BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari).9
Periode neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang
sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada
kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang
tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi
kehidupan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak
perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi baru lahir
yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia,
Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau
pengaruh dari persalinan.10 Masalah pada neonatus biasanya timbul
sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya
merupakan penyebab kematian tetapi penyebab kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat dari buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan
yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan bersih,
dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Cacat bawaan merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang
tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis.
Laporan dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa angka kejadian
cacat bawaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kematian
bayi baik didalam maupun diluar negeri dari tahun ketahun semakin lama
semakin turun, tetapi penyebab kematian mulai bergeser. Sebelumnya
penyebab kematian pada bayi sebagian besar disebabkan masalah sepsis,
asfiksia, dan sindrom distres nafas, sedangkan akhir-akhir ini mulai
bergeser pada masalah cacat bawaan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelainan bawaan atau cacat bawaan?
2. Apa yang dimaksud dengan labiocizis dan labiopalatocizis?
3. Apa penyebab labiocizis dan labiopalatocizis?
4. Bagaimana penanganan labiocizis dan labiopalatocizis?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan bawaan atau
cacat bawaan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan labiocizis dan
labiopalatocizis.
3. Untuk mengetahui Apa penyebab labiocizis dan labiopalatocizis.
4. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan labiocizis dan
labiopalatocizis.
4. Manfaat
Agar mahasiswa bisa mengetahui dan memahami kelainan yang terdapat
pada neonates, yaitu labiocizis dan labiopalatocizis dan Bagaimana
penanganan labiocizis dan labiopalatocizis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Definisi Kelainan Bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dala pertumbuhan struktur
bayi yang tibul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
kongenital dapat merupakan sebab pentingterjadinya abortus, lahir mati
atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayidalambulanbulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelaina
n kongenital yang Cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu
seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan
dilahirkansebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai
bayi kecil untuk masa kehamilannya.Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalamminggu pertama
kehidupannya.Di samping pemeriksaan fisik, radiologik dan hboratorik
untuk menegakkan diagnosis kelainankongenital setela6 bayi lahir,
dikenal pula adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan kongenitaldengan
beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaanair keruban dan darah janin.
2. Definisi Labiozisis
Labioskisis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Celah bibir atau
labioskizis yaitu suatu fisura atau lubang pada yang dapat terjadi
secara tunggal atau secara kombinasi, disebabkan oleh kegagalan
jaringan lunak atau jaringan tulang palatum dan rahang atas menyatu
selama minggu kelima sampai minggu ke-12 gestasi. Defek tersebut
umumnya dapat bersifat unilateral atau bilateral. (keperawatan
maternitas vol.2 edisi 18)
Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara
embriologis, fungsionil, dan genetic. Celah bibir muncul akibat adanya
hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus
nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul akibat
terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng palatum
(Nelson,2012) .
Labioskisis dan labiospalatokisis merupakan deformitas daerah
mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna
semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan
bagian kiri tidak tumbuh bersatu (Hidayat, Aziz Alimul A., "Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak")
Labioskisis adalah suatu kelainan bawaan terdapatnya celah pada bibir
atau ketidaksempurnaan penyambungan bibir selama masa perkembangan
janin dimasa kehamilan
3. Penyebab Terjadinya Labioskisis
A. Faktor Herediter
Faktor ini menyangkut dengan mutasi gen, kelainan kromosom pada
saat pembentukan bibir dalam masa kehamilan pada saat embrio,
biasanya terjadi pada trimester I kehamilan.Resiko lebih tinggi pada
bayi yang memiliki saudara kandung atau orang tua yang mengalami
kelaina itu, dapat diturunkan baik melewati ayah maupun ibu. Dimana
material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi dapat terjadi
karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel
yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22) san 1 pasang kromosom sex
(kromosom x dan y) yang menentukan jenis kelamin.
Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma
patau dimana ada 3 untai kromosom 13pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika
terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan
menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung dan
ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1
dari 8000-10.000 bayi yang lahir.
B. Faktor Gizi
Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, Vitamin C pada
waktu hamil, kekurangan asam folat.
C. Faktor Lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan usia ibu, ibu mengkonsumsi obat-
obatan pada saat kehamilan seperti fenstitin; flufenamat, nutrisi ibu
yang jelek pada saat kehamilan, infeksi oleh virus rubella pada saat
kehamilan, terpapar radiasi, stress embrional yang tinggi, trauma
pada trimester I kehamilan serta pada ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum berat.
Proses terjadinya labioskisis ini terjadi ketika kehamilan
trimester 1 dimana terjadinya gangguan oleh karena berbagai penyakit
seperti virus. Pada trimester pertama terjadi proses perkembangan
pembentukan berbagai organ tubuh dan saat itu terjadi kegagalan dalam
penyatuan atau pembentukan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal
medial dan maksilaris maka dapat mengalami labioskisis (sumbing
bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8
minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8
minggu masa kehamilan.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominem
maksilaris dengan prominem nasalis medial yang diikuti disfusi kedua
bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi
septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi
sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu.
4. Klaifikasi Labioskizis
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir ( labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatokizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ. Misalnya terjadi di
bibir dan langit-langit (Labiospalatokisis)
2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui
adalah :
a. Unilateral Incomplite
Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete
Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete
Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
5. Gejala dan Tanda Labioskizis
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
a. Terjadi pemisahan langit-langit
b. Terjadi pemisahan bibir
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
d. Infeksi telinga berulang
e. Berat badan tidak bertambah
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui keluarnya air
susu dari hidung.
6. Komplikasi
Jarang dijumpai kasus karies gigi yang berlebihan. Koreksi
ortodontik dibutuhkan apabila terdapat kesalahan dalam penempatan arkus
maksilaris dan letak gigi-geligi. Ada komplikasi-komplikasi yang terjadi
apabila labioskisis ini tidak ditangani dengan segera, komplikasinya
antara lain :
1. Gangguan bicara
Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya
celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat
menghambatnya. Cacat wicara bisa ada atau menetap meskipun penutupan
palatum secara anatomic telah dilakukan dengan baik. Cacat wicara yang
demikian ditandai dengan pengeluaran udara melalui hidung dan ditandai
dengan kualitas hipernasal jika membuat suara tertentu. Baik sebelum
maupun sesudah operasi palatum, cacat wicara disebabkan oleh fungsi
oto-otot palatum dan faring yang tidak adekuat.
Selama proses menelan dan pada saat mengeluarkan suara tertentu,
otot-otot palatum molle dan dinding lateral serta posterior nasofaring
dengan orofaring. Jika katup tersebut tidak berfungsi secara adekuat,
orang itu sukar menciptakan tekanan yang cukup di dalam mulutnya untuk
membuat suara-suara ledakan seperti p, b, d, t, h, y, atau bunyi
berdesis s, sh dan ch; sehingga kata-kata seperti "cats", "boats", dan
"sisters" menjadi tidak jelas. Kemungkinan, terapi wicara diperlukan
setelah suatu operasi atau pemasukan alat bantu wicara.
2. Gangguan Pendengaran
Kehilangan pendengaran dikarenakan tidak berfungsi dengan baik
saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika
tidak segera diatasi makan akan kehilangan pendengaran. Otitis media
berulang dan ketulian sering kali terjadi.
3. Masalah gigi
Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus. Jarang
dijumpai kasus karies gigi yang berlebihan. Koreksi ortodontik
dibutuhkan apabila terdapat kesalahan dalam penempatan arkus
maksilaris dan letak gigi-geligi.
4. Kesulitan makan
Dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah
palatum.Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan
yang benar dan juga kesabaran dalam member makan pada bayi bibir
sumbing.
5. Terjadinya otitis media
6. Aspirasi
7. Distress pernapasan
8. Risiko infeksi saluran nafas
9. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
10. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan paruh.
7. Penatalaksanaan/Penanganan Labioskizis
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi
ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang
meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing
dilakukan hokum sepuluh ( rule of ten ) yaitu berat badan bayi minimal
10 pon, kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit
minimal 10.000/UI.
Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu
mempunyai reflex mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat
dicoba dengan sedikit menekan payudara. Bila anak sukar menghisap
sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bttles). Untuk mengatasi gangguan
menghisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu
dapat didorong jauh di belakang mulut hingga dapat dihisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.Dengan bantuan ortodontis
dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar
memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum
sebelum dapat dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah, dengan kerjasama
yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta
ahli wicara.
Program habilisasi yang menyeluruh untuk anak yang menderita bibir
sumbing atau celah palatum bisa memerlukan pengobatan khusus dalam waktu
bertahun-tahun, dari tim yang terdiri atas dokter ahli anak, ahli bedah
plastic, ahli THT, dokter gigi anak, prostodontis, ortodontis, terapi
wicara, pekerja social bagian medis, ahli psikologi, psikiater anak, dan
perawat kesehatan masyarakat. Idealnya, dokter anak seharusnya
bertanggung jawab untuk mengkoordinasi penggunaan para spesialis serta
bimbingan dan penyuluhan orang tua.
