KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Reklamasi Rawa Untuk Lahan Pertanian” ini. Makalah ini dibuat sebagai tugas yang harus ditempuh oleh Mahasiswa Jurusan Pengairan Fakultas Teknik serta dapat lebih mengenal dan mengetahui permasalahan pangan dan ketersediaan lahan. Makalah ini telah dibuat secara cermat. Namun demikian penyusun menyadari masih banyak kekurangan dari laporan yang telah kami susun. Oleh karena itu, kami mengharap masukan untuk memperbaiki kekurangan laporan kami selanjutnya. Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. M. Janu Ismoyo, MT., teman-teman teknik pengairan angkatan 2015 serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Akhirnya dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga papaer ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Malang, Maret 2018
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kebutuhan Pangan Indonesia ..................................................................................... 2.1.1. Permasalahan Pangan Indonesia ...................................................................... 2.2. Reklamasi Rawa......................................................................................................... 2.3. Reklamasi Rawa untuk Pertanian .............................................................................
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 3.2. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan (Robert Adhi : kompas.com). Dari jumlah tersebut, hampir seluruh penduduk Indonesia bergantung pada beras sebagai makanan pokok. Kondisi ini mengharuskan ketersediaan beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, lahan sawah banyak yang beralih fungsi. Maka perlu adanya upaya melalui perluasan lahan (ekstensifikasi) agar dapat mempertahankan produksi pangan. Indonesia merupakan negara agraris, penduduknya mayoritas mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian. Dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan lahan baik untuk pemukiman maupun untuk pertanian lahan rawa bisa menjadi sumber alternatif untuk dikembangkan. Pemanfaatan lahan rawa untuk lahan pertanian dapat menjadi alternatif ekstensifikasi yang cukup bagus karena ketersediannya yang cukup luas. Menurut Alihamsyah (2004) dalam Besri Nasrul (2010), luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan sebesar 33,4 juta ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut sekitar 20,2 juta ha dan lahan non pasang surut atau lebak 13,3 juta ha. Lahan rawa memiliki potensi besar untuk dijadikan pilihan pengembangan area produksi pertanian kedepan, terutama untuk mengimbangi alih fungsi lahan subur maupun peningkatan permintaan produksi, termasuk ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini: 1. Apa itu reklamasi ? 2. Apa saja peran reklamasi rawa ?
3. Bagaimana permasalahan pangan dengan kegiatan reklamasi rawa untuk budidaya persawahan? 4. Bagaimana permasalahan kebutuhan dengaan pengadaan pangan ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kebutuhan Pangan Indonesia
Pada saat ini Indonesia menghadapi beberapa persoalan, persoalan penduduk salah satunya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia. Persoalan penduduk akan terus menjadi persoalan utama karena akan menyangkut persoalan lainnya seperti pangan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat akan berbanding lurus dengan kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan pangan seharusnya produksi pangan juga ikut meningkat. Tapi sebaliknya, sebagai negara agraris dan mempunyai kekayaan akan hasil alam yang melimpah. Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan pemerintah masih harus mengimpor dari negara lain. "Impor produk-produk pangan Indonesia setiap tahun makin tidak terbendung dan sudah pada tahap kronis. Hampir 65 persen dari semua kebutuhan pangan di dalam negeri kini dipenuhi dari impor," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur (industri.bisnis.com : 2012).
