KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya, Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini i ni yang berjudul : “ RESPON TUBUH TERHADAP AGEN MENULAR“. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran s aran yang bersifat memperbaiki makalah ini. Dalam penulisan makalah ini mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua teman yang telah membimbing. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan makna tersendiri bagi para pembaca.
Palu, 2 oktober 2017
Penulis
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Infeksi.................................................................................................... B. Rantai infeksi....................................................................................................... C. Faktor Jasad Renik Pada Infeksi………………………………………………………. D. Reaksi Hopses Dengan Jasad Renik …………………………………………………… E. Sifat – Sifat Umum Penyakit Karena Infeksi…………………………………………... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................................................... B. Saran................................................................................................................................ Daftar Pustaka...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan
sakit.Infeksi
juga
disebut
asimptomatik
apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama
yang
menyebabkan
cedera
sellular
lokal
akibat
kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri, virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
B. Rumusan Masalah
1. faktor hospes pada infeksi 2. pembuluh limfa pada infekisi 3. pertahanan terakhir 4. factor mikroba pada infeksi 5. interaksi hospes dan mikroba
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen ata u mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi B. Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1. Bakteri Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya. Bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya. Infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi hingga mekanisme timbulnya tanda dan gejala penyakit. Ciri-ciri bakteri pathogen yaitu kemampuan untuk menularkan, melekat
pada sel
inang,
menginvasi sel inang dan jaringan, mampu untuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari system kekebalan inang. Beberapa gejala atau asimptomatik. Penyakit terjadi jika bacteria atau reaksi imunologi yangditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang.
2. Virus Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi. Untuk menyebabkan penyakit, virus harus memasuki inang, mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.
3. Fungi Berbagai jamur menyerang kulit. Biasanya jamur hidup di lapisan keratin bagian atas dan menyebar ke luar pada cincin dermatitis eritematosa bersisik yang sering disebut ringworm. Pada bagian lainnya paparan lesi tampak berbeda : di antara jari kaki terlihat seperti kaki atlet dan di lipat paha seperti tinea kruris. Organism yang menyebabkan infeksi ini bermacam-macam tetapi yang paling sering adalah berbagai jenis spesies Trikofiton. Spesies Pitirosporum menyebabkan berbagai infeksi jamur superficial pada kulit, yang paling sering ialah tin ea versikolor yang perubahan pigmen sangat khas. Jenis organisme lain yang berbeda yaitu Kandida yaitu jamur berupa ragi. Ia menyebabkan gangguan jamur lainnya, terutama pada daerah mukosa dan daerah sekitarnya. Infeksi ini menimbulkan keadaan klinis yang disebut thrush yang sering ditemukan pada mulut bayi dan vagina. Apabila infeksi menyebar ke kulit sekitarnya akan timbul erupsi bula yang terasa nyeri dan tidak segera dapat diketahui sebagai rash akibat fungi. Walaupun jarang, kandida dapat mengenai kuku yang akan menimbulkan deformitas yang sangat sulit untuk disembuhkan. Infeksi jamur jarang dibiopsi karena biasanya didiagnosis secara klinis. Gambaran histologynya sering menunjukkan sebagai gambaran yang sangat tidak berbentuk pada pewarnaan rutin. Jamur hanya akan terlihat apabila dilakukan pewarnaan yang bereaksi dengan dinding sel, seperti pewarnaan perak atau pewarnaan untuk polisakarida netral. Dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan hanya jika spesialis patologi diberi keterangan mengenai riwayat klinis, disertai gambaran seluruh detail klinis yang penting pada seluruh biopsy. Infeksi fungi yang dalam cenderung menimbulkan abses kronis, sering disertai destruksi berat. Sering ditemukan pada kondisi tropical tetapi sering juga terdapat
terutama
sebagai
infeksi
oportunistik
pada
individu
dengan
immunosupresi. Blastomikosis, aktinomikosis, dan nokardia sekarang dapat ditemukan diluar daerah endemic tradisional biasanya akibat dari perjalanan orang luar atau imunosupresi.
4. Parasit Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda. Infeksi protozoa jarang ditemukan di daerah beriklim sedang tetapi di seluruh dunia amoebiasis, tripanosomiasis, leismaniasis dan toksoplasmosis mengakibatkan penderitaan yang berat dan pada beberapa daerah di dunia mereka merupakan kelainan dermatoligi utama yang ditemukan oleh dokter. Sebagian besar kelainan ini, seperti pada kebanyakan penyakit tropis lainnya, disebarkan oleh parasit arthropoda dan pengendalian yang paling efektif adalah
dengan
mengeliminasi
vector
dibandingkan
dengan
mengobati
penyakitnya. Leismaniasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Leishmania tropica yang ditularkan oleh lalat pasir. Organisme ini telah membuat suatu mekanisme untuk meruntuhkan pertahanan tubuh dan banyak sekali yang dapat ditemukan hidup dalam makrofag inang. Parasit metazoan terutama cacing dan artropoda: jenis yang pertama cenderung menginvasi dan tumbuh parasitic, sedangkan yang kedua sering sebagai predator. Cacing merupakan masalah tropis yang primer dan onkoserkosis, larva migrant,
strongilodiosisankilostomiasis,
filariasis,
skistosomiasis
sering
menentukan apakah manusia dan ternaknya dapat tetap bertahan hidup atau tidak di berbagai daerah tropis.
C. Tipe Infeksi 1. Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan. 2. Infeksi lokal
Infeksi lokal merupakan infeksi yang bersifat spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme tinggal. 3.
Infeksi sistemik
Infeksi sietemik terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
4. Bakterimia
Bakterimia terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri. 5. Septikemia
Septikemia merupakan multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik. 6. Infeksi akut
Infeksi akut merupakan infeksi yang muncul dalam waktu singkat 7. Infeksi kronik
Infeksi kronik merupakan infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
D. Rantai Infeksi Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
1. AGEN INFEKSI Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu. 2. RESERVOAR (Sumber Mikroorganisme) Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir
yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan. 3.
PORTAL OF EXIT (Jalan Keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah. 4. CARA PENULARAN (Transmission) Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti
kontak
langsung
dengan
penderita
melalui
oral,
fekal,
kulit
atau
darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
5. PORTAL MASUK (Port de Entry) Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktorfaktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh. 6. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA) Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
E. Faktor Jasad Renik Pada Infeksi 1. Daya Transmisi Sifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen menular hidup kedalam tubuh. Cara Penularan Penyakit Infeksi : a. Secara Langsung (Direct) dari satu orang ke orang lain, misaln ya melalui batuk, bersin dan berciuman. Contoh : 1) Penyakit yang ditularkan melalui saluran nafas : c ommon cold, tuberkulosis, batuk rejan, batuk rejan, pes pneumoni, meningitis, meningokokus, sakit tenggorokan karena infeksi srtreptokokus, tonsilitis, influenza, difteri, campak, rubella (campak jerman). Penyakit – penyakit ini ditularkan melalui ciuman, penggunaan alat makan yang terinfeksi, dan droplet yang terinfeksi. 2) Penyakit Kelamin dapat ditularkan langsung melalui hubungan seksual dengan penderita dan juga dapat melalui plasenta (infeksi transplasenta) yang ditularkan dari ibu yang menderita kepada bayi yang dilahirkan. b. Secara Tidak Langsung (Indirect) penularan mikroba pato gen memerlukan adanya “media perantara”, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman maupun vektor. Organisme dikeluarkan dari penderita kemudian diendapkan pada berbagai permukaan lalu di lepaskan kembali dalam udara. Dengan cara serupa organisme dapat sampai kedalam tanah, air, makanan atau rantai pemindahan tidak langsung lainnya. Di rumah sakit, infeksi juga dapat disebarkan melalui eksudat-eksudat dan ekskreta. Transfusi darah dapat juga menjadi sarana penyebaran infeksi (misal. Penyakit hepatitis virus).Jenis pemindahan tidak langsung yang lebih kompleks melibatkan vektor-vektor seperti serangga, misalnya nyamuk (penyakit malaria), lalat (penyakit disentri), cacing (penyakit filariasis), dll.
2. Daya Invasi Sekali dipindahkan kedalam hospes baru, jasad renik harus mampu bertahan pada atau didalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi. Misalnya: a. Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan, tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat dengan kuat pada permukaan sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus. b. Disentri basiler, hanya memasuki lapisan superfisial usus tetapi tidak pernah masuk lebih jauh kedalam tubuh. c. Dan beberapa penyakit lain seperti : salmonella thypi yang menyebabkan demam tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis, mikrobacterium tetani yang menyebabkan tetanus, dll.
3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Beberapa agen menular mengeluarkan eksotoksin yang dapat larut yang kemudian bersirkulasi dan menimbulkan perubahan – perubahan fisiologis yang nyata yang bekerja pada sel – sel tertentu. Contohnya pada penyakit tetanus dan penyakit difteri.
Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negatif mengandung endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu mikroorganisme mengalami lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya demam dan dalam keadaan – keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia gram negatif, dengan timbulnya sindrom syok.
Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan cara imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen – antibodi, yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada kompleks imun glomerulonefritis.
Virus sebagai parasit obligat intraseluler adalah potongan sederhana bahan genetik (DNA, RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya kedalam sel hospes. Sel akan mengalami cedera bila ada informasi genetik baru yang diwujudkan pada fungsi sel yang diubah. Satu wujud informasi genetik tambahan
semacam itu adalah replikasi virus yang menular, yang dapat disertai oleh lisis dari sel-sel yang terkena. Sel dapat berubah tanpa menjadi nekrosis dan dapat dirangsang untuk berproliferasi, misalnya pada kasus tumor yang diinduksi oleh virus. Virus jga dapat mencederai hospes dengan menimbulkan berbagai reaksi imunologi dimana bagian tertentu dari virus bertindak sebagai antigen.
F. Faktor Hospes Pada Infeksi Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus mampu Melekat, Menduduki atau memasuki hospes dan Berkembang biak paling tidak sampai taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengeherankan bila dalam perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia sudah mengembangkan mekanisme pertahanan t ertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan : 1. Kulit dan mukosa orofaring Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barier meanis yang baik sekali terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk. Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi terhadap dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak mati kalau menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora normal yang terdapat pada kulit menimbulkan dekontaminasi biologis dengan menghalangi pembiakan organisme – organisme lain yang melekat pada kulit.
2. Saluran pencernaan a. Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis yang baik. Sering terjadi defek – defek kecil atau erosi pada lapisan lambung, tetapi tidak banyak berarti pada proses infkesi sebab sua sana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung yang tinggi, disamping lambung cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relatif cepat. b. Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit. c. Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan utma melawan jasad renik adalah melalui banyaknya flora normal yang menghuni usus besar dan hidup berdampingan dnegan hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).
3. Saluran pernafasan Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Ji ka jasad renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan. Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang – ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler yang merupakan barisan pertahanan lain.
4. sawar pertahanan lain a.
Radang Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut yaitu aspek humoral (antibodi) dan aspek seluler pertahanan tubuh bersatu.
b.
Pembuluh limfe Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan aliran limfe itu. Kadang-kadang menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering agen-agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar limfe, dimana mereka dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini maka cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari agen-agen tersebut.
c. Pertahanan terakhir (vena primer) Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi infeksi pada aliran darah. Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya tidak jarang terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari sistem monosit – makrofag. Septikemia atau keracunan darah terjadi jika kondisi bakteremia berlanjut yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah sangat bes ar dan cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukkan. Organisme yang menetap ini menimulkan gejala malaise, kelemahan, demam, dll.
Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat piemia, dimana organisme mencapai jumlah yangs edemikan besarnya sehingga mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan dan mengambil tempat pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali mikroabses.
G. Reaksi Hopses Dengan Jasad Renik Cara interaksi hopses denagn mikroorganisme o
Komensalisme, Antara hopses dan agen menular tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada yang lain.
o
Mutualisme, Interaksi hopses dengan mikroorganisme s aling menguntungkan.
o
Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang lain.
H. Sifat – Sifat Umum Penyakit Karena Infeksi 1.
Bakteri o
Organism ber sel tunggal
o
Mempu berproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai penjamu
o
Tidak memiliki inti sel
o
Memiliki sitoplasma dan dikelilingi dinding sel
o
Mengandung DNA maupun RNA
o
Bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sederhana
o
Sebagian membentuk kapsul sehingga mampu bertahan pada s ystem imun penjamu
o
Dapat bersifat aerob dan anaerob
o
Sebagian mengeluarkan toksin
o
Bakteri gram positif mengeluarkan eksotoksin, pada pewarnaan akan berwarna ungu.
o
Gram negative pada pewarnaan akan berwarna merah
2. Virus
Memerlukan penjamu untuk bereproduksi
Terdiri dari satu RNA atau DNA yang terkandung dalam selubung protein : kapsid.
Virus harus berkaitan dengan membrane sel penjamu, masuk dan bergerak ke inti, DNA virus menyatu dengan DNA penjamu, gen – gen virus diwariskan kepada sel – sel baru selama mitosis, virus mengambil alih fungsi sel dan mengontrol sel.
3. Mikroplasma Mikroorganisme unisel mirip bakteri, tetapi lebih kecil dan tidak mengandung peptidoglikan
4. Riketsia
Memerlukan penjamu untuk bereproduksi secara seksual
Mengandung DNA dan RNA
Memiliki dinding patidoglikan
Ditularkan melalui gigitan kutu
5. Klamida o
Organism unisel
o
Bereproduksi secara aseksual dalam penjamu dan mengalami siklus replikasi.
6. Jamur o
Mencakup ragi (yeast) dan kapang (mold)
o
Memiliki inti sel dan dinding sel
7. Parasit o
Cacing
o
Protozoa
o
Arthropoda
Jenis – Jenis Penyakit Infeksi 1) Jenis – jenis penyakit infeksi karena bakteri o
o
Infeksi stfilokokus atau streptokokus Gonore
o
Sipilis
o
Kolera
o
Sampar
o
Salmonelosis
o
Sigelosis
o
demam typoid
o
difteri
o
haemofilus influenza
o
pertusis
o
o
tetanus Tuberculosis
2) Jenis – jenis penyakit infeksi karena virus Ensefalitis Demam kuning Campak jerman Rubella Gondongan Poliomyelitis Hepatitis
3) Jenis – jenis penyakit infeksi karena mikroplasma o
Pneumonia mikroplasma
4) Jenis – jenis penyakit infeksi karena Riketsia o
Tifus
o
Rocky Mountain fever
5) Jenis – jenis penyakit infeksi karena klamida
Infeksi urogenital
6) Jenis – jenis penyakit infeksi karena jamur Kandidiasi mulut Vagina Kurap
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi dapat disebabkanoleh berbagai macam mikroorganisme antara lain: virus, bakteri, fungi (jamur), dan parasit. Adapun tanda dan gejala yang diakibatkan infeksi tersebut berbeda-beda, tergantung dari penyebab dari infeksi yang mengakibatkannya.
2.
Saran
Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih menjaga kesehatan diri diantaranya dengan menjaga personal hygiene agar dapat terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme.
Daftar Pustaka Iriyanto, koes .2006. Mikrobiologi. Margahayu Permai Bandung.hal 109-120 Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice. St.LouisMosby:1996. Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta;2004.