1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu pekerjaan di bidang kedokteran gigi yang banyak membutuhkan
beragam material cetak adalah pada tindakan klinik restoratif. Kepuasan pasien terhadap hasil tindakan restorasi terutama ditentukan penilaian estetik oleh pasien serta harga yang terjangkau. Hal ini tentunya sangat tergantung pada kualitas bahan yang akan digunakan oleh dokter gigi yang bersangkutan (Baum, 1997) Namun demikian, banyaknya jenis bahan yang tersedia dipasaran dapat menjadi kesulitan tersendiri bagi dokter gigi, terlebih setelah dihadapkan pada pertimbangan ekonomis yang disesuaikan dengan kemampuan pasien (Baum, 1997) Selain masalah tersebut diatas, keahlian seorang dokter gigi dalam memanipulasi bahan tentunya sangat mempengaruhi hasil akhir dari perawatan yang dilakukannya. Untuk hal ini tentu saja menuntut pengetahuan yang lengkap serta mendalam dari dokter gigi yang bersangkutan terhadap berbagai sifat spesifik dari bahan yang dimanipulasinya (Baum, 1997) Berikut dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai bahan restorasi dengan jenis, sifat, komposisi, serta aplikasinya dalam kedokteran gigi.
2
1.2
Learning Objectives
1. Anatomi dan Morfologi Gigi 44 dan 46 2. Resin Komposit 2.1.Jenis/Klasifikasi Resin Komposit 2.2.Sifat Resin Komposit 2.3.Komposisi Resin Komposit 2.4.Manipulasi Resin Komposit 2.5.Mekanisme Bonding pada Gigi 2.6.Aplikasi Resin Komposit pada Kedokteran Gigi 3. Amalgam 3.1.Jenis/Klasifikasi Amalgam 3.2.Sifat Amalgam 3.3.Komposisi Amalgam 3.4.Manipulasi Amalgam 3.5.Mekanisme Amalgamasi 3.6.Aplikasi Amalgam pada Kedokteran Gigi 4. Glass Ionomer Cement (GIC) 4.1.Jenis/Klasifikasi GIC 4.2.Sifat GIC 4.3.Komposisi GIC 4.4.Manipulasi GIC 4.5.Mekanisme Adhesi pada Gigi 4.6.Aplikasi GIC pada Kedokteran Gigi 5. Dental Cement 5.1.Jenis/Klasifikasi Dental Cement 5.2.Sifat Dental Cement 5.3.Komposisi Dental Cement 5.4.Manipulasi Dental Cement
3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Morfologi 44 dan 46 2.1.1. Gigi 44 A. Aspek bukal a. Middle developmental lobe berkembang baik b. Bukal ridge besar c. Developmental depression terlihat disepanjang bukal lobe d. Mesioa slope lebih pendek daripada distal slope B. Aspek lingual a. Lingual cusp tip lebih pendek, sehingga terlihat oklusalnya b. Mesial marginal groove terpisah dengan mesial marginal ridge C. Espek proksimal a. Teradapat mesiolingual groove b. CEJ pada sisi distal lebih datar D. Aspek oklusal a. Terlihat mesiolingal groove b. Bentuknya seperti permata1 2.1.2. Gigi 46 2.1.
Aspek bukal
a. lebih besar mesiodistal daripada cervicoinsisal b. Sisi bukal terbagi menjadi tiga bagian yang dibagi oleh mesiobukal groove dan distobukal groove c. Mesiobukal groove berakhir pada bukal pit 2.2.
Aspek lingual
a. Lebih besar daripada bukal cusp b. Terdapat lingual groove yang membagi mesiolingual cusp dan distolingual cusp 2.3.
Aspek proksimal
a. Sisi mesial lebih sedikit konkaf b. Mesiomarginal ridge lebih tinggi daripada distomarginal ridge
4
2.4.
Aspek oklusal
a. Pada sisi bukal terlihat dua groove b. Berntuknya lebih persegi dibandingkan molar 1 rahang atas.1 2.2. Resin Komposit Istilah komposit mengacu pada kombinasiantara2 material atau lebih yang akan menghasilkan sifat yang lebih baik dari masing-masing konstituennya. Resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang didalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silika koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat matriksnya ditingkatkan. 2.2.1. Jenis/Klasifikasi Resin Komposit Resin komposit diklasifikasikan atas duat bagian yaitu menurut ukuran filler dan cara aktivasi. A. Berdasarkan ukuran filler a. Resin komposit tradisional/konvensional/makrofiller Terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 1-15µm, berat filler 70-80% dengan jenis partikel quartz (radiolusen). Jenis ini berkembanga pada zaman 70-an dan mengalami modifikasi. Resin komposit makrofiller lebih tahan abrasi daripada resin akrilik tanpa bahan pengisi, namun permukaannya kasar. b. Resin komposit mikrofiller Diperkenalkan pada akhir tahun 1970 dengan ukuran partikel 0.040.2µm dan berat filler 50-60%. Partikel yang digunakan adalah amorphous silica atau sillica coloidal. Premukaannya serupa dengan tambahalan resin akrilik tanpa bahan pengisi, lebih estetis namun lebih cepat aus, karena silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04-0,4µm. Kekuatan kompresif dan tensilnya lebih tinggi daripada resin komposit konvensional c. Resin komposit mikrohibrid/fine particle Jenis resin komposit ini memiliki ukuran partikel sekitar 0.4-3µm dengan berat filler 70-90%. Bahan pengisi yang digunakan adalah ground glass atauquatrz. Jenis ini digunakan untuk memperoleh kehalusan permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap
5
mempertahankan/meningkatkan sifat mekani dan fisik komposit tradisional. d. Resin komposit hybrid Dengan berat filler 77-84%, dan partike pengisinya adalah gabungan dari karofiller dan mikrofiller. Sifat fisik dan mekanik terletak antara resin komposit konvensional dan mikrohibrid. Permukaannya halus dan kekuatannya cukup baik. Oelh karena itu sering digunakan untuk tambalan gigi anterior dan posterior.2 B. Berdasarkan cara aktivasi a. Aktivasi decara khemis Produk ini terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung bensoyl peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengantung aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai –O—O—putus, dan elektron terbelah diantara kedua molekul. Saat aktivasi, amine akan bereaksi dengan BP dan membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. b. Aktivasi mempergunakan cahaya Diformulasikan untuk sinar UV membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang mempergunakan curing UV berganti menjadi sinar tampak biru. Komposit ini menggunakan aktivasi sinar yang terdiri dari pasta tunggal yang diletakkan di dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizes Chomporquinone (CQ) dengan panjang gelombang 400-500 nm dan amine yang akn menginisiasi pembentukan radikal bebas. Jika terkontaminasi dengan cahaya biru(panjang gelombang 468nm) maka akan memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal babas dan terjadilah polimerisasi lanjutan.2
2.2.2. Sifat Resin Komposit Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:
6
A. Sifat fisik Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: a. Warna Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin. b. Strength Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda. c. Setting Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.3
7
B. Sifat mekanis Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. a. Adhesi Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent). b. Kekuatan dan keausan Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.3 C. Sifat khemis Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam system ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai
8
percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) . Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.3 D. Kelebihan Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik.4 E. Kekurangan Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan amalgam.4 2.2.3. Komposisi Resin Komposit A. Matriks resin organik 1. Aromatik dan aliphatic dimetacrilate, seperti bisphenol A glycidil metacrylate (BIS-GMA), akan meningkatkan viskositas 2. UDMA (urethane dimetacrylate) 3. TEGDMA
(triethyleneglycol
dimetacrilate),
viskositas 4. Monomer: siloranes i.