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
Tabel 2. Konsumsi Rata-Rata Per Kapita, Tahun 2007-2013
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 Untuk mencapai kondisi pangan yang mencukupi. Indonesia harus dapat mengurangi ketergantungannya terhadap impor, yang salah satunya yaitu melalui upaya pencetakan sawah baru ataupun melalui pencapaian swasembada pangan, khususnya beras yang merupakan bahan pokok yang sangat penting. Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap beras dipengaruhi oleh budaya dimana padi merupakan tanaman asli Asia. Oleh karena itu, swasembada pangan (swasembada beras) harus terwujud seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dalam rangka mencapai ketahanan pangan nasional. Berikut tabel Produksi dan Konsumsi Beras Nasional :
Tabel 3. Produksi dan Konsumsi Beras NAsiona, tahun 2005-2011
Sumber : BPS dan *USDA, 2011
Tabel 4. Luas Panen Produktivitas Produksi Tanaman Padi di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id) Jika dilihat dari tabel di atas, produksi beras lebih sedikit dibandingkan dengan konsumsi beras. Seharusnya konsumsi beras berbanding lurus dengan produksi. Kurangnya lahan pertanian menjadi salah satu penyebab berkurangnya produksi beras. Karena pada saat ini banyak lahan yang beralih fungsi. Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, Deptan (2003) dalam Mawardi (2006:206), mengungkapkan bahwa pada tahun 1997 luas lahan sawah sekitar 6,5 juta ha, sedangkan pada tahun 2000 menjadi 7,8 ha. Berarti dalam waktu 3 tahun telah terjadi penyusutan sekitar 0,7 juta ha. Hilangnya lahan pertanian akan menambah jumlah angka kemiskinan karena petani kehilangan pekerjaannya. Selain itu harga produksi pertanian semakin rendah akibatnya akan mempercepat alih fungsi lahan.
2.2.1
Permasalahan Pangan di Indonesia
Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Pada dasarnya, permasalahan ketahanan pangan di Indonesia sebenarnya tidak perlu menjadi masalah. Karena Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan yang sangat banyak dan subur. Namun, yang terjadi adalah ketahanan pangan di Indonesia saat ini menjadi masalah serius. Ada banyak faktor, misalnya karena konversi lahan pertanian yang tinggi dan tingkat pertumbuhan penduduk yang hampir tidak terkendali. Kemajuan tingkat jumlah penduduk Indonesia yang pesat sepertinya tidak diimbangi dengan sarana dan prasaran yang membantu. Melihat pada kondisi global misalnya, banyaknya jumlah penduduk sekarang juga menjadi masalah. Jumlah yang sangat besar ini sepertinya tidak diimbangi dengan kemampuan lahan pertanian di indoensia. Konversi besar-besaran lahan pertanian ke non pertanian menambah buruk kondisi pangan di Indonesia. Misalnya seperti mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman yang akhirnya menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Lambat laun kesulitan pangan mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat miskinpun menjadi semakin merasakan kesulitan akibat adanya masalah ketahanan pangan. Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan ini merupakan
masalah
nasional
yang
perlu
diperhatikan
secara
menyeluruh
(
Sania
:
mutosagala.wordpress.com ). 2.2. Reklamasi Rawa
Reklamasi merupakan suatu proses dan tindakan membudidayakan daerah-daerah yang masih belum dimanfaatkan. Salah satu contoh adalah rawa, baik rawa pasang surut (pasut) maupun rawa lebak agar memberikan manfaat bagi manusia. Menurut PP RI No. 27 Tahun 1991, Pasal 1, Ayat 1, Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi,
dan
biologis.
Rawa
juga
merupakan
pertemuan
ekosistim
antara
dataran
tinggi/pegunungan dengan ekosistem pesisir/pantai. Menurut Suhardjono dkk ( 2010 : 3 ), Reklamasi rawa adalah upaya meningkatnya fungsi dan pemanfaatan rawa untuk kepentingan masyarakat luas. Reklamasi daerah rawa juga merupakan salah satu bentuk ekstensifikasi pertanian. Reklamasi lahan rawa juga merupakan suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kualitas kesuburan lahan pertanian melalui penerapan teknologi. Kegiatan reklamasi lahan meliputi beberapa kegiatan antara lain reklamasi lahan sawah berkadar bahan organik rendah, reklamasi lahan kering berkadar bahan organik. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 Tentang : Reklamasi Rawa Penyelenggaraan reklamasi rawa bertujuan untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui penyiapan prasarana dan sarana bagi keperluan lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, industri, dan perhubungan serta pariwisata. Kegiatan reklamasi rawa juga bertujuan untuk: a. Meningkatkan fungsi dan pemanfaatan rawa melalui tata air untuk kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat. b. Memperbaiki ekosistem lahan rawa melalui perbaikan infrastruktur dan penyediaan sarana produksi dalam rangka peningkatan perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas lahan. c. Mencapai terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui penyiapan prasarana dan sarana bagi
keperluan
lahan
pemukiman,
danperhubungan, serta pariwisata.
pertanian,
perkebunan,
perikanan,
industri,
d. Melestarikan rawa sebagai sumber daya air, mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, dan mendukung pengembangan wilayah berbasis pertanian 2.3. Reklamasi Rawa Untuk Lahan Pertanian
Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Selama beberapa tahun kedepan bangsa Indonesia masih dihadapkan pada masalah pangan dan ketersediaan lahan produksi . Permasalahan utama pangan adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi nasional agar kebutuhan pangan terpenuhi. Sedangkan masalah lahan produksi adalah bagaimana cara mengolah lahan yang tidak begitu bermanfaat menjadi bermanfaat dan menghasilkan suatu produksi. Jika lahan produksi semakin berkurang secara otomatis produksi pangan semakin menurun sehingga kebutuhan konsumen tidak mencukupi. Menurut Adimiharja et al . (1999) dalam Wayan (2005 : 141), untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras, diperlukan tambahan areal sawah tidak kurang dari 20.000 ha lebih per tahunnya. Hal ini akan sulit terpenuhi apabila hanya mengandalkan produksi padi di lahan sawah beririgasi. Selain arealnya berkurang akibat alih fungsi lahan, produksivitasnya juga semakin sulit ditingkatkan. Apalagi jika kita lihat fungsi sawah-sawah di perkotaan sudah beralih fungsi menjadi pemukiman. Semakin hari semakin berkurang produksi padi di negara ini. Di zaman globalisasi ini pertumbuhan ekonomi semakin pesat. Jika dibandingkan daerah lain pertumbuhan ekonomi di pulau jawa berkembang dengan pesat. Sehingga lahan pertanian semakin terganggu karena tidak dapat bersaing dengan sekitarnya. Hal ini bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya alih fungsi lahan dari yang tadinya lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian. Menurut Nasoetion (1994) dalam Wayan (2005 : 141), setiap tahunnya tidak lebih dari 30.000 ha hingga 50.000 ha sawah telah beralih fungsi ke nonpertanian. Menurut Suryo (1995) dalam Wayan (2005 : 142), konstribusi pulau Jawa terhadap produksi pangan nasional khususnya beras kurang dari 60% terhadap total produksi nasional. Tingkat ketergantungan ini cukup riskan karena skala pertanian di Jawa relatif sempit, sehingga efisiensi usaha sulit untuk ditingkatkan. Tekanan ekonomi yang terus berlanjut telah memicu terjadinya alih fungsi lahan, serta terjadinya gejala penurunan kualitas lahan yang mengakibatkan menurunnya produksifitas. Untuk mengatasi masalah ini, program intensifikasi maupun ekstensifikasi akan mengalami hambatan bila tidak ditangani secara serius dan berkelanjutan.
Untuk menghadapi masalah terdebut, salah satu alternatif yang perlu di utamakan adalah pemanfaatan lahan rawa. Jika dilihat dari sejarah lahan ini telah dimanfaatkan sejak dulu oleh penduduk lokal. Berbagai penelitian juga telah dilakukan oleh Dinas Pertanian, Universitas, dan pihak lain, guna memanfaatkan lahan ini menjadi lebih optimal. Menurut Manwan et al. (1992) dan Ismail et al (1993), dalam Wayan (2005 : 142) dengan pengelolaan yang tepat, lahan rawa dapat dijadikan sumber pertumbuhan pertanian yang produktif. Tabel 5. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/) Pengembangan pertanian lahan rawa merupakan langkah yang baik terhadap peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Dengan pengelolaan yang tepat melalui penerapan iptek yang benar, lahan rawa memiliki prospek besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif terutama dalam rangka pelestarian swasembada pangan. Di samping memiliki prospek yang baik, pengembangan lahan rawa untuk pertanian juga mempunyai berbagai kendala. Untuk menjamin pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, pengembangan pertanian lahan rawa dalam suatu kawasan luas, memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat dan hati-hati. Kekeliruan dalam membuka dan mengelola lahan ini
membutuhkan biaya besar untuk merehabilitasinya dan sulit untuk memulihkan kondisi seperti semula (Widjaja-Adhi et al. 1992) dalam Suriadikarta dkk (2007:115). Sampai saat ini pemanfaatan lahan rawa sebagai lahan pertanian di Indonesia masih cukup terbatas. Sehingga perkembangan lahan rawa ke depannya cukup b esar sebagai perkembangan pertanian.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara agraris, sebagian penuduk mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuan hidup. Indonesia seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun dalam kenyataannya bangsa ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Indonesia masih mengimpor kebutuhan pangan dari negara lain. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian. Masalah utama yang dihadapi di sektor pertanian diantaranya, banyak lahan produktif yang beralih fungsi. Jika lahan produktif semakin berkurang secara otomatis produksi pangan semakin menurun sehingga kebutuhan konsumen tidak mencukupi. Sebagai negara agraris yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian, rawa dapat menjadi salah satu solusi. Dengan adanya reklamasi rawa, rawa bisa bermanfaat untuk mendukung produktivitas lahan sehingga meningkatkan produksi pangan, dan mendukung pengembangan wilayah pertanian. Sampai saat ini pemanfaatan lahan rawa sebagai lahan pertanian di Indonesia masih cukup terbatas. Sehingga perkembangan lahan rawa ke depannya cukup b esar sebagai perkembangan pertanian. 3.2. Saran
Adapun saran yang bisa di berikan adalah sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan masalah ketahanan pangan dengan daya dukung lahan rawa yang luas untuk di reklamasi buat meningkatkan kuantitas pangan seiring dengn bertambahnya penduduk setiap tahunnya yang ada di Indonesia, agar permasalahan pangan bisa teratasi. Karena masih banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara atau strategi yang baik guna menjaga ketahanan pangan.
dan meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA Suhardjono, dkk. 2010. Reklamsi Daerah Rawa Untuk Perkembangan Persawahan. Malang: Citra Malang. Mawardi, I. (2006). ‘Kajian Pembentukan Kelembagaan untuk Pengendalian Konversi dan Pengembangan Peran Lahan dan Fungsinya ’, Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 7 No.2, Mei, hlm. 206-211. Sudana, W. (2005). ‘Potensi dan Prospek Lahan Rawa Sebagai Sumber Produksi Pertanian’, Jurnal Pertanian. Volume 3 No.2, Juni, hlm. 141-145. Suriadikarta, D dan Sutriadi, T. (2007). ‘JENIS-JENIS LAHAN BERPOTENSI UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN RAWA’. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 26 No.3, hlm 115 – 122. Besri, N. (2010). ‘PENYEBARAN DAN POTENSI LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN BENGKALIS UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN’. Jurnal Agroteknologi. Volume 1 No.1 , Edisi Agustus, hlm 1-7. Robert (2012). IMPOR PANGAN: 65% Kebutuhan P angan Dari Impor. http://industri.bisnis.com/read/20120905/99/93954/impor-pangan-65-percent-kebutuhan-pangandari-impor. (27 Maret 2018). Penjelasan PP RI No. 27 Tahun 1991, Pasal 1, Ayat 1 http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/KT-Tu-00715-1114200713755.pdf . (04 Maret 2015). Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/) (27 Maret 2018) Syahrir, F. Rubrik Edukasi Fiskal “Kedaulatan Pangan dan Kecukupan Pangan”. http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Kedaulatan%20Pangan%20dan %20Kecukupan%20Pangan.pdf (27 Maret 2018) https://ilmugizi2b.wordpress.com/permasalahan-pangan/ (27 Maret 2018)