MAKALAH SISTEM RESPIRASI I LARINGITIS Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Sistem Respirasi I yang di bimbing oleh Rahmania Ambarika S.Kep,Ns.
OLEH
:
KELOMPOK 4
ANGGOTA :
SEMESTER :
FAJRIANSYAH
RATIH SETYANINGRUM
FUNIA BETTY
MUHLISIN NALAHUDIN
MUSTAMIM III A
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak. Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat dalam makalah ini sebagai berikut.
Bagaimana landasan teori tentang laringitis ?
Bagaimana asuhan keperawatan laringitis ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut. o
Mengetahui landasan teoritis laringitis
o
Mengetahui asuhan keperawatan laringitis
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Landasan Teori Penyakit Laringitis Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara — dua buah membran mukosa
yang
terlipat
dua
membungkus
otot
dan
tulang
rawan
(http://www.sehatgroup.web.id /). Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.
a. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia). Laringitis akut dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini juga dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca, Pemakaian suara yang berlebihan,trauma,bahan kimia,merokok dan minum-minum alkohol serta alergi.
b. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD). Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu. Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. ( Abdurrahman MH, 2006,13-20) Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika. -
Laringitis tuberkulosis Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
-
Laringitis luetika Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik Laringitis akut
Laringitis kronis
o
Rhinovirus
o
Infeksi bakteri
o
Parainfluenza virus
o
Infeksi tuberkulosis
o
Adenovirus
o
Sifilis
o
Virus mumps
o
Leprae
o
Varisella zooster virus
o
Virus
o
Penggunaan asma inhaler
o
Jamur
o
Penggunaan suara berlebih dalam
o
Actinomycosis
o
Penggunaan suara berlebih
dimuka umum Mengajar
o
Alergi
o
Alergi
o
Faktor lingkungan seperti asap, debu
o
Streptococcus grup A
o
Penyakit sistemik : wegener
o
Moraxella catarrhalis
o
Gastroesophageal refJluks
pekerjaan : Menyanyi, Berbicara
granulomatosis, amiloidosis o
Alkohol
o
Gatroesophageal refluks
Patofisiologi Penyakit Laringitis
Manifestasi Klinis o
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana tOerjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). o
o
Sesak nafas dan stridor Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
o
Gejala radang umum seperti demam, malaise
o
Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
o
Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
o
Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
o
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
o
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Pemeriksaan Penunjang o
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
o
Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
o
Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
2.2
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Data Dasar 2. Riwayat Kesehatan. 3. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari kasus laringitis sebagai beri kut. 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan infeksi laring. Tujuan :
Memunculkan batuk/ batuk efektif
Mengurangi produksi sputum yang berlebihan.
Intervensi :
Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan sekret.
Tangani faktor penyebab (nyeri,keletihan dan sekret yang kental).
Instruksikan pada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan pengeluaran sekret.
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi. Tujuan :
Mengurangi skala nyeri
Intervensi :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
kontrol ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
Kurangi factor presipitasi nyeri
3.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Hipertermi berhubungan dengan penyakit. Tujuan :
Menurunkan suhu tubuh/suhu tubuh normal
Intervensi :
4.
Kaji hidrasi pasien
Kaji TTV pasien
Kaji pakaian yang digunakan pasien
Berikan obat anti peretik jika perlu
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan. Tujuan :
Mengembalikan berat badan yang turun
Mengatasi kurang makanan
Intervensi :
Rujuk ke Dokter untuk mementukan penyebab gangguan gizi.
Kolaborasi ahli gizi.
Siapkan kateter di samping di samping tempat tidur dan alat penghisap selama makan bila diperlukan
Gunakan spuit jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20 Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Deseas e, New york, Thieme medical publisher:1994:414-15 Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring . Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76 Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, B uku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher , edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190 - 200 Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9 Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99 Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.