MAKALAH KIMIA MEDISINAL “ANTIVIRUS”
Disusun Oleh: 1. Rizatul Jannah
(201505038)
2. Said Agil Al Maruf
(201505040)
3. Siti Fauziatul Chusni
(201505041)
4. Siti Wulandari
(201505042)
5. Sofiyatul Nurul Jannah
(201505043)
6. Sri Waryanti
(201505044)
7. Wardatul Maksufah
(201505045)
8. Winda Wahyuningsih
(201505046)
9. Yahya Ashari Mustofa
(201505047)
Dosen Pengampu
: Dwi Susiloningrum, S.Farm.,Apt
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kudus, 15 Juni 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................ ........................................................
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Virus adalah micro organisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi atau memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti manusia, hewan, tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak di sel organisme biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari selubung protein yang terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi. Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1) Apa yang dimaksud dengan virus? 2) Apa saja golongan dari obat-obat anti virus dan bagaimana kinerja dari obat- obat tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan virus. 2) Untuk mengetahui golongan obat-obat dan kinerja dari obat yang termasuk anti virus.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah makalah ini dapat membantu memberikan informasi bagi mahasiswa yang sedang dalam proses pembelajaran kerja obat-obat antivirus.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Virus dan Anti Virus Virus (Sansk, visham = racun) adalah microorganisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi atau memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti manusia, hewan, tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak di sel organisme biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari selubung protein yang terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi. Karena ikatan yang erat pada replikasi virus dan metabolisme sel inang, sehingga sulit sekali ditemukan obat yang selektif hanya kepada virus. Hal ini membuat vaksin menjadI metode utama untuk mengontrol infeksi virus. Misalnya poliomyelitis, rabies, yellow fever, measles, dan rubella. Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa langkah: 1. adsorpi virus ke sel (pengikatan , attachment) 2. penetrasi virus ke sel 3. uncoating (dekapsidasi) 4. transkripsi tahap awal 5. translasi tahap awal 6. replikasi genom virus 7. trankripsi tahap akhir 8. assembly virus 9. penglepasan virus Antivirus adalah sebuah agen yang membunuh virus dengan menekan kemampuan untuk replikasi, menghambat kemampuan untuk menggandakan dan memperbanyak diri. Misalnya, Amantadine (symmetrel) adalah sintesis antivirus dimana kerjanya menghambat multiplikasi vius influenza A. diberikan dalam waktu 24-48 jam mulai dari gejala flu, dapat mengurangi kerasnya dari
penyakit, terutama pada individu beresiko tinggi seperti orang-orang yang
immunosuppressed atau di rumah sakit.
2.2 Penggolongan Obat Anti Virus Obat antivirus terdapat dalam empat golongan besar tapiobat anti virus yang akan dibahas dalam dua bagian besar yaitu pembahasan mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi penggolongan obat antivirus adalah : 1. Antinonretrovirus - Antivirus untuk herpes - Antivirus untuk influenza - Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus - Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) - Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI) - Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) -
Protease inhibitor (PI)
-
Viral entry inhibitor
Beberapa obat antivirus diantaranya adalah sebagai berikut: SENYAWA
MEKANISME KERJA
Asiklovir
Dimetabolisme
menjadi
asiklovr
trifosfat,
yang
menghambat DNA polimerase virus
Valasiklovir
Sama dengan asiklovir
Gansikovir
Dimetabolisme
menjadi
gansiklovir
trifosfat,
yang
trifosfat
yang
menghambat DNA polimerase virus
Pensiklovir
Dimetabolisme
menjadi
pensiklovir
menghambat DNA polimerase virus
Famsiklovir
Sama dengan pensiklovir
Foskarnet
Menghambat DNA polimerase dan reverse transcriptase pada tempat ikata pirofosfat
Ribavirin
Mengganggu mRNA virus
Lamivudin
Hambatan DNA polimerase dan reverse transciptase virus
Amantadin
Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel
Rimantadin
Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein virus
Interferon alfa
Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein virus
NRTI
Menghentikan perpanjangan rantai DNA virus, dengan cara bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus
NNRTI
Menghambat HIV-1 reverse transriptase melalui interaksi dengan allosteric pocket site.
Gambar 1. Beberapa contoh antivirus dan mekanisme kerja
2.3
obat-obat anti virus
Antinonretrovirus
Obat antivirus untuk herpes
Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit yang mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin) sebagai anti virus. Asiklovir
Enzim kinase virus
Idoksuridin Sitarabin Vidarabin
Enzim kinase sel hospesAnalog nukleotida ZidovudinHambatan terhadap DNApolimerase virus
A. ASIKLOVIR
Asiklovir (ay-SYE-kloe-veer) atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes simplex, juga dapat digunakan untuk pengobatan herpes zoster, virus Epstein-Barr, serta sitomegalovirus. Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog nukleosida purin.
1. Struktur Kimia
2. Sifat Fisika Kimia Mengandung tidak kurang dari 98.0% dan tidak lebih dari 101.0% C8H11N5O3 dihitung terhadap zat anhidrat. Asiklovir berupa serbuk kristal putih dan mempunyai tingkat kelarutan 2.5 mg/mL dalam air pada suhu 25°C. pKa 2.27 dan 9.25. Secara komersial, obat tersedia juga dalam bentuk injeksi dengan bentuk asiklovir natrium dengan bentuk serbuk kristal putih, larut dalam air. Maksimum kelarutan obat adalah >100 mg/mL pada air dengan suhu 25°C, tetapi pada pH psiologis dan suhu normal tubuh 37°C obat hampir tidak mengalami ionisasi sehingga maksimum kelarutan obat adalah 2.5 mg/mL. Asiklovir natrium mengandung 4.2 mEq natrium per gram asiklovir. 3. Kelarutan Kelarutan larut asam klorida 0,1 N; agak sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol. Maksimum kelarutan obat adalah >100 mg/mL pada air dengan suhu 25°C, tetapi pada pH psiologis dan suhu normal tubuh 37°C obat hampir tidak mengalami ionisasi sehingga maksimum kelarutan obat adalah 2.5 mg/mL. 4. ADME Farmakologi (acyclovir) adalah obat antivirus baru yang bekerja selektif terhadap virus herpes. Hal ini sangat aktif melawan virus herpes simpleks tipe-1 dan tipe-2 (HSV-1 dan HSV-2) dan varisela-zoster virus (VZV). Dalam hal pengurangan 50% pembentukan plak virus in vitro,
acyclovir konsentrasi 0,02-0,20 μg / ml yang diperlukan untuk HSV-1, 0,2-0,4 μg / ml untuk HSV-2 dan 0,8-1,2μg/ml
untuk VSV.
Acyclovir sce terpilih diambil oleh sel yang terinfeksi herpes, dan difosforilasi menjadi acyclovir monophosphate oleh herpes-ditentukan timidin kinase, dan secara terlihat tidak oleh enzim sel inang. Yang monofosfat kemudian phosporylated lebih lanjut dengan seluler enzim untuk trifosfat senyawa aktif . Acyclovir trifosfat adalah ampuh dan selektif inhibitor virus herpes DNA polimerase dengan bertindak sebagai substrat palsu untuk enzim virus ini (dan tidak praktis untuk sel inang enzim). Akibatnya, sintesis DNA virus diakhiri dan replikasi virus dihambat tanpa mempengaruhi proses seluler normal. Acyclovir hanya sekitar 20% diserap setelah pemberian oral. Dosis oral 400 mg kadar plasma puncak menghasilkan 1,2 μg / ml setelah sekitar 1 ½ jam. Ulang dosis dari 200 mg setiap 4 jam orang-orang menghasilkan kondisi mapan tingkat plasma puncak 0,68 μg / ml dan melalui tingkat 0,36 μg / ml. Mengikat protein plasma rendah
(±15%).
Obat diekskresikan oleh filtrasi glomerular dan sekresi tubular, terutama dalam bentuk tidak berubah, dan hanya sekitar 10% atau kurang sebagai metabolit yang tidak aktif. Penghapusan paruh sekitar 2,5 jam pada orang dewasa dan anak-anak dengan fungsi ginjal normal, melainkan sekitar 3,8 jam pada neonatus, dan sekitar 20 jam pada pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal. Obat ini mudah dihilangkan dengan hemodialisis, dan paruh selama hemodialisis adalah sekitar 5,7 jam. 5. Farmakokinetik Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus ginjal dan sebagian
kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit inaktif. 6. Mekanisme kerja Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu prodrug yang beru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat. Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti. Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA polimerase virus menjadi inaktif. 7. Resistensi Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase. 8. Indikasi Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis) dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
Protein
virus
yang
mengalami
mutasi,
Virus
Antivirus
RSV
Asiklovir
Timidin kinase virus; DNA polimerase virus
Pensiklovir
Timidin kinase virus; DNA polimerase virus
Foskanet
DNA polimerase virus
Vidarabin
DNA polimerase virus
penyebab resistensi
CMV
Gansiklovir
UL
97
fosfotransferase
virus;
DNA
polimerase virus Foskarnet
DNA polimerase virus
VZV
Asikovir
Timidin kinase virus; DNA polimerase virus
Influenza A
Amantadin
Protein M2 (kanal ion) virus
Rimantadin
Protein M2 (kanal ion) virus
HIV-1
NRTI,
NtRTI, Reverse transcriptase virus
NNRTI
Reverse transcriptase virus
PI
Protease virus
9. Dosis Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5 % untuk herpes labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari. 10. Efek samping Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar dan sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang dapat menyebabkan mual, diare, ruam dan sakit kepala; dan sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi renal dan neurotoksitas.
B. VALASIKLOVIR
Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan d i hati. 1. Struktur Kimia
2. Sifat Fisika Kimia
3. Kelarutan 4. ADME 5. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3 jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis valasiklovir ditemukan di urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir. 6. Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan asiklovir
7. Indikasi
Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks, virus varicella-zoster dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan sitomegalovirus. 8. Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
9. Efek samping Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa macam obat.
ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV). A.
Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada influenza A saja. 1. Mekanisme kerja : Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi. 2. Resistensi : Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan perubahan satu asam amino dari matriks protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat. 3. Indikasi : Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ). 4. Farmakokinetik : Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darah-otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal. Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal. 5. Dosis :
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet ). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan klirens kreatinin ≤ 10 ml/menit. 6. Efek samping : Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit karena tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin meningkat jika diberikan bersamaan dengan antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lamjut. ANTIVIRUS
UNTUK
HBV
DAN
HCV
A.
Lamivudin
1. Mekanisme kerja : Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme di hepatositmenjadi bentuk triposfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadao HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core promoter dan dapat mengatasi
hiperresponsivitas
3.
Resistensi
:
4.
Indikasi
:
sel
disebabkan
Infeksi
T
sitotoksik
oleh
HBV
pada
mutasi
(
pasien
pada
wild-type
yang
DNA
dan
terinfeksi
kronik.
polymerase
virus.
precore
variants).
5. Farmakokinetik : Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80% C max tercapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urine. Sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif. Dibutuhkan penurunan dosis untuk insufisiensi ginjal sedang ( CLcr <50 ml /menit ).
Trimetoprim
menurunkan
klirens
renal
lamivudin.
6. Dosis : Per oral 100 mg per hari ( dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang bila perlu ditingkatkan hingga 100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkanadalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-)
dan
lebih
dari
1
tahun
pada
pasien
yang
HBe(+).
7. Efek Samping : mual, muntah, sakit kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat terjadi pada
30-40%
pasien.
B.
