Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Manajemen Persediaan, terlebih dahulu kita mengetahui apa itu manajemen pemasaran, baik itu meliputi bentuknya, seluk beluknya dan
juga
manfaatnya
bagi
seorang
manajer
atau
sebuah
perusahaan.
Dalam
perkembangannya, manajemen persediaan tidak semudah yang dipikirkan. Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan. Manajemen persediaan diperlukan untuk perusahaan dibidang industri manufaktur dan perdagangan saja. Hal ini dikarenakan dalam aktifitas industri manufaktur dan perdagangan didalamnya terdapat persediaan-persedeiaan. Berbeda dengan perusahaan jasa yang tidak terdapat persediaan bahan baku atau persediaan bahan dangang dangang unutk dijual kembali. Persediaan dapat dikategorikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi dan barang dalam proses.
PENGERTIAN MANAJEMEN PERSEDIAAN
Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut pendapat para ahli mengenai manajemen persediaan: 1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen Persediaan (inventories (inventories)) merupakan barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan barang yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. 2. Prawirosentono Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku/raw baku/raw material , bahan setengah jadi/work jadi/ work in process dan process dan barang jadi/ finished finished goods). goods). 3. Ikatan Akuntansi Indonesia. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Manajemen persediaan merupakan (a) tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal), (b) dalam proses produksi (dalam kegiatan usaha normal), (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan ( supllies ( supllies)) untuk digunakan proses produksi atau pemberian jasa.
JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Jenis persediaan setiap perusahaan tidaklah sama karena setiap perusahaan membutuhkan bahan persedian bergantung pada aktivitas produksi yang dikerjakan. Namun, secara teori persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas: 1. Jenis Persediaan Menurut Fungsinya a. Bacth Stock/Lot Size Inventory Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya Bacth Stock / Lot Size Inventory ini adalah :
Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena adanya operasi ( production run) yang lebih lama.
Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
b. Fluctuation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. c. Anticipation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan
untuk
menghadapi
penggunaan/penjualan
atau
permintaan
yang
meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku Manajemen Persediaan, anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi.
2. Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya dan Posisi Barang a. Persediaan bahan baku ( Raw Material Stock ) , yaitu persediaan dari barang barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. b. Persediaan bagian produksi / parts yang dibeli ( Purchased Parts/Component Stock ), yaitu persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain yang dapat secara langsung tanpa melalui proses produksi selanjutnya. c. Persediaan bahan pembantu/bahan-bahan pelengkap ( supplier Stock ), yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. d. Persediaan
barang
setengah
jadi/barang
dalam
proses
(Works
in
Process/Progress), yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
ALASAN MEMILIKI PERSEDIAAN
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan.Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relatif besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan disebuah perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan. 2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati ta nggal pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat kerusakan mesin, kerusakan komponen, tidak tersedianya komponen dan pengiriman komponen yang terlambat. 4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan. 5. Untuk memanfaatkan diskon. 6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.
FUNGSI DAN MANFAAT MANAJEMEN PERSEDIAAN
Menurut Handoko, Manajemen Persediaan memiliki banyak sekali fungsi dan manfaat dalam sebuah perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen persediaan dapat mempengaruhi kestabilan, kelancaran, keuntungan sebuah perusahaan. Fusngsi-fungsi terrsebut antara lain yaitu: 1. Fungsi decoupling Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut: a. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman. b. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat. c. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan. 2. Fungsi economic lot sizing Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk. 3. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung pemasok.
PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN
Mengingat peranan dan fungsi manajemen dalam perusahaan begitu penting, maka seorang manajer dalam mengambil keputusan atau kebijakan harus mempertimbangkan sesuatu dengan matang dan teliti. Sehingga dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tidak merugikan sebuah perusahaan yang dikelolanya. Pertimbangan pertimbangan yang harus di perhatikan tidaklah semudah mengucapkan kata-kata. Melainkan harus dilakukan sebuah evaluasi dan metode-metode perhitungan manajemen persediaan. Tujuannya
tidak lain untuk meminimalisasi persediaan dan
menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan
Prinsip dalam mengendalikan persediaan sangat diperlukan dalam Manajemen persediaan. Hal ini dikarenakan prinsip persediaan dijadikan sebagai salah satu landasan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Matz, sistem dan teknik pengendaliaan persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi. 2. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan. 3. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien. 4. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan. 5. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi. 6. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan. 7. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
Pertimbangan Manajemen Persediaan
Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga dari jenis bahan persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu semua dengan pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan: 1. Struktur Biaya Persediaan Struktur
biaya
persediaan
dapat
kita
kelompokkan
sesuai
dengan
model
pemesannanya, seperti: a. Biaya per unit (item cost ) b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost )
Biaya pembuatan perintah pembelian ( purchasing order )
Biaya pengiriman pemesanan
Biaya transportasi
Biaya penerimaan (receiving cost )
Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan ( set up cost ), yaitu surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (carrying cost )
Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (cost of capital ).
Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (c ost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (cost of obsolescence, deterioration and loss). e. Biaya akibat kehabisan persediaan (stockout cost ) 2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan. Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses produksi dan daya tahan suatu persediaan. Berikut cakupan dari faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan: a. Tingkat Penjualan
Semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka persediaan akan sedikit. b. Sifat teknis dan sifat produksi
Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
Produksi massal => persediaan bisa diatur
c. Lamanya Proses Produksi Jika proses produksi persediaan lama maka akan mengakibatkan BDP biayanya semakin mahal dan tidak efisien. d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir
Barang tahan lama
=> Persediaan relatif tinggi
Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
Barang Musiman
=> Persediaan tinggii pada musimnya
e. Lama Pembelian dan pengiriman
Metode Perhitungan Manajemen Persediaan
Penanganan persediaan tidak hanya dilakukan dengan melihat semata. Tetapi, terdapat hal yang bisa dihitung untuk dijadikan sebagai bahan dalam menentukan kebijakan dalam manajemen persediaan. Perhitungan dalam manajemen persediaan banyak sekali jenisnya. Makalah ini akan membahas beberapa jenis perhitungan yang sangat penting dalam manajemen persediaan dan juga sering digunakan dalam sebuah perusahaan terutama dalam perusahaan industri manufaktur. Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan. 1. Model Economic Order Quantity (EOQ) Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis. Biaya-biaya dalam manajemen persediaan sudah dipaparkan dalam bab tiga dalam pertimbangan-pertimbangan manajemen persediaan. Pada bab ini kita tinggal mengaitkan biaya-biaya yang sudah dipaparkan pada bab tiga dengan metode EOQ. Pada umumnya biaya-biaya dalam manajemen persediaan saling berkaitan dan dapat mempengaruhi harga persediaan. Sehingga seorang manajer harus jeli dan teliti dalam memutuskan berapa persedeiaan yang harus dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat mata saja tentunya. Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita bahas satu persatu agar lebih jelas dalam memahaminya. a. Total Biaya Penyimpanan Persediaan ( Total Carrying Cost / TCC) Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap jumlah inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut: Total Biaya Penyimpanan TCC = C. P. A Persediaan Rata-Rata A = Q/2 = ( S / N) / 2
Dimana: Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan N = Frekuensi Pemesanan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang, modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya TCC dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi tertentu dari nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang disimpan (dari jumlah rata-rata). b. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC) Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat variabel terhadap frekuensi pesanan yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut: Dimana : Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan F = Biaya Tetap
Total Biaya Pesanan TOC = F. ( S / Q )
c. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC) Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan total biaya persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut: Total Biaya Persediaan TIC = TCC + TOC Atau TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )
Dimana : Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan N = Frekuensi Pemesanan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya dimasing-masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas Pemesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering Quantity Model). Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen persediaan, diantaranya yaitu:
Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli kembali – Replenishment Cycle.
Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – Reorder point.
Rumus Model EOQ sebagai Berikut:
EOQ =
√
Dimana : F = Biaya Tetap S = Penjualan Tahunan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu.
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock.
Harga konstan selama periode tersebut.
Metode EOQ
memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri
manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini:
Permesanan ulang ( Reorder Point )
Persediaan Pengaman (Safety Stocks)
Penentuan Besaran Safety Stocks
1) Pemesanan Ulang ( Reorder Point ) Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan persediaan tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara keseluruhan. Hal ini dapat menghambat dan memperlambat proses produksi didalam perusahaan tersebut. Sehingga seorang manajer akan menentukan titik minimum atau standar dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali untuk mengisi persediaan yang telah kosong. Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah ini sebagai ilustrasi:
Gambar 1: Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rumus Pemesanan Ulang atau Reorder Point yaitu: Titik Pemesanan Ulang Waktu Tunggu X Tingkat Penggunaan
2) Persediaan Pengaman (Safety Stocks) Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh perusahaan untuk dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat penjualan atau keterlambatan produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai jaga-jaga agar aktifitas disebuah perusahaan tidak berhenti.Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal mengandung safety stock. Jadi bisa di simpulkan menjadi: Persediaan Awal EOQ + Safety Stock Persediaan Rata-rata ( EOQ / 2 ) + Safety Stock Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman, faktor dugaan, faktor biaya dan faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah s ama. Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan dalam metode ini: a. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off ) antara biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan ( setup cost ). b. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan besi ( safety stock ). c. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal. d. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat. Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi.
2. Model Periodic Order Quality (POQ) Period Order Quantity (POQ) merupakan pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun. PenggunaanPOQ: a. POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak seragam. b. Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan ( economic time between orders). c. POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu d. Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual, sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost ). 3. Model Quantity Discount Model (QDM) Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan ( supplier ) memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli. Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat. 4. Model Analisis ABC Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management ) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto ( Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini
dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut: a. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang. b. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang. c. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang. d. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar. e. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang. f.
Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
g. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang. h. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah. 5. Model Just In Time (JIT) Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan. Rumusan JIT yang digunakan adalah:
Dimana : = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu I = Laba Sebelum Pajak = Total Biaya Tetap = Jumlah kuantitas Non Unit = Biaya Variable Non Unit = Biaya Variable per unit P = Harga Jual per unit
Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulai dari
bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang. Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar.