SISTEM EKONOMI ISLAM MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun Oleh:
Dennis Armadhan
NIM 4312111015
Eka Rahmawati
NIM 4312111003
Muadz Abdurrohman
NIM 4312111029
Mohammad Taufan Renaldy P
NIM 4312111028
Teknik Komputer dan Jaringan Politeknik Negeri Jakarta 2012
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................................ i BAB I. Pendahuluan Pendahuluan ............................................................................. ................. 1 BAB II. Sistem Ekonomi Islam ................................................... .......................... 2 2.1 Pengertian Ekonomi Islam ........................................................ ......................................................................... ................. 2 2.2 Zakat .......................................................................................................... 6 2.2.1 Hukum Zakat Zakat ....................................... ............................................. 7 2.2.2 Jenis-jenis Zakat..................................................... ................................................................................ ........................... 7 2.2.3 SyaratS yarat-syarat syarat Wajib Zakat................................................ ................. 10 2.3 Jual Beli ..................................................................................................... 10 2.4 Riba ...................................................... ............................................................................................................ ...................................................... 12 2.5 Wakaf ................................................... ...................................................... 14 2.5.1 Hukum Wakaf ............................................... .................................... 15 2.5.2 Rukun Wakaf ................................................ .................................... 15 2.5.3 Wakaf Tunai.................................................. .................................... 16 2.6 Prinsip-prinsip Ekonomi ................................................. ........................... 17 2.7 Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam ............................... 18 2.8 Tujuan Ekonomi Islam.................................................... ............................................................................... ........................... 19 BAB III. Kesimpulan ................................................... .................................... 20 Daftar Pustaka ..................................................... .................................................................................................. ............................................. ii Sistem Ekonomi Islam | i
BAB I PENDAHULUAN Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan. Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad saw dipilih sebagai seorang Rasul (utusan Allah). Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan hidup masyarakat, selain masalah hokum (fiqh), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalat). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah saw, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda, “kemiskinan membawa orang kepada kekafiran”. Maka upaya untuk mengentas kemiskinan merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Rasulullah saw. Perkembangan pemikiran ekonomi Islam pada masa Nabi Muhammad saw belum berkembang, hal ini disebabkan karena masyarkat pada saat itu langsung mempraktekannya dan apabila menemui persoalan dapat menanyakan langsung kepada Nabi. Sementara secara kontekstual persoalan ekonomi pada masa itu belum begitu kompleks. Secara mikro praktek ekonomi yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat pada masa itu sarat dengan unsur economic justice dalam kerangka etika bisnis yang Qur’ani.
Sistem Ekonomi Islam | 1
BAB II SISTEM EKONOMI DALAM ISLAM
Sistem
Ekonomi
Islam
atau
syariah
sekarang
ini
sedang
banyak
diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme. Makalah ini akan membahas tentang apa sistem ekonomi Islam/syariah itu. 2.1 Pengertian Ekonomi Islam
Islam
Aqidah
Syariah
Akhlaq
Ibadah
Muamalah
Hukum
Ekonomi &
Pidana/Perdata
Finansial
Politik
Ekonomi adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha yang bertujuan untuk memenuhi segala keperluan hidup manusia. Dalam pengertian masa kini, ekonomi ialah satu pengkajian yang berkenaan dengan kegiatan manusia dalam menggunakan sumber-sumber untuk memenuhi keperluan mereka. Dalam islam, kegiatan seperti ini termasuk kedalam syariah. Pengertian syariah secara etimologi (asal kata) berarti sumber air atau jalan yang lurus. Sedangkan secara terminologi, syariah adalah kumpulan norma Illahi Sistem Ekonomi Islam | 2
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, juga hubungan manusia dengan alam, dan norma-norma ini sudah pasti benar dan lurus. Jadi, ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja salah satu bentuk kegiatan ekonomi dan merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:
χρ–Š I σ ÷ ßϑø9 $ ρ#u … èã& !θ ß™ ‘u ρ u / ö 3 = É ø‹ó t ø9 $# Ο É Î=≈ ãt 4’ < Î n ) š ä n = Η u åx ª! $# “ u z ¡ | ùs (# èθ =ϑ y ôã $# È≅ è% ρu u ä ™ y ρ u ( βθ t ãΖÏΒ
÷Λä . ä $ ϑ y Î / / 3 ä Î mã∞7 ⊥ t ã‹ ùs Íο‰ y ≈ ¶ #u ∩⊇⊃∈∪ βθ t è= ϑ y ÷è ? s Ζ p κ ¤ 9 $ ρ Artinya: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu”.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw: “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan”. (HR.Thabrani dan Baihaqi)
Menurut Karim (2002:13-15), setidaknya ada tiga mazhab ekonomi Islam, yaitu: a. Mazhab Baqir As-Sadr Mazhab ini berpandangan bahwa ilmu ekonomi tidak pernah sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi dan Islam tetap Islam. Secara filosfis keduanya mempunyai dasra yang tidak hanya berbeda, teta pi berseberangan dan kontradiktif. Menurut ilmu ekonomi, keinginan manusia itu tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia itu terbatas, yang menjadi sumber masalah ekonomi. Sementara menurut Islam, karena segala sesuatunya telah terukur dengan sempurna maka Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi manusia di dunia sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qamar ayat 49: Sistem Ekonomi Islam | 3
∩⊆∪ 9 ‘‰ y >ó « x ¨≅ . ä ‾$ Ρ)Î y ) s Î / çµ≈ o Ψ ø) n z = Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya.”
Demikian juga dengan keinginan manusia yang tidak terbatas itu adalah pernyataan yang salah dan menyesatkan karena pada kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. Mereka mencotohkan bahwa manusia akan berhenti minum jika dahaganya sudah terpuaskan. Masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah (ekonomi kapitalisme). Oleh karenanya mazhab ini tidak menggunakan istilah ekonomi islami, tetapi menggantinya dengan istilah ‘iqtishad’ yang secara filosofi lebih tepat dan lebih islami. Iqtishad berasal dari bahasa arab ‘qasad’ yang mempunyai arti ekuilibrium atau keadaan sama, seimbang atau pertengahan. Konsekuensi dari pemilihan istilah ini adalah mereka menolak dang membuang jauh-jauh ilmu ekonomi konvensional dan berusaha menyusun teoriteori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan dideduksi dari Al-Qur’an dan As-Sunah. Tokoh utama mazhab ini adalah Muhammad Baqir As-Sadr. b. Mazhab Mainsream Mazhab ini berbed dengan mazhab yang pertama dan mendukung konsep ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa sumber masalah ekonomi adalah karena sumber daya yang terbatas dan dihadapkan pada keinginana manusia yang tidak terbatas. Bahkan menurut mereka keterbatasan sumber daya ini diakui oleh islam sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 155:
Sistem Ekonomi Islam | 4
3 NÏ ≡ ϑ ¨W9 ρ# § Ä à Ρ{ ρ# ÉΑ θ ≡ øΒ{# ÏiΒ < È ø)Ρ ρ Æí θ àfø9 ρ# ∃Å θ ö ƒ :ø # ÏiΒ &ó ´ Î/ Ν 3 ä ‾Ρ θ è=ö7 Ψ 9 ρ ¢ 9# ̱Ïe 0 ρ ∩⊇∈∈∪ Î 9 É ≈ Á t y $u
F $u
u F $ z
t u
$u
s $ z
y
š
u o s u
$
o u
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Sedangkan keinginan manusia tidak terbatas juga dianggap sebagai hal yang ilmiah. Dalilnya firman Allah dalam surat At-Takatsur ayat 1-3 yang berbunyi:
ô™y āξ . x ∩⊄∪ Ît /$ ) s ϑ y ø9 $# ãΛnä ‘ö —ã 4 ® L my ∩⊇∪ èãO 3 % s − G 9 $# ãΝ 3 ä 9γ y ø9&r ∩⊂∪ βθ ϑ n = ÷è ? s ’ t ß š θ Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). ”
Meskipun mazhab ini sejalan dengan pandangan imu ekonomi konvensional, mereka mempunyai perbedaan dalam hal menyelesaikan masalah tersebut. Dilema keterbatasan sumberdaya menghadapi keinginan manusia yang tak terbatas memaksa manusia untuk menentukan pilihan-pilihan atas keinginannya Dalam ekonomi konvesional, penentuan pilihan tersebut dilakukan brdasarkan selera pribadi. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga mengabaikannya. Hal demikian dalam al-qur’an disebut “pilihan yang dilakukan dengan mempertaruhkan hawa nafsu”. Dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk ekonomi, selalu dipandu oleh Allah lewat Al-Qur’an dan Sunnah. Tokoh utama mazhab ini adalah M. Umar Chapra, M.A Mannan dan Nejatullah Siddiqi. c. Mazhab Alternatif-Kritis
Sistem Ekonomi Islam | 5
Mazhab ini mengkritik dua mazhab sebelumnya. Mazhab Baqhir di kritik sebagai mazhab yang berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain. Sementara mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neo-klasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat. Mazhab ini berpendapat bahwa analisis-kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosailisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi Islami belum tentu benar karena ekonomi Islami adalah tafsiran manusia atas Al-Qur’an dan Sunnah sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional. 2.2 Zakat
Secara bahasa zakat berasal dari kata zaka yang berarti tambah atau tumbuh, bersih dan suci sedangkan secara istilah zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syariat. Menurut Hukum Islam (istilah syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy) Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Dengan mengeluarkan zakat diharapkan hati orang yang berzakat akan menjadi bersih. Hal ini sesuai dengan firmana Allah SWT:
Sistem Ekonomi Islam | 6
3 3 Ν Νö ç °λ λ ç ;; ° Ö “ è“ ? ?è ρρ Ν Îãγ Ü è ?? è π πZ% ‰ ‰¹ Ν ‹õ è{ è Ö 3 3 3™ 7 7 7 ?? θ θθ= = ¹ β¨ Î)Î ( ( Ν Νö Îγ γ Î ‹ ‹ø = = æ ≅ ≅eÈ ¹ ρρ $ $ 5κ κ Í5 Ν Ν κ κÍ . .jÏ . “ Νö èδ è γd Î Ü Νö Îλ λÏ ;≡ ;; Î θ θ≡θΒø & ôΒÏ ‹ íΟ ÎŠ Š = = Îæ ì ìì ‹ ‹ ϑ ϑÏ ™ ! ρ#ρ ∩⊇⊃⊂⊂∪∪ ΟŠ Ο Ο s y y s 4 n n |
n n t
| u p p
t u
s
s y |
u r
t
y ª ª $$u
Artinya: “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya” (At-Taubah:103) 2.2.1
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia. 2.2.2
Jenis-jenis Zakat
Dalam ajaran islam terdapat dua jenis zakat, yakni: a. Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan atas tiap-tiap orang muslim yang harus dibayarkan sebelum bulan Ramadhan berakhir atau paling kambat sebelum shalat Idul Fitri dilaksanakan. Zakat ini diberikan kepada fakir dan miskin sebesar dua setengah kilogram beras atau makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah yang bersangkutan. b. Zakat Maal Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan). Menurut ghalibnya (lazim) sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai Sistem Ekonomi Islam | 7
b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll. Syarat-syarat kekayaan yang wajib di zakati diantaranya: 1. Milik Penuh (Almilkuttam) Yaitu harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti: usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya. 2. Berkembang Yaitu harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang. 3.
Cukup Nishab Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat 4.
Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah) Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan
keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb. 5. Bebas Dari hutang
Sistem Ekonomi Islam | 8
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat. 6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul) Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul. Harta yang wajib di zakati antara lain: a. Binatang Ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). b. Emas Dan Perak Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain. Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak. c. Harta Perniagaan Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dsb. Sistem Ekonomi Islam | 9
d. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. e.
Ma-din dan Kekayaan Laut Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll. f.
Rikaz Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan
harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. 2.2.3
Syarat-syarat Wajib Zakat
a. Muslim b. Aqil c. Baligh d. Memiliki harta yang mencapai nishab 2.3 Jual Beli
Jual beli dalam bahasa arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu al bai’ yang artinya jual dan al syira’a yang artinya beli. Menurut istilah hukum syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka (QS az-Zumar:39, At-Taubah:103, Hud:93). Jual beli hukumnya adalah mubah, artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 29.
Sistem Ekonomi Islam | 10
ä ?s β&r Hω Î) È≅ ÏÜ ≈ 6 t ø9 Î $$ / Μ à6 o Ψ ÷/t Ν 3 ä 9≡s θ u øΒ&r θ (# èþ =à2 ' r ‾ ƒt χθ 3 ?ù' s Ÿω (#θ ãΨ Βt #u š Ï% !© $# $ γ y •ƒ ≈ š
% x ©! $# ¨β Î 4) öΝ 3 ä ¡ | à Ρ&r θ (# èþ ç=F ø) ?s Ÿω ρu 4 öΝ 3Ζ ä ÏiΒ < Ú# t ? s ãt ¸ο t ≈ Bp gÏ ∩⊄∪ $ Vϑ m Š Ï ‘u öΝ 3 ä Î/ βt . Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kailan saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali de-ngan jalan perniagaan yang berlaku dengan saling ridha di antara kalian."
Hadits Nabi Muhammad saw. Menyatakan sebagai berikut: “ Dari Abi Daud Ibnu Shaleh Almadani berkata, telah mendengar Aba Said Al Khudri, Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka.”(HR. Ibnu Majah) Dari Hakim Ibnu Hijam r.a. Rasulullah saw. Bersabda. “Dua orang jual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat akad.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang melakukan jual beli dan tawar-menawar dan tidak ada kesesuaian harga antara penjual dengan pembeli, maka si pembeli boleh memilih akan meneruskan jual beli tersebut atau tidak. Apabila telah terjadi akad (kesepakatan) jual beli dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian keduanya meninggalkan tempat akad, maka keduanya tidak boleh membatalkan jual beli yang tela h disepakatinya. Al-Qur’an telah menjelaskan hukum jual beli secara eksplisit sebagai berikut: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ” (QS Al-Baqarah:275)
a. Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi. Rukun-rukun tersebut diantaranya: 1) Penjual atau Pembeli Harus dalam Keadaan Sehat Akalnya.
Sistem Ekonomi Islam | 11
Orang yang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, maka jual beli tersebut tidak sah. 2) Syarat Ijab dan Qabul Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dahulu. 3) Benda yang Diperjualbelikan Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat sebagai berikut : •
Suci atau bersih dan halal barangnya.
•
Barang yang harus diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu.
•
Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain.
•
Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan.
•
Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi).
•
Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang dibeli kuasa.
•
Barang itu dapat diserahterimakan.
2.4 Riba
Bagi manusia yang tidak memiliki iman, segala sesuatunya selalu dinilai dengan harta (materialisme). Manusia berlomba-lomba untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak mungkin. Mereka tidak memperdulikan dari mana datangnya harta yang didapat, apakah dari sumber yang halal atau haram. Salah satu contoh perolehan harta yang haram adalah sesuatu yang berasal dari pekerjaan memungut riba. Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut. Yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Akan
Sistem Ekonomi Islam | 12
tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun, kecuali ia memakan harta riba. Kalau ia memakannya secara langsung ia akan terkena debunya.” (HR Ibnu Majah)
Kata riba (ar-riba) menurut bahasa yaitu tambahan ( az-ziyadah) atau kelebihan. Riba menurut istilah syarak ialah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui syaraknya. Atau dalam tukar menukar itu disyaratkan menerima salah satu dari dua barang apabila terlambat. Riba dapat terjadi pada hutang piutang, pinjaman, gadai, atau sewa menyewa. Contohnya, Fauzi meminjam uang sebesar Rp 10.000 pada hari senin. Disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Fauzi harus mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 2%. Jadi hari berikutnya Fauzi harus mengembalikan hutangnya menjadi Rp 10.200. Kelebihan atau tambahan ini disebut dengan riba. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya: Orangorang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah:275)
Allah telah melarang hamba-Nya untuk memakan riba, Allah juga menjanjikan untuk melipatgandakan pahala bagi orang yang ikhlas mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Dan Allah tidak menyukai setiap
Sistem Ekonomi Islam | 13
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS Al Baqarah:276)
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya: “Dari Jabir r.a ia berkata: Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, dan (selanjutnya) nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR Muslim)
Ayat dan hadis yang telah disebutkan menunjukan bahwa Islam sangat membenci perbuatan riba dan menganjurkan kepada umatnya agar didalam mencari rezeki hendaknya menempuh cara yang halal. Ulama fikih membagi riba menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Riba fadal Riba fadal yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya. Contohnya tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh yang menukarkan. 2) Riba nasiah Riba nasiah yaitu tukar menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis atau jual beli yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan. Contohnya, salim membeli arloji seharga Rp 500.000. Oleh penjualnya disyaratkan membayarnya tahun depan dengan harga Rp 525.000 3) Riba yad Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima. Misalnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad. 2.5 Wakaf
Sistem Ekonomi Islam | 14
Secara bahasa wakaf berasal dari bahasa Arab “Al-Waqfu” bentuk masdar dari kata waqafa yang berarti menahan, mencegah, menghentikan dan berdiam di tempat. Kata Al-Waqfu semakna dengan kata Al-Habsu, sehingga istilah wakaf pada awalnya menggunakan kata Al-Habsu. Hal tersebut diperkuat dengan adanya riwayat hadits yang menggunakan istilah al-habsu untuk wakaf, tapi kemudian yang berkembang adalah istilah wakaf dibanding istilah Al-Habsu, kecuali orangorang Maroko yang sampai saat ini masih menggunakan istilah Al-Ahbas (bentuk plural dari kata Al-Habsu) untuk wakaf. 2.5.1
Hukum Wakaf
Hukum wakaf adalah sunnah, berdasarkan dalil-dalil umum dan dalil-dalil khusus. Di antara dalil umumnya adalah firman Allah swt dalam surat Ali Imran Ayat 92 yang artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah maha mengetahui”. Serta sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.” Shadaqah jariyah yang dimaksud adalah wakaf. 2.5.2
Rukun Wakaf
Rukun yang harus ada dalam wakaf yaitu: a. Waqif (orang yang berwakaf) Syaratnya : 1. Cakap melakukan tindakan hukum (sehat akalnya, dalam keadaan sadar dan telah mencapai umur baligh) 2. Benar-benar pemilik harta yang diwakafkan b. Mauquf bih (benda yang diwaqafkan) Syaratnya adalah : 1. Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang Sistem Ekonomi Islam | 15
2. Benda wakaf dapat berupa milik seseorang atau kelompok atau badan hokum 3. Hak milik pewakaf (waqif) yang jelas batas-batas kepemilikannya 4. Benda wakaf tersebut dapat dimiliki dan dipindahkan kepemilikannya 5. Benda wakaf dapat dialihkan hanya jika jelas-jelas untuk maslahat yang lebih besar 6. Benda wakaf tidak dapat diperjualbelikan, dihibahkan atau diwariskan c. Mauquf’alihi (tujuan atau sasaran wakaf) Sebaiknya pewakaf menentukan tujuan ia mewakafkan harta benda miliknya entah itu keluarganya sendiri, fakir miskin, sabilillah, ibnu sabil, atau buat kepentingan umum. d. Sighat (ikrar atau akad wakaf) Adalah pernyataan kehendak dari pewakaf untuk mewakafkan harta benda miiknya. Pernyataan tersebut harus secara tegas baik lisan maupun tulisan e. Nadzir (pengelola wakaf) Adalah orang atau sekelompok orang dan atau badan hokum yang diserahi tugas oleh pewakaf untuk mengelola wakaf. Syaratnya adalah : 1. Mukallaf (cakap hokum) 2. Memiliki kemampuan dan keahlian mengelola wakaf (professional) 3. Memiliki sifat amanah, jujur, dan adil. 2.5.3
Wakaf Tunai
Menurut MUI wakaf hukumnya jawaz (boleh) untuk digunakan pada hal-hal yang dibolehkan secara syar’I dan harus dapat dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan. Sistem Ekonomi Islam | 16
Manfaat wakaf tunai: 1. Wakaf tunai jumlahnya bias bervaiasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bias memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. 2. Melalui wakaf tunai, asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong dapat dimanfaatkan dengan pembangunan gedung misalnya atau diolah untuk lahan pertanian 3. Dana wakaf tunai juga bias membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan islam yang anggaran pendidikannya kurang sehingga bias meningkatkan kualitas pendidikan 4. Umat islam dapat lebih mandiri dalam m engembangkan dunia pendidikan
serta bidang kehidupan lainnya tanpa terlalu menggantungkan diri pada bantuan pemerintah yang memang terbatas anggarannya.
