Kepribadian Konsumen
Kelompok 2 : Katarina Pramilu Sopi ( 145030207111022) Ella Vina
( 145030201111100 )
Cony Erlina Purwita
( 145030207111081 )
Athiyyah Rahma
(145030200111101)
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya kepribadian dapat dijelaskan sebagai karakteristik psikologi yang menentukan dan menggambarkan bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Walaupun kepribadian cenderung konsisten dan bertahan lama. Tetapi dapat berubah dengan tiba-tiba sebagai respon terhadap berbagai peristiwa hidup yang utama maupun secara berangsur-angsur dari waktu ke waktu. Adapun pengetrian perilaku konsumen, yaitu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apa bila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen berarti keberhasilan mendalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya. Setiap individu mempunyai citra diri yang dirasakan sebagai salah satu orang tertentu sifatsifat, kebiasaan, pemilikan barang, hubungan dan cara berperilaku tertentu. Para konsumen sering berusaha memelihara, meningkatkan, atau memperluas citra diri.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas, maka identifikasi masalahnya adalah belum pahamnya kita tentang apa itu kepribadian dan perilaku konsumen.
1.3
Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang berhubungan dengan pembuatan makalah ini adalah bagaimana cara memahami kepribadian dan perilaku konsumen.
1.4
Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan di dalam mata kuliah Perilaku Konsumen, maka dalam penulisan makalah ini hanya di batasi pada “Kepribadian dan Perilaku Konsumen”.
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Kepribadian
“However, we propose that personality be defined as those inner psychological characteristics that both determine and reflect how a person responds to his or her environment” (Schiffman dan Kanuk, 2000, hal 94). Dapat disimpulkan bahwa kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya (stimulus) secara konsisten. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi perilaku individu tersebut. Individu dengan karakteristik yang sama cenderung akan bereaksi yang relative sama terhadap situasi lingkungan yang sama. Contohnya seseorang yang senantiasa cepat menangis ketika mendengar berita sedih pada saat kapan dan dimanapun. Kepribadian menunjukkan karakteristik yang terdalam pada diri manusia, merupakan gabungan dari banyak faktor yang unik. Tidak ada manusia yang sama persis. Mungkin ada dua manusia yang sama dalam satu karakteristiknya tetapi berbeda untuk karakteristik yang lainnya.
2.2
Karakteristik Kepribadian
Dari beberapa definisi mengenai kepribadian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari kepribadian, seperti dikemukakan berikut ini: 1. Kepribadian Mengenai Perbedaan Individu Kepribadian menunjukkan karakteristik yang terdalam pada diri manusia. Itu merupakan gabungan dari banyak faktor yang unik. Karena itu, tidak ada dua manusia yang sama persis. , Yang ada mungkin manusia yang memiliki kesamaan dalam karakteristik, tetapi pada karakteristik lainnya mungkin berbeda. Misalnya, dua kakak beradik mungkin memiliki kesamaan dalam hal sifat ramah terhadap orang lain. Namun, dalam karakteristik lainnya, misalnya dalam kesabaran menyelesaikan suatu perkejaan, keduannya sangat berbeda.Kepribadian yang berbeda bisa diamati dengan perilakunya yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Karena itu suatu sifat manusia bisa dianggap sebagai suatu kepribadian jika sifat tersebut telah menyebabkan ia berprilaku yang berbeda dengan perilaku orang lain. Jika perilaku seseorang telah bisa menggambarkan perbedaan dengan orang lain, maka ia telah memiliki kepribadiaan yang berbeda dengan orang tersebut. 2. Kepribadian menunjukkan konsistensi dan Berlangsung Lama Karakteristik individu telah terbentuk sejak masa kecil dan telah mempengaruhi perilaku individu tersebut secara kosiste dalam waktu yang relatif lama. Kepribadiaan cenderung bersifat permanen dan sulit berubah. Suatu sifat manusia disebut sebagai suatu kepribadian jika sifat tersebut telah menyebabkan perilaku orang tersebut konsisten sepanjang waktu.Pemasar dapat membuat komunikasi pemasaran yang menyentuh karakteristik konsumen yang menjadi target pasar mereka. Kepribadian bersifat konsisten, namun pola konsumsinya mungkin beragam. Hal ini disebabkan
pola konsumsi bukan hanya dipengaruhi oleh kepribadiaan sebagai penyabar mungkin akan memiliki model dan merek sedan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan faktor konsumen lainnya. 3. Kepribadian dapat berubah Kepribadian bersifat permanen dan konsisten, namun bukan berarti bisa berubah. Situasi bisa menyebabkan seseorang mengubah kepribadiannya. Seorang anak yang tumbuh menjadi usia dewasa mungkin akan memiliki sifat yang berbeda dengan ketika ia masih kecil. Isalnya, ketika ia masih duduk di Sekolah Menengah Pertama dikenal sebagai anak yang sangat pemarah dan cepat emosional, namun ketika ia duduk di Sekolah Menengah Umun, sifat pemarahnya mulai berkurang 2.3 Teori Kepribadian 1.
