MAKALAH “PENGELOLAAN PESERTA DIDIK” Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Dosen Pengampu : Salimah,S.Pd,M.Pd
Disusun oleh : WIWIN WINARSIH Semester 5
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang Pengelolan Peserta Didik. Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................................ 1 B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1 C. Tujuan ............................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengelolaan peserta didik……………………………………………..3 B. Dasar pengelolaan peserta didik………………………………………3 C. Tujuan dan fungsi dari pengelolaan peserta didik……………………4 D. Prinsip dalam pengelolaan peserta didik……………………………..5 E. Pendekatan manajemen dalam pengelolaan peserta didik……………7 F. Ruang lingkup pengelolaan peserta didik ……………………………7 G. Rekrutmen peserta didik dalam pengelolaan siswa baru……………. 11 H. Pembinaan peserta didik dalam pengelolaan peserta didik …………13 I.
Layanan-layanan khusus dalam pengelolaan peserta didik ………..16
J.
Peranan guru dalam pelayanan peserta didik ………………………18
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................... 20 B. Saran................................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Dan pengelolaan itu sendiri adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien. Menurut Drs. Wirnano Hamiseno, pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan lola berati suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencankan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Dalam pelaksanaan selalu adanya tahap-tahap: pengurusan, pencatatan, dan penyimpanan dokumen. Pengurusan akan mudah dan lancar apabila dalam perencanaan dan pengorganisasian cukup mantap. Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek perkembangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai dapat memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang bervariasi. Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik
1.2.
Rumusan Masalah
1. 2. 3
Apakah yang dimaksud dengan pengeloaan peserta didik ? Apakah yang dimaksud dengan pendekatan perilaku anak ? Bagaimana cara atau langkah langkah menyusun kegiatan anak di lembaga PAUD
1.3
TUJUAN PENULISAN Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu : 1. 2. 3. 4.
menyebutkan dan menjelaskan siapa peserta didik Menjelaskan pengelolaan peserta didik Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan perilaku anak Mengetahui bagaimana cara menyusun kegiatan anak di lembaga PAUD Mengaplikasikan pengelolaan peserta didik di kehidupan nyata
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengelolaan Peserta Didik
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat.Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object) , yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan. 2,2 Dasar Pengelolaan Peserta Didik Dasar Hukum pengelolaan peserta didik diantaranya : 1. Pertumbuhan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang mengamanatkan mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Batang tubuh undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai ayat 5. 3. Undang-undang nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan : Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5 ayat 1). Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1). Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan (pasal 8). Warga egara yang belainan pisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa (pasal 8 ayat 1). Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (pasal 12 ayat 16). 2.3 Tujuan dan Fungsi
Menurut Rusdiana (2015: 182) tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah mengatur kegiatan peserta didik agarkegiatan – kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar disekolah, lebih lanjut proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut : 1. 2.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomoto peserta didik. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum ( kecerdasan ), bakat dan minat peserta didik. 3. Menyalurkan aspirasi harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik. Dengan terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat berjalan dengan baik dan tercapai cita-cita mereka. Sedangkan fungsi pengelolaan kelas peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi individualnya, sosial, segi aspirasi, kebutuhan dan potensi peserta didik. Fungsi manajemen peserta didik secara khusus : 1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak hambatan. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi : kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya. 2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua, dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitanj dengan hakikat peserta didik sebagai mahluk sosial. 3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. 4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam kehidupannya. 2.4 Prinsip Pengelolaan Peserta Didik Yang dimaksudkan dengan perinsip ialah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu perinsip. Perinsip pengelolaan peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka mengelola peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan dibawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip pengelolaan peserta didik menurut Rusdiana (2015:182) tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Pengelolaan peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengelolaan sekolah. Oleh karena itu ia harus mempunyai tujuan yang sama atau mendukung terhadap tujuan pengelolaan secara keseluruhan. Ambisi sektoral pengelolaan peserta didik tetap di tempatkan dalam kerangka pengelolaan sekolah. Ia tidak boleh di tempatkan di luar sistem pengelolaan sekolah.
2.
Segala bentuk kegiatan pengelolaan peserta didik harus lah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik. Segala bentuk kegiatan baik yang ringan atau yang berat maupun yang di sukai atau yang tidak disukai oleh pesertaa didik harus diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan perbedaan. Perbedaan pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan mempersatukan serta saling memahami dan menghargai.
