klien 8.4.4 Tanyakan kepada klien
:
“Bagaimana perasaan
Budi
setelah
teratur
melakukan ibadah?
Apakah
keinginan
marah
berkurang 9. Klien
9.1
dapat
Klien
9.1.1
dapat
Diskusikan
mendemonstr
menyebutkan
dengan
asikan
jenis,
dosis,
tentang jenis obat
kepatuhan
dan
waktu
yang diminumnya
minum obat
minum
untuk
obat
klien
(nama,
warna,
serta manfaat
besarnya);
waktu
mencegah
dari obat itu
minum obat (jika
perilaku
(prinsip
5
3x : pukul 07.00,
kekerasan
benar:
benar
13.00, 19.00); cara
orang,
obat,
minum obat.
dosis,
waktu
9.1.2
dan
cara
pemberian) 9.2
Diskusikan dengan
klien
tentang
manfaat
Klien
minum obat secara
mendemonstr
teratur :
asikan
37
Beda
kepatuhan
perasaan sebelum
minum
minum obat dan
obat
sesuai jadwal
sesudah
yang
obat
minum
ditetapkan
Jelaskan
9.3
bahwa dosis hanya
Klien
boleh diubah oleh
mengevaluasi
dokter
kemampuann ya
dalam
Jelaskan mengenai
akibat
mematuhi
minum obat yang
minum obat
tidak
teratur,
misalnya, penyakit kambuh 9.2.1 Diskusikan tentang
proses
minum obat : Klien meminat
obat
kepada perawat ( jika
di
sakit),
rumah kepada
keluarga (jika di rumah) Klien memeriksa
obat
susuai dosis Klien meminum
obat
pada waktu yang tepat. 9.2.2. Susun
jadwal
minum
obat
bersama klien 9.3.1 Klien
38
mengevaluasi pelaksanaan minum
obat
dengan
mengisi
jadwal
kegiatan
harian
( self-
evaluation) 9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien 9.3.3 Beri pujian
atas
keberhasilan klien 9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan
Budi
setelah
minum
obat
secara
teratur?
Apakah
keinginan
untuk
marah berkurang?” 10. Klien
10.1Kl
dapat
mengikuti TAK
:
10.1.1
ien mengikuti
Anjurkan
TAK
untuk
:
klien
mengikuti
stimulasi
TAK : stimulasi
stimulasi
persepsi
persepsi
persepsi
pencegahan
pencegahan
pencegahan
perilaku
perilaku kekerasan
perilaku
kekerasan
kekerasan
10.2Kl
39
10.1.2 Klien
mengikuti
ien
TAK : stimulasi
mempunyai
persepsi
jadwal TAK :
pencegahan
stimulasi
perilaku kekerasan
persepsi
(kegiatan
pencegahan
tersendiri)
perilaku kekerasan 10.3Kl
10.1.3 Diskusikan dengan
klien
ien
tentang
kegiatan
melakukan
selama TAK
evaluasi
10.1.4
terhadap
Fasilitasi
pelaksanaan
untuk
TAK
mempraktikan hasil
klien
kegiatan
TAK
da
beri
pujian
atas
keberhasilannya 10.2.1 Diskusikan dengan
klien
tentang
jadwal
TAK 10.2.2 Masukkan jadwak TAK
ke
dalam
jadwal
kegiatan
harian
( self-
evaluation). 10.3.2 Validasi kemampuan klien
40
dalam
mengikuti
TAK 10.3.3 Beri pujian
atas
kemampuan mengikuti TAK 10.3.4 Tanyakan
pada
klien: “Bagaimana perasaan
Ibu
setelah mengikuti TAK?”
11.
11.1
11.1.1
Klien
Keluarga
Identifikasi
mendapatkan
dapat
kemampuan
dukungan
mendemonstr
keluarga
dalam
keluarga
asikan
merawat
klien
dalam
merawat klien
cara
sesuai
dengan
melakukan
yang
cara
dilakukan
pencegahan
keluarga terhadap
perilaku
klien selama ini
kekerasan
telah
11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta
keluarga
dalam
merawat
klien 11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :
41
Terkait dengan
cara
mengontrol perilaku
marah
secara konstruktif Sikap dan cara bicara
Membantu
klien
mengenal penyebab
marah
dan
pelaksanaan
cara
pencegahan
perilaku kekerasan 11.1.4 Bantu
keluarga
mendemonstrasika n
cara
merawat
klien 11.1.5 Bantu
keluarga
mengngkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi 11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah.
42
3.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-1 (pertama).
A. Fase prainteraksi Tanggal: 20 april 2012 Jam: 08.00WIB Biodata keperawatan Nama
: Ny. Fatimah
Umur
: 40 Tahun
Status
: Sudah Menikah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir : SD Alamat
: Mojokerto
A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak memukul-mukul dinding, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 2. Diagnosa keperawatan Perilaku kekerasan 3. TUK a. Klien dapat membina saling hubungan saling percaya. b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. 4. Rencana Tindakan a. TUK 1
Beri salam / panggil nama.
Sebutkan nama perawat
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelskan akan kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
43
Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. TUK 2
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 1. Fase Orientasi a. Salam terapeutik “Selamat pagi ibu? , Perkenalkan nama saya Muhammad najib al haritsi, ibu bias pangil saya haris, saya mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI mojokerto, saya akan merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa?, senang dipanggil siapa? (mengulurkan tangan sambil tersenyum menunjukkan sikap terbuka)” b. Evaluasi validasi “ saya perhatikan ibu mondar - mandir sambil memukul – mukul dinding, apa bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan ibu memukul-mukul dinding?”. c. Kontrak
Topik “Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kemampuan/ hobi atau hal-hal yang biasa anda lakukan?”
Tempat “Mau dimana kita bercakap-bercakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?”
Waktu “Mau berapa lama “bagaimana kalau 10 menit?”
B. Fase kerja “ Sekarang ibu bisa mulai menceritakan apa yang menyebabkan ibu memukul dinding?, apa yang ibu rasakan saat ini?”apa yang ibu lakukan jika ibu merasa kesal atau marah sperti ini?” bagaimana menurut ibu dengan tindakan ibu tersebut?” C. Fase terminasi a. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap? Apakah sudah merasa nyaman dan tenang kah?” b. Evaluasi obyektif “Sekarang ibu bisa istirahat dulu di kamar ibu,sambil ibu memikirkan masalah yang ibu alami saat ini”
44
c. Kontrak “Bagaimana k alau besok saya datang kembali untuk menemui ibu?, jam berapa sebaiknya saya datang kembali?, bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang cara menyalurkan marah secara fisik?, selama dua hari tidak bertemu coba ibu fikirkan bagaimana menurut ibu cara menyalurkan marah secara fisik.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-1 (ke-satu).
Tanggal: 20 april 2012 Jam: 08.00WIB A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak memukul-mukul dinding. 2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan 3. Tujuan Khusus : a. Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan prilaku kekerasan. 4. Rencana tindakan a. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap selama ini. b. Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien. c. Jelaskan cara-cara merawat klien d. Bantu kelurga mendemontrasikan cara merawat klien. e. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demontrasi. f. Anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama dirumah sakit dan melanjutkan setelah pulang ke rumah. B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 1. Fase Orientasi a. Salam terapeutik “Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Muhammad najib al haritsi, bapak bias pangil saya haris, saya mahasiswa dari STIKES 45
BINA SEHAT PPNI mojokerto. Saya yang akan merawat ibu hari ini. Nama bapak siapa? Senangnya di panggil apa? b. Evaluasi/validasi “bagaimana keadaan ibu saat ini?” c. “Kontrak
Topik Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang menyebabkan bapak marah dan cara mengatasinya?”
apa
yang
Tempat Mau dimana kita bercakap-bercakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?”