Teori Freud Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego. Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu. Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral,norma sosial, dan kode etik yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai pemantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsif dengan kendala sosial buadaya atas superego. Teori Freud dan Kepribadian Produk : Konsumen peneliti menggunakan teori kepribadian Freud melihat pembelian konsumen sebagai cerminan dan perpanjangan dari kepribadian konsumen sendiri. Secara tidak sadar, pengiklan menonjolkan unsur seksual dari wanita atau pria dalam iklan tersebuut, seperti menggunakan artis yang cantik/tampan dengan menggunakan pakaian minim, dengan harapan bahwa konsumen menyukai produk tersebut. namun, semakin berjalannya waktu banyak pemerhati iklan dan kaum pendidik yang mulai resah dengan banyaknya iklan di televisi yang memunculkan unsur sensualitas. Reaksi tersebut merupakan hal yang wajar karena pada diri manusia erdapat ego dan superego.
2.
Teori kepribadian Neo-Freudian Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia juga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri. Albert Adler, Berpendapat bahwa manusia berusaha mencapai barbagai tujuan rasional yang disebut gaya hidup. Sulivan, Berpendapat bahwa manusia terus membina hubungan dengan manusia
lainnya untuk memperoleh manfaat dari hubungan tersebut.Horney, Berpendapat bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 kategori, yaitu: a. compliant b. agressive c. detached 3.
Teori Sifat/Ciri Teori sifat merupakan awal penting berpisah dari pengukuran kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan neo-Freud. Orientasi teori sifat terutama bersifat kuantitatif atau empiris, teori ini memfokuskan pada pengukuran kepribadian menurut karakteristik psikologinya yang khusus, dimana disebut sifat. Menurut Loudon dan Della Bita (1993), teori ciri didasarkan pada tiga asumsi, yaitu : 1. individu memiliki kepribadian yang cenderung stabil 2. orang memiliki derajat perbedaan dalam kecenderungan perilaku tersebut 3. jika perbedaan-perbedaan tersebut diidentfikasi dan diukur, maka perbedaan tersebut bisa menggambarkan kepribadian individu tersebut.
3.1
Arti Gaya Hidup
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur di bandingkan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (patterns in which people live and spend time and money, Engel, Blackwell dan Miniard, 1995 hal. 449) Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang (Lifestyle refers to a pattern of consumption reflecting a person’s choices of how he or she spend time and money, Solomon, 1999 hal. 174 ). Lifestyle denotes how people live, how they spend their money and how they allocate their time (Mowen dan Minor, 1998, hal 220). Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian lebih menggambarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Sering juga disebut sebagai cara seseorang berfikir, merasa dan berpresepsi. Walaupun kedua konsep tersebut berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari konsumen, gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang. Seorang konsumen yang memiliki kepribadian pemberani mungkin lebih menyukai kegiatan atau hobi yang menantang alam, sementara seseorang yang kurang pemberani mungkin lebih memilih kegiatan yang resikonya lebih kecil, seperti bermain bulu tangkis. 3.2
Psikografik
Psikografik adalah suatu instrument untuk mengukur gaya hidup, yang memmemberikan pengukuran kuantitatif dan bisa di pakai untuk menganalisis data yang sangat besar. Psikografik analisis biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian, dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (Activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat konsumen. Studi psikografik bisa dalam beberapa bentuk (Salomon, 1999 hal. 79 ), seperti diuraikan berikut ini. 1. Profil gaya hidup (A lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk. 2. Profil produk spesifik (A product specific profile) yang mengindentifikasi kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan dimensi produk yang relevan. 3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat memeperhatikan lingkungan 4. Segmentasi gaya hidup (A general lifestyle segmentation), membuat pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya 5. Segmentasi produk spesifikasi, yaitu studi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan produk yang di konsumsinya. 3.3
Inventori Psikografik VALS (The VALS psychographic Inventories) InventoriSegmentasipengukuranberdasarkangayahidupdannilaibi asadigunakanoleh system VALS yang merupakanakronimdari “values and lifestyle”. Sistem VALS iniadalahpendekatan yang umumdigunakanuntukpenelitiantentanggayahidupdalmmenentukanseg mentasipasar.
Dalamlingkupkomunikasi, VALS dapatdiaplikasikanantara lain untukkepentingan: 1.
Memposisikannilaidarisuatuproduk di matakonsumen (value proposition)
2.
Menentukankepribadian / personalisasidarisuatubrand (brand personality)
3.
Mengembangkan ide kreatif (creative development)
4.
Merencanakanpenggunaan media (channel planning)
5.
Menentukanpenempatan media (media placement)
VALS dikembangkanoleh Arnold Mitchell dari SRI (Stanford Research Institute) Consulting Business Intelligence (sekarang SBI (Strategic Business Insights)). Merekatelahmengembangkanduabentuk program VALS, yaitu VALS 1 (atau VALS) dan VALS 2.
VALS 1 dikembangkanberdasarkanteorimotivasidanteoriperkembanganpsikologis, terutamaberdasarkanteori hierarchy-of-needs Maslow. VALS memandangkonsumensebagaisesuatu yang bergerakmelaluitahapan – tahapan yang disebut double hierarchy. Double hierarchy inimembagiempatkategoribesar, yaitukelompok need-driven, kelompok outer-directed,kelompok inner-directed, dankelompok integrated
VALS 2 terbagimenjadiduadimensi. Dimensipertama, konsumendibagiberdasarkantigamotivasiutama (primary motivation), yaitu: 1. Motivasi ideal (ideals motivation). Konsumenmemilihberdasarkanpengetahuan, keyakinandanprinsip yang anutnya, bukanatasperasaanataukeinginanuntukdiakuisecarasosial. Konsumen yang termasukkedalammotivasiinimerupakankonsumen yang membelisecarafungsidankeandalan. Kelompok yang masukkedalammotivasi ideal iniadalahkelompok Thinkers dankelompok Believers. 2. Motivasipenghargaan (achievement motivation). Konsumendalammotivasiiniselaluberjuanguntukposisisosial yang jelasdansangatdipengaruhiolehtindakan, persetujuandanopinidari yang lain. Konsumenpadakelompokinimembelisimbol status sosial. Merekamencariprodukdanjasa yang menunjukkankeberhasilankepadakelompoknya. Kelompok Achievers dankelompok Strivers adalahtermasukdalammotivasipenghargaan. 3. Motivasiekspresidiri (self-expression motivation). Kelompokinimerupakankelompokkonsumen yang berorientasipadatindakan (action-oriented). Konsumeniniberjuanguntukmengekspresikanindividualitasmerekam elaluipilihan – pilihanmereka. Konsumen konsumeninimembelipengalaman. Mereka juga keinginkanaktivitas
social ataufisik, menyukaikeberagamandanpengambilresiko. Kategorimotivasiekspresidiriterdiridarikelompok Experiencers dankelompok Makers. Ketigamotivasidiriinimasing – masingmerepresentasikansikap, gayahidupdangayapengambilankeputusan yang berbeda – beda. Dimensikeduaberdasarkansumberdaya (resources) daninovasi (innovation), yang menunjukkankemampuankonsumenuntukmeraihorientasidirimereka yang dominan. Sumberdayadaninovasi (daritertinggihinggaterendah) mengacupadalingkuppsikologis, fisik, demografiksertakapasitasdankekayaanmateri yang dapatdimanfaatkan, termasukpendidikan, pendapatan,kepercayaandiri, kesehatan, semangatmembeli, tingkatenergi, sertakecenderunganatauhasratkonsumenmencobaprodukbaru. Padadiagram menunjukkanrangkaianpembagiansumberdayadaninovasi; sumberdayatinggi – inovasitinggi (high resources - high innovation) di posisi paling atas, dansumberdayarendah – inovasirendah (low resources – low innovation) di posisi paling bawah diagram. Kelompok Innovators memiliki paling banyaksumberdayadaninovasi, sedangkankelompok Survivors memilikisumberdayadaninovasi yang paling rendah.
4.1
Kepribadian dan Perilaku Konsumen
Pemahaman terhadap kepribadian dan perilaku konsumen sangatlah berperan penting terhadap pemasar, agar mereka dapat merancang komunikasi yang sesuai dengan sasaran
konsumenyang dituju, sehingga konsumen dapat menerima produk dan jasa yang dipasarkan tersebut. Pemasar mengharapkan konsumen menilai bahwa produk atau jasa tersebut sebagai sesuatu yang cocok bagi kepribadiannya sehingga mereka menyukai, membeli, dan menggunakan produk dan jasa tersebut.
Kepribadian Ciri Inovatif Konsumen Kepribadian ciri inovatif konsumen menggambarkan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk-produk atau jasa baru. Pemasar ingin mengetahui bagaimana produk-produk baru bisa diterima oleh konsumen. Konsumen memiliki perbedaan dalam derajat keinginannya untuk mencoba hal-hal baru . Dogmatisme Dogmatisme adalah sebuah kepribadian ciri yang mengukur tingkat kekakuan seseorang dalam menerima segala hal sesuatu yang tidak dikenal atau menerima informasi yang bertentangan dengan kepercayaan yang dimiliki. Konsumen yang memiliki tingkat dogmatisme yang tinggi akan menerima segala sesuatu yang tidak dikenalnya dengan kecurigaan, tidak yakin dan merasa tidak menyenangkan. Konsumen yang memiliki tingkat dogmatisme yang rendah akan menyukai produkproduk baru yang inovatif, sedangkan mereka dengan dogmatisme yang tinggi cenderung memilih merek yang sudah terkenal
Karakter Sosial Karakter sosial adalah salah satu kepribadian ciri lainnya. Kepribadian ciri dan karakter akan mengidentifikasi dan membagi individu ke dalam berbagai jenis sosial budaya yang berbeda. Karakter sosial merupakan sebuah kepribadian ciri yang memiliki arti sebagai inner directdness sampai kepada other-directdness. Konsumen yang berkepribadian sebagai inner directdness akan berorientasi kepada dirinya dalam membeli produk dan jasa. Mereka menggunakan nilai-nilai yang dianutnya untuk mengevaluasi produk dan jasa., sedangkan konsumen yang berkepribadian other-directdness cenderung mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang sekelilingnya agar bisa diterima oleh mereka.
Pencari variasi kesenangan baru Sifat yang digerakkan oleh kepribadian yang persis sama dan berhubungan dengan TSO adalah pencari variasi atau kesenangan baru. Ada berbagai tipe konsumen pencari variasi: perilaku pembelian yang bersifat penyelidik, penyelidikan pengalaman orang lain, dan keinovatian pemakai.
Faktor Kepribadian Kognitif
Kebutuhan akan kognisi
Karakteristik kepribadian kognitif yang menjanjikan adalah kebutuhan ini mengukur kebutuhan atau kesenangan seseorang untuk berfikir.
Orang yang suka visual versus orang yang suka verbal
Orang yang suka visual (konsumen yang lebih menyukai informasi visual dan produk yang menekankan pada penawaran visual, seperti keanggotaan dalam klub videotape) atau orang yang suka verbal (konsumen yang lebih menyukai informasi dan produk tertulis atau verbal, seperti keanggotaan dalam klub buku atau klub audiotape).
Kepribadian Produk Dan Gender Pemberian gender sebagai bagian dari gambaran kepribadian produk sesuai sekali dengan realitas pasar bahwa produk dan jasa, pada umumnya, dipandang oleh konsumen mempunyai gender.
Kepribadian Dan Warna Para konsumen tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan jasa, tetapi mereka juga cenderung menghubungkan berbagai faktor kepribadian ke berbagai warna khusus. Untuk mengungkap pandangan tersebut, para peneliti menggunakan berbagai macam teknik pengukuran kualitatif, seprti observasi, kelompok fokus, wawancara yang mendalam, dan teknik proyektif.
Diri Dan Citra Diri Para konsumen mempunyai berbagai macam citra diri mereka yang abadi. Citra diri ini, atau “persepsi mengenai diri” sangat erat hubungannya dengan kepribadian, di mana orang cenderung membeli produk dan jasa serta menjadi pelanggan perusahaan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian yang cocok dengan citra diri mereka sendiri. Mengubah Pribadi Mengubah diri seseorang, terutama penampilan atau bagian tubuh seseorang, dapat dicapai dengan kosmetik, mengubah gaya dan warna rambut, membuat tato, beralih dari kacamata ke lensa kontak (atau sebaliknya), atau menjalani bedah kecantikan. Keangkuhan Dan Perilaku Konsumen Dengan menggunakan skala keangkuhan, para peneliti telah mempelajari keangkuhan fisik (perhatian yang berlebih terhadap dan atau pandangan yang positif atau terlalu tinggi terhadap penampilan fisik seseorang) maupun keangkuhan prestasi(perhatian yang berlebih terhadap pandangan yang positif atau terlalu tinggu terhadap prestasi pribadi seseorang).
Mereka menemukan bahwa kedua gagasan ini berkaitan dengan matrealisme, pemakaian kosmetik, perhatian pada pakaian, dan keanggotaan country club. 4.2
PerilakuKonsumen Adapunpengertianperilakukonsumen, yaitutingkahlakudarikonsumen,
dimanamerekadapatmengilustrasikanuntukmembeli, menggunakan, mengevaluasidanmemperbaikidanmemoerbaikisutuperodukdanjasamereka. Fokusdariperilakukonsumenadalahbagaimanaindividumembuatkeputusanuntukmengkonsums isuatubarang.
1.
James F Engel Perilakukonsumen di definisikantindakan-
tindakanindividusecaralangsungdalamusahamemperolehdanmenggunakanbarangbarangjasaekonomitermasuk proses pengambilankeputusan yang mendahuluidanmenentukantindakan-tindakantersebut (1988:8). 2.
David L Loundon Perilakukonsumendapat didefinisikansebagai proses
pengambilankeputusandanaktivitasindividusecarafisik yang dilibatkandalammengevaluasi, memperoleh, menggunakanataudapatmempergunakanbarang-barangataujasa (1984:6). 3.
Gerald Zaltman Perilakukonsumenadalahtindakan-tindakan, proses danhubungansosial yang di
lakukanolehindividu, kelompokdanorganisasidanmendapatkan, menggunakansuatuprodukataulainnyasebagaisutuakibatdaripengalamandenganproduk, pelayanandan dumber-sumberlainya. (1979:6) Dari beberapaDefinisi di atasmakadapat di tariksuatukesimpulanbahwaperilakukonsumenadalahtindakan-tindakan yang
dilakukanolehindividu, kelompok, atauorganisasi yang berhubungandengan proses pengambilankeputusandalammendapatkan, menggunakanbarang-barangataujasaekonomi yang dapat di pengaruhilingkungan.
4.3
Faktor-faktor yang MempengaruhiPerilakuKonsumen
Tigafaktor yang mempengaruhiperilakukonsumenyaitu: 1.
Pengaruhlingkungan Terdiridaribudaya, kelassosial, keluargadansituasi.
Sebagaidasarutamaperilakukonsumenadalahmemahamipengaruhlingkungan yang membentukataumenghambatindividudalammengambilkeputusanberkonsumsimereka. Konsumenhidupdalamlingkungan yang kompleks, dimanaperilakukeputusanmerekadipengaruhiolehkeempatfaktortersebutdiatas. 2.
Perbedaandanpengaruhindividu Terdiridarimotivasidanketerlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gayahidup,
dandemografi. Perbedaanindividumerupkanfaktor internal (interpersonal) yang menggerakkansertamempengaruhiperilaku. Kelimafaktortersebutakanmemperluaspengaruhperilakukonsumendalam proses keputusannya. 3.
Proses psikologis Terdiridaripengolahaninformasi, pembelajaran, perubahansikapdanperilaku.
Ketigafaktortersebutmenambahminatutamadaripenelitiankonsumensebagaifaktor yang turutmempengaruhiperilakukonsumendalampenambilankeputusanpembelian.
Proses PengambilanKeputusanKonsumendan Purchasing Behavior(Perilakupembelian) Secaraumumadatigacara pengambilankeputusankonsumen, yakni: 1. 2.
Economics Models Pengambilankeputusandiambilberdasarkanalasanekonomisdanbersifatlebihrasional. Psychological Models
Diambil lebih banyak akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga dan budaya. 3.
Consumer Behavior Model
Model yang umumnya diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktor ekonimis rasional dan psikologis.
BAB IV KESIMPULAN
Tidak ada dua manusia yang sama persis dalam sifat ataupun kepribadiannya, masingmasing memiliki karakteristik yang unik serta berbeda antara satu dengan lainnya. Inilah yang disebut sebagai kepribadian manusia. Memahami kepribadian konsumen adalah hal yang sangat penting bagi seorang pemasar. Karena kepribadian berkaitan langsung dengan perilaku konsumen. Perbedaan dalam kepribadian konsumen mempengaruhi perilakunya dalam pembelian sebuah produk, karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan kepribadiannya.