4.
Kegiatan pengelolaan peserta didik harus dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Membimbing memerlukan kesediaan dari pihak yang di bombing yaitu pesrta didik.
5.
Kegiatan pengelolaan pengolahan peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya di sekolah, tetapi juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa keberuntungan peserta didik harus sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan pengelolaan peserta didik.
6.
Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, bak disekolah maunpun untuk masa depan.
7. -
A.
Aktivitas peserta didik hendaknya mempertimbangkan hal berikut: Atas dasar penelusuran minat dan kemampuan, serta pola jenis karir dalam masyarakat. Aktivitas pengelolaan dilaksanakan secara demokrastis. Peserta didik dipandang sebagai orang orang yang memiliki potensi. Pembinaan dilakukan secara berkesinambungan. Tidak menambah beban biaya bagi orang tua. Pengelolaan dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan dilaksanakan atas azas kerja sama. Perlu adanya deskripsi, pembagian tugas yang jelas. Setiap saat dievaluasi secara komprehensif.
Pendekatan Pengelolaan Peserta Didik Wujud pendekatan dalam manajemen peserta didik secara oprasional adalah : mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu. Kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitiatif ini lebih di arahkan agar peserta
didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat dipelajari dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendidi di lembaga pendidikan seperti sekolah.pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal. Diantara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah disatu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesehateraannya. Disatu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi disisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tuganya atau jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahtraan, iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik penyelesaian tugas-tugas peserta didik. Pengertian belajar menurut teori Behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya reaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan pada tingkah lakunya, apabila dia belum menunjukkan perubahan tingkah laku maka belum dikatakan bahwa ia telah melakukan proses belajar. Teori ini sangat mementingkan adanya input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Dalam proses pembelajaran input ini bisa berupa alat peraga, gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu proses belajar (Budiningsih, 2003). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
. TOKOH-TOKOH ALI RAN BE HAVI ORI SME Para tokoh aliran behaviorisme setidaknya ada Thorndike, Skinner, Pavlov, Gagne, dan Bandura. Pada intinya mereka menyetujui pengertian belajar di atas, namun ada beberapa perbedaan pendapat di antara mereka. Secara singkat akan kami bahas karya tokoh aliran behaviouristik sebagai berikut. 1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949) Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat. Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut: 1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. 2. Hukum latihan (law of exercise) , yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. 3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. 2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing: 1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur. 2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging. 3. CS (conditioning stimulus) : stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel. Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS = Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan ). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
3. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990) Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut ”Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. Unsur terpenting dalam belanja adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain: 1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. 3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. 4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri. 5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. 6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer. 7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
B. Langkah Langkh Menyusun Kegiatan Anak Acuan menu pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah rencana dari pengaturan kegiatan pengembangan dan pendidikan yang dirancang sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Selanjutnya disingkat menjadi menu pembelajran. Menu pembelajaran generik adalah program pendidikan anak usia dini secara holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan layanan kegiatan pengembangan dan pendidikan pada semua jenis program yang ditujukan bagi anak usia dini. Pengembangan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek pendidikan, gizi maupun kesehatan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum menjadi bahan baku dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar. Adapun prinsip-prinsip pengembangan: 1. Bersifat komprehensif Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan. Ketika kurikulum tidak bersifat komprehensif, maka proses pembelajaran terancam tidak bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. Proses pembelajaran menjadi tanpa arah dan tujuan.
2. Secara bertahap Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Oleh karena itu, beberapa pendekatan dan konsep yang ditawarkan oleh beberapa ilmuan atau pemerhati masalah pendidikan, baik dalam maupun luar negeri, bisa dijadikan bahan acuan jika itu baik dan bisa memajukan pendidikan.
Mengembangakan standar kompetensi anak Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar kompetensi sebagai acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak. Apabila sebuah kurikulum tidak bisa mengembangkan kompetensi anak, maka kurikulum tersebut perlu ditinjau ulang.Tujuan pembelajaran bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk masa depannya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta secara khusus bertujuan: 1. Anak mampu mengenal dan percaya Tuhan, melakukan ibadah, mengenal ciptaan tuhan dan mencintai sesama. 2. Anak memiliki nilai moral, sikap dan budi pekerti yang baik. 3. Anak mampu mengelola dan mengelola dan mengontrol keterampilan tubuh termasuk gerakan halus dan gerakan kasar serta mampu menerima rangsangan sensorik (pancaindera). 4. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar. 5. Anak mampu berfikir kreatif, logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan sebab akibat. 6. Anak memiliki keterampilan hidup (life skill) untuk membentuk kemandirian anak 7. Anak mampu mengenai lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, rasa memiliki dan sikap positif terhadap belajar. h. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai hasil karya yang kreatif. Perencanaan program pembelajaran Program pembelajaran adalah susunan kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun pembelajaran. Kegiatan yang harus disusun dan ditetapkan meliputi sesuai dengan sistem semester, ada tiga macam perencanaan kegiatan bermain di kelompok bermain, yaitu: 1. Perencanaan tahunan dan semester 2. Perencanaan kegiatan bermain mingguan 3. Perencanaan kegiatan harian Kegiatan bermain mingguan dan harian disusun berdasarkan perencanaan tahunan dan semester. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan meliputi: 1. Tema kegiatan 2. Kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain 3. Semester dan tahun ajaran 4. Jumlah waktu 5. Hari dan tanggal pelaksanaan 6. Jam pelaksanaan 7. Tujuan kegiatan bermain 8. Materi yang akan dimainkan sesuai dengan tema 9. Bentuk kegiatan bermain 10. Setiing lingkungan 11. Bahan dan alat yang diperlukan dalam bermain 12. Evaluasi perkembangan anak Perencaan persiapan jenis permainan Perencanaan persiapan jenis permainan adalah segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses kegiatan bermain.Pengertian dan Penggunaan Metode Bagi Anak TK Para ahli pendidikan anak berpendapat bahwa pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu
menumbuh kembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengertian metode pendidikan taman kanak-kanak Seorang guru taman kanakkanak sebelum melaksanakan program kegiatan belajar terlenih dahulu perlu memperhatikan tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak-kanak dan ruang lingkup program kegiatan belajar anak TK. Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Penggunaan metode di taman kanak-kanak Keterampilan yang hendak dikembangkan melalui berbagai program kegiatan dapat dibedakan atas pengembangan keterampilan kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan emosi serta pengembangan sikap hidup. Untuk mengembangkan berbagai keterampilan itu, dapat kita pilih metode yang paling cocok untuk masing-masing. Tema adalah kerangka bahasan untuk mengenalkan berbagai konsep, sehingga anak mampu mengenal dan membangun konsep secara utuh, mudah dan jelas. Pemilihan tema dapat berdasarkan pada: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
kehidupan terdekat anak minat anak atau kecenderungan anak permasalahan yang dihadapi pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema) ketersediaan berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak secara mandiri atau dengan sedikit bantuan kader/pendidik Mendukung perkembangan kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni Mengembangkan kosa kata anak, dan Nilai, kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penentuan tema harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dan tidak dibakukan. Seringkali pendidik PAUD terjebak harus menyelesaikan tema. Tema pada dasarnya hanya sebuah media yang membungkus konsep. Bungkus ini dapat diganti atau diubah, yang penting kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Tema yang dipilih hendaknya tema-tema yang menarik, yang menntang dan yang bermakna bagi anak. Untuk memnuhi kriteria-kriteria tersebut, sebaiknya tema itu berkaitan langsung dengan diri anak dan lingkungannya (Gardon dan Browne dalam Moeslichton, 2004:13) Sesuai dengan pandangan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (1994) sendiri telah melaksanakan program kegiatan bagi anak TK dan tidak tertutup kemungkinan bagi guru untuk mengembangkan tema sendiri. a. Tema Aku b. Tema Pancaindera c.
Tema Makanan Dan Minuman d. Tema Pakaian e. Tema Kebersihan f. Tema Binatang g. Tema Tanaman h. Tema Kendaraan i. Tema Pekerjaan j. Tema Rekreasi k. Tema Air, Udara, Dan Api l. Tema Negara m. Tema Alat Komunikasi n. Tema Gejala Alam o. Tema Tata Surya p. Tema Kehidupan Kota, Desa, Pesisir, Dan Pegunungan Menurut Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana. Moeslichatoen.2004. metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Pendahuluan Perencanaan pembelajaran pada program PAUD merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan arah yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain itu rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak, untuk itu disini kami akan membahas Komponen-komponen dalam rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, konsep yang ingin dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan merupakan acuan bagi pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran yang sistematis. Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus di kuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang di miliki oleh anak. Adapun proses pembelajaran terdiri atas beberapa hal diantaranya: 1. Merancang suasana pembelajaran 2. a) Ruangan dan halaman di atur guna menumbuhkan atau membangkitkan minat bereksplorasi anak dengan cara meletakkan media pembelajaran secara menarik. Pengaturan ruangan dan halaman dapat disesuaikan dengan tema mingguan 3. b) Metode pembelajaran yang dipilih hendaknya merangsang anak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya 4. Menjalankan atau melaksanakan pembelajaran 5. a) Proses pembelajaran tidak perlu diatur dalam tata urutan yang ketat. Anak hendaknya di beri kesempatan untuk memilih acara kegiatan pembelajarannya 6. b) Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sebaiknya di mulai dengan kegiatan yang dapat merangasang minat anak 7. c) Kegiatan yang dijalankan anak dalam satu hari hendaknya bervariasai anatara kegiatan yang bersifat ramai dan kegiatan yang melatih konsentrasi anak 8. Pengaturan Pengaturan proses pembelajaran lebih lanjut di atur dalam pedoman pengelolaan proses pembelajaran. Tujuan dan fungsi program pembelajaran Menurut catron dan allen (1999:23) tujuan program pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif. Menurut pendapat lain
Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembanganan sikap pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya. Adapun fungsi program pembelajaran diantaranya: Untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya Mengenalkan anak dengan dunia sekitar mengembangkan sosialisasi anak mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmatia masa bermainnya. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD Berikut ini prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD : 1. Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak. Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak. Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.
2. Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak Selain memperhatikan tahap perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan masing- masing. Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak secara individu. Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masingmasing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main. DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.
3. Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan) Rencana pembelajaran yang disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi:
moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya. Operasional 1. Tujuan Jelas dan dapat diukur: Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan. Tujuan yang dituangkan dalam rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati. 2. Dapat Dilaksanakan: Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan anak. 3. Mengoptimalkan Potensi Lingkungan Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak. Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda, tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya. Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini. Contoh: Tema : Tempat Beribadah, Sub tema : Masjid Kegiatan yang akan dilaksanakan:
Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatankegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan masjid. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll. Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki.
Metode Pembelajaran pada PAUD 1. Metode Pembelajaran Bermain a. Rasional metode pembelajaran melalui bermain Kegiatan bermain juga dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran. Kegiatan bermain adalah yang yang paling disukai oleh anakanak. Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apa pun dalam pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah, guru bisa dengan mudah menyelipkan ajaran-ajarannya. Ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa bermain merupakan pekerjaan anak- anak dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain, seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan. Ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu: 1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan berkomunikasi; 3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi kreativitas; 7) Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan. Format pembelajaran melalui bermain Metode pembelajaran melalui bermain terdiri dari tiga langkah utama, yaitu: (1) Tahap Prabermain Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan, yaitu kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan bahan dan peralatan. (2) Tahap Bermain Terdiri dari rangkaian kegiatan berikut: (a) Semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain; (b) Dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing; (c) Setelah kegiatan selesai, setiap anak menata kembali bahan dan peralatan bermainnya; (d)Anak-anak mencuci tangan. (3) Tahap Penutup (a) Menarik perhatian anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu; (b) Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain; (c) Menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok; (d)Menekankan pentingnya kerja sama. 2. Metode Pembelajaran Melalui bercerita a. Rasional metode pembelajaran melalui bercerita Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD. Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak serta tidak lepas dari tujuan pembelajaran bagi anak PAUD. Penggunaan metode bercerita haruslah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: 1) Isi cerita harus terikat dengan dunia kehidupan anak TK. 2) Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perrasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh sukacita. 