2.6 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
a. Prinsip-prinsip Universal Ekonomi Islam Secara umum, seperti dijelaskan oleh Karim (2002:18-22) Ekonomi Islam dibangun diatas prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Tauhid Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Tauhid mengajarkan bahwa Allah-lah pencipta dan pemilik hakiki dari semua yang ada di alam semesta, termasuk manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Manusia hanya diberi amanah untuk “memiliki” untuk sementara waktu sebagai ujian bagi mereka 2) ‘Adl Dalam banyak ayat Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Dalam Islam, adil adalah “tidak mendzalimi dan tidak didzalimi”. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak diperbolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa Sistem Ekonomi Islam | 17
keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan mendzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitas manusia atas manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha yang dilakukannnya karena kerakusannya. 3) Nubuwwah Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh kegiatan ekonomi dan bisnis islami harus mengacu kepada contoh yang telah nabi dan rasul berikan. Fungsi rasul atau nabi untuk menjadi model tebaik yang harus diteladani manusia agar medapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat muslim, Allah telah mengirimkan manusia model terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, yakni nabi Muhammad SAW. Sifat-sifat utama sang model dalam berekonomi dan bisnis diantaranya adalah Amanah, Fathanah, Sidiq, dan Tabligh. 2.7 Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam sejarah perkembangan ekonomi. Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi-ekonomi yang lain karena lahir atau berasal dari ajaran Islam yang mengharamkan riba dan menganjurkan sedekah. Kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu bank Islam pada dasawarsa kedua abad ke-20. Bank non Islam yang disebut juga bank konvensional adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usahausaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga. Sedangkan Bank Islam yang dikenal dengan Bank Syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum (syariat) Islam dan tidak memakai sistem bunga karena bunga dianggap riba yang diharamkan oleh Islam (QS Al Baqarah:275-279). Perkembangan pesat Bank-Bank Islam yang lazim disebut Bank syariah terjadi
pada
dasawarsa
70-an
setelah
Sistem Ekonomi Islam | 18
terjadinya
krisis
minyak
yang
menimbulkan oil boom pada tahun 1971. perkembangan pesat Bank syariah tersebut membuktikan bahwa: (1) ajaran Islam menggerakkan ide sosial ekonomi. Ide spirit yang bersumber pada ajaran Islam disebut juga modal masyarakat ( Social Capital). (2) Peranan cendikiawan yang memiliki suatu konsep yang mengoperasionalkan ajaran agama yaitu zakat, infak, sedekah (ZIS), dan larangan riba. ZIS dapat dijadikan modal Bank, hal ini juga pernah dipelopori oleh pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan. Beliau memiliki gagasan membentuk lembaga amil (penghimpun dan pengelola zakat). 2.8 Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat. Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu: 1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya. 2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah. 3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar: •
keselamatan keyakinan agama ( al din)
•
kesalamatan jiwa (al nafs)
•
keselamatan akal (al aql)
Sistem Ekonomi Islam | 19
•
keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
•
keselamatan harta benda (al mal)
Sistem Ekonomi Islam | 20
BAB III KESIMPULAN
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Teori ekonomi manapun mempunyai tujuan utama agar terciptanya kesejahteraan
bagi
masyarakat.
Ekonomi
kapitalis
mencoba
membuat
kesejahteraan ada di tangan individu yang bersifat liberal, dimana mereka menyerahkan semuanya pada mekanisme pasar yang ternyata mereka mampu menciptakan kesejahteraan. Tapi, pada hakikatnya mereka hanya sekedar mengenyangkan perut segelintir orang dan belum mendapatkan kesejahteraan yang sesungguhnya bagi masyarakat luas. Lalu munculah pola ekonomi baru yang di sebut sebagai sosialis sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap ekonomi kapitalis,dimana pada akhirnya system yang berbau secular itu justru tumbang. Dan pada titik dimana semua orang berlomba lomba memenuhi kebutuhannya dengan cara yang cenderung agak tak manusiawi, munculah ekonomi islam yang benar benar mengajak menusia untuk kembali pada keberadaban
bagi
manusia,
dimana
untuk
peduli
kepada
sesama,
tak
mengedepankan egoisme, tapi tetap membolehkan manusia untuk sukses dengan memberikan rambu rambu tertentu bagi kepentingan umat itu sendiri. Dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip tauhid, adl, dan nubuwah yang mengacu pada Sistem Ekonomi Islam | 21
aturan yang diambil dari Al-Qur’an dan sunnah, segala aktifitas dalam ruang lingkup ekonomi seperti transaksi jual-beli, kerjasama, perbankan sampai lembaga-lembaga keuangan non-bank seperti system asurransi, disempurnakan sedemikian rupa oleh syariat islam demi menciptakan kemaslahatan umat, dan tentunya untuk bekal selama hidup baik di dunia maupun di akhirat. Wallahua’lam.
Sistem Ekonomi Islam | 22
Daftar Pustaka
Hadi Kusuma, Riza, dkk. 2010. Pendidikan Agama Islam Untuk Politeknik Negeri Jakarta. Depok: Politeknik Negeri Jakarta. Anwar, Junaidi, Margiono, Latifah. 2006. Pendidikan Agama Islam Penuntun Hidup Untuk SMK Kelas XI. Jakarta: Yudistira. http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html
Sistem Ekonomi Islam | ii