Adefovir
1.Mekanisme kerja dan resistensi : adefovir merupakan analog nukleotida asiklik. Adefovir telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya membutuhkan satu langkah fosforilasi saja sebelum obat menjadi aktif. Adefovir merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya sebagai DNA chain terminator, namun juga meningkatkan aktivitas sel NK dan menginduksi
produksi
interferon
endogen.
2.Spektrum aktivitas : HBV, HIV, dan retrovirus lain. Adefovir juga aktif terhadap virus herpes.
3.Indikasi : Adefovir terbukti efektif dalam terapi infeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin.
4.Farmakokinetik : Adefovir sulit diabsorbsi, namun bentuk dipivoxil prodrugnya diabsorbsi secara cepat dan metabolisme oleh esterase di mukosa usus menjadi adefovir dengan bioavailibilitas sebesar 50%. Ikatan protein plasma dapat diabaikan, Vd setara dengan cairan tubuh total. Waktu paruh eliminasi setelah pemberian oral adefovir dipivoxil sekitar 5-7 jam. Adefovir dieliminasi dalam keadaan tidak berubah oleh ginjal melalui sekresi tubulus aktif.
5.Dosis
:
Per
oral
dosis
tinggal
10
mg
per
hari.
6.Efek samping : Adefovir 10mg/hari dapat ditoleransi dengan baik. Setelah terapi selama 48 minggu terjadi peningkatan kreatinin serum ≥ 0,5 mg/dL di atas baseline pada 13% pasien yang
umumnya
memiliki
factor
resiko
GOLONGAN
1.
disfungsi
renal
sejak
OBAT
NUCLEOSIDE
REVERSE
awal
terapi.
ANTIRETROVIRUS
TRANSCRIPTASE
INHIBITOR
(
NRTI
)
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat
obat
ini
adalah
asidosilaktat
dan
hepatomegali
berat
dengan
A.
steatosis.
Zidovudin
1. Mekanisme kerja : target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung
3’
rantai
DNA
virus
dan
menghambat
reaksi
reverse
transcriptase.
2. Resistensi : Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse transcriptase.
3.Spektrum
Terdapat
laporan
resisitensi
aktivitas
silang
dengan
:
analog
nukleosida
lainnya.
HIV(1&2)
4. Indikasi : infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti lamivudin dan abakafir)
5. Farmakokinetik : obat mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika diminum bersama makanan, kadar puncak lebih lambat, tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak terpengaruh.
Penetrasi melewati sawar otak darah sangat baik dan obat mempunyai waktu paruh 1jam. Sebagian besar AZT mengalami glukuronidasi dalam hati dan kemudian dikeluarkan dalam urine.
6. Dosis : Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg /5ml disi
7.
peroral
Efek
samping
600
:
mg
anemia,
neotropenia,
/
sakit
hari
kepala,
B.
mual.
Didanosin
1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai
DNA
virus.
2. Resistensi : Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada reverse transcriptase.
3.
Spektrum
aktivitas
:
HIV
(1
&
2)
4. Indikasi : Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti HIV lainnya.
5. Farmakokinetik : Karena sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah, buffer atau dalam larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam keadaan puasa; makanan menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk system saraf pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55%
obat
diekskresi
dalam
urin.
6. Dosis : tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis tunngal atau terbagi.
7.
Efek
2.NUCLEOTIDE
samping
REVERSE
:
diare,
pancreatitis,
TRANSCRIPTASE
neuripati
INHIBITOR
(
perifer.
NtRTI
)
Tenofovir disoproksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptase inhibitor pertama yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui tiga tahap fosforilase intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja. Diharapkan berkurangnya satu tahap fosforilase obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi bentuk
aktif
lebih
sempurna.
Tenofovir
Disoproksil
1. Mekanisme kerja : Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan pembentukan
2.
rantai
Resistensi
:
Disebabkan
DNA
oleh
mutasi
virus.
pada
RT
kodon
65.
3. Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.
4.Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh dikombinasi dengan lamifudin
5.
Dosis
6.Efek
3.
dan
NON-
:
samping
Per
:
NUCLEOSIDE
oral
Mual,
REVERSE
abakafir.
sehari
muntah,
300
Flatulens,
TRANSCRIPTASE
mg
tablet.
dan
diare.
INHIBITOR
(NNRTI)
Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga
cendrung
untuk
berinteraksi
dengan
obat
lain.
A.
Nevirapin
1. Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
2.
Resistensi
:
Disebabkan
3.
Spektrum
aktivitas
oleh
:
mutasi
HIV
(
pada
tipe
RT.
1
).
4. Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya terutama NRTI.
5. Dosis : Per oral 200mg /hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mg per hari ), kemudian 400mg
/
hari
(
2
x
200
mg
tablet
).
6. Efek samping : Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati.
B.
1.
Delavirdin
Mekanisme
kerja
:
Sama
dengan
devirapin.
2. Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan nefirapin dan efavirens.
3.
Spektrum
aktivitas
:
HIV
tipe
1.
4. Indikasi : Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.
5. Dosis : Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersedia dalam bentuk tablet 100mg.
6. Efek samping : Ruam, penningkatan tes fungsi hati, menyebabkan neutropenia.
4.PROTEASE
INHIBITOR
(
PI
)
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV – protease.HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim protease sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur
dan
tidak
virulen.
A.
Sakuinavir
1. Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
2. Resistensi :Terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang
3.
dengan
Spektrum
PI
aktivitas
:
HIV
lainnya.
(1
&
2)
4. Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa PI seperti ritonavir).
5. Dosis : Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari ) atau 1800mg / hari (3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan 2 jam setelah
6.Efek
5.VIRAL
makan
samping
:Diare,
ENTRY
lengkap.
mual,
nyeri
abdomen.
INHIBITOR
Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvitid ;
bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja dengan cara menghambat masukan
HIV
ke
sel
melalui
reseptor
CXCR4.
Enfurtid
1.Mekanisme kerja : Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghanbat fusi virus
ke
membrane
sel.
2. Resistensi : Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid,
tidak
3.Indikasi
:Terapi
ada
resistensi
infeksi
silang
HIV-1
dengan
dalam
anti
kombinasi
HIV
dengan
golongan
lain.
antiHIV-lainnya.
4.Dosis : Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan dengan lengan atas bagian paha
enterior
atau
abdomen.
5.Efek samping : Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodul atau kista. PENGGUNAAN
OBAT
ANTIVIRUS
Tujuan utama terapi antivirus pada pasien imonnukompeten adalah menurunkan tingkat keparahan pennyakit dan komplikasinya, serta menurunkan kecepatan transmisi virus, sedangkan paa pasien dengan infeksi virus kronik, tujuan terapinya adalah mencegah kerusakan oleh virus orga
visceral,
terutama
hati,
paru,
saluran
cerna
dan
SSP.
Antivirus dapat di gunakn untuk prapilaksis, supresi (untuk menjaga agar replikasi virus berada di bawah kecapatan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada pasien terinfeksi yang asimtomatik).
Beberapa Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan obat terapi antivirus : 1. 2. 3.
Lamanya Peemberian
terapi
terapi tunggal
Interaksi
atau
kombinasi obat
4.
Kemungkinan
terjadinya
resistensi
HIV-AIDS
Terapi HIV-AIDS dilakukan dengan cara mengkombinasikan beberapa obat untuk mengurangi viral loat atau (jumlah virus dalam darah). Agar menjadi sangat rendah atau dibawah tingkat yang
terdeteksi
untuk
jangka
waktu
yang
lama.
Secara teoritis terapi kombinasi untuk HIV lebih baik dari pada mono terapi karena : - Menghidari atau menunda resistensi obat atau meluasnya cakupan terhadap virus dan memperlama -
efek
Peningkatan
efikasi
karena
adanya
efek
adiktif
atau
sinergis.
- Peningkatan target reserpoir jaringan atau sellular(contoh : limposit, makrofak) virus. -
Gangguan Penurunan
pada
lebih
toxisitas
karena
dari dosis
satu yang
fase digunakan
hidup
virus
lebih
rendah.
Walaupun obat retro-virus sudah mennjadi kunci penatalaksanaan HIV-AIDS , ada beberapa keterbataasan, 1.
yaitu
Anti-retrovirus
tidak
mampu
:
sepenuhnya
memberantas
virus.
2. Jenis HIV yang resisten sering muncul, terutama jika keputusan pasien pada terapi tidak hamper
sempurna.
3. Penularan HIV melalui perilaku yang beresiko dapat terus terjadi walaupun viral load tidak terdeteksi. 4. Efeksamping jangka pendek akibat pengobatan sering terjadi mual ringan termasuk anemia, neutropenia,
mual,
sakit
kepala
sampai
yang
berat
missal
hepatitis
akut.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Virus ( Sansk, visham = racun ) adalah mikroorganisme hidup yang terkecil ( besarnya 20-300 mikron ), kecuali prion, yaitu virus penyebab penyakit sapi gila BSE dan p. Creutzfeldt-Jakob yang
k.l.
100
kali
lebih
kecil.
Empat golongan antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi penggolongan obatantvirus adalah : A.
Antinonretovirus
-
Antivirus
-
Antivirus
-
Antivirus
untuk
herpers
untuk untuk
HBV
influenza dan
HCV
B.
Antiretrovirus
-
Nukleuside
reverse
transcriptase
inhhibiror
(NRTI)
-
Nukleuside
reverse
transcriptase
inhhibiror
(NtRTI)
transcriptase
inhibitor)
-
NNRTI
(non
neokleoside
-
Protease
-
Viral
reverse
inhibitor
(PI)
entry
inhibitor.
Tujuan Terapi Virus adalah menurunkan tingkat keparahan pennyakit dan komplikasinya, serta menurunkan kecepatan transmisi virus, sedangkan paa pasien dengan infeksi virus kronik, tujuan terapinya adalah mencegah kerusakan oleh virus orga visceral, terutama hati, paru, saluran cerna dan
SSP.
Secara teoritis terapi kombinasi untuk HIV lebih baik dari pada mono terapi karena : - Menghidari atau menunda resistensi obat atau meluasnya cakupan terhadap virus dan memperlama -
efek
Peningkatan
efikasi
karena
adanya
efek
adiktif
atau
sinergis.
- Peningkatan target reserpoir jaringan atau sellular(contoh : limposit, makrofak) virus. -
Gangguan Penurunan
pada
lebih
toxisitas
karena
dari dosis
satu yang
fase digunakan
hidup
virus
lebih
rendah.
Walaupun obat retro-virus sudah mennjadi kunci penatalaksanaan HIV-AIDS , ada beberapa keterbataasan, -
yaitu
Anti-retrovirus
tidak
mampu
:
sepenuhnya
memberantas
virus.
- Jenis HIV yang resisten sering muncul, terutama jika keputusan pasien pada terapi tidak hamper
sempurna.
- Penularan HIV melalui perilaku yang beresiko dapat terus terjadi walaupun viral load tidak terdeteksi. - Efeksamping jangka pendek akibat pengobatan sering terjadi mual ringan termasuk anemia, neutropenia,
mual,
sakit
kepala
sampai
yang
berat
missal
hepatitis
akut.
DAFTAR PUSTAKA
- Farmakologi dan terapi ed.5 FKUI 2007 jakarta.
- Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting ed. 6 depkes RI. Jakarta.
- Mary J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Ed. 2. Farmakologi Ulasan bergambar. Jakarta. Diposting oleh bie-bie di 20.08
http://ebie-bie-bie.blogspot.co.id/2009/03/anti-virus.html