3) Kegiatan bercerita harus diiusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng adalah: 1) Mengembangkan imajinasi anak; 2) Menambah pengalaman; 3) Melatih daya konsentrasi; 4) Menambah perbendaharaan kata; 5) Menciptakan suasana yang akrab; 6) Melatih daya tangkap; 7) Mengembangkan perasaan sosial; 8) Mengemb angkan emosi anak; 9) Berlatih mendengarkan; 10) Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif; 11) Menambah pengetahuan. b. Format pembelajaran melalui bercerita Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari lima langkah, antara lain yaitu: 1) Menentukan tujuan dan tema cerita 2) Menentukan bentuk bercerita yang dipilih 3) Menentukan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita 4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: a) menyampaikan tujuan dan tema cerita; b) mengatur tempat duduk; c) melaksanakan kegiatan pembukaan; d) mengembangkan cerita; e) menetapkan teknik bertutur; f) mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita. 5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita. 3. Metode Pembelajaran Melalui bernyanyi Rasional metode pembelajaran melalui bernyanyi menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan perkembangan pribadinya secara luas karena: 1) bernyanyi bersifat menyenangkan; 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan; 4) bernyanyi dapat membangun rasa percaya diri anak; 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak; 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor; dan 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan kemampuan motorik anak; serta dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok. Kegiatan bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu, banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. 4. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi Metode pembelajaran melalui bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tahap perrencanaan, (penetapan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan menetapkan evaluasi pembelajaran) 2) Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari: al: guru memperkenalkan lagu mbahan: anak diajak mendramatisikan lagu. 3) Tahap penilaian dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak. 4. Metode Pembelajaran Terpadu a. Rasional metode pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang secara optimal. b. Manfaat metode pembelajaran terpadu Ada beberapa manfaat dari metode pembelajaran terpadu, yaitu meningkatkan
perkembangan konsep anak, memungkinkan anak untuk mengeksplorasikan pengetahuan, Membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dapat dilaksanakan pada jenjang yang berbeda. Sintak pembelaajaran terpadu Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah berikut: 1. Memilih tema, 2. Penjabaran tema, 3. Perencanaan, 4. Pelaksanaan, 5. Penilaian 5. Metode Pembelajaran Karya Wisata a. Rasionalisasi metode pembelajaran karya wisata Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di sekitar anak. b. Format metode pembelajaran karya wisata Secara umum, rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUS adalah: 1) Menentukan sasaran dan lokasi, 2) Melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pengelola lokasi, 3) Merumuskan program kegiatan, 4) Membentuk panitia pelaksana (bila perlu), 5) Mmenyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang deperlukan, 6) Merumuskan tata tertib kegiatan, 7) Meminta izin dan partisipasi orang tua 6. Metode Pembelajaran Demonstrasi a. Rasionalisasi metode pembelajaran demonstrasi Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini, diharapkan anak-anak dapat mengenal langkah- langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannnya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh pamong. b. Format metode pembelajaran demonstrasi Secara umum, rancangan yang dapat dibuat meliputi: 1) Menetapkan tujuan dan tema kegiatan, 2) Menentukan bentuk demonstrasi yang dipilih, 3) Menyiapkan alat dan bahan, 4) Menetapkan langkah-langkah kegiatan, Menetapkan penilaian kegiatan. 5. Metode Pembelajaran Bercakap-cakap (Berdialog) Kegiatan bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, dan kebutuhan kepada orang lain. Seorang pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata trima kasih, pintar, alhamdulillah, luar biasa, permisi, subhanallah dan lain-lain. 6. Metode Pembelajaran Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian, dan membangun motivasi anak bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi kreativitas anak, terus-menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa terpaksa, tertekan, membuat anak bosan, bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi. 7. Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling) Metode ini menekan pada pembelajaran sistem sentra, sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisasi. Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut: a. Pijakan lingkaran main b. Pijakan
pengalaman sebelum bermain c. Pijakan pengalaman main setiap anak d. Pijakan pengalaman setelah main Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang bersifat umum yang harus dilakukan oleh pamong PAUD dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra. 8. Metode Pembelajaran Quantum Teaching Metode ini tergolong relatif baru dalam PAUD karena pada umumnya metode ini digunakan untuk pendidikan formal. Metode Quantum Teaching , peran otak kanan dan kiri dapat dioptimalkan. Metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial, kinestetik). Selain itu, metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, dan nyaman sehingga anak-anak lebih betah selama belajar. Rencana pembelaharan PAUD operasional yang dijadikan acuan bagi guru untuk mengelola kegiatan bermain untuk mendukung anak dalam proses belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan individual) anak yang terlibat dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk: 1. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran 2. mengarahkan guru untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, 3. mengarahkan guru untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dimiliki anak Mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Menyusun Alur Perencanaan Pembelajaran PAUD Dalam meyusun alur perencanaan pembelajaran PAUD perlu mengetahui beberapa hal berikut ini : 1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi perkembangan anak yang mencakup aspek nilai agama dan moral,fisik motorik,kognitif,bahasa,sosial- emosional,dan seni. Lebih lanjut tentang STPP.
