BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR LATAR BELAKANG Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik
dan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, Ig, Ig! dan Ig"# dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit $, yang yang bila bila mana mana berte bertemu mu deng dengan an anti antige gen n lalu lalu meng mengad adak akan an diff differ eren ensia siasi si dan dan menghasilkan %at limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut. Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang ter&adi ialah keadaan imun. $etapi, bilamana merugikan, åan tubuh men&adi rusak, maka ter&adilah reaksi hipersensiti'itas atau alergi. ekanisme reaksi alergi adalah berdasar pada reaksi hipersensiti'itas, yaitu timbulnya respon Ig" yang berlebihan terhadap bahan yang dianggap sebagai alergen, sehingga sehingga ter&adi pelepasan berbagai mediator penyebab reaksi alergi, alergi, alaupun alaupun pada orang normal reaksi ini tidak ter&adi. Apabila reaksi alergi ini berlangsung sangat berlebihan, dapat timbul syok anafilaktik. )istam )istamin in yang yang dilepa dilepaskan skan menimb menimbulk ulkan an berbag berbagai ai efek. efek. *asodilat sodilatasi asi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang ter&adi menyebabkan pindahnya plasma dan sel-sel leukosit ke åan, sehingga menimbulkan bintul-bintul berarna merah di permukaan kulit. +ementara rasa gatal timbul akibat penekanan u&ung-u&ung serabut saraf bebas oleh histamin. emudian kerusakan åan yang ter&adi akibat proses inflamasi inflamasi menyebabkan menyebabkan sekresi protease, protease, sehingga sehingga menimbulka menimbulkan n rasa nyeri akibat perubahan fungsi. "fek lain histamin, yaitu kontraksi otot polos dan perangsangan sekresi asam lambung, l ambung, menyebabkan timbulnya kolik abdomen dan diare. +elain itu, itu, sekresi en%im untuk mencerna mencerna %at gi%i dan pertahanan pertahanan tubuh tubuh pada kondisi kondisi lingkungan lingkungan (suhu, (suhu, debu dan udara# udara# yang tidak sesuai (ekstrem#, (ekstrem#, belum dapat beker&a maksimal, sehingga ter&adi alergi pada makanan tertentu, terutama makanan berprotein. Ada alergi yang dapat membaik, karena maturitas en%im dan barier yang ber&alan seiring dengan bertambahnya umur. )al )a l ini &uga dapat ter&adi akibat faktor polimorfisme genetik antibodi yang aktif pada aktu tertentu, sehingga menentukan kepekaan terhadap alergen tertentu. 1
+ecara +ecara umum, umum, hasil hasil pemerik pemeriksaan saan laborat laboratori orium um normal normal.. $er&ad er&adii eosino eosinofili filiaa relatif, karena disertai dengan penurunan basofil akibat banyaknya ter&adi degranulasi. "osino "osinofil fil sendiri sendiri mengha menghasilk silkan an histam histamina inase se dan aril aril sulfata sulfatase. se. )istami )istaminas nasee yang yang dihasil dihasilkan kan ini
berper berperan an dalam dalam mekani mekanisme sme pembat pembatasan asan atau regula regulasi si histam histamin, in,
sehingga pada pasien dengan kasus alergi yang berat, ¨ah eosinofil akan sangat meningkat melebihi normal. 1.2 RUMUSAN RUMUSAN MASALAH MASALAH . Apa Apa defenis defenisii penyakit penyakit hipe hipersen rsensit siti'i i'itas tas
/. "tiolo "tiologi gi peny penyakit akit hipe hipersen rsensit siti'i i'itas tas 0. Patofi Patofisio siolog logii penyakit penyakit hiperse hipersensi nsiti' ti'itas itas 1. Berapa Berapa klasifik klasifikasi asi penyaki penyakitt hiperse hipersensi nsiti' ti'ita itas s 5. Apa Apa tanda dan dan ge&ala ge&ala penyakit penyakit hipers hipersens ensiti iti'ita 'itas s 2. Bagaimana Bagaimana cara pemeriksaan pemeriksaan fisik hipersensiti' hipersensiti'itas itas 3. Bagaimana Bagaimana cara cara pemerik pemeriksaan saan penun&ang penun&ang hipersensiti' hipersensiti'itas itas 4. Bagaim Bagaimana ana diagno diagnosti stik k hipersen hipersensiti siti'it 'itas as . Bagaimana Bagaimana penanga penanganan nan atau terapi penyakit penyakit hiperse hipersensiti' nsiti'itas itas
. /. 0. 1. 5. 2. 3. 4. .
1.3 TUJUAN TUJUAN PENULISAN PENULISAN enget engetahu ahuii defeni defenisi si penyakit penyakit hipersen hipersensiti siti'it 'itas. as. engetahui engetahui "tiologi "tiologi penyakit penyakit hipersensiti hipersensiti'itas. 'itas. engetahui engetahui Patofisiolo Patofisiologi gi penyakit penyakit hipersensiti' hipersensiti'itas. itas. engetahui engetahui klasifikasi klasifikasi penyakit penyakit hipersensiti hipersensiti'itas. 'itas. engetahui engetahui tanda dan ge&ala penyakit penyakit hipersensiti hipersensiti'itas. 'itas. engetahui engetahui cara pemeriksaan pemeriksaan fisik hipersensiti' hipersensiti'itas. itas. engetahui engetahui cara pemeriksaan pemeriksaan penun&ang penun&ang hipersensiti' hipersensiti'itas. itas. menget mengetahu ahuii diagnost diagnostik ik hipersen hipersensiti siti'it 'itas. as. mengetahui mengetahui penanganan penanganan atau terapi penyak penyakit it hipersensi hipersensiti'itas ti'itas..
BAB II 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Alergi atau hipersensiti'itas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang men&adi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan bahan yang umumnya non imunogenik. !engan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensiti'itas tersebut disebut alergen. 6eaksi alergi ter&adi ketika tubuh salah mengartikan %at yang masuk sebagai %at yang berbahaya. +e&alan dengan definisi ini, alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan yang ter&adi segera setelah mengonsumsi makanan tertentu. Bahkan se¨ah kecil makanan penyebab alergi dapat memicu tanda dan ge&ala seperti masalah pencernaan, gatal-gatal atau bengkak saluran udara. Pada beberapa orang, alergi makanan dapat menyebabkan ge&ala parah atau bahkan reaksi yang mengancam nyaa yang dikenal sebagai anafilaksis. adang, alergi makanan disalah artikan dengan kondisi yang lebih umum ter&adi, yaitu intoleransi terhadap makanan. Intoleransi terhadap makanan kondisinya lebih ringan dari alergi karena tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. 2.2 MEKANISME ALERGI
+eseorang
dapat
terpapar alergen
dengan menghirup, menelan, atau
mendapatkan pada atau di baah kulit. +etelah seseorang terkena alergi, serangkaian kegiatan menciptakan reaksi alergi. 6eaksi imunologis tubuh mempengaruhi timbulnya alergi terhadap makanan. 6eaksi ini melibatkan imunoglobulin, yaitu protein yang membantu dalam respon kekebalan tubuh, tepatnya Imonuglobulin " (Ig"# yang membentuk respon imun tubuh. 6espon imun yang muncul dalam reaksi alergi melalui dua tahap, yaitu tahap sensitisasi alergen dan tahap elisitasi. 1. Tahap Sensitisasi
$ahap sensitisasi muncul ketika tubuh memproduksi antibodi Ig" yang spesifik. $ahap sensitisasi ini &uga disebut dengan tahap induksi, merupakan kontak pertama dengan alergen (yaitu ketika mengkonsumsi makanan penyebab alergi#.
3
2. Tahap Eisitasi
7ase elisitasi ter&adi &ika terdapat pa&anan ulang. etika terpa&an dengan makanan (penyebab alergi# yang sama, protein akan mengikat molekul di sel mediator (sel basofil dan sel mast#. $ahap elisitasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang menyebabkan inflamasi (seperti leukotrien dan histamin#. "fek yang timbul serta keparahan alergi dipengaruhi oleh konsentrasi dan tipe alergen, rute pa&anan, dan sistem organ yang terlibat (misalnya kulit, saluran cerna, saluran pernapasan, dan darah#. Antibodi melampirkan ke bentuk sel darah yang disebut sel mast. sel ast dapat ditemukan di saluran udara, di usus, dan di tempat lain. ehadiran sel mast dalam saluran udara dan saluran pencernaan membuat daerah ini lebih rentan terhadap paparan alergen.
engikat alergen ke Ig", yang melekat pada sel mast. )al ini
menyebabkan sel mast untuk melepaskan berbagai bahan kimia ke dalam darah. )istamin, senyaa kimia utama, menyebabkan sebagian besar ge&ala reaksi alergi.
S!e"a "e!anis"e ae#$i %&'a.$()*
2.3 TANDA DAN GEJALA ALERGI 4
Ge&ala alergi dapat mulai dari yang ringan hingga yang berat. Ge&ala alergi yang ringan dapat berupa bersin 8 bersin, hidung meler, gatal 8 gatal baik bersifat lokal atau seluruh tubuh, hidung mampet dan ge&ala alergi lainnya. Ge&ala alergi dapat dapat terlihat pada kulit, mata, hidung, paru-paru dan perut, tergantung pada &enis alerginya. Ge&alage&ala alergi bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah 9 . )i'es atau elts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang paling umum ge&ala alergi obat. /. Batuk, hee%ing, )idung, dan kesulitan bernapas. 0. demam. 1. ulit melepuh dan mengelupas. asalah ini disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membaa maut &ika tidak diraat. 5. Anaphyla:is, yang merupakan reaksi paling berbahaya. !apat membaa maut, dan Anda akan memerlukan peraatan darurat. Ge&ala, seperti hi'es dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam aktu &am setelah minum obat, reaksi cepat tanpa peraatan, Anda dapat masuk ke shock. Gambaran lain yang menandakan adanya alergi adalah 9 . /. 0. 1.
Adanya penon&olan kemerahan, seperti orang terkena cacar Adanya biduran Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit. Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita demam berdarah
5. 2. 3. 4.
dengue. Adanya radang pada pembulih darah ('askulitis# Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan sinar matahari Adanya penon&olan bernanah seperti &eraat. elainan lain gaat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang dalam klinik disebut nekrolisis epidermal toksik. Ge&ala alergi yang berbahaya meliputi rekasi anafilaksis. 6eaksi alergi yang
sangat berbahaya adalah ge&ala anafilaksis, ge&alanya dapat berupa shock berupa tekanan darah secara tiba 8 tiba dan cepat sehingga membahayakan nyaa si penderita, kepala pusing dan sang penderita terlihat sangat cemas sehingga perlu penanganan yang cepat dan harus segera di baa ke klinik atau 6+. Ge&ala alergi anafilaksis paling sering ter&adi pada gigitan serangga dan alergi obat tertentu namun reaksi anafilaksis akibat minum obat tersangat &arang ter&adi. erasnya reaksi alergi, ge&ala dapat sangat ber'ariasi. Ge&ala ringan mungkin tidak begitu terlihat, hanya membuat tubuh merasa sedikit sakit. Ge&ala sedang dapat membuat tubuh merasa sakit, seolah-olah mendapat flu atau bahkan dingin.sedangkan ge&ala parah dari reaksi alergi akan menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman, bahkan 5
melumpuhkan. ebanyakan ge&ala reaksi alergi menghilang tak lama setelah berhenti eksposur.
6eaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Anafilaksis dapat
mengancam &ia dan memerlukan perhatian medis segera. Penanganan cepat sangat penting untuk anafilaksis. ;ika tidak ditangani secara cepat, anafilaksis dapat menyebabkan koma atau kematian Ge&ala dapat berkembang pesat. !alam anafilaksis, alergen menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup9 . Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka# engi atau sesak napas /. +uara serak atau sesak di tenggorokan 0. esemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala $idak, semua orang memiliki alergi. memiliki alergi. risiko itu melompat hingga 35> &ika kedua orang tua memiliki alergi. 2.+ MA,AM-MA,AM ALERGI . Alergi makanan
Alergi makanan adalah merupakan respon alamiah imun tubuh yang bersifat negatif terhadap protein dari makanan yang kita konsumsi. Intolerance atau alergi terhadap &enis makanan, umumnya dapat berpengaruh pada siapa sa&a serta dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap indi'idunya. aka tidak semua intolerance atau alergi makanan itu nantinya dapat menyebabkan terganggunya sistem imunitas tubuh manusia . makanan yang paling banyak menyebabkan reaksi alergi yaitu makanan yang berasal dari laut, seperti udang, lobster, kepiting, ikan dan telur, kacang polong Pada anak-anak, penyebab alergi makanan yang paling sering yaitu telur, susu, kacang, dan
/. Alergi obat-obatan ;enis alergi ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu. 6eaksi alergi obat merupakan reaksi alergi di mana system kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh seseorang. yang diberikan tubuh pun sangat keras. ?ontohnya dapat menyebabkan gatal-gatal, terdapat bercak bercak merah pada kulit, mual dan muntah.
Alergi debu disebabkan ketidakbiasaan tubuh dalam menerima kehadiran debu. )al ini dapat menimbulkan penderita dapat mengalami bersin-bersin dalam frekuensi yang sering, flu, rasa gatal, dan hidung tersumbat. 1. Alergi suhu udara (dingin@panas# Alergi ini diakibatkan oleh alergen udara. etidakmampuan sistem imun menerima udara dingin misalnya dapat mengakibatkan åan dalam hidung men&adi bengkak, sehingga hidung pun men&adi tersumbat. Alergi dingin ter&adi karena pelepasan histamine dalam ¨ah yang cukup besar yang kemudian menyerang system kekebalan tubuh. 6eaksi ter&adi ketika seseorang terkena paparan langsung udara dingin atau air dingin atau ketika ter&adi suatu perubahan suhu yang drastic. Ge&ala yang dapat dialami &ika seseorang menderita alergi udara adalah seringnya mengalami bersin-bersin, gatal-gata, mata merah dan berair. !alam kondisi tertentu, mucul alergi yang disebut urtikaria. Ge&alanya adalah gatal-gatal dan muncul bentol akibat udara dingin. ;enis alergi ini sering dialami orang-orang yang tinggal di negara tropis. Biasanya, penderita biduran (nama lain alergi ini# memiliki åan kulit yang sensitif. Biduran ini muncul karena tubuh mengeluarkan histamin (salah satu %at pelindung tubuh# berlebih untuk mempertahankan tubuh dari suhu rendah. Akibatnya, muncul bercak kemerahan dan bengkak. ;ika dibiarkan, produksi histamin berlebih ini dapat menimbulkan sesak napas dan pelebaran pembuluh darah. 5. Alergi musiman Alergi yang ter&adi terus menerus usiman (hay fe'er# yang umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah seperti benang sari, debu, polusi udara atau asap. +erta 6initis Alergi yang ter&adi terus menerus (parennial# yang diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, debu parabot, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat 2. Alergi %at kimia tertentu
2. PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITI/ITAS MENURUT 0AKTU TIMBULNA REAKSI
. 6eaksi ?epat 6eaksi cepat ter&adi dalam hitungan detik, menghilang dalam / &am. Ikatan silang antara allergen dan Ig" pada permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator 'asoaktif. anifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistematik atau anafilaksis local. /. 6eaksi Intermediet 6eaksi intermediet ter&adi setelah beberapa &am dan menghilang dalam /1 &am. 6eaksi ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan åan melalui akti'si komplemen dan atu sel @ A!??. anifestasi reaksi intermediet dapat berupa 9 7
a. 6eaksi transfuse darah, eritroblastosis fetalis dan anemia hemolitik auto imun b. 6eaksi Arthus local dan reaksi sistemik seperti serum sickness, 'askulitis nekrotis, glomerulonefritis, arthritis reumatiod dan C"+. 6eaksi intermediet diaalioleh IgG dan kerusakan åan pe&amu yang disebabkan oleh sel neutrofil atau sel . 0. 6eaksi Cambat 6eaksi lambat terlihat sampai sekitar 14 &am setelah ter&adi pa&anan dengan antigen yang ter&adi oleh akti'asi sel $h. Pada !$), sitokin yang dilepas sel $ mengaktifkan sel efektron makrofag yang menimbulkan kerusakan åan. ?ontoh reaksi lambat adalah dermatitis kontak, rekasi .tuberkulosis dan reaksi penolakan tandur.
2. PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITI/ITAS MENURUT GELL DAN ,MBS
6eaksi hipersensiti'itas oleh 6obert ?oombs dan Philip )) Gell (20# dibagi dalam 1 tipe reaksi
Gambar 6eaksi )ipersensiti'itas $ipe I,II,III,I* menurut ?oombs dan Gell
$ipe I 6eaksi Ig" Ikatan silang antara antigen dan Ig" yang diikat sel mast dan basofil melepas mediator 'asoaktif
$ipe II 6eaksi +itotoksik (IgG atau Ig# Ab terhadap antigen permukaan sel menimbulkan destruksi sel dengan bantuan komplemen atau A!??
$ipe III 6eaksi kompleks Imun ompleks Ag-Ab mengaktifkan komplemen respon inflamasi melalui infiltrasi massif neutrofil
/.
$ipe I* 6eaksi seluler +el $h disensitasi melepas sitokin (terlihat pada gambar# yang mengaktifkan makrofag atau sel $c yang berperan dalam kerusakan åan. +el $h/ dan $c menimbulkan respon sama 8
anifestasi khas 9 anafilaktik sistemik dan local seperti rhinitis, asma, urtikaria, alergi makanan dan ek%em
anifestasi khas 9 reaksi transfuse, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik autoimun
anifestasi khas9 reaksi local seperti Arthus dan sistemaik seperti serum sickness, 'askulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, A6 dan C"+
anifestasi khas 9 dermatitis kontak, lesi tuberculosis dan penolakan tandur
Pembagian Gell dan ?oombs seperti terlihat diatas dibuat sebelum analisis yang mendetail mengenai subset dan fungsi sel $ diketahui. Berdasarkan penemuan penemuan dalam penelitian imunologi, telah dikembangkan beberapa modifikasi klasifikasi Gell dan ?oombs yang membagi lagi tipe I* dalam beberapa subtype reaksi. eskipun reaksi $ipe I, II dan III dianggap sebagai reaksi humoral, sebetulnya reaksi-reaksi tersebut masih memerlukan bantuan sel $ atau peran selular.
9
1. Rea!si Hipe#sensiti)itas Ge 'an ,(("4s Tipe I ata5 Rea!si Ae#$i 6eaksi tipe I atau disebut &uga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi, timbul segera sesudah tubuh terpa&an dengan allergen. Istilah alergi yang pertama kali digunakan *on PirDuet pada tahun =2 yang berasal dari alol (Eunani# yang berarti perubahan dari asalnya yang deasa. Ini diartikan sebagai perubahan reakti'itas organism. Pada reaksi $ipe I, allergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi Ig" dan penyakit alergi seperti rhinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. Frutan ke&adian reaksi $ipe I adalah sebagai berikut 9 i. 7ase sensitasi yaitu aktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig" sampai diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast@basofil. ii. 7ase akti'asi yaitu aktu yang diperlukan antara pa&anan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast@ basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. )al ini ter&adi oleh ikatan silang antara antigen dan Ig" (Gambar /./#
Gambar /./ Ikatan silang antara antigen dan Ig" yang mengaktifkan sel mast melalui 7ce6I iii.
7ase efektor yaitu aktu ter&adi respon yang kompleks (anafilaksis# sebagai efek mediatormediator yang dilepas sel mast@basofil dengan akti'itas
farmakologik(gambar /.0#
10
a. +el mast dan mediator pada reaksi tipe I +el mast mengandung banyak mediator primer atau performed antara lain histamine yang disimpan dalam granul. +el mast &uga yang diaktifkan dapat memproduksi mediator baru atau sekunder atau nely generated seperti C$ dan PG (Gambar /.1#
11
. )istamin Puncak reaksi tipe I ter&adi dalam =-5 menit. Pada fase akti'asi ter&adi perubahan dalam membrane sel mast akibat metilasi fosfolipid yang diikuti oleh influ: ?a yang menimbulkan akti'asi fosfolipase. !alam fase ini energy dilepas akibat glikolisis dan beberapa en%im diaktifkan dan menggerakan granul-granul kepermukaan sel. adar cAP dan cGP dalam sel berpengaruh terhadap degranulasi. Peningkatan cAP akan mecegah, sedangkna peningnkatan cGP memacu degranulasi. Penglepasan granul ini adalah fisiologik dan tidak menimbukan lisis atau matinya sel. !egranulasi sel mast dapat pula terdiri atas pengaruh anafilatoksin, ?0a dan ?5a. )istamine merupakan komponen utama granul sel mast dan sekitar => dari berat granul. )istamine yang merupakan mediator primer yang dilepas akan diikat oleh resepotrnya. Ada 1 reseptor histamine (),)/,)0,)1# dengan distribusi yang 12
berbeda dalam åan dan bila berikatan dengan histamine, menun&ukan berbagai efek. ediator utama terlihat pada table /./
/. PG dan C$ !isamping histamine , mediator lain seperti PG dan C$ ( dulu +6+ 8A# yang dihasilkan dari metabolism asam arakidonat serta berbagai sitokin berperan pada fase lambat reaksi tipe I. fase lambat sering timbul setelah fase cepat hilang yaitu antara 2-4 &am. PG dan C$ merupakan mediator sekunder yang kemudian dibentuk dari metabolime asam arakidonat atas pengaruh fosfolipase A/. "fek biologisnya timbul lebih lambat namun lebih menon&ol dan berlangsung lebih lama disbanding dengan histamine. C$ berperan pada bronkokontriksi, peningkatan permeabilitas 'ascular dan produk mucus. PG"/ menimbulkan bronkokontriksi. ediator sekunder utama terlihat pada table /.0
13
0. +itokin Berbagai sitokin dilepas oleh sel mast dan basofil seperti IC-0, IC-1, IC-5, IC-2, IC-=, IC-0, G-?+7 dan $7-H. Beberapa diantaranya berperan dalam manifestasi klinis reaksi tipe I. sitokin-sitokin tersebut mengubah lingkungan mikro dan dapat mengerahkan sel inflamasi seperti neutrofil dan eusinofil. Il-1 dan IC-0 meningkatkan produksi Ig" oleh +el B. IC-5 berperan dalam pengerahan dan aktifasi eosinofil. kadar $7-H yang tinggi dan dilepas sel mast berperan dalam ren&atan anafilaksis. b. anifestasi 6eaksi $ipe I anifestasi reaksi tipe I dapat ber'ariasi dari local, rinagn sampai berat dan keadaan yang mengancam nyaa seperti anafilaksis dan asma berat.
. 6eaksi local 14
6eaksi hipersensiti'itas tipe I local terbatas pada åan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat allergen masuk. ecendrunagn untuk menun&ukan reaksi tipe I adalah diturunkan dan disebut atopi. +edikitnya /=> populasi menun&ukan penyakit yang ter&adi melalui Ig" seperti rhinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. +ekitar 5=-3= > dari populasi membentuk Ig" terhadap antigen yang masuk tubuh memlalui mukosa seperti selaput lender hidung, paru dan kon&ungti'a, tetapi hanya =-/=> masyarakat yang menderita rhinitis alergi dan sekitar 0> -=> yang menderita asma bronchial. Ig" yang biasanya dibentuk dalam ¨ah sedikit, segera diikat oleh sel mast@basofil. Ig" yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. +ensitasi dapat pula ter&adi secara pasif bila serum (darah# orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit@sirkulasi orang normal. 6eaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran napas. /. 6eaksi sistemik-anafilaksis Anafilaksis adalah reaksi tipe I yang dapat fatal dan ter&adi dalam beberapa menit sa&a. Anafilaksis adalah reaksi hipersensiti'itas Gell dan ?oombs $ipe I atau reaksi alergi yang cepat, ditimbulkan Ig" yang dapat mengancam nyaa. +el mast dan basofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. 6eaksi dapat dipacu berbagai allergen seperti makanan (asal laut, kacang-kacangan#, obat atau sengatan serangga dan &uga lateks, latihan &asmani dan bahan diagnostic lainnya. Pada /@0 pasien dengan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak dapat diidentifikasi. 0. 6eaksi pseudoalergi atau anafilaktoid 6eaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang melibatkan penglepasan mediator oleh sel mast yang ter&adi tidak melalui Ig". ekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme &alur efektor nonimun ($abel/.5#. secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis,pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. anifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya. 6eaksi ini tidak memerlukan pa&anan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. 6eaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein , kontras dengan yodium, AI+, etilenoksid, taksol dan pelemas otot. Berbagai mekanisme yang dapat berperan pada reaksi pseudoalergi terlihat pada table /.2.
15
1. Perbedaan anafilaksis dan anafilaktoid 16
?riteria serta mekanisme untuk membedakan reaksi anafilaksis dari reaksi anafilaktoid terlihat pada table /.3.
2. Rea!si Tipe II ata5 sit(t(!si! ata5 sit(iti! 6eaksi hipersensi'itas tipe II disebut &uga reaksi sitotoksik atau sitolitik, ter&adi karena dibentuk antibody &enis IgG atau Ig terhadap antigen yang merupakan bagian sel pe&amu. 6eaksi diaali oleh reaksi antara antibody dan determinan antigen yang merupakan bagian dari membrane sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metabolism sel dilibatakan (Gambar /.2#.
Istilah sitolitik lebih tepat mengingat reaksi yang ter&adi disebabkan lisis dan bukan efek toksik. Antibody tersebut dapat mengaktifkan sel yang memiliki reseptor 7c γ − R dan &uga sel yang dapat berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui A!??. 6eaksi tipe II dapat menun&ukan berbagai manifestasi klinis. a. 6eaksi transfuse +e¨ah besar protein dan glikoprotein pada membrane +! disandi oleh berbagai gen. bila darah indi'iduu golongan darah A mendapat transfuse golongan darah B ter&adi reaksi transfuse, oleh karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis massif intra'ascular. 6eaksi dapat cepat atau lambat. 6eaksi cepat biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah AB< yang dipacu 17
oleh Ig. !alam beberapa &am dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui gin&al dan menimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah men&adi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Ge&ala khasnya berupa demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang baah dan hemoglobinuria. 6eaksi transfuse darah yang lambat ter&adi pada mereka yang pernah menddapat transfuse berulang dengan dara AB< namun inkompatibel dengan golongan darah lainnya. 6eaksi ter&adi / sampai 2 hari setelah transfuse. !arah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membrane golongan darah, tersering adalah golongan 6hesus, idd, ell dan !uffy. b. Penyakit hemolitik bayi baru lahir Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir ditimbulkan oleh inkompatibilitas 6h dalam kehamilan yaitu pada ibu dengan golongan darah 6hesus negati'e dan &anin dengan 6hesus positif. c. Anemia hemolitik Antibiotic tertentu seperti penisilin, sefalosforin dan streptomisin dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membrane +! yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembaa. Pada beberapa penderita, kompleks membentukm antibody yang selan&utnya mengikat obat pada +! dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif. 3. Rea!si Tipe III ata5 K("pe!s I"5n !alam keadaan normal kompleks imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut eritrosit ke hati, limpa dan disana dimusnahkan oleh sel fagosit mononuclear, terutama dihati limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Pada umumnya kompleks yang besar dapat dengan mudah dan cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati. ompleks kecil dan larut sulit untuk dimushakan, karena itu dapat lebih lama berada dalam sirkulasi. !iduga baha gangguan fungsi fagosit merupakan salah satu penyebab mengapa kompleks imun berada dalam sirkulasi untuk &angka aktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul mengendap di åan. a. ompleks imun mengendap di dinding pembuluh darah Antigen dapat berasal dari infeksi kuman pathogen yang persisten (alaria#, bahan yang terhirup (spora &amur ang menimbulkan a'eolitis alergik ekstrinsik# atau dari åan sendiri(penyakit autoimun#. Infeksi dapat disertai antigen dalam ¨ah yang berlebihan, tetapi tanpa adanya respon antibody yang efektif. akrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun sehingga makrofag dirangsang terus menrus untuk melepas berbagai bahan yang dapat merusak åan. ompleks imun yang terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan Ig atau IgG0 (dapat &uga IgA# diendapkan di membrane basam 'ascular dan basak gin&al yang menimbulkan reaksi inflamasi local dan luas. ompleks yang ter&adi dapat menimbulkan agregasi trombosit, akti'asi makrofag, 18
perubahan permeabilitas 'ascular, akti'asi sle mast, produksi dan pengelepasan mediator inflamasi dan bahan kemotatik serta influ: neutrofil. Bahan toksik yang dilepas neutrofil dapat menimbulkan kerusakan åan setempat (Gambar /.3#
b. ompleks imun mengendap di åan )al yang memungkinkan ter&adinya pengendapan kompleks imun diåan ialah ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas 'ascular yang meningkat antara lain karena histamine yang dilepas sel mast. c. Bentuk reaksi 6eaksi $ipe III me,punai dua bnetuk reaksi, local dan sistemik . 6eaksi local atau 7enomena Arthus Arthus yang menyuntikan serum kuda ke dalam kelinci intradermal berulang kali ditempat yang sama menemukan reaksi yang makin menghebat ditempat suntikan. ula-mula hanya ter&adi eritem ringan dan edem dalam /-1 &am sesudah suntikan. 6eaksi tersebut menghilang keesokan harinya. +untikan kemudian menimbulkan edem yang lebih besar dan suntikan yang ke 5-2 menimbulkan perdarahan dalam nekrosis yang sulit sembuh. )al tersebut disebut fenomena arthus yang merupakan bentuk reaksi dari kompleks imun (Gambar /.4#. antibody yang ditemukan adalah &enis presipitin.
Pada pemeriksaan mikroskopis, terlhat neutrofil menempel pada endotel 'ascular dan bermigrasi ke åan tempat kompleks imun diendapkan. 6eaksi yang timbul berupa kerusakan åan local dan 19
'ascular akibat akumulasi cairan (edem# dan +! (eritema# sampai nekrosis. 6eaksi tipe Arthus dapat ter&adi intrapulmoner ang diinduksi kuman, spora &amur atau protein fekal kering yang dapat menimbulkan pnemonitis atau al'eolitis atau 7srmers lung. /. Rea!si Tipe III siste"i!- serum sickness !ahulu reaksi tipe ini sering terlihat pada pemberian antitoksin yang
mengandung serum asing seperti antitetanus atau antidifteri asal kuda. Antibodi yang berperan biasanya Ig dan IgG. 6eaksi )er:heimer adalah serum sickness yang ter&adi setelah pemberian pengobatan penyakit kronis (sifilis, tripanosomiasis dan bruselosis#. Bila mikroorganisme dihancurkan dalam ¨ah besar &uga melepas se¨ah antigen yang cenderung bereaksi dengan antibodi yang sudah ada dalam sirkulasi. 1. +ebagian besar hipersensiti'itas tipe I* dipercaya merupakan penyebab dari autoimunitas. 6eaksi autoimun biasanya ditargetkan langsung terhadap antigen sel dengan distribusi åan yang terbatas. +ehingga penyakit autoimun yang dimediasi sel $ cenderung terbatas pada beberapa organ atau biasanya tidak sistemik. ;e&as åan dapat &uga mengiringi respon sel $ normal terhadap mikroba. +ebagai contoh, pada tuberkulosis, terdapat respon imun terhadap M. tuberculosis, dan responsnya men&adi kronik karena infeksinya sulit untuk dieradikasi. Inflamasi granulomatosa yang dihasilkan merupakan penyebab utama dari &e&as pada åan normal pada situs infeksi dan kerusakan fungsional. Pada infeksi 'irus hepatitis, 'irusnya sendiri tidak bersifat sitopatik tinggi, tapi respons limfosit $ sitolitik terhadap hepatosit yang terinfeksi yang menyebabkan &e&as pada li'er. Pada penyakit yang dimediasi sel $, &e&as åan disebabkan oleh !$) yang dimediasi oleh sel $ ?!1 atau lisis dari sel pen&amu oleh limfosit $ sitolitik ?!4. ekanisme &e&as åan adalah sama dengan mekanisme yang digunakan sel $ untuk mengeliminasi mikroba yang terkait sel. +el $ ?!1 dapat bereaksi terhadap antigen sel atau åan dan menyekresi sitokin yang menginduksi inflamasi lokal dan mengakti'asi makrofag. ;e&as åan aslinya disebabkan oleh makrofag dan sel radang lainnya. +el $ ?!4 spesifik untuk antigen pada sel autolog dapat langsung membunuh sel-sel tersebut. Pada banyak penyakit autoimun yang dimediasi sel $, terdapat sel $ ?!1 dan sel $ ?!4 spesifik untuk antigen pen&amu, dan keduanya berkontribusi dalam &e&as åan. +el $ melepas sitokin, bersama dengan produksi mediator sitotoksik lainnya menimbulkan respons inflamasi yang terlihat pada penyakit kulit hipersensiti'itas lambat. ?ontohnya dermatitis kontak yang diinduksi oleh etilendiamine, neomisin, anestesi topikal, antihistamin topikal dan steroid topikal. $erapi untuk hipersensiti'itas yang dimediasi sel $ didesain untuk mengurangi inflamasi, menggunakan kortikosteroid dan antagonis terhadap sitokin seperti $7, dan untuk menghambat respons sel $ dengan obat imunosupresif seperti siklosporin. Antagonis $7 telah dibuktikan bermanfaat 20
pada pasien dengan rheumatoid arthritis dan infammatory bowel disease. Banyak agen-agen baru yang dikembangkan untuk menghambat respons sel $. )al ini meliputi antagonis terhadap reseptor untuk sitokin seperti IC-/, dan agen yang memblok kostimulator seperti B3. !easa ini reaksi hipersensiti'itas tipe I* telah dibagi dalam !$) yang ter&adi melalui sel ?!1 dan T Cell Mediated Cytolysis yang ter&adi melalui sel ?!4.
ekanisme
dari
6eaksi
)ipersensiti'itas
$ipe
I*
/ ?ontoh Penyakit-Penyakit yang !imediasi +el $ ()ipersensiti'itas $ipe I*# a.
Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV ?ontoh klasik dari !$) adalah reaksi tuberculin, yang diproduksi oleh in&eksi intrakutan dari tuberculin, suatu protein-lipopolisakarida yang merupakan komponen dari tuberkel bacillus. Pada indi'idu yang sebelumnya telah tersensitisasi, ter&adi kemerahan dan indurasi pada situs dalam aktu 4-/ &am, mencapai puncak dalam /1-3/ &am, dan berkurang. +ecara morfologis, !$) dikarakterisasi oleh akumulasi sel mononuklear disekeliling 'ena kecil dan 'enula, menghasilkan sebuah Jperi'ascular cuffingK. $erdapat asosiasi mengenai peningkatan permeabilitas mikro'askular yang disebabkan mekanisme yang sama dengan inflamasi lainnya. +ehingga protein plasma akan keluar dan menyebabkan 21
edema dermal dan deposisi fibrin di interstisial. Eang terakhir men&adi penyebab utama ter&adinya indurasi, yang men&adi ciri !$). Pada lesi yang telah berkembang penuh, 'enula yang dikelilingi limfosit akan menun&ukkan hipertrofi atau hiperplasia endotel. !engan antigen persisten atau yang sulit didegradasi, seperti tuberkel bacilli yang berkolonisasi di paru atau åan lain, infiltrat limfosit peri'askular yang muncul di aal akan digantikan oleh makrofag dalam aktu / atau 0 minggu. akrofag yang terakumulasi seringkali mengalami perubahan morfologis men&adi sel epiteloid (mirip sel epitel#. +ecara mikroskopis, agregat sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, disebut dengan granuloma. Pola inflamasi yang kadang terlihat pada hipersensiti'itas tipe I* ini disebut dengan inflamasi granulomatosa. $ahapan selular dari !$) dapat dimisalkan oleh reaksi tuberculin. etika seorang indi'idu pertama kali terekspos terhadap antigen protein dari tuberkel bacilli, sel ?!1 $ naL'e mengenali peptida turunan antigen dan terkait dengan molekul kelas II pada permukaan AP?. )al ini memicu diferensiasi dari sel $ ?!1 naL'e men&adi sel $h. Induksi sel $h merupakan hal yang penting karena ekspresi !$) bergantung pada sebagian besar sitokin yang disekresi oleh sel $h. Beberapa sel $h akan memasukin sirkulasi dan tetap berada pada pool memori sel $ untuk aktu yang lama. Atau in&eksi intrakutan dari tuberculin pada seseorang yang sebelumnya terekspos tuberkel bacilli, dimana sel memori $h akan mengenali antigen yang ditampilkan AP? dan terakti'asi. +el-sel $h ini akan menyekresi sitokin, terutama I7-M, yang bertanggung &aab terhadap ekspresi !$). +itokin-sitokin yang paling rele'an dalam reaksi ini dan ker&a mereka adalah sbb9
IL-12, sitokin yang diproduksi makrofag dan se dendritik, penting untuk induksi respons !"1 dan #!$% &ada ta"ap a'a mea'an mikro(a, makrofag dan se dendritik menyekresi IL12, yang menginduksi diferensiasi se ! )#4* men+adi se !"1% $a ini akan menye(a(kan diproduksinya sitokin ain, yang dise(utkan di (a'a" ini% IL-12 +uga merupakan induer poten dari sekresi I.-/ oe" se ! dan se .% I.-/ akan memper(anyak diferensiasi se !"1% I.-/ memiiki (anyak efek dan merupakan mediator kuni pada #!$% &aing penting adaa" merupakan aktiator makrofag yang kuat% akrofag yang teraktiasi (erperan daam mengeiminasi antigen yang menyerang +ika aktiasi tetap (erangsung maka inamasi tetap (eran+ut dan ter(entuk (rosis% IL-2 menye(a(kan proiferasi parakrin dan autokrin dari se !, menye(a(kan akumuasi di situs #!$% !. dan imfotoksin merupakan 2 sitokin yang memiiki efek ter"adap se endote 1 peningkatan sekresi dari prostasikin, yang meningkatkan airan dara" dan menye(a(kan asodiatasi oka 2 peningkatan ekspresi &--seektin, 22
moeku ad"esi yang mempromosikan penempean imfosit dan monosit dan 3 induksi dan sekresi kemokin seperti IL-8% emokin yang diproduksi se ! dan makrofag merekrut e(i" (anyak agi eukosit ke situs reaksi% !ipe inamasi ini terkadang dise(ut inamasi imun%
)ipersensiti'itas tipe I* merupakan mekanisme utama pertahanan terhadap beragam patogen intrasel, termasuk mycobacteria, &amur, dan parasit tertentu, dan &uga berperan dalam re&eksi transplant dan imunitas tumor. amun di sisi lain, !$) &uga dapat menyebabkan penyakit. !ermatitis kontak merupakan contoh umum dari &e&as åan yang disebabkan oleh !$). )al ini dapat ter&adi akibat kontak dengan urushiol, komponen antigen dari poison ivy atau poison oak dan bermanifestasi dalam bentuk dermatitis 'esikular. ekanisme dasarnya mirip dengan yang di&elaskan sebelumnya untuk sensiti'itas tuberculin. Pada pa&anan berulang terhadap tanaman tersebut, sel ?!1 yang tersensitisasi terakumulasi di dermis, kemudian bermigrasi menu&u antigen di epidermis. !i sana mereka melepaskan sitokin yang merusak keratinosit, menyebabkan pemisahan dari selNsel ini dan pembentukan 'esikel intraepidermal.
7ormasi Granuloma pada )ipersensiti'itas $ipe I* b.
T Cell-Mediated Cytotoxicity Pada 'arian hipersensiti'itas tipe I* ini, sel $ ?!4 yang tersensitisasi membunuh sel target antigen. +el efektor tersebut disebut cytotoxic T lymphocyte (?$C#. !estruksi åan oleh ?$C merupakan komponen penting dari banyak penyakit yang dimediasi sel $. ?$C yang menyerang langsung antigen permukaan sel berperan penting dalam re&eksi graft. )al ini &uga berperan penting dalam resistensi terhadap infeksi 'irus. Pada sel yang terinfeksi 'irus, peptida 'irus terkait dengan molekul kelas di dalam sel, dan keduanya ditransportasikan ke permukaan sel dalam bentuk kompleks yang dikenali oleh $?6 dari limfosit $ ?!4 sitotoksik. Cisis dari sel yang terinfeksi menyebabkan eliminasi dari infeksi. !ua mekanisme utama dari kerusakan yang dimediasi sel $ telah diketahui9 (# perorin-granzyme-dependent killing, dan (/# Fas-Fas ligand-dependent killing. Perforin dan gran%yme merupakan mediator yang telah dibentuk yang terdapat di dalam granula mirip lisosom dari ?$C. Perforin dapat memperforasi 23
membran plasma dari sel target yang sedang diserang limfosit ?!4. Pada aalnya, sel $ ?!4 mendekati sel taget, kemudian ter&adi polimerisasi dari molekul perforin yang dilepaskan dan insersinya ke membran sel target, menyebabkan terbentuknya lubang-lubang di membran. Granul-granul ?$C mengandung protease yang disebut gran%yme, yang diantarkan ke sel target melalui pori-pori yang dibentuk perforin. +aat berada di dalam sel, gran%yme akan mengakti'asi kaspase, yang menginduksi apoptosis sel target. +ebagai tambahan, pori-pori perforin menyebabkan air masuk ke dalam sel, menyebabkan lisis osmotik. Fasdependent killing &uga menginduksi apoptosis sel target namun dengan mekanisme yang berbeda. ?$C mengekspresikan 7as ligan, molekul yang homolog dengan $7, yang dapat terikat dengan 7as yang diekpresikan oleh sel target. Interaksi ini akan menyebabkan ter&adi apoptosis.
24
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Alergi atau hipersensiti'itas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang men&adi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya non imunogenik. ekanisme ter&adinya alergi terdiri dari fase sensitasi dan fase elisitasi. lasifikasi dari hipersensiti'itas terdiri dari empat tipe yaitu tipe I, $ipe II. $ipe III dan $ipe I*. dan macamnya terdiri dari alergi oleh karena debu, suhu udara, makanan, obataobatan dan oleh bahan kimia lainnya yang dapat berpengaruh. +edangkan untuk pemeriksaan terhadap alergi dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penun&ang, dan untuk terapi alergi dapat dilakukan dengan menghindari allergen dan melakukan terapi farmakologis.
25
!A7$A6 PF+$AA
arnen Garna Barataid&a&a, Iris 6engganis. Imunologi dasar. "disi . ;akarta9 Balai Penerbit 7FIO /=19 p. 0-013. +uboo, Prof,dr, +c.,Ph!./==.Imunologi linik.;akarta.sagung seto.
26