OBAT ANTI INFEKSI
Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa, protozoa, jamur, bakteri, riketsia atau virus.
Berdasarkan kegunaannya obat antiinfeksi dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu ektoparasitisida, obat antiinfeksi setempat ( antiseptika dan desinfektan), anthelmintik, obat antimikobakteri ( antituberkulosis dan antilepra), antiseptik saluran seni, obat antijamur, obat antivirus dan obat antiprotozoa ( antiamuba, antileismania, antirikomonas, antitripanosoma dan antimalaria)
Ektoparasitisida
Ektoparasitisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan berbagai kelainan yang disebabkan oleh Ektoparasit, seperti skabies dan pedikulosis. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada kulit tubuh, kuku, rambut, dan kulit kepala. Skabies disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var. homonis, sedang pedikulosis oleh kutu Pediculus capitis (pada kepala), Pediculus humanus (pada tubuh) dan Phthirus pubis (pada daerah pubis).
Berdasarkan struktur kimianya ektoparasitisida dibagi menjadi empat kelompok, yaitu hidrokarbon terklorinasi, turunan piretin, senyawa sulfur dan turunan lain-lain.
Hidrokarbon Terklorinasi
Contoh turunan hidrokarbon terhalogenasi yang digunakan sebagai antiskabies adalah lindan.
Heksaklorsikloheksan didapat sebagai hasil fotoklorinasi benzen, terdiri dari 8 isomer, yaitu isomer α, β, ᵧ, ᵟ, ᵋ,ᵑ,ᶱ, dan ᵗ. Ekstraksi dengan pelarut organik tertentu dapat diisolasi isomer ᵧ (lindan) ± 10-13%, yang mempunyai aktivitas 100-1000 kali lebih besar dibanding isomer lainnya.
Lindan (Gammexan) adalah perangsang sistem saraf pusat bila diserap sistemik. Setelah obat diserap ke tubuh antropoda, akan merangsang sistem saraf, menimbulkan kejang dan menyebabkan kematian parasit. Lindan mempunyai waktu paruh ± 20 jam dan merupakan obat pilihan untuk pengobatan skabies.
Dosis lotion, salep atau krim : 1% dioleskan 2kali sehari, selama 1 minggu. Lindan terdapat sebagai bahan aktif dalam krim Scabicid, Topicide dan Peditox.
Turunan Piretrin
Turunan piretrin adalah kandungan aktif dari bunga Pyrethrum atau analog sintetiknya, digunakan sebagai insektisida dan ektoparasitisida yang selektif, terutama untuk antropoda.
Contoh: sinerin I dan II, jamolin I dan II, piretrin I dan II, aletrin I dan II, resmetrin dan tetrametrin.
Mekanisme Kerja
Turunan piretrin bersifat selektif karena ada perbedaan kandungan mielin dalam serat saraf vertebrata dan antropoda. Pada serat saraf vertebrata kandungan mielin jauh lebih bayak dibanding antropoda sehingga piretrin, yang mempunyai kelarutan dalam lemak tinggi, akan tertahan dalam mielin dan mencegah interaksinya dengan serat saraf. Pada antropoda, kandungan mielin dalam serat saraf sangat rendah, piretrin langsung berinteraksi dengan serat saraf, terjadi pemblokan dan menyebabkan paralitis serangga.
Kombinasi piretrin dengan piperonil butoksida sangat efektif sebagai obat antikutu dan dapat meningkatkan aktivitas insektisidnya 2-12 kali. Piperonil butoksida aktivitas insektisidnya rendah, tetapi kombinasi dengan piretrin menyebabkan efek potensial, karena senyawa dapat menghambat enzim hidrolitik mikrosom yang mengkatalisis metabolisme piretrin.
Senyawa Sulfur
Contoh : sulfur, sulfur presipitatum dan sulfur sublimatum.
Sulfur (belerang), mempunyai aktivitas sebagai insektisida karena oleh antropoda akan diubah menjadi asam pentationat (HO3S-S-S-S-SO3H) yang bersifat toksik.
Sulfur digunakan sebagai antiskabies dalam bentuk salep dengan kadar 6%. Sulfur terdapat pula sebagai bahn aktif dalam sabun, seperti JF Sulfur dan Deo Sulfur, dan pada sampo, seperti Selsun.
Turunan Lain-lain
Contoh : benzil benzoat, malation dan krotamiton.
Benzil benzoat, adalah antiskabies yang cukup kuat, dapat merangsang sistem saraf pusat, menyebabkan kejang dan kematian antropoda. Benzil benzoat digunakan sebagai antoskabies, dalam bentuk emulsi dengan kadar 25%.
Malation, adalah penghambat enzim kolinesterase, dalam tubuh serangga diubah menjadi malaokson, yang mempunyai aktivitas penghambat kolinesterase 10.000 kali lebih besar dibanding senyawa induknya. Pada manusia malation dihidrolisis menjadi asam malation, suatu penghambat kolinesterase lemah. Malation digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida.
Krotamiton (Eurax), digunakan sebagai ektoparasitisida dalam bentuk lation: 10%, dioleskan 2-3kali per hari.
Obat Anti infeksi setempat / lokal (germisida)
Obat antiinfeksi setempat adalah senyawa yang digunakan secara setempat untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, baik pada jaringan hidup maupun jaringan mati.
Obat antiinfeksi setempat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antiseptik dan desinfektan
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup, mempunyai efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika digunakan pada permukaan mukosa, kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika yang ideal adalah dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri jamur, virus dan protozoa, tanpa merusak jaringan tubuh.
Antiseptika digunakan dalam bentuk sediaan tunggal atau digabungkan dengan detergen, sabun, serbuk tabur, deodoran dan pasta gigi. Pada penggunaan secara setempat, obat kadang-kadang menyebabkan iritasi kulit atau mukosa, dan menimbulkan reaksi alergi atau dermatitis. Bila terserap obat menimbulkan toksisitas sistemik.
Antiseptik ideal adalah :
cepat bekerja terhadap jasad renik, mikroorganisme (baik spektrum rendah ataupun spektrum luas tergantung pada penggunaanya).
tegangan permukaan rendah.
tetap aktif dengan adanya cairan tubuh.
tidak bersifat iritasi terhadap jaringan.
tidak menimbulkan alergi.
tidak menimbulkan toksisitas sistemik bila digunakan pada kulit atau jaringan lunak.
Desinfektan adalah senyawa klorida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme (bakterisid), biasanya pada benda mati, dan dengan cepat menghasilkan efek letal yang tak terpulihkan.
Desinfektan digunakan secar luas untuk sanitasi atau rumah sakit.
Desinfektan ideal adalah :
Cepat membasmi mikroorganisme patogen yang potensial termasuk spora
Mempunyai daya penetrasi yang baik kedalam bahan organik.
Dapat bercampur dengan bahan organik (terutama sabun-sabun)
Tidak menjadi in aktif oleh jaringan hidup.
Tidak korosif.
Mempunyai nilai estetika (tidak menimbulkan noda, tidak berbau dan lain-lain).
Antiseptika dan desinfektan dapat merusak sel dengan cara koagulasi atau denaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu dengan mengubah struktur membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja senyawa antiseptika dan desinfektan sangat beragam dan secara skematik dapat dilihat pada gambar
KonstituenSitoplasmaKoagulasi gugus-NH2 gugus-SHSitoplasma Membran Sitoplasmalixis Kadar rendah Kadar tinggiDinding sel vvvvvvv ADNKekuatan daya tahan ProtonATPase membranSistem transpor elektrongugus-COOH Senyawa kationikheksaklorofenklorheksidin2,4-DinitrofenolKarbanilidaSalisilamidaBeberapa fenolTurunan akridin Fenol FormaldehidHg++TimerodalNaOClFenol SabunKlorheksidin alkoholFormaldehidGlutaraldehidEtilen oksidaEtilen oksidaCu++, Ag++H2O2I2Klorofor Fenol Hg++KlorheksidinGlutaraldehidGambar : gambaran skematik mekanisme kerja dan sasaran utama antiseptika dan
Konstituen
Sitoplasma
Koagulasi
gugus-NH2
gugus-SH
Sitoplasma
Membran Sitoplasma
lixis
Kadar rendah
Kadar tinggi
Dinding sel
vvvvvvv ADN
Kekuatan daya tahan Proton
ATPase membran
Sistem transpor elektron
gugus-COOH
Senyawa kationik
heksaklorofen
klorheksidin
2,4-Dinitrofenol
Karbanilida
Salisilamida
Beberapa fenol
Turunan akridin
Fenol
Formaldehid
Hg++
Timerodal
NaOCl
Fenol
Sabun
Klorheksidin
alkohol
Formaldehid
Glutaraldehid
Etilen oksida
Etilen oksida
Cu++, Ag++
H2O2
I2
Klorofor
Fenol
Hg++
Klorheksidin
Glutaraldehid
Desinfektan
Mekanisme kerja antiseptika dan desinfekta dikelompokan sebagai berikut :
Penginaktifan enzim tertentu
Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan desifektan, seperti turunan aldehida, anida, karbanilida, etilen oksida, halogen, senyawa merkuri dan senyawa amonium kuartener.
Aldehida dan eltilen oksida bekerja dengan mengalkilasi secara lagsung gugus nukleofil, seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol, dari protein sel bakteri.
Reaksi alkilasi di atas dijelaskan sebabagi berikut :
R – CHO + ROH R –CH –OR
Aldehida gugus nukleotida
(hidroksil) OH
H2C
O + ROH ROCH2CH2OH
H2C
Etil oksida
Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi aktif dan pengubahan konfirmasi enzim sehingga terjadi hambatan pertumbuhan sel bakteri.
Klorin dan senyawa terklorinasi (klorofor) akan berubah menjadi asam hipoklorit (HOCl) yang dapat :
Mengikatkan Cl pada bagian protein
Menghasilkan asam hidroklorida (HCl) dan oksigen asam (O), yang kemudian mengoksidasi gugus SH enzim penting tertentu atau konstituen sel bakteri.
Akibatnya protein dan enzim tidak dapat berfungsi secara normal dan bakteri mengalami kematian .
Mekanisme reaksi kerja klorin dan klorofor dijelaskan sebagai berikut:
-HCl
Cl2 + H2O
O
-OH
OCl- + H2O HOCl + R–C–N–R' R–C–N–R' + H2O
R' Cl
-RR'NH
R–N–Cl + H2O HCl + O+ (oksidator)
Iodin secara langsung dapat mengadakan iodinasi rantai polipeptida protein sel bakteri, mengoksidasi gugus tirosin dan sulfhidril protein, dan menyebabkan penginaktifan protein enzim tertentu sehingga bakteri mengalami kematian.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :
CH2-(NH-CH-CO)OHCH2-(N-CH-CO)OHROH11ROO
CH2
-(NH-CH-CO)
OH
CH2
-(N-CH-CO)
OH
R
OH
1
1
R
O
O
+ I2
+ I2
+ I2
Denaturasi protein
Turunan alkaloid, halogen dan halogenofor, senyawa merkuri, peroksida, turunan fenol dan senyawa amonium kuarterner bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri .
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibanding alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan subtrat- nikotinamid adenin dinukleotida (NAD).
Senyawa merkuri, pertama-tama membentuk ion R-Hg+, dan kemudian bereaksi membentuk ikatan kovalen dengan gugus tiol enzimatik sel (misal pada sistein dan glutation) melalui pembentukan merkaptid.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :
CH2–SH CH2–S –Hg+
CH2 + Hg++ CH2 atau R-S-Hg-R
-(NH-CH-CO) -(NH-CH-CO)
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.
Turunan peroksida adalah senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen aktif. Reaksi oksidasi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme.
Senyawa perak, mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa merkuri, yaitu:
Ion perak berinteraksi dengan protein bakteri, menyebabkan terjadinya presipitasi protoplasma bakteri sehingga bakteri mengalami kematian.
Pemecahan dan ionisasi perak proteinatum, menghasilkan ion dengan efek bakteriostatik ringan dan masa kerja yang panjang.
Ion perak menimbulkan efek antibakteri karena dapat berinteraksi dengan gugus-gugus amino, karboksil, fosfat dan tiol, serta membentuk kompleks yang tidak larut dengan ARN, ADN, riboflavin dan lain-lain makromolekul dalam sel bakteri.
Bentuk kompleks ion perak dengan guanosin 3'- monofosfat dan riboflavin digambarkan sebagai berikut:
Kompleks ion perak dengan Kompleks ion perak dengan
guanosin -3'- monofosfat riboflavin
Senyawa amonium kuarterner, merupakan kation aktif yang dapat berinteraksi dengan gugus anion sel bakteri membentuk kompleks yang stabil, sehingga terjadi kekacauan membran sel, denaturasi protein dan penghambatan enzim. Pada kadar optimal senyawa menyebabkan sel mengalami lisis. Pada kadar yang tinggi senyawa tidak menyebabkan lisis tetapi terjadi denaturasi protein enzim bakteri.
Mengubah permeabilitas membran sel bakteri
Ini adalah model kerja turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan senyawa amonium kuarterner. Dengan mengubah permeabilitas membran sel bakteri, senyawa-senyawa diatas menimbulkan kebocoran konstituen sel yang esensial sehingga bakteri mengalami kematian.
Klorheksidin, suatu katoin aktif, dapat berikatan dengan gugus-gugus yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteri, menghasilkan netralisasi muatan, obat kemudian diabsorpsi dan menyebabkan kerusakan dinding sel. Selain mekanisme kerja di atas klorheksidin juga menyebabkan presipitasi protein plasma sel bakteri.
Interkalasi ke dalam ADN
Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.
Turunan trifenilmetan, seperti gentian violet dan turunan akridin, seperti akriflavin adalah karbon aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk kompleks yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi pemblokan proses biologis yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian.
Pembentukan kelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat membentuk kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut masuk ke dalm sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian
Antiseptika
Senyawa yang mempunyai aktivitas antiseptik dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu turunan alkohol, amidin dan guanidin, zat warna, halogen, senyawa merkuri, senyawa fenol, senyawa amonium kuarterner, senyawa perak dan turunan lain-lain.
Turunan alkohol
Turunan alkohol terutama digunakan untuk :
Antisrptik pada pembedahan dan pada kulit, contoh : etanol dan isopropil alkohol
Pengawet, contoh: benzil alkohol, fenetil alkohol dan klorbutanol
Mensterilkan udara, dalam bentuk aerosol, contoh: etilen glikol, propilen glikol dan trimetilen glikol
Hubungan struktur dan aktivitas
Pada turunan alkohol alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C, kelarutan senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak meningkat. Hal menyebabkan kemampuan penetrasi ke dalam membran sel bakteri meningkat sehingga meningkat pula aktivitas antiseptiknya, sampai pada jumlah atom C tertentu.
Contoh : terhadap Stophylococcus aureus, jumlah atom C optimal = 5, sedang terhadap Bacillus thyposus, jumlah ataom C optimal=8. Bila jumlah atom C ditingkatkan lagi, aktivitasnya menurun secara drastis.
Adanya percabangan dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan membran sel menurun dan aktivitasnya juga menurun .
Contoh : akibat primer lebih aktif dibanding alkohol sekunder, dan alkohol sekunder lebih aktif dibanding alkohol tersier.
Adanya ikatan rangkap mempunyai efek serupa dengan adanya percabangan.
Contoh : alilalkohol mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih rendah dibanding n-propilalkohol.
Turunan alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah etil alkohol dan isopropil alkohol.
Etil alkohol (etanol) CH3CH2OH, mempunyai kerja bakterisid yang cepat dan digunakan sebagai antiseptik kulit. Etil alkohol juga digunakan sebagai pengawet, adstringen, pendingin (kompres), hipnotik ringan dan sebagai pelarut eliksir atau minuman .
Etil alkohol efektif sebagai antiseptik pada kadar 60-95%, dan aktivitas bakterisidanya optimal pada kadar 70%.
Isopropil alkohol, CH3CH2CH2OH mempunyai aktivitas bakterisid lebih besar dibanding etil alkohol, karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi protein .
Isopropil alkohol efektif sebagai antiseptik pada kadar 50-95%. Larutan 40% daya antiseptikya sama dengan larutan 60% etanol.
Turunan amidin dan Guanidin
Contoh : klorheksidin glukonat ( Hibiscruh, Hibisol) dan klorheksidin asetat (Hibitane, Bactigras).
Klorheksidin, adalah senyawa kationik, terutama digunakan sebagai antiseptik kulit sebelum operasi, antiseptik luka dan desifektan alat-alat bedah. Klorheksidin efektif terhadap bakteri gram-positif, gram-negatif dan jamur, terhadap spora bakteri hanya efektif pada suhu tinggi.
Dosis : klorheksidin glukonat, larutan 4% dalam air atau larutan 0,5% dalam 70% isopropil alkohol.
Klorheksidin asetat, larutan 0,02-0,5% dalam air, gliserin atau 70%alkohol .
ClCl
Cl
Cl
NH NH NH NH
NH-C-NH-C-NH-(CH2)6-NH-C-NH-C-NH
Klorheksidin
Zat warna
Golongan zat warna dibagi menjadi dua kelompok yaitu turuna akridin dan turunan difenilmetan.
Turunan Akridin
Contoh : akriflavin, aminakrin HCl dan proflavin
Turunan akridin adalah senyawa kation aktif, digunakan sebagai antiseptik setempat pada permukaan mukosa kulit dan antiseptik luka. Turunan ini efektif terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Hubungan struktur dan aktivitas
Aktivitas antibakteri turunan akridin tergantung pada derajat ionisasi senyawa.
3-Aminoakridin dan 9-aminoakridin bersifat lebih basa dibanding turunan aminoakridin yang lain karena terjadi stabilisasi resonansi dari bentuk terprotonasi. Bentuk terionisasinya makin besar (91% dan 100%) sehingga makin efektif interaksinya dengan gugus anion protein sel bakteri.
Bentuk resonansi dari 3 dan 9- aminoakridin dijelaskan sebagai berikut:
Turunan akridin juga memerlukan bentuk dan ukuran molekul tertentu serta kedudukan planar untuk memberikan aktivitas antibakteri maksimal. Untuk menimbulkan aktivitas didapat bahwa luas daerah planar minimal adalah 38Å kuadrat.
4-Aminokuinolin dan 4-aminotetrahidroakridin mempunyai luas daerah ±28 Å kuadrat, ternyata tidak menimbulkan efek antibakteri.
Turunan Trifenilmetan
Contoh : gentian violet dan malachite green.
Larutan 1-2% dari gentian violet digunakan secara setempat untuk pengobatan kandidiasis (infeksi Candida albicans) pada vagina dan mulut bayi.
Hubungan struktur dan aktivitas
Bila salah satu gugus fenil dihilangkan aktivitasnya akan menurun.
Untuk aktivitas optimal diperlukan adanya gugus dimetilamino atau dietilamino. Bila gugus tersebut diganti dengan gugus amonium kuartener atau gugus lain, aktivitasnya akan menurun .
Halogen dan Halogenofor
Halogenofor adalah kompleks antara halogen dengan senyawa organik. Kompleks klorin dan iodin dengan senyawa organik dinamakan klorofor dan iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan.
Klorin dan klorofor terutama digunakan sebagai difinfektan air, seperti air minum dan air kolam renang, sedang iodin dan iodofor untuk antiseptik kulit sebelu pembedahan dan antiseptik luka.
Contoh senyawa yang mengandung klorin : klorin dioksida, kloroksilenol, oksiklorosen, natrium dan kalsium hipoklorit, dan triklosan.
Contoh senyawa yang mengandung iodin : larutan iodium, tingtura iodii dan povidon-iodin.
Triklosan (septisol), 5-kloro-2-(2,4-diklorofenoksi)-fenol, adalah antibakteri dengan spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif, dermatofites dan Candida albicans.
Dosis setempat : krim 1%.
Larutan iodin, mengandung 2% iodin dan 2,4% NaI atau KI dalam air, sedang tingtura iodii adalah larutan iodin yang mengandung 44-50% etanol. Larutan iodin digunakan sebagai antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka.
Povidon-iodin (Betadine, isodine, Dansepta, Polydine), adalah kompleks antara iodin dan polivinilpirolidon (PVP) yang mengandung 10% iodin. Tidak seperti iodin, kompleks ini mudah larut dalam air dan dapat melepas iodin secara perlahan-lahan sehingga masa kerja obat lebih panjang.
Senyawa Merkuri
Senyawa merkuri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Merkuri anorganik, contoh : merkuri klorida (HgCl2), merkuro klorida (kalomel = Hg2Cl2), merkuri oksida (HgO) kuning dan merkuri amonium klorida (NH2HgCl).
Merkuri organik, contoh : fenilmerkuri nitrat, merbromin (merkurokrom), nitromersol dan timerosal.
Senyawa merkuri mempunyai aktivitas antiseptik dan disinfektan. Merkuri anorganik bersifat toksik, dan menimbulkan iritasi kulit sehingga sekarang jarang digunakan sebagai antiseptik, tetapi masih digunakan sebagai pengawet dalam industri. Senyawa merkuri organik dapat melepaskan ion merkuri secara perlahan-lahan sehingga menunjukkan efek samping (toksisitas dan iritasi) yang lebih kecil dibanding senyawa merkuri anorganik.
Contoh:
Fenilmerkuri nitrat, digunakan sebagai pengawet pada sediaan parenteral, dengan kadar 1:10.000-50.000.
Merbromin, adalah kompleks organik merkuri yang pertama kali digunakan sebagai antiseptik. Merupakan zat warna merah yang mudah larut dalam air dan digunakan dalam bentuk larutan dengan kadar 2%, untuk antiseptik kulit dan luka.
Nitromersol, terutama efek terhadap kokus Gram-positif. Efek iritasi obat terhadap kulit dan mukosa rendah. Nitromersol digunakan untuk antiseptik kulit dan mata dalam bentuk larutan dengan kadar 1:500.
Timerosal, mudah larut dalam air, efek iritasi rendah dan mempunyai efek bakteriostatik yang seragam. Larutan timerosal dalam air digunakan sebagai antiseptik pada luka dengan kadar 1:1000, untuk iritasi uretra dengan kadar 1:5000 dan antiseptik pada membran mukosa hidung dengan kadar 1:2000. Dalam bentuk salep dengan kadar 1:5000, timerosal digunakan untuk antiseptik mata.
Senyawa Fenol
Contoh : fenol, para-klorfenol, diklorofen, resorsinol, timol, eugenol, heksaklorofen dan polikresulen (Albothyl).
Turunan fenol mempunyai efek antiseptik, anthelmintik, anestetik, keratolitik, kaustik dan bekerja dengan mengendapkan protein sel bakteri. Turunan ini terutama digunakan sebagai antiseptik, desinfektan, anthelmintik, dan keratolitik.
Hubungan struktur dan aktivitas
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya.
Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin, ke inti fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenasi fenol kurang berguna karena senyawa mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil dan tidak dapat dibawa oleh cairan luar sel ke reseptor, sehingga aktivitasnya rendah. Meskipun demikian pentaklorfenol dapat digunakan sebagai pengawet kayu karena mempunyai efek antijamur tinggi.
Substitusi halogen pada posisi para dari fenol memberikan aktivitas yang lebih besar dibanding pada posisi orto.
Pemasukan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antiseptik sampai derajat yang moderat.
Pemasukan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas antiseptik karena dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri menurun.
Pemasukan gugus alkil atau gugus aromatik ke dalam struktur fenol, kresol, resorsinol dan lain-lain, pada umumnya akan meningkatkan aktivitas antibakteri dan menurunkan toksisitasnya. Struktur dan ukuran rantai alkil menunjukkan efek yang berbeda. Rantai n-alkil lebih efektif dibanding rantai isoalkil primer lebih efektif dibanding rantai alkil sekunder dan rantai alkil sekunder lebih efektif dibanding rantai alkil tersier.
Pemasukan gugus alkoksi meningkatkan aktivitas antiseptik fenol.
Pada beberapa kasus peningkatan aktivitas antibakteri diikuti dengan penurunan toksisitas.
Contoh : n-amilfenol toksisitasnya sepersepuluh kali fenol dan p-n-amil-o-klorfenol toksisitasnya sepertiga belas kali o-klorfenol.
Fenol, fenol terhalogenasi dan alkilfenol meskipun efek antiseptiknya besar tetapi tidak dapat digunakan secara sistemik karena terlalu toksik dan biasanya hanya digunakan untuk antiseptik kuit dan mulut, desinfektan dan untuk sterilisasi kulit.
Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan S.aureus dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27. Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan S.aureus.
Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan S.aureus dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan S.aureus.
Contoh :
Timol, isopropil m-kresol, berasal dari minyak timi, ynag terdapat pada tanaman Thymus vulgaris. Larutan timol 0,01% dalam trikloretilen digunakan sebagai antimikroba. Larutan 1% dalam alkohol digunakan sebagai antijamur, terutama efektif terhadap ragi yang patogen. Dalam serbuk tabur kadar 2%, timol digunakan untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
Eugenol, 4-alil-2-metoksifenol, terdapat ±82% dalam minyak cengkeh, digunakan sebagai antiseptik pada obat kumur dan analgesik pada sakit gigi. Adanya gugus para-alil dan orto-metoksi dapat menunjang aktivitas antisetik dan anestetik. Eugenol mempunyai koefisien fenol =14,4.
Heksil resorsinol, efektif terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif, digunakan secara setempat untuk antiseptik kulit dan saluran seni. Heksiresorsinol lebih sering digunakan sebgai anthelmintik, efektif terhadap infeksi cacing gelang usus dan cacing tambang.
Dosis anthelmintik :1g, dapat diulang setiap minggu.
Heksaklorofen (pHisoHex, Dermisan), adalah turunan bis-fenol, memunyai keefktifan yang lebih tinggi dibanding turunan monomernya. Mempunyai koefisien fenol 40 terhadap S.aureus dan 15 terhadap E.typhosa.
Penambahan jumlah atom halogen yang tersubstitusi pada cincin akan meningkatkan keefektifannya. Agar aktivitasnya maksimal gugus fenol harus pada posisi orto dari gugus hidroksil. Gugus penghubung antara fenol-fenol, seperti CH2, O atau S, kurang penting untuk aktivitas, asalkan gugus-gugus hidroksil tidak dipisahkan dengan jarak yang terlalu besar. Heksaklorofen digunakan sebagai antiseptik setempat dengan kadar 2-3% dalam pembawa sabun, detergen, krim atau minyak.
Turunan Amonium Kuarterner
Contoh: benzalkonium klorida, benzatonium klorida, setrimid, setilpiridium klorida, dequalinium klorida, domifen bromida dan benzoksonium klorida.
Turunan amonium kuarterner mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap Gram-positif dan Gram-negatif, sejumlah jamur dan protozoa. Turunan ini tidak aktif terhadap bakteri pembentuk spora, seperti Mycobacterium tuberculosis, dan virus. Beberapa keuntungan penggunaan turunan amonium kuarterner sebagai antisepik antara lain adalah toksisitasnya rendah, kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna dan tidak menimbulkan korosi pada alat logam.
Kerugiannya adalah senyawa menjadi tidak aktif dengan sabun dan surfaktan anionik lain, surfaktan non ionik, ion Ca dan Mg, serum darah, makanan dan lain-lain senyawa kompleks organik.
Hubungan struktur dan aktivitas antimikroba turunan alkildimetilbenzilamonium klorida dapat dilihat pada tabel 29.
Tabel 29. Hubungan struktur dan aktivitas antimokroba turunan alkildimetil-benzillamonium klorida.
Contoh :
Benzalkonium klorida, CnH2n + 1-N+ (CH3)2- CH2 – C6H5.Cl- (Zephiran klorida), merupakan campuran beberapa turunan amonium kuarterner, dengan n= 8-16, dengan bagian yang tersebar adalah n=12,14 dan 16.
Benzalkonium klorida degunakan sebagai antiseptik dan irigasi pada permukaan kulit dan mukosa dengan kadar 1:750-20.000.
Benzetonium klorida(Phemerol klorida), digunakan sebagai antiseptik kulit pada kadar 1:750, sedang untuk iritasi mata, hidung dan membran mukosa, kadar 1:5000.
Setilpiridinium klorida, 1-heksadesilpiridium klorida; mengandung N-kuarterner pada cincin heterosiklik. Rantai samping satil menunjukkan aktivitas yang maksimal dibanding turunan alkil yang lain. Tidak adanya gugus benzil dapat mengurangi toksisitas senyawa.
Setilpiridinium klorida digunakan sebagai antiseptik kulit dengan kadar 1:1000, untuk membran mukosa, kadar 1:2000-10.000. sebagai tablet hisap (lozenges), kadar 1:1500, sedang untuk obat kumur, kadar 1:2000.
Dekualinium klorida, 1,1'-dekametilendis-(4-amonikuinaldinium klorida) (Decamedin, Degirol, Dequadin, SP Troches), efektif sebagai antiseptik dan antijamur. Sebagai tablet hisap, dekualinium klorida digunakan untuk pengobatan radang rongga mulut, tonsilitis, faringitis, laringitis, dan angina.
Dosis tablet hisap : 0,25mg.
Senyawa Perak
Contoh : perak nitrat, perak nitrat amoniakal, perak proteinatum ringan dan perak sulfadiazin.
Perak nitrat, AgNO3 adalah garam yang mudah larut dalam air, digunakan sebagai antiseptik pada mata bayi yang baru lahir (ophthalmia neonatorum) dan pada luka bakar.
Perak nitrat amoniakal, digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sebagai antibakteri dan mengontrol karies gigi.
Perak proteinatum ringan (Argyrol), digunakan untuk pengobatan infeksi pada membran mukosa, mata, saluran napas dan saluran seni. Bentuk kompleks koloidal perak-protein ini tidak menimbulkan efek iritasi, korosi dan adstringen seperti ynag ditimbulkan oleh senyawa perak yang mudah larut, seperti perak nitrat.
Perak sulfadiazin (Burnazin, Dermazin, Silvadene), mempunyai toksisitas rendah, digunakan terutama untuk pengobatan luka bakar.
Dosis krim : 1%, dioleskan sehari 2 kali.
Turunan Lain-lain.
Contoh: heksetidin (Bactidol).
Heksetidin, merupakan antibakteri dan antijamur dengan spektrum aktivitas luas, mempunyai afinitas yang besar terhadap protein membran mukosa sehingga masa kerjanya cukup panjang.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mempengaruhi pembentukan tiamin yang sangat penting untuk proses metabolisme mikroorganisme.
Heksitidin digunakan terutama untuk pengobatan ginggivitis dan periodontitis, serta untuk mengontrol gejala tonsilitis dan faringitis.
Dosis sebagai obat kumur: larutan dalam alkohol 1%.
Desinfektan
Desinfektan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu turunan aldehid, turunan klorofor, senyawa pengoksidasi dan turunan fenol.
Turunan Aldehid
Contoh: formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid.
Larutan formaldehid (Solutio formaldehyde, Formalin), mengandung formaldehid (HCOH) 37%, mempunyai efek antibakteri dengan kerja yang lambat. Larutan formaldehid digunakan untuk desifektan ruangan, alat-alat dan baju dengan kadar 1:5000. Larutan formaldehid dalam air atau alkohol digunakan untuk mengeraskan kulit, mencegah keringat yang berlebihan dan untuk desifektan tangan.
Paraformaldehid, didapat dengan cara menguapkan larutan formaldehid, dibuat untuk lebih memudahkan pengangkutan. Penggunaannya serupa dengan formalin. Formalin. Dan paraformaldehid mempunyai bau kurang menyenangkan dan bila terhisap sangat merangsang.
Glutaraldeihid, digunakan untuk sterilisasi larutan atau peralatan pembedahan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan. Senyawa ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah dibanding formalin atau paraformaldehid.
Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri dan spora bila didapar pada pH 7,5-8,5.
Turunan Klorofor
Contoh: kloramin T, dokloramin T, klorin, halazon dan sodium hipoklorit.
Kloramin T adalah turunan klorofor pertama yang digunakan sebagai antiseptik, mengandung klorin aktif 11,5-13%. Larutan dalam air secara lambat terurai membentuk NaOCl dan melepas klorin yang aktif sebagai antiseptik dan desinfektan. Efek iritasinya lebih rendah dibanding larutan hipoklorit.
Larutan kloramin T 0,1% digunakan sebagai antiseptik membran mukosa, sedang larutan 1% untuk mencuci luka.
Dikloramin T, mengandung klorin aktif 28-30% kelarutan dalam air rendah sehingga penggunaannya terbatas.
Halazon, dalam bentuk gram Na digunakan untuk sterilisasi air minum.
Senyawa Pengoksidasi
Contoh: hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbamid peroksida, kalium permanganat dan sodium perborat.
Hidrogen peroksida (H2O2), adalah senyawa pengosidasi yang sering digunakan sebagai antimikroba. Oleh kerja enzim katalase, hidrogen peroksida mengalami peruraian melepaskan oksigen, yang aktif sebagai pencuci. Hidrogen peroksida digunakan untuk mencuci luka dan penghilang bau badan, dengan kadar 103%
Benzoil peroksida (C6H5-COOOC-C6H5), dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam benzoat. Benzoil peroksida digunakan sebagai antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan kukul(acne), dalam bentuk lotion 5-10%.
Karbamid peroksida (Urea peroksida), (NH2)2CO.H2O2), mengandung 34% H2O2 atau 16% O2. Larutan karbamid peroksida dalam air secara perlahan-lahan melepaskan H2O2, dan digunakan untuk antiseptik pada telinga dan pada luka.
Kalium permanganat (KMnO4) dan sodium perborat (NaBO3) digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik karena sifat oksidasinya. Pada umumnya, kedua senyawa di atas digunakan untuk pemakaian setempat dalam bentuk larutan dalam air.
Turunan Fenol
Contoh: kresol, klorokresol, kreosot, betanaftol, timol dan klorotimol.
Mekanisme kerja, hubungan struktur dan aktivitas turunan fenol dapat dilihat pada bab terdahulu.
OBAT ANTI JAMUR
Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur.
Jamur yang menginfeksi manusia (mikosis) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu mikosis sistemis, mikosis kutan dan mikosissuperfisial.
Mikosis sistemik
Mikosis sistemik terutama mempengaruhi organ internal dari visceral tersebar secara luas dan melibatkan jaringan yang berbeda. Mikosis sistemik di sebabkan oleh jamur saprotik di tanah melalui inhalasi spora.
Yang termasuk mikosis sistemi adalah :
Aspergilosis (Aspergillus fumigatus ) , antijamur : amfoterisin B (I.V. ) , +5- fluorositosin (oral ).
Blastomikosis ( Blastonikosis dermatitis ), antijamur : amfoterisisn B (I.V.), ketokenazol (oral).
Kandistatin (Candida sp.), antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral) nistatin (oral +setempat ), klortimazol dan mikonazol (setempat) dan ketokonazol (oral).
Kokidioidomikosis (Caccidiaides immitis ), antijamur : amfoterisin B (I.V. ) ,ketokonazol (oral).
Kriptokokosis (Cryptococcus neoformans ), antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral).
Histoplasmosis (histoplasma capsulatum), antijamur: amfoterisin B (I.V.),ketokonazol (oral).
Parakokidioidomikosis (paracoccidioides braziliensis ) , antijamur : amfoterisin B (I.V.), ketokonazol (oral).
Fikomikosis (phycomycetes), antijamur : amfoterisin B (I.V.).
Mikosis subkutan
Mikosis subkutan adalah mikosis yang terdapat pada tulang, muka, kulit, dan jaringan subkutan. Mikosis ini disebabkan oleh jamur yang masuk ke kulit melalui pengotoran tanah, serpih atau duri, dan cenderung terlokalisasi pada jaringan subkutan. Mikosis subkutan dapat menyebabkan kerusakan yang berat dan kadang-kadang menimbulkan kematian.
Yang termasuk mikosis subkutan adalah :
Kromomikosis (jamur dimorfi).
Maduromikosis (tak kurang dari 13 spesies jamur ).
Sporotrikosis (sporothrix schenkil ).
Antijamur : amfoterisin B (I.V.).
Mikosis kutan dan mukokutan
Mikosis kutan hanya menginfeksi epidermis, rambut dan kuku, dan disebabkan oleh jamur dermatophytes, seperti epidermophyton floccosium, microsporum sp. Dan trichophyton sp. Penyakitnya disebut dermatofitosis atau dermatomikosis.
Berdasarkan daerah kulit yang terkena infeksi, jamur dibedakan sebagai berikut :
Tinca pedis (pada kaki).
Tinca corporis (pada tubuh).
Tinca cruris (pada lipatan paha).
Tinca capitis (ketombe atau dandruff, pada kulit kepala ).
Antijamur : amfoterisin B (I.V.), tolnaftat, haloprogin, koltrimazol, mikonazol,Zn pirition, selenium sulfida, dan asam undesilenat (setempat), griseofulvin dan ketokonazol (oral).
Mikosis mukokutan disebakan oleh jamur Candida sp. dan penyakitnya disebut candidiasis.
Antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral), nistatin (oral + setempat ) , kandisidin, gelatin violet , klotrimazol dan mikonazol(setempat), griseofulvin dan ketokonazol (oral).
Mikosis superficial
Mikosis ini hanya menginfeksi rambut dan lapisan superfisisal dari epidermis ,
Yang termasuk mikosis superfisial adalah :
Black piedra ( piedraia hortal ).
Tinca nigra ( cladasporium werneckii ).
Pitiriasis atau tinca versicolor (pityrosporum orbiculare ).
White piedra (trichosporum cutaneum ).
Antijamur : griseofulvin (oral), asam salisilat, asam benzot, natrium kaprilat, klotrimazol, mikonazol, dan haloprogin (setempat).
Berdasarkam stuktur kimoanya obat antijamur dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan asam, turunan tionokarbonat, turunan pirimidin, antibiotika, turunan imidazole, turunan halogen dan turunan lain-lain.
Turunan Asam
Contoh : asam salisilat, salisilanilis, asam benzoate, asam propionat, natrium kaprilat dan asam undersilenat.
Turunan asam pada umumnya digunakan sebagai antijamur setempat pada kulit.
Mekanisme kerja antijamur ini disebabkan oleh efek keratolitiknya.
Contoh :
Asam salisilat, mempunyai efek keratolitik, digunakan secara setempat untuk menghilangkan kutil. Efek bakteriostatik dan fungisid asam salisilat juga digunakan untuk pengobatan penyakit parsit kulit, psoriasis, ketombe dan ekzem.
Kombinasi dengan asam benzoate (1:2) , digunakan sebagai antijamur setempat (kalpanax,mikorex,kopamex).
Dosis setempat : serbuk tabor, salep atau krim 3-10%.
Asam proionat, CH - CH - CH -COOH, banyak digunakan sebagai antijamur karena Judah didapat, tidak toksik dan tidak menimbulkan efek iritasi kulit. Asam propionate efektif terhadap Tinca pedum dan sering digunakan dalam bentuk garamnya, seperti garam Na, K, Ca atau Zn karena tak berbau dan mudah penanganannya.
Natrium kaprilat, , CH - (CH ) - CH -COONa, asam bebasnya terdapat pada minyak kelapa dan mintak kelapa sawit. Natrium kaprilat efektif terhadap Trichophyton sp. , microsporum sp. , dan cabdida sp.
Asam undersilenat (Decyline),CH =CH-(CH ) -COOH, adalah antijamur setempat diberikan dalam bentuk larutan, emulsi, serbuk atau salep dengan kadar sampai 10%.
Turunan Tionokarbamat
Contoh : toksilat dan tolnaftat.
Toksilat (tolmicen), efektif secara setempat untuk pengobatan dermatomikosis.
Dosis setempat antijamur kulit, dalam bentuk larutan atau krim 1%, serbuk tabor 0,5% , 2-3 dd.
Tolnaftat, mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap dermatomikosis, baik in vitro maupun in vivo, tetapi tidak aktif terhadap jamur lain. Untuk aktivitas antijamur, gugus metilkarbonat memegang peran yang cukup penting
Senyawa tetap aktif bila gugus tolil diganti dengan subsitituen α-naftil –β-metil dan bila gugus metil diganti dengan subsituen H, hidroksi atau metoksi. Aktivitas obat akan hilang bila gugus metil diganti dengan gugus halogen, karboksilat atau nitro. Dosis setempat antijamur kulit, dalam bentuk larutan atau krim 1% 2dd.
Turunan pirimidin
Contoh : 5-fluorositosin (flusitosin) dan heksetidin.
5-fluorositosin, terutama digunakan untuk pengobatan kromomikosis, kandidiasis dan kriptokokosis. Karena kekebalan mungkin timbul Selma pengobatan, maka obat biasanya diberika bersamaisama dengan amfoterisin B, efek samping obat antara lain adalah leukopenia atau trombositopenia yang terpulihkan dan kadang-kadang dapat berakibat fatal.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, tidak diikat oleh plasma protein, kadar serum tertingginya dicapai dalam 2-4 jam, dengan waktu paru serum 3-6 jam.
Dosis oral : 37,5 mg/kb bb,4 dd.
Mekanisme kerja
Mula-mula flusitosin mengalami metabolism di dalam sel jamur, menjadi 5-fluorourasil, suatu antimetabolite pirimidin, metabilik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur.
Efek antijamur flusitosin meningkat bila dikombinasi dengan amfoterisin B atau turunan imidazol.
Turunan antibiotika
Contoh : griseofulvin dan antibiotika turunan polien , seperti nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.
Griseofulvin (fulcin, griseofort, grivin, rasovin), disolasi dari galur tertentu penicillium griseofulvum, efektif pada pemberian secara oral, dan hanya bekerja pada jamur yang tumbuh aktif. Griseofulvin efektif terhadap dermatomikosis dan merupakan obat pilihan untuk infeksi tinca pada kulit kepala, kuku, jenggot, telapak tangan dan kaki, bentuk mikrokristal dan ultramikrokristalnya lebih aktif disbanding bentuk mikrokristal, griseofulvin mempunyai waktu paro 24-36 jam , tetapi masih ada dalamplasma setelah 4 hari pengobatan dihentikan.
pada pengobatan jangka panjang, obat yang akan di simpan pada rambut, kuku dan kulit dan akan diekresikan secara aktif melalui kelenjar keringat,
griseofulvin kadang-kadang menimbulkan efek samping antara lain urtikaria, sakit kepala, ketidaknyamanan lambung, granulositopenia dan leukopenia.
Dosis oral : mikrikristal 500mg, ultramikrikristal 330mg. I dd atau terbagi dalam dua dosis, diberiakn sesudah makan.
Mekanisme kerja
Griseofulvin menunjukkan efek antijamur dengan membatas pertumbuhan jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur, senyawa ini mengikat protein mikrotubali dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metaphase pembelahan jamur.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan griseofulvin
Senyawa akan tetap aktif bila atom CI diganti dengan atom F, tetapi aktivitasnya menurun bila diganti dengan atom BR dan H.
Penggantian subsituen metoksi pada cincin sikloheksan dengan gugus propoksi atau butoksi akan meningkat aktif secara in vivo karna dapat menigkatkan kelarutan dalam lemk sehingga penembusan ke dalam membrane bakteri lebih baik. Subsitusi dengan asam amino justru menghilangkan aktifitas biologis.
Contoh :
Nistatin (Candistatin, Mycostatin) diisolasi dari Streptomycesnoursei, digunakan untuk pengobatan infeksi Candida sp. Pada kulit, membran mukosa, saluran cerna dan vagina. Digunakan secara oral maupun setempat, untuk infeksi yang disebabkan oleh Candida sp. Dan Aspergillus sp.
Amfoterisin B. Diisolasi dari Streptomyces nodosus, efektif terhadap hampir semua mikosis sistemik, termasuk kutan dan mukokutan candistatin. Amfoterisin juga efektif terhadap mukokutan leismaniasis, tetapi kurang efektif terhadap bakteri, protozoa, dan virus.
Kandisdin, diisolasi dari Streptomyces griseus, dianjurkan untuk pengobatan infeksi monilia pada saluran vagina.
Turunan Imidazol
Contoh : klotrimazol, ketokonazol, bifonazol, ekonazol nitrat, oksikonazol nitrat, mikonazol nitrat, isokonazol nitrat, flukonazol, tiokonazol, dan itrakonazol.
Mekanisme kerja
Turunan imidazol disebabkan senyawa dapat menimbulkan ketidak teraturan membran sitoplasma jamur. Turunan imidazol dan asam lemak tidak jenuh, suatu komponen membran jamur, dapat membentuk interaksi hidrofob, mengubah permeabilitas membran dan fungsi pengangkutan senyawa esensial, menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur. Turunan imidazol juga menghambat biosintesis sterol, triglesirida dan fosfolipid pada jamur.
Ketokonazol dapat mempengaruhi biosintesis ergosterol dalam sel jamur.
Turunan Halogen
Contoh : Haloprogin
Haloprogin (polik), digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial pada kulit.
Mekanisme kerja
Turunan halogen dapat berinteraksi membentuk ikatan ikatan kovalen dengan gugus-gugus fungsional dari sel jamur, seperti gugus tio, yang terdapat pada koenzim A, sistein, glutation, asam lipoat dan tiamin, gugus amino yang terdapat pada asparagin atau glutamin, serta gugus karboksil dan hidroksil. Interaksi tersebut sdapat melalui reaksi oksidasi, adisi konjugat atau eliminasi klorin. Ikatan kovalen yang kuat menyebabkan masa kerja obat menjadi panjang.
Rekasi Haloprogin dengan gugus tio dijelaskan sebagai berikut :
Turunan lain-lain
Contoh : naftifin HCl, siklopiroksilamin, gentian violet, domifen bromida (Neo-bradoral). Dipirition, selenium sulfida dan oktopiroks.
Naftifin HCl (exoderil) adalah anti jamur baru yang sangat kuat, bekerja sebagai fungisid dan fungistatik. Digunakan secara setempat untuk pengobatan dermatomikosis pada kulit, luka dan rambut, dan kandidiasis superfisisal. Naftifin juga mempunyai efek setempat pada bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Obat tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
Siklopiroksolamin (Batrafen) adalah garam etanolamin dari siklopiroks, merupakan antijamur setempat yang bekerja sebagai fungisida, efektif terhadap Tinea sp. dan kandididasis superfisial.
Gentian violet (Metilrosanilin klorida) adalah golongan zat warna yang mempunyai efek anti jamur, antibakteri dan anthelmentik. Secara sistemik digunakan untuk pengobatan infeksi Candida albicans. Sering digunakan untuk pengobatan infeksi pada mulut bayi.
Dipirition dan selenium sulfida (Selsun) adalah senyawa turunan tiol yang mempunyai efek antijamur, digunakan sebagai antiketombe dan pengobatan infeksi Tinea versicolor pada kulit kepala.
Antiseptik Saluran Seni
Antiseptik saluran seni adalah senyawa yang digunakan untuk infeksi bakteri pada saluran seni.
Berdasarkan struktur kimianya antiseptik seni dibagi menjadi lima kelompok yaitu metenamin dan garamnya, asam mandelat dan garamnya, turunan nitrofuran, piridin, piperidin dan turunan kuinolon
Metenamin dan garamnya
Contoh : metenamin, metenazin tripurat dan metenamin mandelat
Metenamin (urotropin, hexamin), secara oral digunakan untuk pengobatan infeksi saluran seni karena dalam suasana asam akan terurai melepaskan formaldehid aktif. Metenamin bekerja secara tidak khas melalui interaksinya dengan gugus-gugus fungsional tertentu dalam sel bakteri. Efek maksimal dicapai bila digunakan bersama-sama dengan senyawa yang bereaksi asam, seperti vitamin C, NH4Cl atau NH2HPO4. Metenamin sering digunakan dalam bentuk garam bipurat karena garam tersebut meningkatkan keasaman urin sehingga aktivitas obat lebih meningkat.
Dosis oral : 1g 4 dd
Asam mandelat dan garamnya
Contoh : asam mandelat, amonium mandelat, dan Ca.mandelat
Asam mandelat, diperdagangkan dalam bentuk campuran rasemal, dan digunakan sebagai bakateriostatik dan bakterisid pada saluran seni, efektif terhadap infeksi E.coli, S.faccalis, dan Salmonella sp.
Dosis : 3g/hari
Turunan Nitrofuran
Contoh : nitrofurantoin dan hidroksimetil nitrofurantoin.
Nitrofurantoin (Macrofuran), merupakan antiseptik saluran seni yang efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif , dan obat pilihan untuk pengobatan sistitis. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat beberapa enzim yang terlihat pada pembentukan asetil koenzim A dari asam piruvat sehingga mempengaruhi produksi energi yang diperlukan untuk kehidupan bakteri. Aktivitasnya sangat tergantung pada gugus nitro, yang secara in vivo tereduksi menjadi hidroksilamin atau amin primer. Bentuk tereduksi inilah yang dapat menghambat fungsi DNA dan menyebabkan kerusakan kromosom bakteri.
Mekanisme kerja nitrofurantoin dijelaskan secara skematik sebagai berikut:
Efek samping nitrofurantoin cukup besar, seperti gangguan saluran cerna, komplikasi paru, kerusakan darah dan anemia hemofilik. Sebaliknya diberikan bersama-sama makanan karena dapat memperpanjang masa kerja obat. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, ± 60% terikat oleh protein serum, dengan waktu paro serum ± 20 menit.
Dosis oral : 50-100mg 3-4 dd, untuk pencegahan :50-100mg sebelum tidur.
Hidroksimetil nitrofurantoin, digunakan terutama untuk pengobatan infeksi bakteri pada saluran seni. Efek samping obat cukup besar serupa dengan nitrofurantoin. Untuk mengurangi gangguan pada saluran cerna, obat dapat dikombinasi dengan antasida, seperti aluminium hidroksida gel (Urfadyn).
Dosis : 40mg 4dd
Turunan Piridin
Contoh: fenazopiridin
Fenazepiridin HCl (Phyridium), terutama digunakan sebagai setempat pada saluran seni. Fenazepiridin sering dikombinasi dengan antiseptik saluran seni, seperti sulfametizol. Obat secara cepat diekskresikan melalui urin dan menyebabkan warna urin menjadi merah jingga.
Dosis : 100mg 2-3 dd, sesudah makan.
Turunan pirimidin
Contoh : trimetoprim
Trimetoprin(Syraprim, Tobyprim) adalah turunan pirimidin, digunakan untuk pengobatan infeksi saluran seni yang disebabkan oleh E.coli, P.mirabilis, K.pneumoniae dan Enterobacter. Obat dapat diberikan dalam bentuk tunggal atau dikombinasi dengan sulfametoksazol. Trimetoprim bekerja sebagai antagonis metabolik nonklasik dari asam fosfat, yaitu dengan memblok kerja enzim dihidrofosfat reduktase bakteri ±50.000 kali lebih besar dibanding enzim pada mamalia.
Dosis oral: 100mg 2dd, selama 10 hari
Turunan Kuinolon
Turunan kuinolon adalah obat antiinfeksi yang relatif baru sebagai pengembangan asam nalidiksat, suatu turunan 4-kuinolon yang efektif terhadap bakteri Gram-negatif dan digunakan untuk antiinfeksi saluran seni.
Pengembangan struktur dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan memperluas spektrum antibakteri. Modifikasi struktur pada umumnya dilakukan dengan memasukkan gugus fluorin pada inti dasar (C-6) dan mengalami gugus metil pada C-7 dengan gugus piperidin.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja turunan kuinolon adalah dengan menghambat secara selektif sintesis ADN bakteri dengan memblok enzim ADN-girase, suatu tipe II topoisomerase. ADN-girase adalah enzim yang unik dan berfungsi untuk memelihara kromosom pada keadaan supercoiled dan memperbaiki single strand ADN yang pecah selama proses replikasi ADN bakteri. Mamalia tidak mengandung enzim tersebut sehingga turunan kuinolon dapat bekerja secara selektif menghambat sintesis ADN bakteri tanpa mempengaruhi ADN mamalia.
Turunan kuinolon berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
Turunan naftiridin, contoh : asam nalidiksat
Turunan sinolin, contoh : sinoksasin.
Turunan piridopirimidin, contoh: asam pipemidat dan asam piromidat.
Turunan kuinolon, contoh : asam oksolinat, norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, dan pefloksasin.
Obat Antituberkulosa
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, suatu basil gram-positif. Basil mikrobakteri ini sangat sukar dibunuh dan sesudah pengobatan kemoterapi eiminasi basil dari tubuh sangat pelan sehingga pengobatan infeksi mikrobakteri memerlukan waktu yang panjang.
Mekanisme kerja
Etambutol, isoniazid dan riasetazon mempunyai sifat sebagai ligan yang dapat membentuk kelas dengan logam-logam yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Meskipun demikian sifat di atas tidak selalu dapat menjalankan mekanisme kerja beberapa obat antimikroorganisme lain.
Banyak obat antimikroorganisme yang bekerja dengan menghambat biosintesis dinding sel mikrobakteri, proein atau asam nukleat.
Menghambat biosintesis dinding sel mikrobakteri
Penghambatan biosintesis dinding sel menyebabkan kelemahan jaringan dinding sel mikrobakteri, terjadi kerusakan membran sel diikuti dengan pecahnya sel karena lisis osmotik sehingga mikroorganisme mengalami kematian. Obat yang bekerja dengan mekanisme di atas adalah sikloserin dan isoniazid.
Sikloserin adalah struktur analog D-alanin, bekerja dengan menghambat secara kompetitif dua dari tiga enzim yang terlibat dalam penggabungan D-alanin ke dalam prekusor dinding sel. UDP- MurNAc-pentapeptida, yaitu enzim alanin rasemase dan D-alanin: D-alanin sintetase. Afinitas enzim-enzim diatas terhadap sikloserin 100kali lebih besar dibanding terhadap substrat normal.
Mekanisme kerja sikloserin dijelaskan secara skematik sebagai berikut:
Isoniazid, bekerja secara aktif dengan menghambat biosintesis asam mikolat dinding sel, kekosongan asam mikolat menyebabkan struktur dinding sel menjadi lemah dan kemudian pecah sehingga mikrobakteri mengalami kematian.
Menghambat biosintesis protein
Protein adalah komponen yang penting dalam sistem kehidupan mikrobakteri. Penghambatan biosintesis protein dapat menyebabkan kematian mikrobakteri. Asam p-aminosalisilat dan turunan pra-obatnya, menghambat biosintesis protein dengan mekanisme kerja mirip sulfonamida, yaitu secara penghambatan bersaing dengan asam p-aminobenzoat.
Pirazinamid, etionamid, dan protionamid, menghambat sintesis peptida dengan memblok penggabungan asam-asam amino yang mengandung sulfur, seperti sistein dan metionin, kekurangan protein esensial diatas dapat menyebabka kematian mikrobakteri.
Kanamisin dan streptomisin, bekerja dengan mengikat ribosom sehingga menghambat biosintesis protein dan mempengaruhi perpanjangan rantai polipeptida sehingga sel menjadi pecah dan mikrobakteri mengalami kematian.
Menghambat biosintesis asam nukleat
Asam nekleat berperan penting pada proses pembelahan sel. Pengahambatan biosintesis asam nukleat dapat menyebabkan kematian mikroorganisme.
Etambutol, mempunyai struktur mirip dengan poliamin dan mempunyai sifat dapat membentuk kelat dengan kation divalen. Pembentukan kompleks tersebut mempengaruhi fungsi poli sel, seperti spermidin dan spermin, yang terlihat dalam memelihara keutuhan asam nukleat, sehingga terjadi hambatan biosintesis protein,ADN, dan ARN.
Bentuk kelat etambutol dengan kation divalen dapat dilihat pada gambar.
Rifampisin, dapat menghambat biosintesis ARN bakteri dengan mengikat secar kuat subunit beta enzim ADN-directed ARN polimerase (DDRP), mencegah pengikatan enzim pada ADN sehingga terjadi pemblokan pada tahap awal transkripsi ARN.
Berdasarkan struktur kimianya obat antituberkulosis dibagi menjadi lima kelompok yaitu turunan salisilat, turunan hidrazida, turunan amidaheterosoklik, golongan antibiotik dan golongan lain-lain.
Turunan salisilat
Contoh : para-amino salisilat (PAS), PAS Na, PAS K, benzoilpas Ca, pashidrazid dan fenilamino salisilat.
Para amino salisilat, merupakan obat pertama untuk pengobatan tuberkulosis, biasanya dikombinasi dengan isoniazid dan streptomisin. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma maksimal obat dicapai setelah 1jam pemberian secara oral, dengan waktu paruh biologis 2 jam.
Dosis : 3g 4dd
Hubungan struktur dan aktivitas turunan p-amino salisilat
Turunan hidrazida
Contoh : isoniazid dan iproniazid
Struktur antituberkulosis turunan hidrazida.
Isoniazid (INH), merupakan senyawa bakterisida, dalam bentuk tunggal digunakan untuk pencegahan tuberkulosis, sedang dalam bentuk kombinasi dengan rifampisin atau pirazinamid untuk pengobatan tuberkulosis. Isoniazid dapat menyebabkan neuritis perifer karena bekerja sebagai antagonis terhadap piridoksin dan meningkatkan ekskresi piridoksin melalui ginjal. Oleh karena itu pada pengobatan dengan isoniazid harus diberikan bersama-sama dengan vitamin B6.
Dosis untuk pencegahan : 300mg 1dd atau 4-5mg/kg bb/hari. Untuk pengobatan : 10-20mg/kg bb/hari (oral) atau 300mg/ hari (parenteral).
Untuk mengurangi gejala neuritis perifer perlu ditambahkan piridoksin 50-100mg/hari.
Turunan amina Heterosiklik
Contoh: pirazinamid, etionamid dan protionamid.
Pirazinamid(Neotibi, Pezeta,Prazinas, Pharozinamid), mempunyai efek baktersid, digunakan terutama untuk pengobatan ulang tuberkulosis dan untuk pengobatan jangka pendek bila diduga penderita sudah kebal terhadap isoniazid. Pada umumnya digunakan bersama-sama dengan obat tuberkulosis lain. Pirazinamid bukan obat primer pada pnegobatan tuberkulosis paru karena menimbulkan hepatotoksik yang potensial. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinngi dicapai dalam waktu ± 2jam, dengan waktu paruh eliminasi ±10-16 jam.
Dosis oral : 20-35mg/kg bb/hari.
Golongan Antibiotik
Golongan antibiotik yang digunakan sebagai antituberkulosis antara lain adalah streptomisin sulfa, dihidrostreptomisin, kanamisin sulfa, rifampisin, skloserin, viomisin sulfa dan kapreomisin sulfa.
Streptomisin sulfa, adalah senyawa bakterisida yang diisolasi dari Streptomyces griteus. Dalam suasana asam, streptomisin terhidrolisis menjadi streptidin dan streptoblosamin, yang merupakan kombinasi dari L-streptosa dan N-metil-L-glukosamin. Streptomisin digunakan untuk pengobatan tuberkulosis melalui pemberian intramuskular, dalam bentuk tunggal atau dikombinasi dengan isoniazid. Streptomisin dapat meningkatkan efek obat antituberkulosis yang diberikan oral, seperti etambutol dan isoniazid.
Dosis I.M : 20mg/kg bb 1dd, selama 2-3 minggu, kemudian 1g/hari tiap hari dan akhirnya 1g dua kali per minggu.
Dihidrostreptomisin sulfat, mempunyai kegunaan yang sama dengan streptomisin.
Dosis I.M : ekivalen dengan 500mg dehidrostreptomisin basa, 4dd.
Kanamisin sulfat, adalah senyawa bakteriosida, diisolasi dari Streptomyces kanamycericus. Secara kromatografi dapat dibedakan 3 struktur kanamisin, yaitu kanamisin A,B, dan C. Dalam perdagangan pada umumnya adalah kanamisin A, karena mempunyai toksisitas yang lebih rendah dibanding kanamisin B, dan C
Dosis oral untuk infeksi usus : ekivalen dengan 1 g kanamisin basa, 3-4 dd selama 5-7 hari.
I.M : ekivalen dengan 5mg/kg bb 3 dd, waktu paruhnya 2-3jam.
Rifampisin, adalah antibiotik semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranae. Merupakan senyawa bakterisida, aktif terhadap sel bakteri yang sedang mengalami multiplikasi dan sel bakteri yang sedang istirahat. Rifampisin digunakan untuk pengobatan tuberkulosis dan lepra. Rifampisin dapat menembus dan membunuh mikrobakteri dan bakteri di luar sel dan didalam sel.
Dosis oral : 600mg/hari, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Sikloserin, menunjukan aktivitas antibiotika yang relatif lemah terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, tetapi cukup efektif sebagai tuberkulosis. Dalam penggunaan, sikloserin biasanya dikombinasi dengan isoniazid.
Dosis oral : 250mg 2-4dd.
Viomisin sulfat, merupakan peptida siklik yang bersifat basa kuat. Obat ini digunakan untuk antituberkulosis sebagai pengganti streptomisin.
Dosis I.M : ekivalen dengan 1g viomisin, 2dd, 2kali per minngu.
Kapremisin sulfat, adalah peptida siklik ynag bersifat basa kuat. Kapremisin digunakan untuk antituberkulosis sebagai pengganti streptomisin, bila kuman sudah kebal.
Dosis I.M : ekivalen dengan 1g kapremisin, 1 dd, selama 2-4 bulan, kemudian 1g 2-3 kali per minggu.
Golongan Lain-Lain
Contoh: etambutol HCl dan tinasetazom.
Etambutol, adalah senyawa bakteriostatik, digunakan sebagai penunjang pengobatan, digunakan sebagai penunjang pengobatan tuberkulosis dari obat antimikrobakteri yang bersifat bakterisid, seperti isoniazid dan rifampisin. Etambutol juga digunakan untuk pengobatan ulang tuberkoulosis bila obat tuberkulosis primer telah kebal.
Dosis oral : 15-20mg/kg bb 1 dd
Tinasetazom adalah senyawa bakteriostatik, digunakan untuk pengobatan tuberkulosis paru, biasanya dikombinasi dengan antitubekulosis lain terutama isoniazid. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu ±4jam sesudah pemberian secara oral, dengan waktu paruh biologis 8-12 jam.
Dosis oral sebagai antituberkulosis :150mg/hari.
Sebagai antilepra dosis awal: 50mg/hari, kemudian dinaikan secara bertahap sampai 150mg/hari.
OBAT ANTI VIRUS
Obat anti virus adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus adalah parasit alam sel,strukturnya terdiri dari ADN atau ARN dan lapisan protein, dengan membrane terluar terbentuk dari sakarida, lemak dan protein.
Berdasarkan kandungan asam nukleatnya virus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu virus yang mengandung ADN dan yang mengandung ARN.
Virus yang mengandung ADN
Adenoviridae : adenovirus (penyakit pernapasan daan mata yang akut)
Chordopoxviridae : virus variola (cacar = smallpox), virus vaccinia (cacar sapi = cowpox), chickenpox (cacar air) dan eksem.
Herpesviridae : sitomegalovirus (penyakit sitomegalik), virus Epstein-Barr (berhubungan dengan limfoma Burkitt dan infeksi mononekleosis), herpes simplex tipe 1 dan 2 (infeksi genital, labial,keratitis kulit,keratokonjungtivitis pada mata dan ensefalitis,varicella-zoster dan herpes zoster (shingles)
Papovaviridae : virus papiloma (kutil = warts)
Virus yang mengandung ARN
Arenaviridae : arenavirus (virus limpositik kariomeningitis dan virus demam lassa)
Coronaviridae : koronavirus ( penyakit pernapasan )
Orthomyxoviridae : virus influenza A.B. dan C
Paramyxoviridae : virus parainfluenza (bronchitis, pneumonia, croup), virus pernapasan ( bronkiolitis, pneumonia), virus campak dan virus gondong.
Picornaviridae : rhinovirus ( penyakit pernapasan, common cold), virus polio (poliomyelitis), coxsackievirusdan echovirus (meningitis aseptic)
Rioviridae : rotavirus (diare)
Retroviridae : human immunodeficiency virus (HIV) atau human T-lymphotropic virus III (HTLV-III) atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), human T-cell leukemia virus atau human T-cell lymphotropic virus ( HTVL-I), retrovirus yang berhubungan dengan limpdenopati atau hairy cell leukemia (HCL), kanker payudara dan karsinoma nasofaring.
Rhabdoviridae : virus rabies
Togaviridae : virus rubella, virus demam kuning (hepatitis)dan virus meningoensefalitis.
Hanya sedikit obat nativirus yang telah digunakan dalam klinik.
Berdasarkan struktur kimianya obat antivirus dibagi menjadi tiga kelompok yaitu turunan adamantan amin, analog nukleosida dan turunan interferon.
Turunan adamantan amin
Contoh : amantadin HCL, metisoprinol dan tromantadin
Mekanisme kerja
Amantadin dan turunannya bekerja dengan menghambat penetrasi partikel virus ke sel tuan rumah dan menghambat tahap awal replikasi virus, dengan cara memblok protein inti yang tidak terlapisi sehinggamencegah pemindahan asam nukleat ke sel tuan rumah .
Contoh :
Amantadin HCL (symmetrel), suatu trisiklik amin yang simetrik. Secara klinikobat hanya efektif untuk pencegahan dan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A. pnyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik (±95%), dengan waktu paro eliminasi 20-24 jam.
Dosis oral untuk pencegahan influenza A : 100 mg 2 dd
Tromantadin HCL (viru-merz-serol) , digunakan secara setempat untuk pengobatan infeksi herpes simplex pada kulit dan mukosa membrane, manifestasi dermal pada herpes zoster dan ekzem herpetikatum.
Dosis setempat : krim 1% 3dd
Metisoprinol (Isoprinosine)adalah kompleks 1 : 3 dari inosin dan garam
1-(dimetilamino)-2-propanol dari asam 4-asetamidobenzoa.efek antivirusnya mempunyai spectrum luas, efektif terhadap virus herpes, rhino dan influenza
Meknaisme kerjanya melalui dua cara yaitu merangsang sel T tuan rumah yang berfungsi sebagai mediator kekebalan dan secara langsun gmenghambat replica sel virus.
Dosis oral : 50-60 mg/kg bb/hari , dalam dosis terbagi 4-6 kali
Analog nukleosida
Contoh : zidovudin, asiklovir, idoksuridin,ribavirin, dan vidarabin.
Mekanisme kerja
Analog nukleosida mula-mula mengalami fosforilasi oleh sel tuan rumah membentuk turunan trifosfat yang aktif, kemudian bergabung ke dalam ADN virus dan tuan rumah sebagai pengganti nukleotida normal sehingga terjadi hambatan replikasi sel.
Zidovudin (azidotimidin, AZT, Retrovir), adalah antimetabolit timidin, yang mengalami fosforilasi anabolic dalam sel T manusia menjadi nukleosida-5+-trifosfat kemudian berkompetisi dengan timidin-5+-trifosfat dan bergabung dengan rantai pertumbuhan ADN. Obat kemudian bekerja sebagai penghambatterminasi rantai HIV reverse transcriptase, mencegah translasi kode ARN retrovirus kedalam double standed ADN sehingga menghentikan pembuatan rantai ADN baru dan menghentikan replikasi virus. Zidovudin digunakan terutama untuk memperbaikki fungsi kekebalan dan lain-lain, ketidaknormalan yang berhibingan dengan AIDS. Obat ini dapat memperpanjang kemungkinan hidup penderita AIDS tetapi tidak dapat menghilangkan virus HIV dari organ penderita. Efek samping obat yang serius adalah penekanan fungsi sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan anemia dan neutropenia. Sesudah pemberian secara oral, zidovudin mempunyai ketersediaan hayati yang baik dan mampu menembus sawar darah-otak, dengan waktu paro ±1 jam
Dosis : 200mg , setiap 4 jam
Asiklovir (danovir, kenrovir, poviral, zovirax),adalah analog asiklik dari deoksiguanosin. Asiklovir mempunyai mekanisme kerja yang unik, yaitu bekerja secara katalitik terhadap enzim timidin kinase virus herpes yang khas. Di sini obat terikat lebih kuat (±200 kali) disbanding pada enzim sel. Mula-mula asiklovir diubah menjadi bentuk monofosfat dan selanjutnya diaktifkan menjadi bentuk trifosfat oleh enzim kinase sel. Bentuk ini dapat menghambat aktivitas enzim ADN polymerase virus, yaitu melalui kompetisi dengan deoksiguanosin trifosfat dan kemudian bergabung dengan ADN, menyebabkan berhentinya pembentukan rantai karena kekurangan gugus 3'-hidroksil ujung yang diperlukan untuk perpanjangan rantai. Hal ini dapat menjelaskan mengapa asiklovir aktif terhadap virus yang menginfeksi sel seperti virus herpes simpleks I (herpes labial) dan II (herpes genital) serta virus varicella-zoster. Asiklovir merupakan obat pilihan untuk pencegahan dan pengobatan virus herpes simpleks dan untuk pengobatan ulang infeksi herpes genital dan varicella-zoster.
Pada pemberian secara oral, penyerapan obat rendah (15-30%), 15% obat terikat oleh plasma protein dengan waktu paro 2,5-5 jam. Ketersediaaan hayati asiklovir rendah, sehingga lebih baik digunakan turunannya yang lebih mudah larut, yaitu 6-deoksiasiklovir, suatu pra-obat, yang segera mengalami metabolise oleh xanthin oksidase menjadi asiklovir. Efek samping obat anatara lain iritasi dan rasa nyeri pada tempat injeksi, kulit kemerah-merahan, sakit kepala, insomnia, hematuria dan perubahan ensefalopati.
Penggunaan obat secara setempat hanya efektif untuk infeksi herpes genital premier yaitu dapat mengurangi lama infeksi dan meringankan gejala penyakit.
Dosis oral : 200 mg 5 dd, selama 5-7 hari
Dosis setempat : salep 5% 5 dd, selama 14 hari
Idoksuridin, strukturnya mirip timidin dan merupakan substrat enzim timidin kinase virus. Mula-mula idoksuridin mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktifnya dan kemudian bergabung dengan ADN virus. Karena idoksuridin menimbulkan efek teratogenik, mutagenik dan menekan kekebalan maka hanya digunakan secara setempat untuk pengobatan herpes keratokonjungtivitis dan herpes labial, dalam bentuk salep mata atau larutan.
Dosis : salep mata 0,5% 5 dd , larutan 0,1% 0,1 ml 10-20 kali per hari
Ribavirin,strukturnya berhubungan dengan guanosin, bekerja sebagai penghambat tidak khas enzim yang mengkatalisis biosintesis basa guanine. Pada kasus influenza, ribavirin dapat menghambat secara selektif sintesis protein virus influenza.
Ribavirin adalah senyawa antivirus dengan spectrum luas karena efektif baik terhadap virus ADN maupun virus ARN, seperti hepatitis, infeksi herpes dan infesi influenza. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, dengan waktu paro eliminasi ± 24 jam
Vidarabin adalah turunan nukleotida dari adenine arabinnosa, pada in vivo cepat mengalami deaminasi menjadi arabinosilhipoxantin. Senyawa induk dan metabolit tersebut mengalami fosforilasi menjadi bentuk trifosfat yang aktif dan dapat menghambat secara kompetitif dan selektif aktivitas enzim ADN-polimerase virus. Bentuk trifosfat diatasdpat ebrgabung ke dalam ADN virus dan menyebabkan nerakhirnya perpanjangan rantai. Dalam jumlah cukup besar, bentuk aktif diatas dapat menghambatenzim sel tuan rumah. Vidarabin sangat efektif, melalui penggunaan setempat, untuk pengobatan herpetic keratitis. Secara infuse intravena sebagai obat pilihan untuk pengobatan herpes simpleks ensefalitiskarena mampu menembus airan serebrospinal.obat ini juga efektif untuk pengobatan herpes zoster yang terlokalisasi pada penderita imunosupresif dan infeksi herpes simpleks neonatal. Waktu paro serum vidarabin ± 15 menit sedang waktu paro arabinosilhipoxantin ± 4 jam. Efek samping obat yang terutama adalah gangguan saluran cerna, dalam dosis tinggi kemungkinan dapat menyebabkan penekanan sumsum tulang belakang. Pada percobaan dengan binatang, vidarabin mempunyai efek mutagenic, karsinogenik dan teratogenik sehingga tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
Dosis : salep 5% 5 dd , dengan selang 3 jam.
Turunan interferon
Contoh : interferon alfa-n1, interferon alfa-2a, dan interferon alfa-2b
Interferon, dapat bekerja melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :
Merangsang enzim yang mampu menghambat translasi m-ARN virus,
Menghambat pelepasan virion pada permukaan sel virus,
Meningkatkan kekebalan tuan rumah terhadap infeksi virus melalui efek imunomodulasi.
Interferon alfa. Dalam perdagangan tersedia rekombinan interferon alfa-2a
(roveron-A) dan alfa-2b (intron-A), yang masing-masing merupakan subtype tunggal, dan human lymphablastoid interferon alfa (interferon alfa-n1)yang mengandung campuran subtipe alfa. Interferon lafa digunakan untuk pengobatan hairy cell leukemia, myeloma, sarcoma kaposi's dan venereal warts. Interferon alfa dapat menimbulkan sindrom interferon, dengangejala seperti flu, lesu, leucopenia dankebingungan. Bila diberikan secar intravena, obat secara cepat didistribusikan ke jaringan, dan setelah 4 jam tidak dapat dideteksi adanya interferon dalam plasma. Oleh karena itu interferon hanya diberikan secara intramuscular atau subkutan, dengan waktu paro 4-12 jam.
Dosis interferon alfa-2a I.M. atau S.C. : 3 juta IU/hari, selama 16-24 minggu.
Dosis interferon alfa-2b I.M. atau S.C : 2 juta IU/m2 , tiga kali per minggu.
OBAT ANTIPROTOZOA
Obat antiprotozoa adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa.
Berdasarkan penggunaanya obat antiprotozoa dibagi menjadi enam kelompok yaitu obat antiamuba, antileismania, antirikomonas, antiripanosoma, dan obat antimalaria.
Obat Antiamuba
Obat antiamuba, atau amubisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan amubiasis, suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan oleh amuba parasitik. Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti entamoebahistolytica, E. Coli, E.harimanni, Endolimas nana dan Iodamoeba butschilii, atau pada mulut, seperti E.ginggivilis.
Amubiasis biasanya dihubungkan dengan amuba disentri, suatu infeksi yang disebablan oleh E. Histolytica. Merupakan salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak menimbulkan kematian di banyak negara, terutama di daerah tropis yang sanitasinya relatif rendah.
Obat antiamuba di bagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan 4-aminokuinolin, antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin, alkaloida ipeka, turunan 5-nitroimidazol, arsen organik dan turunan lain-lain.
Turunan 4-aminokuinolin
Contoh : klorokuin dan garam-garamnya
Klorokuin digunakan untuk amubiasis sitemik, terutama abses hati. Keterangan lebih lanjut dari turunan 4-aminokuinolin dapat dilihat pada bab antimalaria.
Antibiotika
Contoh : eritromisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin dan paromomisin
Antibiotika bekerja sebagai amubisid secara tidak langsung pada dinding dan lumen usus, yaitu dengan memodifikasi flora usus yang diperlukan untuk kehidupan amuba.
Turunan 8-Hidroksikuinolin
Contoh : kiniofon, kliokuinol (Vioform)dan iodokuinol
Mekanisme kerja
8-Hidroksikuinolin bekerja pada amuba yang terdapat pada usus, melalui dua mekanisme, yaitu :
Oksidasi oleh atom iodida
Pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-Kuionolinol.
Efek samping turunan 8-Hidroksikuinolin adalah subacutemyclo-optic neuropathy (SMON) dan nyeri selebral akut, termasuk agitasi dan amnesia, bila digunakan dengan dosis besar pada waktu yang pendek. Pada dosis terapi, pemakaian jangka panjang kemungkinan menyebabkan atropi optikyang tetap dan kebutaan. Di beberapa negara, termasuk indonesia, kliokuinol samping di atas.
Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCl, dan dehidroemetin di HCl(DH Emetine).
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan amuba disentri yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul, senyawa dapat menghambat perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok sintesis protein dari organisme eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada organisme prokariotik.
Hubungan struktur dan aktivitas
Stereokimia merupakan dasar yang sangat penting untuk aktivitas antiamuba alkaloida ipeka. Emetin HCl, merupakan 4 atom C asimetrik pada posisi 2,3, 11b dan 1', sehingga dapat membentuk beberapa stereoisome. Dari uji biologis didapatkan bahwa semua stereoisomer tersebut aktivitasnya lebih rendah dibanding (-)-emetin, suatu alkaloida alam yang didapat dari ekstrak tanaman Uragaga ipecacuanhae.
Kuartenerisasi atomme N-5 (-)-emetin akan meningkatkan aktivitas antiamuba. Tetapi bila keuartenerisasi dilakukan pada atom N-5 dan N-2' justru menurunkan aktivitas
Substituen pada cincin aromatik dapat divariasi tanpa kehilangan aktivitas.
Pemecahan cincin tetrahidroisokuinolin memberikan senyawa dengan aktivitas sedang.
Turunannya, (±)-2,3-dehidroemetin, biasanya dinamakan dehidroemetin,aktivitasnya sama seperti emetin, tetapi toksisitasnya lebih rendah dan lebih cepat dieliminasikan.
Efek samping serius terjadi antara lain pada kardiovaskular, saraf otot dan reaksi pada saluran cerna.
Alkaloida ipeka biasanya diberikan secara subkutan atau intramuskular, karena pada pemberian secara intravena menimbulkan efek samping cukup besar.
Sekarang, penggunaan alkaloida ipeka sebagai antiamuba kurang populer dan diganti, dengan turunan 5-nitroimidazol karena mempunyai aktivitas yang sama dan relatif lebih aman. Alkaolida ipeka hanya digunakan bila turunan 5-nitroimidazol tidak efektif atau kontraindikasi
Dosis 1.M (yang dalam) atau S.C : 1-1,5 mg/kgbb 1 dd, selama 5 hari.
Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol.
Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazol, nimorazol, ornidazol, tinidazol dan seknidazol.
Struktur umum turunan 2-nitroimidazol :
Turunan 5-nitroimidazol sampai sekarang merupakan obat pillihan untuk amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amuba, infeksi bakterial, giardiasis, trikomoniasis dan beberapa parasit protozoa. Turunan 5-nitroimidazol lebih aktif terhadap amubiasis sitemik daripada amubiasis usus karena sebagian besar obat diserap melalui usus halus sehingga kemungkinan gagal untuk mencapai kadar terapeutik dalam usus besar. Pada pengobatan amubiasis usus yang berat, biasanya dikombinasi dengan antibiotika, seperti tetrasiklin atau paromomisin.
Mekanisme kerja
Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia, seperti hilangnya struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi ADN sehingga amuba mengalami kematian.
Struktur turunan 5-nitroimidazol dapat dilihat pada tabel 36.
Arsen Organik
Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol
Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula direduksi menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan gugus tiol dari parasit dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik sekarang jarang digunakan karena ekskresinya pelan dan akan ditimbulkan pada jaringan sehingga menimbulkan toksisitas yang besar.
Turunan lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus dikloroamid (-N(R)-COCHCl ) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada antibiotika gejala-gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik, sesudah pengobatan dengan turunan 5-nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat terhidrolisis dalam usus melepas diklosanid dan cepat diserap oleh saluran cerna. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja ± 6 jam.
Dosis oral ; 500 mg 3 dd, selama 10 hari
Obat Antileismania
Obat antileismania atau leismanisida, adalah senyawa kemoterapetik yang digunakan untuk pengobatan leismaniasis, suatu parasit yang disebabkan oleh Leishmania donovani (leismaniasis viseral), L. Tropica (leismaniasis kutan), L. Brazilliense (leismaniasis mukokutan), L. Aethiopica, L. Major dan L. Mexicana. Merupakan parasit pada manusia dan hewan yang disebarluaskan melalui gigitan serangga lalat pasir (Phleobotamus atau Lutzomyla).
Leishmania sp, mempunyai dua bentuk siklus kehidupan, yaitu :
Luar sel, bentuk promastigot bebas, dikembangkan dalam usus vektor (serangga), yang masuk dalam tubuh mamalia melalui gigitan serangga.
Dalam sel, bentuk amastigot dalam tubuh mamalia.
Antileismania dibagi menjadi lima kelompok yaitu golongan alkaloida, turunan diamidin, turunan 5-nitroimidazol dan turunan lain-lain.
Golongan alkaloida
Contoh : Emetin HCl, dehidroemetin.
Antibiotika
Contoh : amfoterisin B, griseofulvin dan paromomisin
Turunan Diamidin
Contoh : hidrosistilbamidin isetionat dan pentamidin isetionat.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja turunan diamidin belum begitu jelas, kemungkinan disebabkan oleh interaksi obat dengan ADN atau nukleosida, melalui reaksi yang melibatkan aseptor donor elektron yang menyebabkan hambatan biosintesis ADN, ARN, fosfolipid dan protein. Kemungkinan mekanisme kerja yang lain adalah mempengaruhi pemasukan atau fungsi poliamin protozoa .
Turunan 5-nitroimidazol
Contoh : metronidazol dan benznidazol
Turunan Lain-lain
Contoh : sodium stilboglukonat, alopurinol, sikloguanil pamoat, kuinakrin HCl dan suramin Na.
Sodium stiboglukonat, merupakan turunan antumin dan obat pilihan untuk pengobatan segala bentuk leismaniasis. Terhadap L. Braziliense bila tidak efektif dapat diganti dengan amfoterisin B.
Mekanisme kerja
Sodium stiboglukonat adalah senyawa antimon pentavalen yang berfungsi sebagai pra-obat, dalam tubuh direduksi menjadi bentuk trivalen aktifyang dapat bereaksi dengan gugus sulfhidril, yang ada dalam sistem enzim esensial parasit, membentuk ikatan kovalen dan menyebabkan efek toksik.
Obat Antitrikomonas
Obat antitrikomonas, atau trikomonasida, adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan trikomoniasis, suatu infeksi parasit pada usus atau saluran genital, yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas vaginallis, T. Tenax, Dientamoeba fragillis dan pentatrichomonas hominis. Infeksi pada manusia terutama adalah trikomonas yang disebabkan oleh T.vaginallis, yang biasanya hidup pada mukosa vagina dan bagian saluran genital wanita (40%) atau pria (10%).
Obat antitrikomonas dikelompokkan menjadi dua yaitu obat yang bekerja secara sistemik dan yang bekerja secara setempat.
Obat yang bekerja secara sistemik
Obat pilihan untuk pengobatan trikomoniasis sistemik adalah metronidazol atau turrunan nitroimidazol lain. Untuk infeksi D.fragilis sebagai obat pilihan adalah iodokuinol atau tetrasiklin.
Obat yang menghambat efek sistemik trikomoniasis dibagi menjadi tida kelompok yaitu golongan antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin dan turunan nitroimidazol.
Golongan antibiotika
Contoh : tetrasiklin, natamisin dan pentamisin
Turunan 8-hidroksikuinolin
Contoh : kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol
Turunan nitroimidazol
Contoh : benznidazol, flunidazol, metronidazol, misonidazol, nimorazol, ornidazol, sekmidazol dan tinidazol.
Obat yang bekerja secara setempat
Contoh : aminakrin HCl, klotrimazol dan povidon-iodin.
Obat antitripanosoma
obat antitriponosoma, atau tripanosida, adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan tripanosomiasis, suatupenyakit parasit yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trypanosoma gambiesnse, T. Cruzi dan T. Rhodesiense.
T. cruzi dapat menyebabkan penyakit Chagas, dan vektor penyebabnya disebut kissing bugs, yaitu Triatoma sp.,Panstrongylus sp. Dan Rhodnius sp. Penyakit ini banyak tersebar di Amerika latin. Penyebarannya melalui transfusi darah dan sekarang menimbulkan problem dengan T.cruzi. T. cruzi mempunyai tiga bentuk dalam siklus kehidupannya, yaitu amastigot (leismania), epimastigot dan tripomastigot. Hanya sedikit obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit Chagas, antara lain yaitu benznidazol dan nifurtimoks.
T. gambiense dan T. Rhodesiense dapat menyebabkan penyakit tidur atau tripanosomiasis Afrika, dan vektor penyebarnya adalah lalat tsetse (Glossuba palpalis dan G. Morsitans). T.gambiense dan T. Rhodesiense mempunyai dua bentuk dalam siklus kehidupannya, yaitu epimastigot, terjadi pada tubuh lalat tsetse yang dalam kelenjar liur berubah menjadi tripomastigot dan melalui gigitan lalat masuk ke tubuh host.
Banyak senyawa yang digunakan untuk pengobatan tripanosomiasis Afrika, tetapi biasanya menimbulkan toksisitas cukup besar sehingga harus dikontrol secara ketat dan penderita harus masuk rumah sakit. Selain pengobatan infeksi, hal lain yang harus diperhatikan adalah strerilisasi darah transfusi (dengan gentian violet) dan kontrol terhadap vektor (dengan insektisida, seperti malation)
Obat Antimalaria
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan malaria, suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa, yaitu Plasmodium sp., yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Ada empat spesies malaria pada manusia, yaitu P. Falciparum (malaria tertiana yang berbahaya), P. Vivax (malaria tertiana yang kurang berbahaya), P. Malaria (malaria kuartana yang kurang berbahaya) dan P. Ovale (malaria tertiana yang kurang berbahaya). Tertiana dan kuartana menunjukkan siklus reproduksi parasit, yang ditandai oleh waktu selang antara puncak tertinggi demam pasien. Untuk tertiana waktu selang demam tertinggi 48 jam sedang kuartana 72 jam.
Siklus perkembangan parasit malaria dalam nyamuk anopheles dan tubuh manusia serta tempat kerja obat antimalaria dapat dilihat pada gambar ini.
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan malaria, suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa yaitu Palsmodium sp yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara kerja dan struktur kimianya.
Berdasarkan perkembangan dan siklus kehidupan parasit dimana obat bekerja atau berdasarkan cara kerjanya, antimalaria dikelompokan sebagai berikut:
Schizontisida jaringan (eksoeritrisitik schizontisida), yang digunakan pencegahan kausal. Obat kelompok ini menghancurkan bentuk jaringan primer plasmidia dari merozoit di hati, dimulai dari tahap infeksi eritrisitik, kemudian mencegah invasi eritrosit dan lain-lain penyebaran infeksi ke nyamuk Anopheles.
Contoh : klorguanid, pirimetamin, dan primakuin.
Schizontisida jaringan, yang digunakan mencegah kekambuhan. Obat kelompok ini bekerja pada bentuk schizont di jaringan laten, jaringan sekunder,atau hipnozoit dari P.vivax dan P.ovale di sel hati. Contoh : primakuin dan pirimetamin.
Schizontisida darah (Schizontisida erisrositik), yang digunakan yang digunakan untuk pengobatan klinikdan supresif. Obat kelompok ini bekerja terhadap merozoit pada fasa eritrositik aseksual dari parasit malaria dan mengganggu schizogoni eritrositik ke bawah. Berdasarkan masa kerjanya kelompok ini dibagi menjadi dua, yaitu:
Schizontisida yang bekerja secara cepat.
Contoh : amodiakuin, artemisin, klorokuin, kuinin, tetrasiklin
Schizontisida yang bekerja lambat
Contoh : pirimetamin, klorguanid, sikloguanil pamoat, sulfoniamid, dan sulfon
Gametositosida. Obat kelompok ini menhancurkan bentuk eristrositik seksual dari parasit mamalia, sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke nyamuk Anopheles. Contoh : klorokuin, primakuin, dan kuinin.
Sporozoitosid. Obat kelompok ini mampu membunuh sporpzoit segera setelah masuk dalam darah sesudah gigitan nyamuk. Waktu untuk bekerja obat sangat singkat karena sporozoit secara cepat masuk ke sel hati sehingga banyak obat antimalaria yang kurang efektif terhadap bentuk sporozoit tersebut. Contoh : klorguanid, pirimetamin, dan primakuin.
Sporontosida. Obat kelompok ini bekerja pada tubuh nyamuk malaria yang menginfeksi tuan rumah yaitu dengan mencegah pembentukan oosist dan sporozoit. Contoh : pirimetamin, klorguanid, primakuin.
Mekanisme kerja obat antimalaria
Berinteraksi dengan ADN
Turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, 8-aminokuinolon, dan kuinolinometanol menunjukan efek Schizontisid yang cepat dengan cara berinteraksi dengan ADN parasit. Turunan di atas mempunyai sistem cincin datar, dapat mengadakan interkalasi dengan pasangan basa doble helix ADN.
Gugus fosfat ADN. Perhitungan orbital molekul menunjukkan bahwa cincin aromatik plamar dari turunan di atas, terutama bentuk terprotonasi, mempunyai nilai LEMO rendah sedang pasangan basa guanine-sitosin mempunyai nilai HOMO tinggi sehingga mudah membentuk kompleks obat- AND.
Kuinin, dapat mengikat ADN melalui tiga jalur, yaitu :
Cincin kuinolin berinterkalasi diantara pasangan basa dobel heliks ADN, membentuk kompleks alih muatan.
Gugus hidroksil alcohol membentuk ikatan hydrogen dengan salah satu pasangan basa.
Gugus kuinuklidin terprojeksi pada salah satu alur ADN, dan gusgus amin alifatik tersier yang terprotonasi membentuk ikatan ion dengan gugus fosfat dobel heliks ADN yang bermuatan negatif.
Pembentukan kompleks akan menurunkan keefektifan ADN parasit untuk bekerja sebagai template enzim ADN dan ARN polymerase sehingga terjadi pemblokan sintesis ADN dan ARN.
Turunan aminokuinolin , membentuk kompleks dengan ADN melalui dua jalur, yaitu :
Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi, membentuk ikatan ion dengan gugus fosfat dobel heliks ADN yang bermuatan negatif, melalui celah minor.
Alih muatan yang lebih khas atau interaksi hidrofoh yang melihatkan cincinaromatik dan pasangan basa guanine-sitosin ADN
Klorokuin dan amodiakuin, membentuk kompleks dengan ADN melalui dua jalur, yaitu :
Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi membentuk ikatan ion dengan gugus fosfat dobel heliks AND yang bermuatan negatif,
Gugus 7-CI dapat membentuk ikatan elektrostatik dengan gugus 2-amino guanine yang bersifat khas.
Menghambat enzim dihidrofosfat reduktase
Turunan biguanida dan diaminopirimidin, mempunyai aktifitas antimalaria karena menghambat secara selektif enzim dihidrofosfat reduktase yang mengkatalis perubahan asam dihidrofosfat menjadi asam tetrahidrofosfat pada parasit. Penghambatan ini mempengaruhi biosintesis plasmodia terutama pembentukan basa purin, pirimidin dan ADN. Meskipun turunan ini tidak bekerja secara selektif terhadap enzim parasit, tetapi dapat mengikat enzim dihidrofosfat reduktase plasmodia lebih kuat dibanding isoenzim pada tuan rumah. Efek pemblokan ini tidak berbahaya bagi tuan rumah karena asa folinat yang diperlukan dipasok dari luar melalui makanan.
Menghambat enzim dihidropteroat sintetase
Turunan sulfonamid dan sulfon bekerja sebagai antimalaria karena dapat menghambat secara selektif enzim dihidropteroat sintetase, yang mengkatalisis kondensasi ester pirofosfat dari 2-amino-4-okso-6-hidroksimetildihin dengan asam p-aminobenzoat sehingga mencegah penggabungan asam p-aminobenzoat dengan asam dihidropteroat. Hambatan ini dapat menyebabkan kematian parasit.
Menghambat sintesis protein
Tetrasiklin, eritromisin, makrolida, dan seskuiterpenlakton bekerja sebgai antimalaria terutama dengan menghambat sintesis protein parasit.
Mekanisme kerja lain-lain
Klorokuin, sinkonin, kuinidin, dan kuinin dapat mengikat dengan afinitas yang tinggi feriprotoporfirin IX, suatu gugus prostetik dan hemoglobin, mioglobin, dan enzim tertentu, membentuk kompleks koordinasi, menyebabkan kerusakan dan lisisnya membran parasit malaria.
Klorokuin juga menghambat ornitin dekarboksilase, suatu enzim yang membatasi kecepatan reaksi biosintesis poliamin.
Anthelmintik
Anthelmintik (obat anticacing) adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing (helmin)
Cacing dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Nemathelmintes, contoh : nematoda
Platihelmintes, contoh : cestoda dan trematoda
Berdasarkan lokasi pada saluran usus cacing dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Cacing yang melekat pada dinding usus, contoh: Taenia solium, Taenia saginata, Tichuris trichiura dan Trichinella spiralis.
Cacing yang melekat pada mukosa, contoh : Strangyloides Stercoralis
Cacing yang tidak melekat pada saluran cerna, contoh : Ascaris lumbricoides dan Enterobius vermicularis.
Mekanisme kerja
Kerja langsung yang menyebabkan narkosis, paralisis atau kematian cacing.
Befenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja sebagai agonis asetilkolin tipe ganglionik nikotinik. Reseptor kolinergik pada penghubung saraf otot nematoda adalah tipe ganglionik nikotinik. Obat agonis diatas merupakan senyawa pemblok saraf otot secara depolarisasi, dapat merangsang ganglia secara kuat, diikuti pengaktifan nikotinik, menghasilkan kontraksi otot sehingga menyebabkan paralisis spastik pada cacing diikuti pengeluaran cacing dari tubuh tuan rumah (host).
Dietilkarbamazin, menunjukan dua tipe kerja pada mikrofilaria, yaitu:
Karena efek hiperpolarisasi dari gugus piperazin, senyawa bekerja sebagai agonis ᵧ-aminobutirat (GABA) pada penghubung saraf otot, menghasilkan paralisis lemah, kemudian cacing dikeluarkan dari normal habitat tuan rumah.
Dengan mediator platelet darah, menimbulkan rangsangan pengeluaran antigen filaris. Mekanisme kematian cacing melibatkan peran serta radikal bebas.
Turunan piperazin, seperti piperazin sitrat, bekerja sebagai agonis GABA pada penghubung saraf otot dari a.lumbricoides, seperti pada dietilkarbamazin
Efek iritasi dan merusak jaringan cacing
Heksilresorsinol dan senyawa yang berhubungan, efektif terhadap A.tumbricoides dan T. trichiura karena menimbulkan efek iritasi dan kerusakan jaringan cacing.
Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi perpindahan dan kehancuran cacing oleh fagositosis.
Dietilkarbamazin dapat menyebabkan perubahan membran permukaan mikrofilaria sehingga dianggap sebagai benda asing oleh tuan rumah dan kemudian dihancurkan melalui mekanisme pertahanan diri.
Turunan benzimidazol, seperti mebendazol, bekerja tertama dengan memblok pengangkutan sekret dan menyebabkan hilangnya mikrotubuli sitoplasmik sel usus dan sel tegumental parasit. Akibatnya, sekret terkumpul pada daerah golgi, terjadi pengeluaran asetilkolinesterase dan gangguan pemasukan glukosa, timbul kekosongan glikogen sehingga imobilisasi menjadi lambat dan cacing mengalami kematian. Selanjutnya cacing secara spontan dikeluarkan dari tuan rumah. Efek ini tidak terjadi pada sel tuan rumah karena sistem mikrotubulinya berbeda dengan cacing.
Tiabendazol, mempunyai mekanisme kerja yang berbeda, tetapi terhadap S.stecoralis efeknya seperti turunan benzimidazol diatas.
Penghambatan ezim tertentu
Prazikuantel, niridazol dan stibofen, bekerja sebagai antischistosomiasis melalui penghambatan enzim fosfofruktokinase, dengan cra membentuk ikatan dengan gugus sulfhidril enzim, baik enzim pada cacing maupun tuan rumah. Kesensitifan obat terhadap enzim fosfofruktokinase cacing 80kali lebih tinggi dibanding terhadap enzim tuan rumah.
Enzim fosfofruktokinase tersebut mengkatalisis pengubahan fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa1,6-difosfat pad jalur glikolitik glikogen dan glukosa.
Pirantel pamoat, metrifomat dan diklarvas, bekerja dengan menghambat enzim asetilkolinesterase cacing, menghasilkan pemblokan saraf otot yang tak terpulihkan sehingga menyebabkan kematian cacing.
Levamisol, adalah penghambat stereospesifik kuat terhadap enzim fumarat reduktase pada nematoda. Penghambatan ini menyebabkan kontraksi, difusi dengan paralisis dan kemudian cacing dikeluarkan dari tuang rumah.
Tiabendazol, dapat berinteraksi dengan kuinon endogen dan menghambat ezim fumarat reduktase dari nematoda.
Mempengaruhi metabolisme cacing
Niklosamid diklorofen, bekerja sebagai pelepas fosforilasi oksidatif sehingga cacing sangat mudah diserang oleh enzim protenlitik usus tuan rumah, terjadi disintegrasi dan cacing mengalami kematian.
Niridazol, dapat menyebabkan pengurangan aktivitas fosforitase fosfatase schistosoma sehingga terjadi penurunan kadar glikogen dan pengaktifan enzim glikogen fosforitase. Efek ini tidak selektif karena niridazol juga menurunkan kecepatan penginaktifan glikogen fosforitase pada otot rangka tuan rumah.
Prazikuantel, bekerja dengan menghambat pompa Na+, K+ schistosoma, sehingga permeabilitas membran terhadap kation divalen, terutama kalsium, dan kation monovalen tertentu meningkat. Akibatnya, aktivitas otot meningkat, terjadi kontraksi dan paralisis spastik sehingga cacing mengalami kematian. Efek ini bersifat selektif dan tidak terjadi pada membran sel tuan rumah.
Pirvinium pamoat, dapat mempengaruhi enzim sistem pernapasan dan penyerapan glukosa eksogen pada usus cacing.
Penghambat biosintesis asam nukleat
Klorokuin dan kuinakrin kemungkinan membentuk kompleks dengan DNA cacing secara interkalasi dan mempengaruhi polimerisasi nukleotida kedalam asam nukleat