2. Kompentensi Inti (KI) Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan tingkat kemampuan untukmencapai STPP yang harus dimiliki peserta didik PAUD pada usia 6 tahun. Jadi Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi dari STPP dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki anak dengan berbagai kegiatan pembelajaran melalui bermain yang dilakukan di satuan PAUD. Kualitas tersebut berisi gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran pada PAUD yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar program pengembangan. Dalam merumuskan Kompetensi
Dasar juga memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,serta ciri dari suatu program . Kompetensi Dasar(KD) PAUD dibahas lengkap Disini
3. Menurunkan KD menjadi Materi/Muatan Ajar Pada pembelajaran PAUD hal yang terpenting adalah proses belajar yang menumbuhkan anak senang belajar, senang melakukan proses saintis, BUKAN menekankan pada penguasaan materi karena penilaian atau assessmen pada program merujuk pada tahap perkembangan. Contoh menurunkan KD menjadi Muatan Ajar PAUD Namun demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan melalui kegiatan bermain juga memberikan penambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan memperhatikan kemampuan yang sesuai tahap perkembangan anak pada usia tertentu pada umumnya Oleh karena itu pendidik juga harus mampu menurunkan materi yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Dampak Sosial dan Dampak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pendidikan yang bermutu mampu memberi kontribusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan pendidikan yang layak seperti anak-anak pada umumnya. pendidikan baik dampak negatif maupun positif. DAMPAKSOSIAL v Dampak negatif Kelemahan pada faktor psikologis, beberapa orang tua dari anak berkebutuhan khusus mengalami ketidaknyamanan secara sosial baik di lingkup keluarga besar maupun dalam masyarakat, antara lain : 1. Ada rasa malu atau tidak percaya diri membawa anak mereka ke lingkungan keluarga besar atau masyarakat 2. Merasa anak berkebutuhan khusus memiliki kekurangan 3. Orang tua merasa enggan memasukkan ke sekolah karena malu, minimnya biaya untuk sekolah, minimnya pengetahuan dan pengalaman orang tua, dan kendala operasional sekolah reguler. 4. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari 5. Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar 6. Kesulitan dalam penyaluran tenaga kerja 7. Masalah gangguan kepribadian dan emosi Dampak positif Anak berkebutuhan khusus sama dengan anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang sama dalam layanan pendidikan. Berikut dampak positif adanya anak berkebutuhan khusus, antara lain : 1. Membelajarkan manusia normal untuk hidup berdampingan dengan anak berkebutuhan khusus. 2. Membelajarkan masyarakat bagaimana memperlakukan anak berkebutuhan khusus 3. Berinteraksi sosial dan mererima anak berkebutuhan khusus dengan baik 4. Menimbulkan kasih sayang, menghargai, menolong, empati, dan berbagi sehingga lingkungan kondusif dan membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus
Dampak negatif Anak berkebutuhan khusus memiliki hak memperoleh pendidikan seperti anak pada umumnya, hanya saja hingga saat ini masih terdapat kendala, antara lain : 1. Operasional pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan biaya tinggi 2. Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat 3. Sulit memanfaatkan waktu luang mengembangkan SELURUH POTENSI PERKEMBANGAN yang dimiliki oleh setiap anak pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini seharusnya sarat dgn aktivitas bermain yg mengutamakan adanya KEBEBASAN Bagi anak untuk BEREKSPLORASI DAN BERKREATIVITAS, Sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai FASILITATOR Pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Albrecht n Miller,2000: 216-218)
KURIKULUM ADALAH SEPERANGKAT RENCANA DAN PENGATURAN MENGENAI TUJUAN, ISI DAN BAHAN PELAJARAN SERTA CARA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN TERTENTU (UU SISDIKNAS NO 20 THN 2003, BAB I, PSL 1 AYAT 19)
KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI YAITU:
Anak adalah pembelajar yang aktif Anak belajar melalui sensori dan panca indera Anak membangun pengetahuan sendiri Anak berpikir melalui benda konkret Anak belajar dari lingkungannya
