PENGELOLAAN LAHAN RAWA DENGAN TEKNIK KONSERVASI KONSERVASI DAN REHABILITASI
PAPER
OLEH :
TRIA MENTARI SIREGAR 110301057 AET 1
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UTARA MEDAN 2013
KATA KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Adap Adapun un
jud judul ul
dari dari
pape paperr
RAW RAWA DENGAN DENGAN TEK TEKNIK NIK
meru merupak pakan an
ini ini
adal adalah ah
PENGELOLA PENGELOLAAN AN LAHAN
KONSER KONSERV VASI DAN REHAB REHABILI ILIT TASI yang
tuga tugass mata mataku kuli liah ah Peng Pengelo elola laan an Tanah nah dan dan Air, ir, Prog Program ram tud tudii
Agroekoteknologi, !akultas Pertanian, "ni#ersitas umatera "tara, Medan. Pada kesempatan ini
penulis mengu$apkan terima kasih
kepada %r.
&r. 'amidah 'anum, MP yang merupakan %osen Pengampu Matakuliah Pengelolaan Tanah Tanah dan Air yang telah membantu penulis sehingga sehingga paper ini dapat diselesaikan diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan. (leh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersi)at membangun demi kesempurnaan paper ini. Akhir kata, penulis mengu$apkan teri ma kasih.
Medan,
*anuari + Penulis
DAFTAR ISI
................................................................... .............................................. ....................... i KATA KATA PENGANTAR PENG ANTAR ............................................ DAFTAR ISI............................................. .................................................................... .............................................. ..................................... .............. ii PENDAHULUAN
/atar 0elakang............................................................................................... Tujuan Penulisan............................................................................................ + DEGRADASI LAHAN %egradasi lahan sul)at masam........................................................................ 1 Pemasaman in-situ............................................................................... 2 Pemasaman akibat aliran air............................................................... 3 TEKNOLOGI KONSERVASI ......... 4awasan non reklamasi................................................................................. 5 4awasan reklamasi....................................................................................... REHABILITASI LAHAN RAWA Pengelolaan air............................................................................................. + 4onsep dasar............................................................................................... trategi pengelolaan air............................................................................... 1 Pengapuran.................................................................................................. 1 Pemupukan.................................................................................................. 6 PENUTUP............................................................................................................... + DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ +
PENDAHULUAN
Lata B!"a#a
%$Pada umumnya lahan pertanian di &ndonesia, baik lahan sawah, lahan kering maupun lahan rawa selaiu mengalami proses degradasi dengan intensilas yang berlainan, yang disebabkan oleh perlakuan manusia dan )aktor alam. Proses yang destrukti) tersebut mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan tingkat produkti#itas lahan. Apabila dibiarkan terus berianjut, produkti#itasnya akan menurun terus, sehingga men$apai tingkat yang sangat rendah atau tidak produkti) sama sekali. (leh karena itu, perlu dilakukan pen$egahan melalui penerapan tindakan konser#asi tanah dan air, serta rehabilitasi lahan, yang seharusnya merupakan bagian dari usaha budidaya pertanian.
4onser#asi diartikan sebagai tindakan pen$egahan terhadap terjadinya proses degradasi lahan pertanian. edangkan rehabilitasi merupakan upaya meningkatkan kembali produkti#itas lahan yang sebelumnya telah mengalami degradasi. Apabila dibandingkan dengan lahan sawah maupun lahan kering, lahan rawa lebih memeriukan upaya konser#asi, dan kehati-hatian dalam mengelolanya. Menurut 7idjaja-Adhi et al. 855+9, lahan rawa tergoiong ekosistem yang tidak saja marginal tetapi juga )ragil, sehingga untuk menjadikannya produkti) diperlukan peren$anaan yang teliti, peman)atan dan penerapan teknologi yang sesuai, serta pengelolaan tanah dan air yang tepat. Pengelolaan lahan pertanian rawa yang salah di berbagai lokasi di 4alimantan dan umatera, telah mengakibatkan perubahan karakteristik tanah, dan menurunkan produkti#itasnya, bahkan sebagian menjadi tidak produkti) sama sekali. /ahan yang telah mengalami degradasi berat, biasanya sulit sekali direhabilitasi dan memeriukan biaya tinggi. "ntuk menilai apakah degradasi lahan sudah men$apai suatu batas yang merugikan, telah ditetapkan kriteria kerusakan beberapa si)at tanah. Agar kondisi lahan tidak lebih rendah dari batas ambangnya, maka penggunaan lahan rawa seyogyanya mengikuti poia yang teratur. (alam kondisi belum terganggu, pada dasamya di antara sungai-sungai alami di kawasan rawa pasang surut dijumpai lahan dengan gambut sangat daiam. %ari tengah ke arah sungai-sungai alami dijumpai gambut dangkal, tanah sul)at masam potensial, dan lahan-lahan yang terpengaruh oleh luapan sungai. :ariabilitas tanah ini berimplikasi pada pola penggunaannya yang juga ber#ariasi tergantung pada hidrotopogra)i. T&'&a$ P!$&"()a$
"ntuk mengetahui pengelolaan lahan rawa dengan teknik konser#asi dan rehabilitasi.
DEGRADASI LAHAN
0erdasarkan kondisi hidrologinya, lahan rawa dapat dibedakan menjadi lahan rawa pasang surut dan non pasang surut yang disebut juga lahan rawa lebak. /ahan rawa pasang surut lebih sensiti) terhadap proses degradasi dibandingkan dengan lahan rawa lebak, karena pada lahan tersebut dijumpai tanah-tanah bermasalah, yaitu tanah sul)at masam dan tanah gambut. 4emasaman, kera$unan (toxicity), penurunan permukaan tanah (subsidence), gambut kering tak balik (irreversible drying effect), kualitas air yang buruk merupakan masalah-masalah utama yang akan mun$ul jika salah dalam mengelola lahan rawa pasang surut. edangkan pada lahan rawa lebak hampir tidak dijumpai proses degradasi tersebut. Ada + prinsip dasar yang harus dipertimbangkan di dalam pengelolaan lahan rawa, yaitu 8a9 apakah lahan rawa akan direklamasi se$ara total (total reclaimed), atau 8b9 hanya direklamasi sebagian (minimum disturbance). 4edua prinsip tersebut periu ditetapkan sebelum memutuskan untuk mengelola lahan rawa, baik untuk pertanian, pemukiman transmigran maupun untuk penggunaan yang lainnya. trate gi yang akan dikembangkan di daiam mengeloia lanan rawa berbeda antara kedua prinsip tersebut. 7idjaja-Adhi 85539 mengemukakan beberapa )aktor penyebab degradasi pada lahan rawa, antara lain 8a9 reklamasi lahan dengan membangun saiuran drainase daiam dimensi besar, yang memungkinkan drainase beriebihan 8o#er drain) yang mengakibatkan pint teroksidasi dan gambut mengering tak balik (irreversible drying effect), 8b9 penerapan sistem peman)aatan lahan yang tidak memperhatikan tipologi
lahan dan tipe luapan, 8$9 pembakaran gambut yang berakibat pada mun$ulnya tanah sul)at masam yang umumnya berada di bawahnya. %i &ndonesia, seluas +, juta ha lahan rawa pasang surut telah direklamasi untuk pertanian yang dimulai sejak ;epelita & tahun 5<5. 4ondisi lahan setelah reklamasi menjadi rusak karena proses pemasaman tanah. Pembukaan lahan untuk menunjang program transmigrasi dilaksanakan dengan membangun jaringan irigasi=drainase daiam dimensi besar. Penggalian saiuran daiam ukuran besar tersebut mengakibatkan tereksposnya lapisan pirit 8!ea9 hingga teroksidasi, dan tanah menjadi masam. Pengalaman-pengalaman di daiam mengkonser#asi, mereklamasi, dan merehabilitasi lahan rawa pasang surut dilakukan melalui berbagai proyek seperti P1, P, /A7((-AA;%, 7AMP & dan &&, &%P, dan "P serta kegiatan-kegiatan
penelitian
yang
dilaksanakan
oleh
Proyek
Pengelolaan
umberdaya /ahan 0alai Penelitian Tanah akan diuraikan dan didiskusikan. Analisis kebijakan disertakan sebagai implikasi pengelolaan lahan rawa pasang surut dan dampaknya terhadap lingkungan. D!%a*a)( "a+a$ )&",at -a)a-
Tanah sul)at masam berkembang dari bahan induk besi sul)ida yang kaya kandungan besi dan sul)ur 8!e9. Pirit terakumulasi pada tanah tergenang yang kaya kandungan bahan organik dan mendapat tambahan sul)ur yang umumnya dari air laut 8%ent, 56<9. Pembentukan pirit membutuhkan sumber unsur besi 8dan sedimen9, unsur sul)ur 8umumnya dan air laut9, bakteri pereduksi 8telah ada di hampir seluruh kawasan pantai9, sumber energi 8bahan organik dari bakau9, dan pada kondisi pasang surut 8:an Mens#oort, 55<9. Tanah sul)at masam terbentuk oleh oksidasi bahan sul)idik dimana konsentrasi asam sul)at yang dihasilkan dari oksidasi senyawa sul)ur
tersebut melebihi konsentrasi basa-basa yang mempunyai kemampuan menetralisir kemasaman dan p' menurun di bawah 1 8;ons dan #an 0reemen, 56+9. %egradasi pada lahan sul)at masam umumnya didominasi oleh 8a9 proses pemasaman tanah dan air sebagai akibat dari oksidasi pirit, dan 8b9 pen$u$ian basa basa sebagai dampak dari pen$u$ian asam. Pemasaman yang terjadi dapat dibedakan menjadi dua yaitu, 8a9 pemasaman in-situ, dan 8b9 pemasaman akibat aliran air. Pemasaman ($)(t&
Pada kondisi tereduksi 8saat tergenang air9, pirit dapat dipertahankan stabil. Tetapi pada saat permukaan air bawah permukaan (groundwater) menurun hingga melebihi kedalaman lapisan pint, pirit akan teroksidasi dan tanah menjadi masam. 4ondisi ini bisa terjadi pada saat reklamasi dijalankan dengan menggali saluransaluran irigasi=drainase berdimensi besar, seperti saluran primer, sekunder, dan tersier. Pirit teroksidasi mengnasilkan asam sul)at dengan tahapan reaksi sebagai berikut> & !e+8s9 ? 3=+ ( +8a@,a9 ? '+( - !e+?8a@9 ? + ( 1+-8a@9 ? + '? ...............89 !e+?8a@9 ? =1 +8a@,g9 ? '? - !e ?8a@9? y+ '+(........... .................... .....8+9 !e+8si ? 1 !e?8a@9 ? 6 '+( -2 !e +?8a@9 ? < ' ?8a@9 ? 2SO 2 ............89 !e+?8a@9 ? =1+8a@,0, ? =+'+ - !e(.(' 8s9 ? + '...................,..........819 Meskipun besi &&& oksida merupakan hasil reaksi, jarosite umumnya terbentuk lebih awal, dengan reaksi sebagai berikut 8:an 0reemen, 53+9 > !e+?2(+?2=+'+(?B 4C -C B 4!e8( 19+8('91=(1+-?'?......829 *arosite stabil pada kondisi teroksidasi dan masam, yaitu pada nilai redoks potensial D 1-2 m: dengan p' +-1, *ika konsentrasi asam sul)at 8' +(19 yang terbentuk pada reaksi 819 melebihi kapasitas penyangga (buffering ca!acity) tanah, p' tanah akan menurun kurang dari 1. Pemasaman akibat oksidasi pirit merupakan proses degradasi yang berakibat pada penurunan produkti#itas &ahan. Pada kondisi p' kurang dari 1, aluminium akan
terlarut dalam larutan tanah yang akan men$apai konsentrasi yang mera$uni tanaman 8Moorman dan :an 0reemen, 5369. %ent 856<9 mere#iew beberapa penelitian sebelumnya mengenai masalah-masalah yang akan mun$ul jika tanah sul)at masam dikeloia untuk tanaman &ahan kering, yaitu kelarutan aluminium 8A&?9, besi &&& 8!e?9, mangan 8Mn+C9, dan ion hidrogen 8'19 meningkat, ketersediaan )os)at menurun akibat terbentuknya aluminium-)os)at yang tidak larut, basa-basa tertukar menjadi menurun, dan terjadi de)isiensi hara. Pada kondisi tergenang, misalnya jika tanah sul)at masam dikeloia untuk padi sawah atau kolam ikan, kemasaman bisa dikurangi, tetapi akan mun$u) permasalahan baru, yaitu kera$unan besi && 8!e +?9, kera$unan hidrogen sul)ida 8' +9, dan kera$unan (+ dan asam-asam organik jika bahan organik tinggi. 4era$unan besi pada &ahan sawah berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman padi. Pada musim kering, tanah-tanah di daerah rawa pasang surut se$ara )isik mengalami retakan (cracking) tergantung dari tipe mineral 'at tanahnya. Meskipun tidak semua tanah sul)at masam didominasi mineral liat tipe +> (smectite), tetapi jika proporsinya $ukup tinggi maka pada kondisi kering tanah mudah menjadi retak, dan pada kondisi tergenang pada saat musim hujan tanah mengembang. ;etakan-retakan di permukaan (to! soil) ini bisa mengakibatkan masuknya oksigen ke datam lapisan tanah yang lebih dalam, dan pirit akan teroksidasi. Menurut 'anhart dan %uong #an Ni 8559, proses pemasaman dapat disebabkan oleh proses, yaitu 8a9 dr)usi, 8b9 retakan (cracking), dan 8$9 pen$u$ian (leac"ing) asam-asam dari saluran-saluran air. Pemasaman akibat aliran air
elain proses in-situ sebagaimana dijelaskan sebelumnya, proses pemasaman di suatu tempat di kawasan lahan rawa pasang surut bertanah sul)at masam atau gambut dapat disebabkan oleh aliran air masam yang berasal dan tempat-tempat yang
telah mengalami pemasaman. alah satu $ontoh proses pemasaman yang disebabkan oleh aliran air yang berasal dari hutan sekunder yang telah mengalami pemasaman akibat reklamasi dan akti#itas manusia di dalam hutan tersebut dijumpai di "nit Tatas, 4alimantan Tengah 84selik et al., 559. Pengaruh buruk dari aliran air masam tersebut dapat ditanggulangi dengan membangun saluran drainase intersepsi (interce!tor drained) antara hutan sekunder dengan lahan yang dikelola . aluran drainase intersepsi sangat nyata pengaruhnya dalam memperbaiki kualitas air di lahan pertanian . 4onsentrasi sul)at 8( 1+9 pada lahan di dekat hutan sekunder jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang dikelola untuk padi sawah. %emikian juga haF yang sama dijumpai untuk konsentrasi besi && 8!e +?9. ebaliknya p' meningkat ke arah menjauh dari hutan sekunder. 'al ini karena aliran air yang masam dengan konsentrasi ( 1+G dan !e+? yang tinggi dari hutan sekunder terhalang oleh saluran drainase intersepsi. Air dari hutan sekunder yang masuk ke saluran drainase tersebut selanjutnya dibuang pada saat air surut. aluran drainase intersepsi yang diaplikasikan di "nit Tatas, 4alimantan Tengah berdimensi lebar m dan dalam m dengan panjang yang mengikuti lebar petakan lahan sawah. Meskipun kemasaman yang timbul bisa dinetralisir dengan peman)aatan kapur 8haroen$hamrat$heep et a=., 56+H Ponnamperuma dan oli#as, 56+H Mo$tar Toure, 56+H milde, 559, tetapi kebutuhan kapur tergolong tinggi terutama jika kandungan pint di dalam tanah masih tinggi 8%ent, 56<9. Pen$u$ian (flus"ing) sebagai salah satu strategi pengelolaan air tidak hanya mengurangi kemasaman, tetapi berdampak pada ter$u$inya basa-basa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. %ari penelitiannya di "nit Tatas, 4alimantan Tengah pada tanah sul)at masam aktual dengan tipe luapan 0 dengan menerapkan sistem aliran satu arah untuk pen$u$ian, ubagyono et al. 85519
menemukan bahwa selain meneuei, asam a +? dan Mg +? juga ikut ter$u$i. 'al ini terbukti bahwa kandungan a +? dan Mg +? di dalam tanah pada lahan yang di$u$i lebih rendah dari pada lahan yang digenangi 8Iambar 6.19. Tanpa introduksi kapur sebagai sumber a+? dan Mg J?, tanah akan mengalami de)isiensi unsur hara tersebut. "mumnya tanah gambut sangat masam, p' -1,2 dan kandungan bahan organik K 2B. !raksi organik tanah gambut mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein, tannin, resin dalam jumlah yang relati) sedikit. 4andungan abu, 4 +(, P+(2, dan i(+ pada tanah lapisan atas menurun setelah de)orestasi, tetapi a( dan Mg( $enderung meningkat. 4andungan nitrogen tanah gambut berkisar antara +.-1. kg=ha pada kedalaman -+ $m, tetapi hanya sebagian ke$il yang tersedia bagi tanaman 8%riessen dan %udal, 5659.
TEKNOLOGI KONSERVASI
4onser#asi lahan rawa men$akup kegiatan perlindungan, pengawetan dan peningkatan )ungsi dan man)aat. (leh karena itu, berdasarkan )ungsinya lahan rawa dibedakan menjadi tiga kawasan, yaitu 89 kawasan lindung, 8+9 kawasan pengawetan, dan 89 kawasan reklamasi untuk peningkatan )ungsi dan man)aat. 4awasan lindung dan pengawetan disebut juga kawasan non-reklamasi atau non budidya, sedangkan kawasan reklamasi disebut juga kawasan budidaya. Pengelolaan lahan rawa menjaga keseimbangan antara kawasan budidaya dan non-budidaya serta kelestarian sumberdaya alam rawa 87idjaja-Adhi, 5539. Ka/a)a$ $$ !#"a-a)(
4awasan non reklamasi adalah lahan-lahan yang relati) belum terganggu oleh tindakan manusia, terdiri atas lahan gambut sangat dalam 8D m9 dengan #egetasi
alami. Menurut 7idjaja-Adhi 85539, lahan tersebut dapat dijadikan kawasan konser#asi dengan berbagai tujuan, antara lain > 8a9 sebagai kawasan tampung hujan, 8b9 sebagai kawasan untuk perlindungan hewan dan tanaman langka, dan 8$9 untuk keperluan penelitian masa depan yang melibatkan ekosistem gambut di lahan rawa pasang surut. 4awasan tampung hujan merupakan daerah penyangga yang ber)ungsi sebagai penampung dan pendistribusian air untuk keperluan irigasi di musim kemarau untuk sawah-sawah di sekelilingnya. 'utan suaka alam praktis bisa dikembangkan di kawasan ini, karena umumnya masih memiliki #egetasi alami dan sebagai tempat hewan-hewan langka hidup dan berkembang biak. %i bawah lapisan gambut umumnya adalah tanah sul)at masam potensial, yaitu tanah sul)at masam yang belum mengalami pemasaman karena terpeliharanya kondisi reduksi. 4onser#asi lahan gambut sekaligus menghindari mun$ulnya tanah sul)at masam di permukaan, dan menghindari degradasi lahan akibat pemasaman tanah. Ka/a)a$ !#"a-a)(
/ahan-lahan di kawasan ini umumnya telah mengalami degradasi yang sebagian besar disebabkan oleh proses pemasaman. Penyebab lain dari penurunan produkti#itas lahan di kawasan ini antara lain adalah penurunan permukaan tanah (subsidence), genangan 8water logging), polusi lingkungan perairan oleh asam-asam organik dan anorganik serta unsur bera$un seperti besi 8!e +?9, dan kera$unan (toxicity) oleh unsur bersi)at ra$un bagi tanaman. "ntuk tidak terjadi proses degradasi yang berkelanjutan, maka lahan-lahan di kawasan ini perlu tindakan konser#asi.
4awasan ini di$irikan dengan telah dibangunnya jaringan irigasi=drainase. "ntuk lahan dengan tanah sul)at masam, mempertahankan tinggi muka air di atas lapisan pint merupakan strategi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan tanah dalam kondisi tereduksi dan men$egah terjadinya pemasaman akibat oksidasi pirit. Pengelolaan air sekaligus $lapat di)ungsikan sebagai tindakan konser#asi tanah. "ntuk menghindari kerusakan lahan yang berkelanjutan, sistem pengelolaan lahan harus didasarkan pada tipologi lahan dan tipe luapan. Pada dasamya sawah merupakan alternati) yang sangat memungkinkan untuk mempertahankan tanah dalam kondisi tergenang dan redukti). Namun demikian, ber#ariasinya tipologi lahan pada setiap kawasan dengan tipe luapan yang berbeda berimplikasi pada pola pengelolaan yang berbeda. 7idjaja-Adhi e) al. 855+9 mengetengahkan a)ternati) sistem pengelolaan rawa pasang surut berdasarkan tipologi lahan dan tipe luapan
REHABILITASI LAHAN RAWA
/ahan rawa yang telah terdegradasi dan menurun produkti#)tasnya periu direhabilitasi terlebih dahulu, agar usaha pertanian menjadi iebih e)isien dan menguntungkan. Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan air memegang peranan penting dalam kebertiasilan rehabilitasi dan pengelolaan lahan rawa 84selik, 55H e#enhuysen, 55H 7idjaja-Adhi et al., 55H ;itJema et al., 55H Mansur et al,, 552H 'anhart dan %uong #an Ni, 55H ubagyono et al., 553H 4selik e) a=., 55H ubagyono et al., 5569. Peningkatan produkti#itas lahan dan produksi tanaman akan &ebih tinggi jika pengelolaan air ini dikombinasikan dengan pengelolaan tanah melalui pengapuran (liming), pemupukan dan pemberian bahan amelioran.
P!$%!"aa$ a(
Pengelolaan air berperan sangat penting di dalam rehabilitasi lahan rawa pasang surut bertanah sul)at masam dan gambut. elama hampir + dasa warsa terakhir 8562-+9, penelitian-penelitian pengelolaan air yang dilaksanakan oleh berbagai proyek seperti Proyek 7AMP &&, Proyek kerjasama antara 0adan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan #and and $ater %esearc" &rou! (#$OO) 0elanda, Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian ;awa Terpadu atau 'ntegrated Swam! evelo!ment Proect 8&%P9, Proyek /ahan gambut ejuta 'ektar 8P/I9 maupun Proyek Penelitian umberdaya /ahan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat telah menghasilkan komponen teknologi utama pengelolaan air yang meliputi 8a9 sistem aliran satu arah 8oneway flow system), 8b9 sistem drainase dangkal intensi), 8$9 sistem drainase intersepsi (interce!tor drain), 8d9 sistem drainase berkala (intermittent drain), 8e9 irigasi dengan air pasang dan pen$u$ian, dan 8)9 sistem tabat. Konsep dasar
"ntuk meningkatkan produkti#itas iahan rawa pasang surut, pengelolaan air memegang peranan sangat penting. Pada &ahan rawa pasang surut bertanah gambut, konser#asi air merupakan upaya penting selain upaya drainase &ahan. Pengelolaan air dilakukan dengan memperhatikan kedaiaman gambut, tingkat pelapukan gambut, lapisan bawah gambut (substratum), ada tidaknya bahan pengkayaan, dan tipe luapan pasang surut. 4awasan konser#asi sebagai kawasan tampung hujan dialokasikan di bagian hutu sungai rawa
87idjaja-Adhi et al., 55+9.
ementara itu, untuk menangguiangi, mengurangi, dan menghilangkan kemasaman serta untuk meningkatkan hasil komoditas yang dibudidayakan di &ahan sul)at masam, pengelolaan air dtdasarkan pada tipologi &ahan pasang surut dan tipe
luapan. Tipoiogi &ahan sul)at masam potensial dengan tipe luapan A, tipologi &ahan sul)at masam aktual dengan tipe luapan 0, , % 8;etJema e) al., 559. 0erdasarkan kemampuan arus pasang men$apai daratan, maka tipe luapan pada iahan rawa pasang surut dibedakan menjadi 1 ma$am tipe )uapan 84selik, 55H 7idjaja-Adhi et al., 55+9. Tipe A > /ahan yang selalu ter)uapi air pasang, baik pada saat pasang maksimum (s!ring tide) maupun pasang minimum (nea! tide). Tipe 0 > /ahan yang tertuapi air pasang pada saat pasang besar. Tipe > /ahan yang tidak pemah ter)uapi air pasang, tetapi air pasang berpengaruh pada air tanah dan kedaiaman muka air tanah kurang dari 2$m. Tipe% > /ahan yang tidak pemah tertuapi air pasang, tetapi air pasang berpengaruh pada air tanah dan kedaiaman muka air tanah lebih dari 2$m. Strategi pengelolaan air
trategi pengelolaan air didasarkan pada tipologi lahan dan tipe luapan. Masing-masing tipologi lahan mempunyai si)at dan karakteristik yang berbeda, sehingga strategi pengelolaan aimya perlu dibedakan. trategi pengelolaan air se$ara spesi)ik dibedakan menjadi +, yaitu 8a9 pengelolaan air di tingkat tersier, dan 8b9 pengelolaan air mikro di lahan petani. 4eduanya harus sinergis dengan sistem irigasi=drainase di tingkat makro 8primer dan sekunder9 yang telah dibangun. 0eberapa sistem irigasi=drainase yang telah dibangun sejak Pelita & tahun 5<5, antara lain adalah sistem garpu (fork system) atau disebut juga sistem kolam (kolam system), sistem anjir dan handF9 dan kombinasinya yang dijumpai di 4alimantan elatan dan 4alimantan Tengah. istem sisir tunggal (single comb system) dan ganda (cou!le comb system), kombinasi sistem garpu dan sistem sisir dan sistem tangga dijumpai di umatera elatan. istem anjir dan handil adalah dua sistem drainase khas penduduk 0anjar yang merupakan teknologi lokal.
P!$%a&a$ (liming)
alah satu teknoiogi yang dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan sul)at masam aktual 8MA9 di daerah rawa pasang surut adalah kapur. 4apur sebagai bahan pembenah tanah sangat beraiasan untuk diberikan pada tanah MA untuk padi sawah selama penggenangan tanah beium dapat menaikkan p' tanah di atas 1,+2-1,2. esuai dengan tingkat sensi#itas dari beberapa tanaman pangan terhadap kemasaman tanah dari yang paling tahan sampai sangat sensiti), maka padi sangat tahan terhadap kemasaman tanah, kemudian diikuti jagung dan kedele. Tanaman pangan dapat tumbuh di tanah MA setelah tanahnya diberi kapur, sehinga p' tanah disekitar akar D 1,+2-1,2 untuk padi, D p' 1,2-2, untuk jagung, dan D 2,-2,2 untuk kedele. 4onsep pengapuran yang men$apai puluhan sampai ratusan ton per ha untuk tanaman pangan hendaknya ditinggalkan, kemudian perlu diteliti lebih lanjut mengingat keberadaan mineral liat +> 8smektit9 yang telah rusak sebagaimana di$inkan bentuk di)raksi sinar-L 'at +> yang $embung. 4ebutuhan kapur 8449 tanah MA yang drtetapkan berdasarkan B kali niiai Al-dd 4 * menghasilkan ekui#alen takaran kapur yang berlebihan atau o#erestimasi. Al-*abri 8++a9 memperoleh bahwa 44 untuk padi pada tanah MA sekitar K t=ha, jika 44 ditetapkan berdasarkan Al-dd dengan 4& ,+2 *. ebaliknya, jika 44 tanah MA 0elawang ditetapkan berdasarkan Al-dd dengan 4 * maka takarannya dapat men$apai 1-2 t=ha. 44 yang tinggi tersebut disebabkan Al yang semula dalam bentuk tidak dapat ditukar dalam struktur mineral liat +> yang telah rusak oleh oksidasi pint turut terekstrak oleh 4& *. 44 berdasarkan B nilai Al-dd 4& * tidak akurat, sebab keberadaan liat +> yang rusak mensuplai Al tidak hanya dalam bentuk tidak dapat ditukar, tetapi juga Al dapat ditukar 8Al-*abri e) al., +b9.
!akta-)akta diperoleh bahwa 44 berdasarkan B kali nilai Al-dd A= 4& terlalu tinggi ditunjukkan oleh hasil penelitian berikut> 89 44 optimum untuk jagung #arietas Arjuna ,2 t=ha, atau setara +1B nilai Al-dd * 4& 8 nilai Al-dd tanah MA di Tri Mulyo <,< $mol=kg9 dan +,3 t=ha, atau setara 6B nilai Al-dd * 4& 8nilai Al-dd tanah MA di 'arapan Makmur <.56 $mol=kg9 8Al-*abri et al., +a9. Takaran kapur ,2 dan +,3 t=na tersebut berdasarkan turunan pertama dari persamaan kuadratiknya. Takaran kapur berdasar turunan pertama dari persamaan kuadratik temyata lebih rendah dari nilai Al-dd dengan 4& .+2 * 8label 6.19. ehubungan dengan 44 ekui#alen dari B nilai Al-dd 4IF ,+2 * sedikit lebih tinggi, maka larutan garam 4& masih perlu dien$erkan dengan normalitas K ,+2 *. !akta ini memperkuat hipotesis bahwa metode pengukuran 44 ekui#alen B kali nilai Al-dd 4& * tidak berta)$u umum untuk semua tanah MA, sebab garam 4& * tertaki kuat !ormulasi mode9 adalah $ara lain untuk menetapkan 44 yang tebii reakstik. Penetapan 44 se$ara tidak langsung dengan )ormulasi model sudah dkjunakan sejak lama, tetaoi tidak berlaku umum. Penetapan 44 dengan )ormulasi mode9 spesi)ik lokasi dengan tipologi lahan MA untuk tanaman padi tetah oiperoteh 8Ak*abri, ++b9. Pada awa*nya )ormulasi model dibangun dengan mengukur kemasaman tanah se$ara langsung terhadap respons tanaman. 4emudtan, takaran 44 diestimasi dari si)at-si)at tanah yang dianggap paling berpengaruh tanpa hams mengukur kemasaman tanah se$ara langsung. 0eberapa )ormulasi model 44 yang pemah dikembangkan, antara iain> 89 44 ,OB liat ? 82 B bahan organik9Q 8*oret et al., 559H 8+9 44 Op' <,2 p' tanahQ B bahan organik untuk tanah-tanah dengan Al-dd rendah 84eeny dan orey , 5<9H 89 44 )aktor. OAl-dd - B kejenuhan Al, 84T4 e)ekti)9Q untuk
kedelai yang ditanam pada tanah "ltisols di itiung 8umatera 0arat9 yang didominasi mineral liat > 87ade e) al., 5639. !ormulasF model 44 bersi)at kondisional dapat digunakan untuk menentukan takaran kapur, sebab akti#itas komponen-komponen kemasaman tersebut sangat kompleks dan irrteraksinya dalam keadaan yang sebenarnya sangat sulit dideteksi. !ormulasF model dalam bentuk persamaan regresi linear, dimana 44-inkubasi )ungsi Al-dd dengan 4& yang dimodi)ikasi dengan normalitas garam 4& dien$erkan K *. 0eberapa keuntungan penggunaan )ormulasF model, antara lain> 89 tidak hanya menjelaskan )akta-)akta yang teramati, tetapF juga meramal kejadian-kejadian yang pada saat itu tidak teramati, 8+9 mengatasi masa)ah ketidak akuratan data yang terukur, 89 menjelaskan bahwa dua atau lebih elemen pembentuk sistem saling berhubungan, sebab pada dasamya suatu sistem terdiri atas peubah-peubah yang saling tergantung satu sama lain dan bekerja sama dalam menjelaskan sekumpuian )akta untuk men$apai suatu tujuan 8IaspersJ, 559. !ormulasi model dapat dikatakan tidak mantap jika nilai dugaan dan parameter memiliki ragam yang besar maka harus dimodi)ikasi, sehingga teori dapat menjawab masalah dengan lebih tepat dan benar. Peramaian 44 dari data aktual laboratorium sebaiknya di#alidasi dengan nilai aktual produksi tanaman, sebab data peubah bebas dan peubah tidak betas bersi)at kondisional. (leh karena itu, pada waktu mengkonstruks*nya harus dilakukan dengan $ermat
8'asibuan,
5669. &n)ormasi yang harus diketahui sehubungan dengan 44, maka dipastikan dahulu bahwa B kejenuhan a terhadap 4T4 K +2B 8'aby e) al., 559. *ika p' tanah MA K 1, dengan B kejenuhan a K +2B dipastikan tanaman padi perlu kapur. Meskipun B kejenuhan a ditingkatkan D +2B dapat memperbaiki
pertumbuhan tanaman, tetapi 44 disesuaikan dengan batas p' terendah dimana tanaman padi dapat tumbuh. esuai dengan M$/ean et al. 8569, bahwa p' tanah berkorelasi lebih baik terhadap hasil dari pada B kejenuhan basa. *adi, jika padi akan ditanam pada tanah MA maka B kejenuhan a diatas +2B dan p' tanah terendah 1,2. Telah dilaporkan oieh /*ebhardt 8569 dan holeh et al. 8+9, bahwa kationkation basa tidak signi)ikan terhadap peningkatan hasil. P!-&a$
Tanaman padi yang dikembangkan di daerah pasang surut yang didominasi oleh tanah sul)at masam setelah pint teroksidasi 8p' tanah K ,9 setelah musim tanam kedua tidak mau tumbuh. 4emudian lahan dibiarkan terlantar dan ditumbuhi tanaman semak dan menjadikannya sebagai lahan bongkor. /ahan bongkor tersebut bertipotogi lahan MA atau gambut tidak produkti). Meskipun demikian, produkti#itas lahan bongkor tersebut sangat rendah, tetapi dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk hara makro primer 8N, P, dan 49, hara sekundair 8a9 dan hara mikro 8u dan Rn9. *umlah pupuk yang dibenkan dapat ditentukan melalui analisis tanah se$ara preskripti). Tanaman padi #arietas &;-1+ yang ditanam pada tanah MA di 4arang Agung "iu 8umsel9 dengan perlakuan ,2 ton kapur dan 1 kg P=ha 83 kg TP=ha9 untuk men$apai B kebutuhan P ekstemal 8P larutan ,+ ppm P9 menghasilkan gabah kering giling 8I4I9 tertinggi sebanyak 6,<3 t=ha 8label 6.39. Periu diingat bahwa tanaman tidak respons terhadap pupuk P jika p' tanah K ,. (teh karena itu, p' tanah harus diketahui dahulu sebelum pupuk P dibenkan. *adi, jika p' tanah berkisar antara 1,+2-1,2, maka kapur tidak harus dibenkan. Tanaman kedelai dapat ditanam pada tanah MA di 0asarang 84alteng9 pada akhir musim hujan dengan perlakuan 6 ton kapur=ha dan kg P=ha 82 kg TP=ha9 menghasilkan biji tertinggi sebanyak +,+ t=ha 4ebutuhan kapur yang tinggi
86 ton kapur=ha9 masih bersi)at men$ari-$ari, karena metode penetapannya bukan metode untuk tanah dart daerah rawa, sehingga tidak dapat disamakan dengan tanah mineral masam berasal dan daerah rawa pasang surut 4ebutuhan pupuk P dapat ditentukan melalui pendekatan kur#a erapan P jika batas kritis P larutan untuk suatu jenis tanaman telah diketahui 8!o dan 4amprath, 539. Meskipun sampai saat ini hanya batas kritis P larutan untuk padi saja yang baru diketahui pada tanah mineral masam adalah ,2 ppm P 8A*-*abri e) al., 5539, tetapi untuk tanah MA tidak jauh berbeda. 0atas kritis P larutan untuk tanaman pangan lainnya 8jagung dan kedele9 yang ditanam pada lahan rawa yang didominasi tanah mineral dan gambut belum didokumentasikan. /ahan gambut dangkal tebal 2- $m 8I-9, gambut sedang tebal -+ $m 8I-+9, dan gambut dalam tebal +- $m 8I-9 yang berupa lahan bongkor sangat beralasan untuk direhabilitasi, dan ditanami berbagai jenis komoditas tanaman sesuai dengan kesesuaian lahannya. Meskipun setiap tipologi lahan gambut tersebut berbeda, tetapi pada umumnya lahan gambut dihadapkan pada kendala-kendala si)at )isik, kimia, dan biologi 87idjaja-Adhi, 5669. 4endala si)at )istk tanah gambut antara lain subsidence jika didrainase, mengering tidak balik dan mudah tererosi, permeabilitas horiJontal tinggi. 4endala si)at kimia tanah gambut antara lain p' dan kejenuhan basa sangat rendah, rasio =N tinggi, status hara P, 4, a, Mg, u, Rn rendah. 4endala si)at biologi tanah gambut di$irikan oleh keterbatasan akti#itas mikrobioiogi karena kemasaman tanahnya sangat tinggi. Produkti#itas lahan gambut dapat
PENUTUP
Mengingat $ukup luasnya lahan rawa di &ndonesia, yaitu lebih dari juta ha, maka keberadaan dan perkembangan lahan yang memiliki si)at tidak stabtl ini perlu terus dipantau. Pengalaman terdahulu mengajarkan bahwa kesalahan langkah dalam mereklamasi lahan rawa mengakibatkan kerusakan lahan itu sendiri beserta lingkungannya, seperti terlihat pada Proyek /ahan Iambut 8P/I9 satu juta ha di 4alimantan Tengah. ekali lahan rawa mengalami kerusakan atau degradasi berat, maka proses pemulihannya kembaii memerlukan waktu yang sangat panjang, dapat men$apai waktu ratusan tahun. elain itu, kegiatan penelitian reklamasi, pengelolaan dan rehabilitasi lahan rawa perlu terus diren$anakan dan dilaksanakan dengan lebih baik, agar dapat ditemukan metoda yang lebih e)ekti) dan e)isien. Teknologi dan in)ormasi yang diperoleh perlu didiseminasikan kepada para pengguna lahan rawa khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. *aringan komunikasi antar peneliti dan peminat lahan rawa perlu dibangun, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga seyogyanya meiuas ke tataran intemasional, karena permasalahan lahan rawa merupakan permasalahan semua negara yang memiliki lahan rawa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-*abri, M. ++a. Penetapan kebutuhan kapur dan pupuk )os)at untuk tanaman padi (Ory+a sativa #) pada tanah sul)at masam aktual 0elawang-4alimantan elatan. %isertasi. Program Pas$asarjana. "NPA%. 0andung. Al-*abri, M., ulaini, dan uwalan. +a. Pemupukan kapur, )os)at, dan kalium pada tanaman jagung dan padi di tanah sul)at masam lahan pasang surut *ambi. Prosiding eminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di /ahan ;awa. ipayung, +2-+3 *uli. &%P. Puslitbangtan. 0adan /itbang. Pertanian. Al-*abri, M., Maryono, M.E. uryadi, 4. 4usumah, . %winingsih, dan %A uriadikarta. +b. Pengaruh keberadaan mineral 'at smektit terhadap pengukuran kebutuhan kapur untuk tanah sul)at masam aktual. Prosiding eminar Nasional ;eorientasi
Pendayagunaan umberdaya Tanah, &klim, dan Pupuk. ipayung-0ogor, (ktober+ No#ember. A&-*abri, M., holeh, /.;. 7dowati, A. 'amid, *.. Adiningslh, dan & P.I. 7idjaja-Adhi. 553. Penelitian uji )os)at tanah dan analisis tanaman sebagai dasar rekomendasi pemupukan sawah bukaan baru. Pros. No. =Pen. Tanah. Puslittanak, 0adan /itbang Pertanian. A&-*abri, M. dan '. uwardjo. 56<. Penelitian pengaruh $ara pengelolaan tanah gambut terhadap pertumbuhan tanaman padi. Pros. No. <=Pen. Tanah. 'al> 1-22. ipayung, 0ogor, 6-+ Maret 56<. Aribawa, & 0., A. upardi, M. A&-*abri, dan & P.I. 7idjaja-Adhi. 553. ;ehabilitasi lahan tidur pasang surut jenis sui)at masam di 0asarang, 4uala 4apuas, 4alteng. Presiding Pertemuan Pembahasan dan 4omunikasi 'asil Penelitian Tanah dan Agroklimat 0idang 4imia dan 0iologi Tanah. isarua, 0ogor, 1-< Maret 553. Autero, E.A. and *. hamsuddin. 55. Irowth o) oil palm (laeis guinensis) seedlings on a$id sul)ate soils as a))e$ted water regime and Al. ;ant and oil. 3>+1-+23. 0ouman, .A.M. and P.M. %riessen. 562. Physi$al properties o) peat soils a))e$ting ri$e based $ropping systems, p 3-6 'n &;;&. oil Physi$s and ;i$e. &nternational ;i$e ;esear$h &nstitute. /os 0anos. /aguna. Philippines. hairuddin, &riansyah, (. 4lepper, and '.%. ;ijksen. 55. En#ironmental and so$ioe$onomi$ aspe$ts o) )ish and )isheries in an area o) a$id sulphate soils, Pulau Petak, &ndonesia, p 31-5+. 'n AA;%=/A7(( Paper 7orkshop on A$id ulphate oils in the 'umid Tropi$s. 0ogor. haroen$hamrat$heep, ., 0. Tantisira, P. httnuson, and :. inaiem. 56+. E))e$t o) liming and )ertiliJer appli$ation on a$id sulphate soils )or impro#ement o) ri$e produ$tion in Thailand, p 23-3. 'n %ost and :an 0reemen (ds.). Pro$eedings o) the 0angkok ymposium on A$id ulphate oils. &/;& Pub9. . 7ageningen. The Netherlands. %e Ieus and *an I. 53. !ertiiJer guide )or the tropi$s and subtropi$s. entre dEtude de &AJote, Ruri$h. e$ond Edition. 331 p. %errt, %. 56<. A$id ulphate oils> A baseline )or resear$h and de#elopment. &/;& Publ. 5. &nternational /and ;e$lamation and &mpro#ement. 7ageningen. The Nethertan$ls. +1 p. %riessen, P.M. and ;. %udal. 565. /e$ture Notes on the Ieography, !ormation, Properties and "se o) the Major oils o) the 7orld. Agri$ultural "ni#ersity 7ageningen and 4athoiieke "ni#ersrtert /eu#en. 7ageningen. /eu#en. 0elgium. !o, ;./, and E.*. 4amprath. 53. Phosphate sorption isotherms )or e#aluating the phosphate re@uirements o) soils. ort $i. o$. Am. Pro$. 1> 5+-53. IaspersJ , :. 55. Metode peran$angan per$obaan. Penerbit. :. A;M&(. 0andung.
'aby, :.A., M.P. ;usselle, and E,(. kogley. 55, Testing soils )or potassium, $al$ium, and magnesium, pp. 6- ++6. 'n 7esterman, ;. / 8Ed.9. oil testing and plant analysis. oil $ien$e o$iety o) Ameri$a., in$. Madison, 7is$onsin. "A. 'anhart, 4., and (uong #an Ni. 55. 7ater management on ri$e )ields at 'oa An, Mekong %elta, :ietnam. 'n %ent and :an Mens#oort 8Eds.9. ele$ted Papers o) the 'o hi Minh ity ymposium on A$id ulphate oils. &/;& Publ. 2. &nternational &nstitute )or /and ;e$lamation and &mpro#ement. 7ageningen. The Netherlands. 1+2 p. 'artatik, 7., & I.M. ubiksa, dan %.A. uriadikarta. +. Ameliorasi lahan gambut di Ai ugihan 4in, umatera elatan. Presiding eminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di /ahan ;awa. ipayung, +2-+3 *uli. &%P. Puslitbangtan. 0adan /itbang. Pertanian. 'asibuan, 4.M. 566. Pemodelan matematik di dalam biologi populasi. PA"-&P6 bekerjasama dengan /embaga umberdaya &n)ormasi &P<. *oret, I., '. Matterre, and M. abaJan. 55. /appre$iation des besoins en $hau des sots de limon dapres leur etat de saturation en bases e$hangeables, p> 2-+<. 'n 7esterman, ;. / 8Ed.9. oil testing and plant analysis. oil $ien$e o$iety o) Ameri$a., &n$. Madison, 7is$onsin. "A. *umakir, . uwalan, 4 0ambang, dan T. A)ihamsyah. +. 4ajian beberapa #arietas ungguF padi di lahan pasang suru/ Presiding eminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di /ahan ;awa. ipayung, +2-+3 *uii. &%P. Puslitbangtan. 0adan /itbang. Pertanian. 4eerty, %.;., and ;.0. orey. 5<. !a$tor a))e$ting the lime re@uirement o) 7is$onsin sois. o0 $i. ee. Am. Pro$. +3>+33-+6. 4onsten, .*.M., . uping, & 0. Aribawa, and & P.I. 7kijajaAdhi. 55. hemi$al pro$esses in a$id sulphate soils in Pulau Petak, outh and entral 4alimantan, &ndonesia p 52. 'n AA;%=/A7(( Paper 7orkshop on A$td ulphate oils in the 'umid Tropi$s. 0ogor. 4sel'$, ;A/ 55. 7ater Management on A$id ulphate oils at Pulau Petak, 4alimantan. 'n AA;%=/A7(( Paper 7orkshop on A$id ulphate oils in the 'umid Tropi$s. 0ogor. 4selik, ;A/., 4.7. mikte, '.P. ;itJema, 4. ubagyono, . aragih, M. %amanik, and '. uwardjo. 55. &ntegrated resear$h on water management soil )ertility and $ropping systems on a$id sulphate soils in outh 4alimantan, &ndonesia. 'n %ent and :an Mens#oort 8Eds.9. ele$ted Papers o) the 'o hi Minh ity ymposium on A$id ulphate oils. &/;& Publ. 2. &nternational &nstitute )or /and ;e$lamation and &mpro#ement. 7ageningen. The Netherlands. 1+2 pp. /iebhardt 7.. 56. The basi$ $ation saturation ratio $on$ept o) lime and potassium re$ommendations on %elawares oastal Plain oils . oil $i. o$. Am. *. 12> 211215.
/indsay, 7./ 535. hemi$al e@uilibria in soils. *ohn 7itey S ons, New York. hi$hester. 0risbane. Toronto. 115p. Mansur, %., %.A. uriadikarta, & I.M. ubiksa, dan & P.I. 7idjaja-Adhi. 552. Pengaruh tata air dan pen$ampuran gambut terhadap pertumbuhan dan hasil padi di lahan bergambut. hal. -+ %a=am unihardi, A. Musaddad, Trip Alihamsyah dan &nu I. ismail 8Eds.9 Teknologi Produksi dan Pengembangan istem "sahatani di /ahan ;awa. 4umpulan 'astl Penelitian. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian ;awa Terpadu-&%P. 0adan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. M$/ean, E.I., ;.. 'artwig, %.*. E$kert, and I.0. Triptei/ 56. 0asi$ $ation saturation ratios as a basis )or )ertiliJing and )rriing agronomi$ $rops. &&, !ield studies. Agron. *. 32><2-<5. Mo$tar Toure. 56+. &mpro#ement o) a$id sulphate so)ts> E))e$ts o) )tne, wood ash, green manure and pre)looding. p. ++-+<. 'n %ost and :an 0reemen (ds.). Pro$eedings o) the 0angkok ymposium on A$id ulphate oils. &/;& Publ. . 7ageningen. The Netherlands. ;itJema, '.P.. ;A/ 4se)t, and 4. ubagyono. 55. 7ater Management trategies to Ame)orate and "se A$id ulphate oils in the 'umid Tropi$s. &/;&. 7ageningen. The Netherlands. ab)tiam, ., T.0. Prasetyo, and . %ohong. 552. Phenoli$ a$ids in &ndonesian peat P. +65+5+ 'n ;ietey and Page 8Eds.9. 0iodi#ersity and ustainability o) Tropi$al Peatland Pro$eedings o) the &nternational ymposium on 0iodi#ersity, En#ironmental &mportan$e and ustainability o Tropi$al Peats and Peatland. Palangkaraya, 1-6 eptember 552. egeren, 7.A. and '. mith. 56. %rainage o) Newly ;e$laimed Marine layey ediments, Peat oils, and A$is ulphate oils. &n %rainage Prin$iples and Appli$ations. :ol. &:. %esign and Management o) %rainage ystems. &/;& Publ. <. 7ageningen. The Nettiertands. e#enhuysen, ;*. 55. The water management puJJle> A ummary o) the ;esear$h, p 61< 'n AA;%=/A7(( Paper 7orkshop on A$id ulphate oils in the 'umid Tropi$s. 0ogor. hamshuddin, *., .;. yed (mar, and A.;. Anuar. +. A New Paradigm in Tropi$al oil Management. %epartment o) /and Management, !a$ulty o) Agri$ulture "ni#ersiti Putra Malaysia, 1 erdang, elangor, Malaysia. 4ongres Nasional :&&&. Padang +-+ *uli +. holeh, ". udiatna, dan Maryam. +. Nisbah kejenuhan kation basa sebagai dasar pemupukan a, Mg, dan 4 untuk padi sawah. Presiding eminar Nasional Pengelolaan umberdaya /ahan dan Pupuk. isarua-0ogor - (ktober+. Puslitbangtanak. 0adan /itbang Pertanian.
milde, 4.7. 55. /ime and !ertiliJer Appli$ation )or rop Yield &mpro#ement, p ++1-+3. 'n AA;%=/A7(( Paper 7orkshop on A$id ulphate oils in the 'umid Tropi$s. 0ogor. ri ;atmini, N.P., & I.M. ubiksa, dan 4omaruddin. +. ;ehabilitasi lahan sul)at masam 4arang Agung "lu, umatera elatan. Presiding eminar Nasional Peneiitian dan Pengembangan Pertanian di /ahan ;awa. ipayung, +2-+3 *uli. &%P. Puslitbangtan. 0adan /itbang. Pertanian. ubagyono, 4., E. Ananto, & M.(. Adnyana, and & P.I. 7idjaja-Adhi. 556. 7ater management strategies )or )arming system de#elopment in tidal swamp areas o) outh umatra. &A;% *ournal, :ol. + No. 1>6-5. ubagyono, 4., & P.I. 7idjaja-Adhi, T. Alihamsyah, E. Ananto, dan & I.M. ubiksa. 553. Petunjuk Peiaksanaan Penataan /ahan dan Air untuk Pengembangan "P /ahan Pasang urut umatera elatan. Proyek Pengembangan "P /ahan Pasang urut umatera elatan. 0adan Peneiitian dan Pengembangan Pertanian. %epartemen Pertanian. 8Tidak dipublikasi9. ubagyono, 4., '. uwardjo, A. Abas &d., dan & P.I. 7idjaja-Adhi. 551. Pengaruh pen$u$ian, kapur, dan pemupukan 4 terhadap si)at kimia tanah, kualitas air, dan hasil padi pada tanah sul)at masam di "nit Tatas, 4alimantan Tengah. Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk, No. +> 2-13. ubagyono, 4., '. uwardjo, dan & P.I. 7idjaja-Adhi. 55+. 4ontribusi 0eberapa Teknik ;eklamasi terhadap Perbaikan Mutu /ahan Pasang urut 0ertanah ul)at Masam. Makalah disampaikan pada eminar Pengembangan