Waktu
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? 2. Fase kerja “Pak, marah merupakan satu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan diri nya sendiri, orang lain, lingkiungan.yang menyebabkan istri bapak marah dan mengamuk adalah kalau dia direndahkan kalau nanti wajah istri bapak tampak tegang dan merah lalu kelihatan gelisah ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan malampiaskan dengan membanting banting perabot rumah tangga. Bila hal tersebut terjadi sebaiknya bapak tetap tenang bicara lembut tetapi tegas jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar ibu seperti:gelas dan pisau. Jauhkan juga dari anak – anak kecil dari ibu. Bila ibu masih marah dan mengamuk juga segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit jiwa setelah sebelumnya difiksasi dulu. Jangan lupa minta bantuan orang lain untuk mengikat ibu ya pak, lakukan dengan tidak menyakiti ibu dan jelaskan alasan mengikat yaitu agar ibu tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Nah pak, bapak sudah lihat kan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda – tanda kemarahan muncul bapak bisa bantu ibu dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat. Kalau ibu sudah melakukan latihan dengan baik jangan berikan pujian ya pak. 3. Evaluasi subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara merawat ibu? 4. Evaluasi objektif Coba bapak sebutkan lagi cara merawat ibu! Setelah ini coba bapak ingatkan jadwal tyang telah dibuat untuk ibu ya pak. Kalau ibu marahnya sampai memukul atau merusak barang, segera hubungi saya 46
di puskesmas atau di no ni 0814xxxxxxx karena dalam kondisi seperti itu ibu butuh bantuan lebih lanjut. 5. Rencana tindak lanjut Setelah ini coba ibu bertemu dengan seseorang yang pernah membuat ibu kesal, sesuai jadwal yang kita buat tadi. 6. Kontrak
Topik Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?
Tempat Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju?
Waktu Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-2 (kedua).
Tanggal: 21 april 2012 Jam: 08.00WIB A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : klien tampak mondar-mandir, sesekali tampak memukul dinding, wajah merah dan tegang, pandangan mata tajam 2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan 3. Tujuan Khusus : a. Klien dapat dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan b. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan c. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan 4. Rencana Tindakan a.
TUK 1
Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah atau jengkel
Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel atau kesal yang akan dialami 47
b.
TUK 2
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan pada diri sendiri)
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
c.
TUK 3
Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa dilakukan
Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur serta bantal
Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dala m
Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam
Tanyakan perasaan klien setelah selesai
Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah atau jengkel
B. STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 1. Orientasi a. Salam terapeutik “Assalamu’alaikum, saya yang kemarin berbincang-bincang dan menemani ibu. Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi” b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan ibu hari ini?, Apakah ibu sudah memikirkan kirakira bagaimana cara menyalurkan marah secara fisik c. Kontrak
Topik: “Masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang?, bagaimana kalau kita bicarakan cara tersebut sekarang”
Tempat “Dimana enaknya kita berbincang- bincang tentang hal tersebut” 48
Waktu:
“Berapa lama ibu mau berbincang- bincang tentang hal tersebut” 2. Fase kerja “ kalau tanda – tanda marah yang ibu sebutkan kemarin seperti mata melotot, dada berdebar-debar,dan perasaan kesal, hal pertama yang ibu bisa lakukan adalah memukul-mukul kasur dan bantal. Kedua, ibu bisa menarik dalam untuk menyalurkan perasaan – perasaan tersebut. Sekarang kita kekamar disana nanti saya akan memperagakan cara memukul kasur dan bantal. “begini caranya bu......(perawat memperagakan cara memukul kasur dan bantal) Coba ibu ulangi! ya...........bagus sekali cara ibu memukul kasur dan bantal. Sekarang saya ajarkan cara menarik nafas dalam. Begini ibu, tarik nafas melalui hidung, tahan sampai hitungan ketiga lalu hembuskan perlahanlahan melalui mulut. Lakukan berulang-ulang sampai perasaan kesal dan dada berdebar-debar tadi hilang atau berkurang, kurang lebih selama 5 kali. Sekarang kita buat jadwalnya ya bu,berapa kali dalam sehari ibu mau melakukan latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?” 3. Fase terminasi. a. Evaluasi subjektif. “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara menyalurkan marah secara fisik?” b. Evaluasi objektif. “Coba ibu sebutkan lagi cara-cara memukul kasur dan bantal serta latihan tarik nafas dalam tadi!” c. Rencana tindak lanjut. “Setelah ini coba ibu lakukan latihan memukul kasur bantal dan tarik nafas dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi” d. Kontrak.
Topik “Nanti kita bicarakan tentang bicara yang baik bila sedang marah,setuju?”
Tempat “Tempatnya mau dimana ? bagaimana kalau disini saja?”
Waktu “Bagaiman kalau wakyunya seperti ini saja, ibu setuju?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-3 (ketiga).
49
Tanggal: 22 april 2012 Jam: 08.00WIB A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : klien sudah bisa mengontrol amarahnya namun tetap tegang 2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan 3. Tujuan Khusus : a. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku kekerasan. 4. Rencana tindakan a.
diskusikan cara bicara yang baik dengan klien.
b.
meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
c.
minta klien mengulang sendiri.
d. beri pujian atas keberhasilan klien. e.
diskusiikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan, misalnya: meminta obat, baju,dll,;menolak ajakan merokok, tidur tidak tepat pada waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat.
f.
susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
g.
klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicar a yang baik dengan mengiisi jadwal kegiatan (self-evaluation).
h.
validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
i.
berikan pujian atas keberhasilan klien.
j.
tanyakan kapada klien” bagaimana perasaan budi setelah latihan bica ra yang baik apakah keinginan bekurang?”
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Orientasi a. Salam terapeutik Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi. b. Evaluasi/validasi “Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik?” “Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” c. Kontrak 50
Topik Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah ibu, yaitu dengan cara mengungkapkan sesuatu dengan cara yang baik kepada orang yang dianggap bermasalah dengan ibu?
Tempat dimana enaknya kita berbincang – bincang tentang hal tersebut?
Waktu Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?
2. Fase kerja Ibu, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak reda juga marahnya, bisa pukul bantal atau guling atau juga tidak r eda juga dan ibu masih kesal dengan orang yang menyebabkan ibu marah, coba ketemu dengan yang bersangkutan kemudian sampaikan dengan kata-kta yang sopan, jelas maksudnya dan tidak menyalahkan. Atau jika ibu merasa dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu padahal ibu tidak mau coba ibu sampaikan juga penolakan ibu dengan cara yang sopan, tidak menggurui dan berikan penjelasan mengapa ibu mengambil sikap demikian? Bagaimana bu, bisa ibu coba carain?, bagaimana kalau ibu sekarang kita buat jadwal untuk menggungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal 3. fase terminasi a. evaluasi subjektif bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara melakukan cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal? b. Evaluasi subjektif Coba ibu sebutkan kembali cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal? c. Rencana tindak lanjut Setelah ini coba ibu bertemu dengan seseorang yang pernah membuat ibu kesal, sesuai jadwal yang kita buat tadi. d. Kontrak
Topik Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara menyalurkan marah melalui ibadah.
Tempat Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju?
Waktu Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 51
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-4 (ke-empat).
Tanggal: 23 april 2012 Jam: 08.00WIB A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : klien terlihat lebig segar, lebih tenang dan sudah dapat menguasai dirinya sendiri. 2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan 3. Tujuan Khusus : 1) Klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah prilaku kekerasan. 4. Rencana tindakan a. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan. b. bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang perawat. c. bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan. d. minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih. e. beri pujian atas keberhasilan klien. f. klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan(self- evaluation). g. susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah h. klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan harian (self-evaluation). i.
validasi kemampuan klien dalam melakukan validasi.
j. berikan pujian atas keberhasilan klien. k. tanyakan kepada klien:” bagaimana perasaan budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?” B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Orientasi a. Salam terapeutik “Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”. b. Evaluasi/validasi “Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik?” 52
“Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” c. Kontrak Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah ibu, yaitu dengan ibadah?” Tempat
dimana enaknya kita berbincang – bincang tentang hal tersebut? Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? 2. Fase kerja Ibu, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan lalu rileks, jika tidak reda juga ambil air wudhu’ kemudian shalat. Bagaimana ibu mencoba cara ini? Bagaimana kalau sekarang kita buat jadwal shalatnya bu? 3. Fase terminasi a. evaluasi subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara melakukan cara menyalurkan marah melalui melakukan ibadah? b. Evaluasi subjektif Coba ibu sebutkan kembali cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa marah? c. Rencana tindak lanjut Setelah ini coba ibu tunaikan shalat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi. d. Kontrak
Topik Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?
Tempat Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju?
Waktu Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-5 (ke-lima).
Tanggal: 24 april 2012 53
Jam: 08.00WIB A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : klien sudah dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah disampaikan oleh perawat 2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan 3. Tujuan Khusus a) Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku kekerasan 4. Rencana Tindakan a) Diskusikan dengan klien tentng jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3 kali: pkl.07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat. b) Diskusikan dengan kien tentang manfaat minum obat secara teratur c) Diskusikan tentang proses minum obat d) Susun jadwal minum obat bersama klien B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Orientasi a. Salam terapeutik “Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”. b. Evaluasi/validasi “Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik serta shalat dan baca doanya?” “Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” c. Kontrak
Topik Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum obat
Tempat Dimana enaknya kita berbincang – bincang tentang hal tersebut?
Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? 2. Fase kerja Ibu perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran menjadi lebih tenang dan tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga macam ibu, yang warnanya orange namanya CPZ, yang putih namanya THP, dan yang merah j ambu namanya HLP. Semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari yaitu pada 54
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bisa mengisap-isap es batu. Bila terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas. Sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat, apakah benar nama itu tertulis disana, berapa dosis yang harus di minum dan jam berapa saja harus di minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
3.4 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Tujuan 1. Tujuan umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya 2. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya. b) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik. c) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial. d) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya. e) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu: 1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan 2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik 3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial 4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual 5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Klien Kriteria klien
1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat. 2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
55
Proses seleksi
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria. 2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria. 3. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria. 4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi: menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.
Kriteria Hasil Evalusi struktur
1. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. 2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran. 3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. 4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik. 5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya. Evalusi proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir. 2. Leader mampu memimpin acara. 3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. 4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. 5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah. 6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. 7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir. Evalusi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu: 1. Memperkenalkan diri 2. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami. 3. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami. 4. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi. 5. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
56
BAB IV PEMBAHASAN& SKENARIO
4.1 Pembahasan kasus
Perilaku kekerasan merupakazn suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan. Factor pencetus perilaku kekerasan dapat bersumber dari klien maupun lingkungan itu sendiri. Klien berupa : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri. Lingkungan berupa : kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik inetraksi social. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengarhi oleh dua insting. Yaitu insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang di ekpresikan dengan agresivitas. Frustation-agression theory : teori yang dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif Dari contoh kasus di atas terlihat bahwa saudara T melakukan perilaku kekerasan yang mencederai diri sendiri dengan memukul-mukul diri ke tembok hal ini terjadi berhubungan dengan faktor psikologis yaitu berupa kegagalan yang di alami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. karena kopingnya yang tidak efektif dalam menerima hasil ujiannya yang menyatakan dirinya tidak lulus sedangkan kesehariannya dia pandai dalam semua bidang. Hal ini menyebabkab saudara T begitu frustasi sehingga melampiaskan kemarahannya dengan perilaku kekerasan mencederai diri sendiri. Oleh karena itu, klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
57
Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus di sadari oleh klien. Sehingga klien dapat di berikan pemahaman untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan berupa : 1. Bantu klien mengidentifikasi marah. 2. Berikan kesempatan untuk marah. 3. Praktekkan ekspresi marah. 4. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata. 5. Identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah. Dengan diberikannya pemahaman ini di harapkan tindakan perilaku kekerasan dapat teratasi, dukungan keluarga juga sangat di butuhkan dalam hal ini.
4.2 SKENARIO
Di sebuah kamar pasien Pav I no 3. Datanglah seorang perawat. Suster : “Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya ners Gabby nur inayah, biasa dipanggil ners Gabby, kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?” Pasien : (Diam saja sambil melotot) Suster : “Mas, perkenalkan nama saya ners Gabby, mas namanya siapa?” Pasien : “TARMIN”(dengan nada ketus) Suster : “Ooh.. mas Tarmin, mas Tarmin hari ini kabarnya bagaimana?” Pasien: (diam) Suster : “mas Tarmin, suster nanya nih” Pasien : (Diam) Suster : “Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak badan ta? Kok diam saja?” Pasien : (Diam) Suster : “yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi suster kembali, suster harap mas Tarmin sudah mau bicara” 10 menit kemudian Suster : “Loh(muka kaget) mas Tarmin k ok kepalanya dibentur2in, jangan dong mas..” Pasien: (sambil membentak suster) “Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang yang gak berguna, orang bodoh” Suster : (Berusaha menarik pasien dari tembok) “Siapa yang bilang mas Tarmin ini tidak berguna?” Pasien: “Saya ini gak berguna!!!!”(sambil teriak) Suster : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Tarmin, semua ya ng di ciptakan oleh Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Tarmin masih mempunyai tubuh yang lengkap”. 58
Pasien: (tertunduk) Suster :”Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jalan-jalan ke taman, bagaimana?” Pasien: “ngapain?” Suster: “biar pikiran mas Tar min tenang tidak marah-marah lagi.” Pasien: (pasien mau menerima ajakan suster). Di Taman Suster: mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang? Pasien: (termenung) Suster: mas kalau boleh suster tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan bahwa mas itu tidak berguna? Pasien: saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak lulus UAN..bodoh soal begitu saja saya tidak lulus.. Suster: mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Pasien: tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin memukul tanah) Suster: tenang ya Mas Tamin ! apa yang membuat Tamin kesal? Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan saya. Rasanya ingin saya pukul saja mereka. Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang ketidaklulusan itu ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu perilaku yang baik atau tidak? Pasien : tidak sus. Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu. Selain itu, tangan Mas Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Tamin? Pasien : iya ya sus. Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat tangan saya pegal pegal. Suster : baiklah, kalau begitu.. mari suster ajarkan cara untuk mencegah Mas Tamin melakukan kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Tamin, sesegera mungkin tarik napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk tenang. Ayo sekarang dicoba ¡ Pasien : (mempraktekkan nafas dalam) Suster : ya bagus. Sekarang bagaimana perasaan Tamin? Pasien : Kalau saya masih merasa kesal bagaimana, Sus? Suster : Kalau Tamin masih kesal, cobalah untuk mengekspresikannya ke benda yang tidak bahaya. Memukul bantal misalnya. Ayo sekarang dicoba ! 59
Pasien : begini sus? Iya sus, saya lega sekarang Suster : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Tamin bisa mempraktekkan 2 cara tadi kalau Tamin sedang kesal. Apakah Tamin sudah mengerti? Pasien : iya sus (menganggukkan kepala) Suster : Oke. ¡ suster yakin Tamin bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau begitu, sesuai kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah 10 menit, suster melanjutkan pekerjaan suster ya. Tamin bisa mencari kesibukan yang lain. Pasien : baik sus. Suster : besok suster akan menemui Tamin lagi untuk menanyakan 2 cara yang tadi sudah suster ajarkan sudah Tamin kerjakan atau belum. Tamin mau kita bertemu kapan dan di mana? Pasien : pagi jam 9 sus. Di taman. Suster : baik pagi jam 9, di taman ya. Sampai bert emu besok. ---
60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1.Menyerang atau menghindar (fight of flight) 2.Menyatakan secara asertif (assertiveness) 3.Memberontak (acting out) 4.Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
5.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya. Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.
61
DAFTAR PUSTAKA Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama Keliat, Budi Anna, dkk.2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.EGC:Jakarta Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Jallo, Harnawati A. 2008 Perilaku Kekerasan. 9 Maret 2008. Www.Harnawatiaj.Wordpress.Comm, 11 Mei 2009, Pukul 19.05. Keliat, B.A.1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. Maramis, W.F.1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC. Shives,R.L. 1998. Basic Concept Psychiatric-Mental Health Nursing. 4 th Ed.Philadelphia: Lippincott. Stuart, G.W. Dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC. Stuart, G.W. Dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Tim Pengembang MPKP. 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Jiwa. .Jakarta:WHO Dan FIK-UK Townsend, Mary C.1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:EGC. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/10/laporan-pendahuluan-perilaku-kekeraan.html http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=203 Keliat,
Budi
Anna
dan
Akemat.2005. Keperawatan
Kelompok .Jakarta:EGC
62
Jiwa:
Terapi
Aktivitas
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN
I.
Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 ) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995) Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Pasien jiwa yang mengalami perilaku kekerasan umumnya tidak dapat mengendalikan kemarahannya dengan baik. Sehingga emosinya sangat labil dan membahayakan orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun pada pasien jiwa dengan perilaku kekerasan yang sudah mampu bekerja sama dengan perawat hendaknya diajarkan tentang perilaku kekerasan yang pasien alami, mulai dari stimulasi penyebab kemarahannya, tanda dan gejala kemarahannya, yang dilakukannya saat marah atau perilaku kekerasannya, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya dan juga cara mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara kegiatan fisik, interaksi sosial, kegiatan spiritual maupun
63
dengan cara patuh minum obat agar perilaku kekerasan yang dilakukannya dapat terkendali dengan baik.
II. Tujuan 3. Tujuan umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya 4. Tujuan khusus
f) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya. g) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik. h) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial. i) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya. j) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
III.Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu: 6. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan 7. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik 8. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial 9. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual 10. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
IV.Klien Kriteria klien
3. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat. 4. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
Proses seleksi
5. Mengobservasi klien yang masuk kriteria. 6. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria. 7. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.