PENGERTIAN PERENCANAAN Menggambarkan aktivitas secara keseluruhan sebelum kegiatan yang sesungguhnya Dilaksanakan.Gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran di lembaga PAUD
Perencanaan yang baik = 50% keberhasilan Gagal merencanakan = merencanaka kegagalan Sebagai acuan bagi pendidik/kader/orangtua dalam mengelola pembelajaran/aktivitas bermain
Dua aktifitas utama dalam merenanakan
Berpikir keras menuliskan Secara Tepat Menggambarkan aktivitas secara keseluruhan sebelum kegiatan yang sesungguhnya dilaksanakan
Gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran di lembaga PAUD
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN — Rencana pembelajaran harus sesuai dengan indikator perkembangan anak — Rencana pembelajaran harus mengembangkan semua aspek perkembangan — Rencana pembelajaran harus memuat rencana kegiatan yang membolehkan anak
berekplorasi dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan perkembangannya — Rencana pembelajaran harus bersifat rasional, dapat dilaksanakan, dengan didukung oleh bahan dan alat yang dapat dimainkan anak — Rencana pembelajaran dapat dibungkus oleh tema sebaga topik bahasan — Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk proyek yang dilaksanakan dalam sentra
1.Kalender Program Tahunan Sekolah 2.Tema yang dipilih 3.Pemilihan indikator u/ pembelajaran dengan memperhatikan: keterkaitan dengan tema, urutan dari yang mudah ke yg sulit, dr kongkret ke abstrak. Program Tahunan TAHAP II 1.Indikator yg dipilih sesuai dengan kelompok usia 2.Tema terpilih 3.Kegiatan – kegiatan yang terkait dengan tema. 1. Wawasan pendidik ttg tema 2. Alokasi waktu 3. Lagu, sajak, cerita pendukung
4. Bahan bacaan/narasumber 5. Kosa kata yang ingin dikembangkan
Program Semester & Bulanan TAHAP III 1.Indikator yang dipilih berdasarkan minat anak 2. 3. 4. 5.
hasil evaluasi terhadap anak Ketersediaan bahan/alat/ media Tempat yang digunakan Kejadian-kejadian terkini/situasi-situasi khusus
Program mingguan tahap 1V 1.Keunikan anak secara Individual 2.Data pengamatan anak hari sebelumnya 3.Daftar pertanyaan terbuka 4. Persiapan pengayaan konsep 5. Pijakan atau dukungan spesifik untuk setiap anak 6. Pencatatan hasil pengamatan terhadap setiap anak dan komentar
Program Harian Kemampuan dasar dalam menu generik/Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan No Aspek Perkembangan Kemampuan yang dikembangkan (menu generik) Kemampuan yang dikembangkan ( standar PAUD) 1 Agama dan moral
Nilai dan adab kesopanan
2 Fisik
Kemampuan dalam mengkoordinasikan beberapa gerakan kasar
. Kemampuan mengontrol otot-otot kecil
. Koordinasi mata dan tangan
Motorik Kasar dan halus, kesehatan fisik.
3 Bahasa kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, keaksaraan .
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada seorang pendidik (Yusrina, 2006). Dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu atau manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato (1982) pengelolaan peserta didik merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktvitas yang berkaitan dengan peserta didik diantaranya, yaitu mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Pengelolaan peserta didik adalah suatu pencatatan siswa dari proses penerimaan hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau sebab lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.warna-sahabat.com/2014/06/contoh-makalah-pengelolaan-peserta.html. diakses pada tanggal 2 april 2015 http://aanhendroanto.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-ruang-lingkupmanajemen.html. di akses tanggal 4 april 2015 https://solehhamdani.wordpress.com/sosiologi/manajemen-peserta-didik/ http://manajemensekolah24.blogspot.com/2012/10/manajemen-peserta-didik.html
DAFTAR PUSTAKA
http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc02pengaruh+PAI+terhadap+pembentukan+akhl ak+siswa.pdf , diakses tanggal 01 November 2017, pukul 22.00 WIB) Sagala, Dr. Syaiful, M.Pd. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat . Jakarta: Nimas Multima. Siti Aminarti.2011. Manajemen Sekolah Pengelola Pendidikan Secara Mandir i . Jogjakarta: AR-MZ Media Suharsimi Arikunto.1993.Organisasi dan Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada