TABLET KEMPA LANGSUNG
Nama Anggota : Yunia Ayu Sukamdani Nungky Angraini Yuli Nur Aini Sheilla Valenthia Carina Diah Wahyu Lela Afrilia Ardhawati Kaloka
AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Definisi Tablet Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi (USP 26, Hal 2406). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995). Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannyarata atau cembung. Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atautanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsisebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979). Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudahdigunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitassediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tabletyang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi.Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet (Lachman,Leon., 1994). 1.2Teori
Dasar
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab (Chaerunissa dkk, 2009). Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr 2
dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah: alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah: 1. Alirannya baik 2. Kompresibilitasnya baik 3. Bentuknya Kristal 4. Mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet (Musfikah, 2012). Kekurangan metode kempa langsung / cetak Langsung : a.
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
b.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.
c.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
Keuntungan metode kempa langsung / cetak Langsung yaitu : a.
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
b.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
c.
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
1.3 Kriteria Tablet Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan; 2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil; 3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik; 3
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan; 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan; 6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan; 7. Bebas dari kerusakan fisik; 8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan; 9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu; 10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku. Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni, 2006). Syarat tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut: 1.
Kemampuan alir dan sudut istirahat Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi. Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode corong (langsung) (Sari, 2010). Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan kemampuan alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut, kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan kuantitatif granul yang berbeda. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995). Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel. 4
Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari, 2010). 2. Kerapatan curah dan kerapatan mampat Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan dengan membagi berat dengan volume setelah dilakukan pengetukan. Pada pengetukan ini proses yang terjadi adalah pemampatan. Alat Tap density terdiri dari tiga bagian yaitu holder , mesin pengetuk dan penghitung ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya menggunakan gelas ukur, alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin pengetuk berfungsi untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka yang ditentukan. 3. Uji Susut Pengeringan (LOD) Granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki sifat alir massa serbuk yang akan dibuat menjadi sediaan tablet, kapsul, puyer, ataupun suspensi kering. Salah satu cairan pembasah yang dapat digunakan adalah air sehingga setelah melalui proses pengeringan, kadar air granul harus dievaluasi untuk mengetahui kadar air yang tertinggal di granul. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman dkk, 1989). Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan prinsip gravimetri adalah moisture analyzer . Dilihat dari katanya ‘moisture analyzer ‘ artinya penganalisa kelembaban. Jadi yang diukur oleh alat ini adalah kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Temperatur moisture balance bisa di set sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengukur kadar air granul, moisture balance cukup diset pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang digunakan dalam pembuatan granul (Ansel, 1999). Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan timbangan dengan cara menentukan nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul. Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah. 5
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan dikenal timbangan Moisture Balance. Timbangan tersebut sangatlah unik karena bisa mengeluarkan panas. Kegunaan timbangan ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap barang yang diuji (Lachman dkk, 1989). 4. Uji Keseragaman bobot Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu yang masih menggunakan neraca analog atau manual, neraca digital memiliki fungsi lebih sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebih akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil dari setiap penimbangan). Neraca analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g (Robbins, 2011). Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus diletakkan pada bidang datar, dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang. Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk mendapatkan hasil penimbangan yang akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik berat berada pada poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan. Neraca digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa bulatan besar yang didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012). 5. Uji Keseragaman Ukuran Jangka sorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu jangka sorong manual dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter). Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil (Admin, 2013). Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur panjang, diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman benda. Bagian-bagian utamanya adalah rahang tetap yang 6
memiliki skala utama dengan lebar skala terkecil 1 mm dan rahang geser yang memiliki skala nonius/vernier. Lebar skala nonius masing-masing 0,9 mm. hal ini dimungkinkan karena panjang seluruh skala nonius adalah 9 mm tetapi dibagi menjadi 10 buah skala. Jadi, selisih satu skala pada rahang tetap dan rahang geser adalah (10,9)mm atau 0,1 mm (Tim Fisika, 2007). 6. Uji Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987). 7. Uji Friabilitas Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator ) (Sulaiman, 2007). Tablet yang akan diuji memiliki berat antara rentang 6 – 6,5 gram, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator , dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila 7
kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007). Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).. 8. Uji Kekerasan Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah Hardness Tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat 8
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah.
9
BAB 2 ISI
2.1 Metode Cetak Kempa Langsung Prinsip pembuatan tablet dengan cetak langsung yaitu menambahkan zat aktif dengan eksipien yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Metode ini ditunjukan untuk zat aktif dengan dosis yang relativ kecil. Salah satu eksipien yang banyak digunakan dalam proses cetak langsung adalah mikokristalin selulosa, karena mempunyai daya ikat tablet yang sangat baik dan waktu hancur tablet relative singkat. Mikrokristalin selulosa yang beredar dipasaran adalah produk impor yang mahal, sehingga berakibat pada mahalnya produk tablet yang dihasilkan. Mikrokristalin selulosa adalah hasil olahan dari selulosa alami yang dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tumbuhan atau hasil fermentasi. Nata de Coco merupakan sumber selulosa yang diproduksi sebagai hasil fermentasi Acetobacter xylinum dalam subtrat air kelapa. Selulosa bakteri identik dengan selulosa yang berasal dari tumbuhan. Kelebihan selulosa yang berasal dari nata de coco dibandingkan sumber selulosa lain, karena tidak bercampur dengan lignin dan hemiselulosa. Untuk menghasilkan Mikrokristalin selulosa dengan harga murah, maka dilakukan pemanfaatan selulosa nata de coco menjadi Mikrokristalin selulosa. Isolasi dengan metode ekstraksi menggunakan natrium hidroksida 18% menghasilkan selulosa dengan rendemen sebesar 93,48%, kemudian hidrolisa selulosa menggunakan Asam Klorida 2,5 N menghasilkan Mikrokristalin selulosa dibanding dengan Avicel® pH 102 mempunyai spectrum inframerah dan sinar x yang mirip serta rumus kimia yang sama yaitu C6H10O5. Disarankan untuk membuat uji coba dalam skala produk untuk mengetahui konsistensi dan efisiensi proses produksi agar bisa diterapkan untuk skala industri kecil atau menengah. 2.2 Preformulasi Kempa Langsung 1. Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab dan dosisnya kecil. Formulasi KL dibatasi oleh jumlah fine (serbuk yang tidak mempunyai sifat aliran 10
(seperti talk, mg stearat, dan zat aktif). Jumlah maksimal dari fine adalah 30%. Umumnya dosis zat aktif yang digunakan adalah dibawah 50% agar keseragaman kandungan produk akhir bagus. Jika terlalu besar sebaiknya disluging. Syarat-syarat zat aktif untuk cetak langsung adalah : mempunyai sifat aliran yang bagus, kohesif, kompresibilitas.
Zat aktif A Laktosa spray dried Mg stearat Talk Amilum kering
Sesuai dosis q.s 1% 2% 5%
2. Digunakan kombinasi avicel dan eksplotab. Avicel memiliki kompresibilitas yang baik, tetapi alirannya kurang baik. Untuk memperbaik alirannya maka diguanakan eksplotab. Selain itu eksplotab berfungsi pula sebagai penghancur.
Zat aktif A Avicel : Eksplotab (3:7) Mg stearat Talk
Sesuai dosis q.s 1% 2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal pula sebagai ”running powder”. Running powder ini memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik. Tapi daya hancur running powder tidak bagus, sehingga dapat ditambahkan penghancur luar seperti amilum kering, eksplotab, atau ac-di-sol.
Zat aktif A Avicel : Starch 1500 (3:1) Mg stearat Talk Amilum kering Eksplotab Ac-di-sol
Sesuai dosis q.s 1% 2% 5% atau 5% atau 3%
2.3 Formulasi 2.3.1 Formulasi Cetak Langsung Bahan
Kelompok C
Vitamin C Pharmatose
100 mg Qs
DCL
Qs 11
Avicel 101
4%
HPC LM
5%
Amilum
0,25%
Aerosil
1,5%
Talk
1%
Mg Stearat 2.3.2
Monografi Bahan
1. Acidum Ascorbium a. Sinonim : Asam Askorbat, Vitamin b. Fungsi : Antiskorbut c. Pemerian : Serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi. d. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P. e. Dosis : Dosis lazim 1h = 75 mg 1 g biasanya 500 mg; Dosis pemeliharaan sehari 60 mg. 2. Amilum (Ph. Excipient) a. Sinonim : Strach, Amidon, Amilo, Pure Gel b. Fungsi : Glidant, Binder, tablet dan kapsul Disintegrant c. Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk berwarna putih dengan ukuran yang bervariasi. d. Konsentrasi : Binder = 5 -10% (for wet granulation); Tablet Disintegrant = 3 25% w/w 3. Avicel 101 (Ph. Excipient) a. Sinonim : Cellulosa gel, fibrocel, tabulose, vivapur b. Fungsi : Tablet disintegrant, diluent tablet dan kapsul c. Pemerian : Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran serbuk kristal dan partikel berpori. Dipasarkan dalam ukuran yang berbeda dan ukuran kelembutan disesuaikan dengan penggunaan yang berbeda pula. d. Konsentrasi : Anti adherent = 5 20%; Tablet Disintegrant = 5 15%; Tablet Binder/Diluent = 20 90%; Adsorbent = 20-90% 4. Talk (PH Exipient) a. Sinonim : Talcum, steatite, E 5536, Altalc 12
b. Fungsi : Glidant, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul lubrikan c. Pemerian : Sebuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu. (fi 3) d. Konsentrasi : Tablet and capsul diluent = 5-30%; Glidan dan tablet lubrikan : 1,0 – 10 % 5. Mg Staearat (FI III) a. Sinonim : Magnesii stearas b. Fungsi : Tablet lubricant (pelican) c. Pemerian : Serbuk putih, halus, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau khas lemah. d. Konsentrasi : 0,25 - 5% (ph exp) 6. Aerosil (Ph. Excipient) a. Sinonim : Colloidal Silicon Dioxide, Cabosil, colloidal silica, Cabosil M 5P b. Fungsi : Glidant, tablet disintegrant, adsorbent c. Pemerian : Berbentuk silica submikroskopik dengan ukuran partikel ± 15 nm, berwarna mengkilat, berbentuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf. d. Konsentrasi : Glidant = 0,1 1% 7. Hydroxipropyl cellulose, Low substituted (HPC LM) a. Sinonim : Hydroproluse, low substituted b. Fungsi : Pada tablet dan kapsul sebagai disintegrant, pada tablet sebagai binder. c. Pemerian : Serbuk putih atau granul, putih hingga kekuningan, agak berbau,agak berasa. d. Konsentrasi : Binder = 2-6% 2.3.3
Perhitungan Jumlah Bahan Dibuat 200 tablet @ 300 mg Berat total Vitamin C
2.3.4
HPC-LM Amilum Aerosil Talkum Mg Stearat Avicel Alat Kerja
200 x 300 mg = 60 g 200 x 100 mg = 20 g
4% x 60 g = 5% x 60 g = 0,25% x 60 g = 1,5% x 60 g = 1% x 60 g = 60 g – (20 g +2,4 g +3 g + 0,15 g +0,9 g + 0,6 g) =
2,4 g 3g 0,15 g 0,9 g 0,6 g 32,95 g
Alat-alat yang digunakan dalam membuat tablet sampai evaluasi tablet, yaitu: 13
Timbangan digital
Sendok
Ayakan mesh 40
2.3.5
Cara Kerja Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula. Vitamin C ditambahkan Avicel 101, HPC-LM, amilum, aerosil aduk hingga homogen selama 15 menit, diayak melalui ayakan mesh 40 Ditambahkan talkum dan Magnesium stearat melalui ayakan mesh 40 diaduk hingga homogen selama 5 menit Dilakukan evaluasi terhadap massa 3, meliputi uji aliran granul dan uji compressibilitas (bulk density) Dicetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet 300 mg dan diameter 10 mm Dilakukan evaluasi terhadap tablet meliputi uji kekerasan, kerenyahan, waktu hancur, dan keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter) Dibuat desain kemasan tablet seperti contoh
2.3.6
Evaluasi Tablet a. Granulometri Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuranukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil. 1. Timbang 100 gr granul 2. Letakkan granul pada pengayak paling atas 3. Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada getaran 4. Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak 5. Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal. 14
b. Keseragaman bobot Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata
rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B. Bobot rata rata 25 mg atau kurang 26 mg 150 mg 151 mg -300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan Bobot rata rata (%) A
B
15-10
30-20
7,5
15
5
10
c. Kekerasan Ambil 20 tab,et ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata rata dan SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm 2, maksimal 10 kg/cm 2. d. Keseragaman ukuran Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong. Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter. e. Uji kemampuan alir Sebanyak 20 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam flow tester untuk diuji laju alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan turun ke bawah, waktunya dicatat, diameter dan tingginya diukur. f. Kerapatan curah dan kerapatan mampat 25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan timbangan, lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati – hati kedalam alat tapped density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat, kemudia alat tapped density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel setelah 4 menit dicatat kembali. g. Uji susut pengeringan
15
Sejumlah 10 gram zat (bahan) ditimbang, kemudian dimasukkan ke alat moisture balance yang sebelumnya telah dibersihkan dan ditara dahulu. Bahan yang telah dimasukkan ke alat diratakan dengan cara digoyang-goyang. Setelah rata, tutup alat dan dicatat bobot awal dari zat. Lalu tekan Start dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70 oC. Dicatat kadar air yang dihasilkan dan dicatat juga bobot akhir dari zat (bahan) uji. h. Waktu hancur Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom, kemudian dimasukkan cakram ke dalam masing-masing kolom tersebut. Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air sebanyak 500 ml dengan suhu 37o C yang telah berada di dalam disentegrator tester. Dinyalakan disentegrator tester dan diamati keadaan tablet hingga semua hancur sempurna. i.
Friabilitas Ditimbang tablet dengan rentang berat 6 – 6.5 g kemudian tablet yang sudah di timbang dimasukan kedalam alat friabilator. Tombol On di tekan, lalu tunggu selama 4 menit. Setelah itu berat akhir di timbang, lalu di hitung % friabilitasnya
16
BAB 3 ALAT
Disentigrator tester
Timbangan digital
Tap density tester
Flow tester
Moisture balance
Hardness tester
17
Jangka sorong digital
18
DAFTRA PUSTAKA
Andayana, N. 2009. Teori Sediaan Tablet. Tersedia di :http://www. Pembuat _tablet.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2013 Ansel, H.C., et.al. 1999. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. 7th edition.Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 96, 175-178 Chaerunissa, A.Y., dkk. 2009. Farmasetika Dasar . Bandung: Widya Padjadjaran Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1979. Farmakope Indonesia Ed. III .Depkes RI : Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995. Farmakope Indonesia Ed IV . Depkes RI : Jakarta Lachman L,1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed 2.Gadjah Mada University : Yogyakarta Parrot,
E.
L.
1971. Pharmaceutical
Technology
Fundamental
pharmaceuticsThird
Edition.USA: Burges Publishing Company Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC Tim Fisika. 2007. Fisika. Jakarta: Grasindo Voigt,Rudolf.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Industri.UI Press : Jakarta Wade,A & Weller,P.J.1995. Handbook of Pharmacetuical Excipient . Pharmaceutical Press : London
19