64
8. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi: menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.
V. Kriteria Hasil Evalusi struktur
6. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. 7. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran. 8. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. 9. Alat yang digunakan dalam kondisi baik. 10. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evalusi proses
8. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir. 9. Leader mampu memimpin acara. 10. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. 11. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. 12. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah. 13. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. 14. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu: 6. Memperkenalkan diri 7. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami. 8. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami. 9. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi. 10. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
65
VI.Pengorganisasian
1. Leader, bertugas : a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan. b) Memimpin jalannya terapi kelompok. c) Memimpin diskusi 2. Co-Leader, bertugas : a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan. b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang. c) Membantu memimpin jalannya kegiatan. d) Menggantikan leader jika terhalang tugas. 3. Fasilitator, bertugas
:
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok. b) Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan. c) Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan kegiatan. d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi. e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan. f) Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah. 4. Observer, bertugas
:
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan jalannya acara. b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok. 5. Setting tempat Keterangan : a) Leader: b) Co-leader: c) Pasien: d) Fasilitator: e) Observer:
66
VII. Proses Pelaksanaan Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya. 2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah). 3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan). 4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Senin/12 November 2012
Waktu
: Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu
:
-
Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
-
Terapi kelompok (25 menit)
-
Penutup (10 menit)
Tempat
: Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lawang Jawa Timur
Tim Terapis
Leader
: Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader
: Samsul Bahri
Fasilitator
: Ismaningsih Selvia Leli Agus Anika
Observer
:Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard 2. Kapur/spidol 3. Buku catatan dan pulpen 4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 67
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan a.
Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien. c.
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi a.
Salam terapeutik a) Salam dari terapis kepada klien. b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama). c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi a) Menanyakan perasaan klien saat ini. b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c.
Kontrak a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. b) Menjelaskan aturan main berikut 1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. 2) Lama kegiatan 45 menit. 3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d.
Tahap kerja a) Mendiskusikan penyebab marah. 1) Tanyakan pengalaman tiap klien. 2) Tulis di Papan tulis/ flipchart/whiteboard b) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi. 1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala). 68
2) Tulis di Papan tulis/ flipchart/whiteboard c) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri. 1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah. 2) Tulis di Papan tulis/ flipchart/whiteboard d) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan. e) Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang melakukan perilaku kekerasan). f) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi. g) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan. 1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan. 2) Tuliskan di Papan tulis/ flipchart/whiteboard h) Memberikan reinforcement pada peran serta klien. i) Dalam menjalankan a sampai h, upayakan klien terlibat. j) Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; dan akibat perilaku kekerasan. k) Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan.
e.
Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2)
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut 1)
Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2)
Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
69
c. Kontrak yang akan datang 1)
Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No
Nama
Penyebab
Klien
PK
Memberi Tanggapan Tentang Tanda&Gejala
Perilaku
PK
Kekerasan
Akibat PK
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Petunjuk: a.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
70
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasipersepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (“gregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik Tujuan
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien. b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan. c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Selasa/13 November 2012
Waktu
: Pkl. 11.00 s.d selesai
Alokasi waktu
: Perkenalan dan Pengarahan (10 menit) Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
Tempat
: Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR
: Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader
: Samsul Bahri
Fasilitator
: Ismaningsih Selvia Leli Agus Anika
Observer
:Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Kasur/kantong tinju/gendang 2. Papan tulis/ flipchart/whiteboard 3. Buku catatan dan pulpen 71
4. Jadwal kegiatan klien Metode
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1.
Persiapan a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.
Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien. 2) Klien dan terapis pakai papan nama. b. Evaluasi/validasi 1)
Menanyakan perasaan klien saat ini.
2)
Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan; penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya. c.
Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. b. Menjelaskan aturan main berikut 1)
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
3.
2)
Lama kegiatan 45 menit.
3)
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
Tahap kerja a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien. 1)
Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan klien.
2)
Tulis di Papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul
72
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang. c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang yang dapat dilakukan. d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih. 1.
Terapis mempraktikkan.
2.
Klien melakukan redemonstrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan. f. Memberikan pujian pada peran serta klien. g. Upayakan semua klien berperan aktif. 4.
Tahap terminasi a. Evaluasi 1)
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2)
Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
b. Tindak lanjut 1)
Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2)
Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
3)
Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien. c.
1)
Kontrak yang akan datang
Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
2)
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut.
73
No
Nama Klien
Mempraktikkan cara
Mempratekkan cara fisik
fisik yang pertama
yang kedua
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Petunjuk: 1.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimula si persepsi perilaku kekerasan, klien mampumempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
Tujuan
1.
Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2.
Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Rabu, 14 November 2012
74
Waktu
: Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu
: Perkenalan dan Pengarahan (10 menit) Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
Tempat
: Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR
: Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader
: Samsul Bahri
Fasilitator
: Ismaningsih Selvia Leli Agus Anika
Observer
:Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis 2. Buku catatan dan pulpen 3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien. 2) Klien dan terapis pakai papan nama. b. Evaluasi/validasi 1)
Menanyakan perasaan klien saat ini.
2)
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan. 75
3)
Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c.
Kontrak 1)
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.
2)
Menjelaskan aturan main berikut a)
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
b)
Lama kegiatan 45 menit.
c)
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja a.
Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain.
b.
Menuliskan cara-cara yang yang disampaikan klien.
c.
Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “saya perlu/ingin/minta . . ., yang akan saya gunakan untuk. . .”.
d.
Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara poin c.
e.
Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f.
Memberikan pujian pada peran serta klien.
g.
Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan. . .” atau ”saya tidak menerima dikatakan. . .” atau “saya kesal dikatakan seperti. . .”.
h.
Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara poin d.
i.
Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j.
Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2)
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari. 76
3)
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut 1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi. 2)
Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara teratur.
3)
Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang 1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah. 2)
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut. No
Nama
Memperagakan
Memperagakan
Memperagakan cara
Klien
cara meminta
cara menolak yang
mengungkapkan
tanpa paksa
baik
kekerasan yang baik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 77
Petunjuk: 1.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2.
Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3,TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Kamis, 15 November 2012
Waktu
: Pkl. 11.00 s.d selesai
Alokasi waktu
: Perkenalan dan Pengarahan (10 menit) Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
Tempat
: Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR
: Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader
: Samsul Bahri
Fasilitator
: Ismaningsih Selvia Leli Agus Anika
Observer
:Sinta Eva Herlinah
78
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis 2. Buku catatan dan pulpen 3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan a.
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 3.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi a.
Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien. 2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi 1)
Menanyakan perasaan klien saat ini.
2)
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan.
3)
Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c.
Kontrak 1)
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan.
2)
Menjelaskan aturan main berikut a)
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
b)
Lama kegiatan 45 menit.
c)
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
79
3. Tahap kerja a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien. b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien. c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien. d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah. e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih. f. Memberikan pujian pada penampilan klien. 4. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2)
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3)
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut 1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi. 2)
Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3)
Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang 1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur. 2)
Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan. Formulir evaluasi s ebagai berikut.
80
No
Nama Klien
Mempraktikkan
Mempraktikkan
kegiatan ibadah
kegiatan ibadah
pertama
kedua
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Petunjuk: 1.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan ibadah saat TAK. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4,TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat. 2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat. 3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal
:Jumat, 17 November 2012
Waktu
: Pkl. 09.00 s.d selesai
81
Alokasi waktu
: Perkenalan dan Pengarahan (10 menit) Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
Tempat
: Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa timur
Tim Terapis
LeadeR
: Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader
: Samsul Bahri
Fasilitator
: Ismaningsih Selvia Leli Agus Anika
Observer
:Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis 2. Buku catatan dan pulpen 3. Jadwal kegiatan klien 4. Beberapa contoh obat.
Metode
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan a.
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b.
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien. 2)
Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini. 2)
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan. 82
3)
Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan. 2)
Menjelaskan aturan main berikut a)
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
b)
Lama kegiatan 45 menit.
c)
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja a.
Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan tiap klien menyampaikan).
b.
Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c.
Tuliskan di whiteboard hasil a dam b.
d.
Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e.
Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secar bergiliran.
f.
Berikan pujian pada klien yang benar.
g.
Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h.
Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i.
Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j.
Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k.
Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.Memberi pujian setiap kali klien benar.
83
4. Tahap terminasi a.
Evaluasi 1)
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2)
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3)
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut 1)
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) c.
Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
Kontrak yang akan datang Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien perlu TAK yang lain
. Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut. No
Nama klien
Menyebutkan lima benar minum obat
Menyebutkan keuntungan minum obat
Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat
1. 2. 3. 4. 5. 6 7. 8
84