Menurunkan shrinkage dan internal stress
ii.
Meningkatkan durabilitas
akan
menurunkan
9
B. Filler anorganik 1. Glasses(aluminium, barium, strontium, zinc, zirconium) 2. Quartz (SIO2) 3. Alternatif filler, seperti silika. Penambahan partikel filler ke dalam matriks akan memperbaiki sifat resin komposit seperti sifat mekanis; kekakuan, kekerasan dan resistensi abrasi, selain itu dapat mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal. C. Coupling agent(3-methacryloxypropyltrimethoxysilane) Melapiska partikel filler dengan coulpng agent seperti vinyl silane, berguna untuk memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan dengan beraksi secara kimia dengan keduanya. Fungsi dari coupling agent: 1. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin 2. Mencegah cairan dari penetrasi ke dalam filler-resin D. Bahan penghambat polimerisasi Monomer dimetakrilat dapat berpolimerisasi selam penyimpanan, maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor) hidroquinone. Bahan yang paling sering digunakan adalah monomethil ether hydroquinon. E. Penyerapan UV Untuk meminimalkan perubahan warna karena proses oksidasi. Camhphorquinone dan 9-fluorenone sering digunakan sebagai penyerap UV. F. Opacifiers Untuk memastikan resin komposit terlihat di dalam sinar-X. bahan yang sering dipergunakan adlah titanium dioksida dan alumunium dioksida. G. Pigmen warna Agar warna resin komposit menyerupai warna gigi asli. Zat warna yang biasa digunakan adalah ferric oxide, cadmium black, dll.5
10
2.2.4. Manipulasi Resin Komposit A. Etching dan bonding
Untuk membentuk ikatan antara composite dan struktur gigi maka gigi harus dietsa
Dengan menggunakan bonding agent, enamel dan dentin pada kavitas preparasi dietsa dengan asam selama 30 detik yang mengandung 10%15% / 34%-37% gel / cairan asam fosfat. Asam tersebut kemudian dibasuh dengan air dan permukaannya dikeringakan dengan aliran udara
Permukaan gigi yang sudah dietsa tampak kusam
Pada saat yang sama, bonding agent mempenetrasi permukaan enamel dan dentin yang teretsa dan menyebabkan retensi mikromekanik pada restorasi
Single paste composite ( light cured)
Menggunakan 1 pasta composite
Harus dicegah adanya under curing karena akan menghasilkan tambalan yang keras hanya pada kulit luarnya sedangkan bagian dalamnya tetap lunak
Under curing dapat terjadi bila sumber cahaya diletakkan tidak cukup dekat pada permukaan bahan yang hendak dipolomerisasi
Bahan yang lebih gelap mengabsorbsi warna lebih banyak sehingga membutuhkan waktu curing yang lebih lama.
Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
Two paste composite / dual cured composite ( self cured )
Kedua pasta hendaknya dicampur dengan baik dan dengan perbandingan yang benar ( biasanya dalam volume yang serupa )
Sebaiknya jangan menggunakan spatel yang terbuat dari stanless steel karena spatel ini tidak sepenuhnya tahan terhadap abrasi
Cegah terjadinya kontaminasi oleh suatu pasta terhadap pasta lainnya
Sedapat mungkin cegah terperangkapnya udara dalam adonan sewaktu pencampuran
11
Pada beberapa bahan, dapat ditambahkan tins / zat pewarna selam proses pencampuran sehingga memungkinkan diperolehnya warna komposit yang sesuai dengan warna gigi asli
Bahan yang sudah diadon hendanknya tanpa menunggu lebih lama langung dimasukkan ke dalam kavitas
Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
Proteksi pulpa
Sebelum komposit dimasukkan ke dalam kavitas, pulpa harus dilindungi dengan liner (Ca (OH)2) atau glass ionomer, hybrid ionomer, compomer base
B. Penumpatan Peletakkan komposit pada kavitas preparasi dapat dengan berbagai cara :
Diletakkan menggunakan instrumen plastik / instrumen dengan disposeable elastometric tips yang tidak melekat oada komposit
Diletakkan dalam tip platik jarum suntik kemudian diinjeksikan pada cavitas preparasi
C. Finishing dan polishing Untuk mengurangi menggunakan : diamond, carbide finishing bur, finishing disk, strips alumina Untuk finishing akhir : abrasive - impregnated rubber rolary instrument, disk / rubber cup dengan berbagai paste polishing Finishing ditunjukkan dengan area basah dan pelicin ater soluable Finishing akhir dari composite light cured dimulai segera setelah light curing.6
2.2.5. Mekanisme Bonding pada Gigi Bonding adalah proses mendapatkan ikatan antara email dan bahan restorasi berbahan resin mencakup melakukan etsa email sehingga terjadi kelarutan pada tempat tertentu dengan mikroporus. Teknik etsa asam untuk membersihkan debris dan membuka enamel agar larut sehingga komposit dapat dengan mudah membasahi bagian gigi sampai ke mikroporus. Email teretsa
12
memiliki energi permukaan yang tinggi, tidak seperti enamel yang normal dan memungkinkan resin dengan begitu mudah membasahi permukaan serta menembus sampai kedalam mikroporus. Begitu resin menembus kedalam mikroporus tersebut, bahan akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan mekanik terhadap email.7
2.2.6. Aplikasi Resin Komposit pada Kedokteran Gigi a. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay ) b. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan ( prostodontic resin ) c. Sebagai pasak d. Sebagai semen pada orthodontic bracket,Maryland bridge,ceramic crown,inlay onlay e. Fit dari fissure sealant f. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak.7
2.3. Amalgam Amalgam adalah campuran alloy padat dengan merkuri cair. Alloy ini dapat berupa timah, tembaga, perak dan kadang-kadang zinc, indium, palladium, dan selenium. Fungsi dari amalgam itu sendiri ialah sebagai bahan tumpatan pada gigi. 2.3.1. Jenis/Klasifikasi Amalgam Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu : Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu: a. Alloy binary, contohnya : silver-tin b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium Berdasarkan ukuran alloy, yaitu: a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 μm. b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu: a. Alloy lathe-cut Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur, seperti yang terlihat pada Gambar 1
13
Gambar 1. Partikel alloy amalgam lathe-cut (100x) 10 b. Alloy spherical Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk ulat kecil. Alloy ini tidak teratur berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi. Tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.
Gambar 2. Partikel alloy amalgam spherical (500x)10
14
c. Alloy spheroidal Alloy spheroidal juga dibentuk melalui proses atomisasi. Berdasarkan kandungan alloy ,yaitu : a. Zink - containing alloy : mengandung lebih dari 0,01 % zink b. Zink – free alloy : mengandung kurang dari 0,01 % zink Berdasarkan kandungan tembaga ,yaitu : a. Low copper alloy : mengandung silver ( 68-70 % ),tin (27-26 %),copper ( 4-5 % ) dan zink (0-1 % ) b. High copper alloy : mengandung silver (40-70 %),tin ( 2230% ),copper ( 13-30 % ) dan zink ( 0-1 % ) Alloy ini dapat dikalsifikasikan menjadi dua : 1. Admixed/disperse/blended alloy Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe cut dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper lathe cut alloy.komposisi keseluruhan nya yaitu Terdiri atas silver ( 69 % ) tin ( 17 % ) copper (13 % ) zink ( (1 % ) 2. Single composition atau Unicom position alloy tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama.komposisi keseluruhan terdiri atas silver ( 40-60 % ) tin ( 22- 30 % ) copper ( 13-30 % ) zink ( 0-4 % ).7
2.3.2. Sifat Amalgam A. Sifat Fisik 1. Creep Merupakan regangan atau deformasi yang bergantung pada waktu, yang disebabkan oleh tekanan. Proses perubahan ini dapat menyebabkan restorasi amalgam meluas keluar dari preparasi kavitas, sehingga membuat restorasi mudah meluas kerusakan tepi.
keluar mengalami
15
Amalgam
yang kandungan
tembaganya
rendah lebih
rentan
mengalami kerusakan di bagian tepi dibandingkan amalgam yang tinggi kandungan tembaganya. 2. Stabilitas Dimensional Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan tetap stabil. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi: Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula ekspansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar. Rasio merkuri/alloy : makin banyak merkuri, semakin besar tingkat ekspansi. Waktu triturasi : semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil. 3. Difusi Termal Difusi termal amalgam 40 kali lebih besar dari dentin, koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikrolekage dan karies sekunder. 4. Abrasi Prosses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi atau zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan atau puing amalgam. B. Sifat Mekanik Amalgam 1. Kekuatan Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam: Rasio merkuri/alloy : Jika merkuri digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan merkuri, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.
16
Komposisi alloy : amalgam yang tinggi tembaga dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional. Porositas : dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat dan teknik triturasi yang baik. C. Sifat Kimia Amalgam 1. Reaksi elektrokimia sel galvanik Korosi galvanik terjadi ketika dua atau lebih alloy berkontak dalam larutan elektrolik, dalam hal ini saliva. Besarmya arus galvanik dipengaruhi oleh usia restorasi, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak
dan daerah permukaan. Semakin lama usia restorasi
amalgam dengan tumpatan lainnya, semakin kecil arus galvanik yang dihasilkan. 2. Korosi Reaksi elektrokimia yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pit dan servikal. 3. Tarnish Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab tarnish atau diskolorasi yang paling terkenal adalah campuran perak dan temabga sulfida, karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman. D. Sifat Biologi 1. Alergi Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal,ruam, bersin, kesulitan bernapas, pembengkakan mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1℅ populasi yang dirawat. 2. Toksisitas Merkuri adalah elemen yang beracun. Merkuri larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjadi Mg2+. Lalu akan di transportasikan dari paru-paru
17
ke sel darah merah kejaringan lain termasuk SSP. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasentas kepada janin dan berefek pada bayi yang nakan dilahirkan.8
2.3.3. Komposisi Amalgam Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri, platinum, dan seng. Unsur-unsur kandungan bahan restorasi amalgam tersebut memiliki dungsinya masing-masing dimana sebagian diantaranyanakan saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam yang dikombinasikan dengan tepat. Alloy
Persentase (%)
Silver
65 (max)
Tin
29 (max)
Copper
6 (max)
Zinc
2 (max)
Mercury
3 (max)
palladium
0,5
Fungsi dari masing-masing bahan restorasi : a. Silver Menurunkan creep Meningkatkan strength Meningkatkan setting ekspansi Meningkatkan reaksi terhadap tarnis b. Tin Mengurangi strength dan hardness Mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri Mengurangi resistensi terhadap korosi dan tarnis c. Copper Meningkatkan ekspansi saat pengerasan Meningkatkan strength dan hardness.6
18
2.3.4. Manipulasi Amalgam Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing. 1. Mixing Pemanipulasian dental amalgam dilakukan dengan mencampurkan merkuri dengan alloy amalgam disebut dengan amalgamasi. 2. Triturasi Dapat dilakukan dengan dua cara: Secara Manual (Hand Mixing) Triturasi dilakukan karena adanya suatu selubung tipis oksida pada alloy yang akan menghambat berkontaknya merkuri dengan alloy. Oksida tersebut dapat dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini biasanya dilakukan di dalam mortar dan pengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy dengan merkuri adalah 1:1. Menggunkan Amalgamator (Mechanical Mixing) Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi dengan menggunakan kapsul. 3. Kondensasi Kondensasi adonan dental amalgam di dalam kavitas gigi dilakukan dengan
menggunakan
amalgam
stopper.
Dengan
kondensasi
diharapkan partikel amalgam tetap rapat satu sama lain dan masuk ke segala arah dalam kavitas sehingga terdapat kepadatan dental amalgam. Dengan demikian kekuatan akan bertambah, flow dan pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk menghilangkan merkuri yang berlebihan. 4. Pengukiran dan Pemolesan Pengukiran restorasi amalgam sesuai dengan anatomi gigi setelah dental amalgam ditempatkan dalam kavitas, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat secara manual seperti burnisher.
19
Pemolesan pada amalgam umumnya paling sedikit 24 jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan kekuatan yang tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama. Umumnya
permukaan
amalgam
dibentuk
kembali
dengan
menggunakan green stones, finishing bur, atau abrasive disk. Bentuk permukaan dan tepi amalgam diperiksa agar benar-benar licin dan sama dengan gigi. Selanjutnya digunakan bahan poles seperti pumice/silux pada rubber abrasive points. Tahap akhir untuk mengkilapkan digunakan pasta abrasive yang baik. Pemolesan selalu dilakukan dalam keadaan basah, karena memoles dalam keadaan kering, memungkinkan dental amalgam jadi panas sehingga dapat merusak pulpa.8
2.3.5. Mekanisme Amalgamasi Amalgamasi merupakan proses pencampuran merkuri dalam bentuk cairan dengan satu atau beberapa logam atau logam campur untuk membentuk amalgam. 1. Low copper alloy Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan partikel campur Hg-Sn. Jika bubuk ditraturasi, perak dan timah di bagian luar partikel akan larut menjadi merkuri pada saat bersamaan, merkuri berdifusi ke partikel alloy. Urutannya : Pelarutan dari perak dan timah menjadi mercuri Prespitasi dari kristal-kristal α1 dalam merkuri Konsumsi dari merkuri yang masih bersisa melalui pertumbuhan butiran α1 dan α2 Partikel alloy dikelilingi dan diikat bersama-sama kristal α1 dan α2 Reaksi : partikel alloy ( β + α ) + Hg -> α1 + α2 + Partikel alloy yang terkonsumsi
20
2. High copper alloy Ada 2 macam bubuk alloy, yaitu : a. Alloy gabungan, yaitu alloy perak-tembaga (Ag-Cu) Bila merkuri bereaksi dengan bubuk gabungan, perak akan larut kedalam merkuri dari Alloy Ag-Cu dan perak timah akan larut dalam merkuri dari Ag-Sn. Timah berdifusi ke permukaan partikel alloy AgCu dan bereaksi dengan pase tembaga untuk membentuk fase η (Cu6Sn5). Lapisan-lapisan Kristal η terbentuk di sekitar partikel alloy Ag-Cu yang tidak dikonsumsi dan juga mengandung Kristal α1. Fase α1 terbentuk bersamaan dengan fase η dan mengelilingi partikel reaksiam alloy Ag-Cu dan Ag-Sn. Reaksi : partikel alloy ( β + α ) +Ag-Cu eutentic + Hg -> α1 + η + Partikel alloy dari kedua tipe yang tidak digunakan b. Alloy komposisi tunggal Yaitu perak 60%, timah 27%, tembaga 13-30%. Prosesnya perak dan timah dari faseAg-Sn akan larut dalam mercury, tembaga juga dalam jumlah kecil. Kristal α1 akan terbentuk, Kristal η ditemukan sebagai anyaman Kristal batang pada permukaan partikel alloy. Juga tersebar dalam matriks. Reaksi : partikel alloy Ag-Sn-Cu + Hg -> α1 + η + Partikel alloy dari kedua tipe yang tidak terkonsumsi5
2.3.6. Aplikasi Amalgam pada Kedokteran Gigi Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas klas I,II dan V dimana factor estetis bukanlah suatu hal yang penting Dapat dikombinasikan dengan pin retentifuntuk menempatkan mahkota Dipergunakan dalam pembuatan dye Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde5
2.4. Glass Ionomer Cement (GIC) GIC adalah bahan restorative gigi yang sering digunakan dalam kedokteran gigi untuk mengisi gigi dan luting cement. Materi ini didasarkan pada reaksi
21
serbuk kaca silikat dan asam polialkenoat. Material kedokteran gigi ini diperkenalkan pada tahun 1972 untuk digunakan sebagai bahan restorative untuk gigi anterior.
2.4.1. Jenis/Klasifikasi GIC Pada umumnya, GIC diklasifikasikan menjadi 5 tipe dasar, yaitu : a. Conventional Glass Ionomer Cement b. Resin-Modified Glass Ionomer Cement c. Hybrid Glass Ionomer Cement d. Tri-Cure Glass Ionomer Cement e. Metal-reinforced Glass Ionomer7 Menurut Wilson&Kent (1998), terdapat 3 macam GIC, yaitu : a. GIC tipe 1 (Luting Cement), digunakan untuk menyemenkan mahkota, inlay, onlay, bridge. b. GIC tipe 2 (Restorative Cement), digunakan untuk tumpatan estetika. c. GIC tipe 3(Lining Cement), digunakan sebagai material pelapikan dibawah semua material restorative.
2.4.2. Sifat GIC A. Sifat Biologi GIC melepaskan fluoride ke email gigi yang dapat menghambat terjadinya karies lanjutan. GIC juga bersifat biokompatibel. GIC menghasilkan reaksi dengan pulpa lebih besar dari ZOE namun lebih sedikit dari Zinc Phosphate Cement. Glass ionomer yang digunakan sebagai luting agent memiliki rasio P/L lebih rendah dan dapat menimbulkan bahaya lebih besar ketimbang dengan restorasi glass ionomer karena semen yang dibuat dengan rasio P/L rendah memiliki pH rendah dalam waktu lebih lama. Untuk penggunaan GI, Lebih baik menempatkan sebuah lapisan tipis protektif liner, seperti Ca(OH)2, 0,55 mm dari ruang pulpa terutama pada preparasi yang dalam.
22
B. Sifat Fisik a. Film Thickness (ketebalan Semu) Ketebalan GIC sekitar 22-24 µm sehingga cocok untuk digunakan sebagai sementasi. b. Setting Time (Waktu Pengerasan) GIC membutuhkan waktu 6-8 menit dimulai saat pencampuran bubuk dan cairannya (mixing). Setting time dapat diperlambat ketika semen dicampur dalam mixing slab yang dingin, tapi hal ini dapat berefek tidak baik pada kekuatannya. C. Sifat Mekanik a. Compressive Strength (Kekuatan Kompresi) Kekuatan kompresi (Compressive Strength) GIC berkisar antara 90-230 Mpa dan lebih besar daripada zinc phosphate cement. Nikali kekuatan tariknya (Tensile Strength) hampir sama dengan zinc phosphate yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. Tidak seperti zinc polyacrilate, GIC lebih brittle. Elastic Modulusnya sebesar 3.5-6,4 GPa sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebih peka terhadap peubahan bentuk elastis dibandingkan zinc phosphate. b. Bond Strength (Kekuatan Ikat) Kekuatan GIC untuk berikatan dengan dentin adalah 1-3 MPa. Kekuatan ikat GIC lebih rendah dari pada Zinc Polyacrilate Cement mungkin karena sensitivitas GIC terhadap kelembaban pada saat pengerasan. 7 2.4.3. Komposisi GIC Komposisi GIC terdiri dari : 1.
Liquid Cairan Poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%
2.
Powder acid-soluble calcium fluoroaluminosilikat glass.Silica 41,9%, Alumina 28,6%, Alumunium Fluoride 1,6%, Calcium Fluoride 15,7%, Sodium Fluoride (,3%Alumunium Phosphate 3,8%7
23
2.4.4. Manipulasi GIC Prosedur pengadukannya bubuk dicampurkan ke dalam cairan dan diaduk dengancepat selama 30-60 detik tergantung produk dan konsistensi adonan yang didapat. sepertisemua semen lain, sifat semen ionomer kaca tipe I sangat dipengaruhi oleh faktor manipulasi. rasio bubuk yang dianjurkan tergantung merknya, tetapi umumnya berkisar antara 1,25-1,5 gram bubuk per 1 ml cairan.Retensi tuangan dapat diperbaiki jika permukaan bagian dalamnya dibersihkan,sepertiyang dijelaskan untuk semen polikarboksilat.penyemenan harus dilakukan sebelum semenkehilangan kilapnya.seperti seng fosfat ,ionomer kaca menjadi rapuh(mudah patah)begitumengeras.setelah mengeras ,kelebihan semen dapat dibuang dengan cara mencungkil ataumematahkan semen menjauh dari tepi restorasi. Kelebihan semen perlu dijaga agar tidak melekat ke permukaan gigi atau protesa.semen ini sangat peka terhadap kontaminasi air selama pengerasan.karena itu tepi restorasi harus dilapisi untuk melindungi semen darikontak yang terlalu dini dengan cairan. Dalam manipulasi GIC, hal lain yang perlu diperhatikan (Anusavice, 2004) adalah perbandingan powder/liquid , biasanya berkisar 1,3-1,35 :1, pencampuran harus cepat, gigiseabaiknya diisolasi dahulu agar tidak lembab, untuk proteksi pulpa sebaiknya menggunakan calcium hydroxide bila ketebalan dentin <0,5 mm, kemudian varnish digunakan untuk melindungi semen dari keadaan yang lembab setelah semen selesai diaplikasikan.7
2.4.5. Mekanisme Adhesi pada Gigi Mekanisme adhesi adalah kemampuan berikatab GICdengan struktur gigi yang belum dapat dilerengkan dengan jelas. Meskipun demikian, sepertinya tidak di ragukan bahwa perekatan ini terutama melibatkan proses kelasi dari gugu karboksit dari poliasam dengan kalsium dari kristal apatit email dan dentin. Meskinpun ini berlaku untuk semen polikarboksilat. Mekanisme adhesi dari GIC juga setara karena keduanya berdasarkan pada poliasam ikatan dengan email selalulebih besar daripada ikatan dengan dentin karena adanya kandungan anorganik dari email yang lebih banyak dan homogennya lebih besar apabiladilihat dari sudut pandang morfologi.8
24
2.4.6. Aplikasi GIC pada Kedokteran Gigi
untuk lutting dan perlekatan braket
sbg orthondontic bracket adhesive
restorasi untuk gigi sulung
digunakan untuk lamination 8
2.5. Dental Cement 2.5.1. Jenis/Klasifikasi Dental Cement Semen gigi yang digunakan sebagai bahan tambal yang mempunyai kekuatan yang rendah dibandingkan resin komposit dan amalgam, akan tetapi dapat digunakan untuk daerah yang mendapat sedikit tekanan. Beberapa semen gigi dipasok dalam 2 komponen, yaitu bubuk dan cairan. Bubuk merupakan formula dasar yang terdiri atas kaca atau oksida logam, sedangkan cairan merupakan larutan asam. Berdasarkan semen dengan reaksi asam dibagi menjadi 2: A. Bahan Dasar Zinc Oxide 1. Semen Zinc Oxide Eugenol Semen ini biasanya dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan atau kadang-kadang sebagai 2 jenis pasta. Tersedia berbagai jenis formula Zinc Oxide Eugenol untuk restorasi sementara dan jangka menengah, pelapis kavitas, basis penahan panas, dan semen perekat sementara serta permanen, pH-nya 7 saat dimasukkan ke dalam gigi. Fungsi: 1. Sebagai bahan perekat restorasi sementara dan permanen. 2. Sebagai basis dan pelapis. 3. Sebagai bahan pengisi saluran akar pada perawatan pulpotomi. Klasifikasi: 1. Tipe 1 digunakan untuk semen sementara. 2. Tipe 2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alatalat yang dibuat diluar mulut. 3. Tipe 3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
25
4. Tipe 4 digunakan untuk pelapis kavitas. 2. Semen Zinc Phosphate Kegunaan Utama
: Bahan perekat untuk restorasi dan peralatan
ortodontik. Kegunaan Sekunder
: Restorasi jangka menengah dan basis
penahan panas. Fungsi: 1. Sebagai bahan tambalan sementara. 2. Sebagai bahan basis dan pelapis. 3. Sebagai bahan perekat inlay, jembatan dan pasak inti. 3. Semen Zinc Polycarboxylate Kegunaan utama
: Bahan perekat untuk restorasi dan basis
penahan panas. Kegunaan sekunder
: Bahan perekat untuk peralatan ortodontik dan restorasi jangka menengah.
Fungsi: 1. Sebagai semen crown dan bridge. 2. Sebagai onlay dan inlay. 3. Sebagai semen ortodontik band dan bracket. 4. Dasar atau lining material under composite, amalgam atau ionomer kaca. 5. Sebagai material tambal sementara.
B. Dapat membentuk bahan kaca 1. Semen Silikat Penggunaan semen silikat telah sangat berkurang dengan munculnya komposit berbasis resin untuk restorasi gigi anterior dan kemudian berkembangnya semen ionomer kaca. Semen silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuat dari alumino-fluoro-silikat glass dengan liquid 37% asam fosfat. Secara kimia asam melarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Kegunaan Utama
: Restorasi gigi anterior.
26
Kegunaan Sekunder
:Restorasi jangka menengah dan bahan perekat
untuk peralatan ortodontik. 2. Ionomer kaca Ionomer kaca adalah nama generik dari sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapat namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil. Ini juga disebut dengan semen polialkanoat. Awalnya semen ini jarang dirancang
untuk
tambahan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kelas III dan V. Ada 3 tipe semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi penggunaan: a. Tipe 1 yaitu untuk bahan perekat. b. Tipe 2 yaitu untuk bahan restorasi. c. Tipe 3 yaitu untuk basis atau pelapis.9
2.5.2. Sifat Dental Cement A. Semen Zinc Oxide Eugenol Sifat Fisik
: Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Rasio antara bubuk dan cairan akan mempengaruhi kecepatan pengerasan, sehingga semakin tinggi rasionya maka semakin cepat pengerasannya.
Sifat Mekanis : Kekuatan dari semen Zinc Oxide Eugenol tidak tinggi, hanya berkisar antara 3-55 MPa. Sifat Kimia
: Komponen utama dari semen ini adalah oksida seng dan eugenol. ukuran partikel sangat berpengaruh pada kecepatan pengerasannya. Ukuran partikel dari semen Zinc Oxide Eugenol lebih kecil akan lebih cepat mengeras dibanding semen dari partikel yang lebih besar.
Sifat Biologis : Memberikan perlindungan terhadap pulpa dan memiliki daya anti bakteri.10
27
Kelebihan:
Memiliki daya anti-bakteri.
Kemampuan semen dalam meminimalkan kebocoran mikro.
Memberikan perlindungan terhadap pulpa.
Kekurangan:
Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan, kurang kuat dan kurang tahan abrasi.
Mudah larut dalam cairan mulut.11
B. Semen Zinc Phosphate Sifat Fisik
: Isolator panas yang baik, daya larut relatif rendah di dalam
air,
tingkat
keasaman
cukup
tinggi,
compressive strength tinggi, dan iritatif terhadap pulpa. Sifat Mekanik : Memiliki compressive strength sampai 104 MPa, diametral
tensile
strength
5,5
MPa,
modulus
elastisitasnya 13,7 MPa. Sifat Kimia
: Karena adanya asam fosfor maka keasaman semen ini cukup tinggi terutama pada saat pertama kali diletakkan pada gigi.
Sifat Biologis
: Semen ini dapat larut dalam cairan mulut.10
Kelebihan:
Manipulasi mudah.
Memiliki kekuatan yang tinggi.
Kekurangan:
Dapat menyebabkan iritasi pulpa.
Tidak bersifat bakteriostatik.
Adhesi terhadap strukturnya kurang baik.11
C. Semen Polikarboksilat Sifat Fisik
: memiliki daya viskositas yang sedang, tidak tinggi dan tidak rendah. Memiliki kekuatan yang tidak tinggi.
28
Sifat Mekanik
: compressive strength semen ini berkisar 55 MPa, lebih rendah daripada semen zinc phosphate. Namun tensile strength sedikit lebih tinggi.
Sifat Kimia
: daya larut semen di dalam air memang rendah, tetapi jika terkena asam organik dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar.
Sifat Biologis
: semen ini dapat mengiritasi pulpa.10
Kelebihan:
Memiliki waktu pengerasan lebih cepat dibandingkan dengan zinc phosphate.
Kekurangan:
Tidak sekaku semen zinc phosphate.
Modulus elastisitas kurang dari ½ semen fosfat.11
D. Semen Silikat Sifat Fisik
: Semen silikat relatif kuat menahan tekanan kompresi tetapi lemah di dalam menahan tekanan tarik. 10
Sifat Mekanik
: Tekanan kompresi dalam waktu 24 jam yaitu sekitar 180 MPa atau 26.000 Psi. Kekuatan tarik garis tengah 3,5 MPa dan kekerasannya 70 KHN.3
Sifat Kimia
: Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut terhadap asam yang terdapat dalam plak yang melekat diatasnya.1
Sifat Biologis
: pH semen silikat <3 pada saat dimasukkan ke dalam kavitas, dan tetap berada di bawah 7 bahkan setelah 1 bulan.
Kelebihan:
Warnanya sesuai dengan warna gigi dan cocok digunakan untuk restorasi gigi anterior.
Kekurangan:
Kekuatan tensilenya kerang baik.
29
Mudah larut terhadap asam yang tedapat dalam plak yang melekat diatasnya.11
E. Semen Ionomer Kaca Sifat Fisik
: Sifat lain dari monomer kaca sangat menonjol dari penggunaan semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi adalah kekuatannya terhadap fraktur, semen ionomer kaca tipe II jauh lebih inferior dibandingkan komposit.
Sifat Mekanik
: Kekuatan terhadap fraktur dari bahan tambal dibandingkan amalgam yaitu komposit posterior 0,83-1,3, semen ionomer kaca tipe II-A 0,29 dan semen ionomer kaca tipe II-B 0,11. Semakin tinggi nilainya, maka semakin besar kekerasannya.
Sifat Kimia
: Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk pasta, permukaan partikel kaca akan terpajan asam.
Sifat Biologis
: Mempunyai sifat anti-karies yang sama dengan semen silikat.9
Kelebihan:
Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air.
Kemampuan berikatan dengan email dan dentin.
Memiliki estetika yang baik.
Kompresinya tinggi.
Bersifat adhesi dan tidak iritatif.
Kekurangan:
Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar.
Tidak tahan terhadap keausan.
Kekerasan kurang baik.11
2.5.3. Komposisi Dental Cement 1. Zinc phosphate cement
30
Komposisi
%
Powder
Powder
ZnO
90.2
MgO
8.2
SiO
1.4
Bi203
0.1 Misc. BaO, Ba,S04, CaO
0.1
Liquid
Liquid
H3P0, (free acid) 38.2
38.2
H3P04 (combined with 16.2
16.2
(A1 and Zn)
A1 2.5 Zn 7.1
Hz0 36.0
36.0
2. Zinc oxide eugenol
Komposisi
Weight (9'0)
Powder Zinc oxide
69.0
White rosin
29.3
Zinc stearate
1 .O
Zinc acetate
0.7
Liquid Eugenol
85.0
Olive oil
15.0
Kandungan utama bubuk semen ini adalah zinc oksida.
White rosin : untuk mengurangi kerapuhan semen
Zinc stearate : utuk meningkatkan kekuatan semen
Eugenol untuk olive oil : cairan yang berfungsi sebagai plasticizer
31
Semen zinc oxide non eugenol : berfungsi mengandung aromathic oil dan zinc oxide
3. Zinc polycarboxilate cement Adalah sistem bubuk cairan. Cairannya adalah larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh. Bubuknya mengandung zinc oksida dengan sejumlah oksida magnesium juga mengandung stannous flourida yang mengubah pengerasan untuk memperbaiki sifat manipulasi. Semen ini digunakan untuk sementasi akhir restorasi mahkota dan bridge. 4. Semen silikat Campuran dari powder silica (SiO2), alumina (Al2O3), senyawa fluoride, garam kalsium dengan liquid phosphoric. 5. Semen silikofosfat Bubuk : 1. Alumina silicate glasss 2. Zinc oxide 3. Magnesium oxide Liquid : 1. Asam fosfat 2. Air 3. Seng dan aluminium salt12
2.5.4. Manipulasi Dental Cement Zinc Phosphat 1. Pada umumnya tidak dilakukan alat ukur untuk penimbangan powder dan liquid, karena kekentalan yang diinginkan bisa bervariasi menurut kebutuhan klinisnya, meskipun demikian harus diusahakan agar diperoleh perbandingan powder dan liquid yang konsisten untuk tujuan pemakaian tertentu. Harus dihindari adonan yang terlalu encer karena selain mempengaruhi kekuatan semen, juga mempunyai pH yang rendah serta lebih mudah larut.
32
2. Pencampuran dimulai dengan mencanpur sedikit bubuk ke dalam cairan dengan menggunakan alas aduk yang dingin akan memperpanjang waktu kerja dan pengerasan. Powder ditambahkan liquid sedikit demi sedikit dalam waktu 1 hingga 1,5 menit. 3. Kemudian diaduk dengan gerakan memutar dengan menggunakan spatel. 4. Hasil akhir semen yang telah set adalah heterogen terdiri dari inti paartikel zinc oksida yang tidak bereaksi yang dikelilingi oleh lapisan zinc phosphate. Selama setting dapat terjadi : a. Pengeluaran panas, karena reaksi bersifat eksotermis b. Pengerutan /kontraksi 5. Semakin kental adonan semakin kuat hasil campuran maka untuk keperluan cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental. Untuk tujuan penyemenan dibutuhkan adonan yang encer sehingga memungkinkan semen mengalir sewaktu restorasi dipasangkan Zinc Oxide Eugenol Semen ini dicampur dengan cara menambahkan sejumlah powder ke dalam liquid hingga diperoleh konsistensi kental. Perbandingan jumlah powder : liquid berkisar 4:1 atau 6:1 akan menghasilkan semen dengan sifat-sifat yang dikehendaki dan agar didapat adonan berbentuk dempul. Pencampuran dapat dilakukan pada glass slab tipis dan menggunakan spatula logam yang tahan karat. Zinc polycarboxilate a.
Cara manipulasi untuk basis 1.
Perbandingan rasio powder dan liquid disesuaikan dengan petunjuk pabrik atau 3:2 . semen harus dicampur pada permukaan yang tidak menyerap cairaan.
2.
Cairan tidak boleh dikeluarkan sebelum pengadukan karena bila kontak dengan udara akan terjadi penguapan air sehingga menaikkan viskositas.
3.
Bubuk dicampur cepat dalam waktu 30-40 detik dengan spatula semen dan diaduk dengan putaran melawan jarum jam. Lebih baik
33
mengggunakan glass plate daripada paper pad karena dapat didinginkan guna memperlambat waktu setting. 4.
Setelah terbentuk adonan yang tidak cair, tidak padat, dan mengkilap, tempatkan adonan yang menggunakan explorer pada tumpatan yang telah diberi semen zinc eugenol sebagai subbasis. Untuk mencegah semen melekat ke instrument diberi bubuk kering bukan alcohol. Untuk membentuk semen pada cavitas digunakan stopper semen.
b.
Cara manipulasi untuk penyemenan 1.
Perbandingan powder : liquid mengikuti petunjuk pabrik, berkisar 1,5:1
2.
Pencampuran secepat mungkin 30 detik sampai homogen dan terlihat pasta cukup kental, camuran semen tampak berkilau.
3.
Bila selama pencampuran terlihat buram berbenang-benang oleh karena terlalu cepat setting atau perbandingan yang tidak tepat.
4.
Aplikasikan pada restorasi segera
5.
Tekan restorasi sampai kelebihan semen keluar
6.
Buang segera kelebihan semen
7.
Bersihkan segera instrument yang dipakai
8.
Waktu pengerasan; 2,5 – 5 menit
Semen silikat 1. Pencampuran cepat dan sekental mungkin dengan glass slab dingin dan spatula logam dan plastic, dengan tujuan dapat memperlambat waktu setting. Rasio yang digunakan 1,6 gr/0,4 ml. 2. Kemudian bubuk dimasukkan ke dalam cairan dalam waktu 1 menit, diaduk sampai konsistensi dempul. 3. Setelah pencampuran akan terjadi setting : a. Terbentuk gel silica hidrat b. Terjadi reaksi asam basa, pengerasan 24 jam 4. Waktu setting tergantung komponen bahan, untuk partikel yang lebih halus maka setting time-nya lebih cepat. Apabila waktu pencampuran
34
lama, hilangnya air dari cairan, dan ratio p/l rendah, maka terjadi setting lambat, Semen silikofosfat Proses pemanipulasian semen silikofosfat sama dengan semen silica dan semen phosphate. a. Pemanipulasian manual 1. Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml. 2. Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal dan dingin, juga menggunakan spatula bahan plastic. 3. Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar (circular) selama 1 menit. 4. Kemudian bubuk dicampurkan ke dalam cairan sedikit untum mendapatkan konsistensi yang diinginkan. b. Pemanipulasian mekanis 1. Dengan menggunakan alat amalgamator 2. Bahan yang tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan dalam satu wadah terpisah dengan sekat. 3. Sekat dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator 4. Waktu pencampuran disesuaikan dengan keinginan konsistensi yang ingin didapat. Semen ionomer kaca modifikasi resin Diawali dengan polimerisasi gugus-gugus metakrilat untuk mengakomodasi bahan-bahan yang mampu berpolmerisasi, kandungan air sedikit. 4
35
BAB 3 KESIMPULAN
Resin komposit termasuk bahan tumpatan langsung yang sewarna dengan gigi.
Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetis.
Resin komposit terdapat 4 jenis yaitu: komposit tradisioal, komposit bahan pengisi, resi kmposit berbahan pengisi partikel
Resin kpmposi memliki sifat fisik yaitu: warana, strength, dan setting
Sifat mekanis resin komposi yaitu adhesi, kekuatan dan kehausan
Kelebihan dari resin komposit : Warna resni komposit sewarna dengan gigi, memiliki nilai estetik,yang tinggi
Jenis amalgam yaitu : berdasarkan kandungan tembanga, berdasarkan kandungan seng, berdasaran bentuk partikel alloy dan bedasarkan jumlah alloy
Berdasarkan kandungan tembaga yaitu: low capper alloys dan high capper alloy
Berdasarkan kandungan seng yaitu : zinc, containing alloy dan zin,free alloy
Berdasarkan bentuk partikel yaitu: latle cut alloy dan spherical alloy
Berdasarkan jumlah alloy yaitu : binary alloy, ternary alloy dan guarteary alloy
Sifat fisik amalgam yaitu : creep, stabilias demesional dan defusi termal
Sifat kimia amalgam yaitu: reaksi elektrokimia, korosi
Sifat biolgi amalgam alergi dan toksisitas
Sifat mekanis dari amalgam yaitu: kekuatan
Kelebihan dari amalgam adalah tahan lama, kekuata terhadap tekanan kunyah paling baik
Kekurangan dari amalgam adalah:tidaj estetik, tidak bersifat adhesi terhadap jaringan gigi, dan sensitif terhadap rasa panas dan dingin setelah tumpatan
36
Cara manipulasi amalgam terdapat 5 tahap yaitu : proportioming, triturasi, kondensasi, termming dan carving, polishing
GIC mempunyai 3 tipe yaitu : tipe 1 (lutting), tipe II (restorative) dan tipe III (lining or base)
Mekanisme adhesi adalah kempuan untuk berikatan GIC dengan struktur gigi
Cement kedokteran gigi adalah
Jenis cement kedokteran gigi yaitu : oksidasienqeunol, seng fotfat dan polikarboksilat
Kelebihan cement kedokteran gigi : kemampuan berikatan dengan dentin dan enamel, tidak irisitas, estetik, dll
Kekurangan cement kedoteran gigi yaitu : tidak tahan terhadap kunyah yang besar, kekerasan kurang baik, dapat larut dalam air dan asam
37
DAFTAR PUSTAKA 1.
Marybath-Balogh.
Dental
Embiology,
Histology,
and
Anatomy.2006.Elseiver.P: 248-31 2.
J.Mount.2nded.2005
3.
Craig RG, Powers JM, Wataha JC.2000. Dental Materials Properties and Manipulation. 7th ed. Missouri : Mosby, Inc
4.
Mc Cabe, JF. 2009. Applied dental Materials 7th ed. Oxford : Blackwell Scientific publications.
5.
http://repository.usu.ac.id
6.
Anusavice, K.J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7.
R. G. Craig,J. W. Fower. Restorative Dental Material Craig’s. Mosby Inc : USA. 2002.
8.
Annusavice, Kenneth J.Philips. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Keddoktran Gigi. Jakarta : EGC.
9.
Annusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed:11.2003. hal: 444-469
10.
Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Adhiana\ ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi. Ed: 1. Medan: USU Press.2011
11.
Indah pratiwi, Didiph. Restorasi Direct. Scribd
12.
Powers J.M, Sakaguchi R.L. Craig’s Restorative Dental Materials, 12th ed. Mosby. St. Louis. 2006
13.
38