerang tidak terlepas dari tingginya tingginya kandungan kandungan Pb di dalam air dan endapannya. Selain melalui sungai, keberadaan logam berat di perairan juga dapat melalui udara, terutama unsur Pb yang digunakan dalam campuran bahan bakar. Meningkatnya laju pembangunan di segala sektor saat ini telah telah mengak mengakiba ibatka tkan n mening meningkat katny nyaa pencem pencemaran aran udara udara melalui melalui emisi emisi kendar kendaraan aan bermotor.
V.
KESIMPULAN 1. Konsentrasi Pb pada kerang hijau berkisar 28,6128 mg/kg sampai 29,8442 mg/kg
sampel sampel berat berat kering kering,, sedang sedangkan kan konsen konsentras trasii Cu berkisa berkisarr antara antara 2,4239 2,4239mg/ mg/kg kg sampai 2,8558 mg/kg sampel berat kering. 2. Setela Setelah h direduks direduksii dengan dengan EDTA EDTA 0,1 M pada pH 4 selama selama 30 menit didapa didapatka tkan n konsent konsentrasi rasi Pb turun turun dengan dengan rentan rentang g 27,382 27,3829 9 mg/kg mg/kg sampai sampai 27,998 27,9988 8 mg/kg mg/kg sampel berat kering, sedangkan untuk Cu turun menjadi 0,2579 mg/kg sampai 0,6919 mg/kg sampel berat kering. 3. Persen penuru penurunan nan Pb adalah adalah 4,91% 4,91% sedangkan sedangkan % penuru penurunan nan Cu adalah adalah 84,32% 84,32%..
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G., dan Abdul R, 2010, Kimia Farmasi Analisis, 298-322, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 274-287, UI Press, Jakarta