Penatalakasanaan tergantung pada beratnya kecacatan. Prioritas
pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat. Mencegah
komplikasi. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan. Pembedahan, pada
labioskisis sebelum kecacatan palate, perbaikan dengan pembedahan usia 2-
3 hari atau sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau
ekstraoral untuk mencegah kolaps maksilaris, merangsang pertumbuhan
tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat
dilakukan sebelum pembedahan perbaikan.
8. Perencanaan Perawatan
1. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Pada diagnosis kekurangan nutrisi ( kurang dari kebutuhan tubuh)
dapat disebabkan karena ketidakmampuan menelan atau terjadi kesukaran
dalam makan, tidak efektif dalam meneteki ASI berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan atau kesukaran dalam makan sekunder dari
kecacatan dan pembedahan, maka rencana yang dapat dilakukan adalah
dengan mempertahankan asupan nutrisi agar kebutuhan terpenuhi.
Tindakan :
a. Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap
b. Gunakan dot/botol dengan lubang di pinggir dan letakkan lubang
dot tersebut di atas lidah atau oada bayi letakkan dit di
samping bibir mulut dan usahakan lidah mendorong ke dalam,
kemudian dot sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan
istirahat.
c. Jangan diangkat dot selama bayi menghisap
d. Sendawakan dengan sering selama pemberian makan
e. Kolaborasi dalam rencana pembedahan :
2. Resiko aspirasi
Masalah risiko aspirasi pada kelainan sumbing bibir dan palatum
ini dapat disebabkan oleh karena ketidakmampuan mengeluarkan sekresi
secara spontan karena sumbing bibir, sehingga terjadi ketidakmampuan
dalam menghisap, maka rencana yang dapat dilakukan adalah mencegah
agar tidak terjadi aspirasi dengan mempertahankan kepatenan jalan
napas dan saluran cerna.
Tindakan :
a. Atur posisi kepala dengan mengangkat kepala waktu minum atau
makan dan gunakan dot yang panjang
b. Lakukan penepukan punggung setelah pemberian makan
c. Monitor status pernapasan selama pemberian makan seperti
frekuensi napas, irama, serta tanda-tanda adanya aspirasi.
9. Definisi Labiopalatoschisiz
Labio palato schisis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
prosesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan
embrionik (kapita selekta,jilid 2 ).
Labio palato schisis adalah isura garis tengah pada palatum yang
terjadi karena kegagalan dua sisi untuk menyatu selama perkembangan
embrionik.
2.10 Penyebab Terjadinya Labiopalatoschisis
Belum di ketahui pasti. Hipotesis yang di ajukan antara lain :
a) Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama embrional dalam
hal kuatitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas
(defisiensi asam folat, vitamin C dan zn).
b) Pengaruh obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal.
c) Infeksi,khususnya viral ( toksoplasma ) dan klamidal
d) Faktor genetik
e) Kelainan ini juga diduga terjadi akibat lnfeksi virus yang di
derita ibu pada kehamilan trimester pertama.
2.11 Penatalaksanaan/Penanganan Labiopalatoschisis
a. Ibu harus dilatih untuk memberikan Asi, yang harus diberikan secara
hati – hati dan sering beristirahat jika tetap mengalami kesukaran.
Asi dapat di pompa dan diberikan dengan sedotan sedikit – sedikit.
Perhatikan agar pompa payudara dan gelas penampung Asi selalu
diseduh agar tidak terjadi terkontaminasi.
b. Tindakan operasi pertama di kerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria tube of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan) >
10 pon (5 kg), > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan (palatolasti0.
di kerjakan sedini mungkin (15-24bulan) sebelum anak mampu bicara
lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
d. Setelah operasi, anak dapat belajar dari orang lain atau melakukan
spech therapist untuk melatih atau mengajar anak bicara dengan
normal.
e. Pada umur 8-9 tahun dilakukan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus / maksila untuk memungkinkan ablioefodenti mengatur
pertumbuhan gigi di kanan-kiri celah supaya normal.
f. Pencegahan infeksi.
Menaati praktek pencegahan infeksi terutama kebersihan tangan
serta memakai sarung tangan. Memperhatikan dengan seksama proses
yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian
peralatan dan benda kotor,ikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi
tingkat tinggi.
Selalu memerhatikan teknik aseptik sewaktu melakukan tindakan
yang bersifat infasif seperti : suction endotracheal,melakukan
penyuntikan obat-obat pada akses perifer maupun vena central,
pemasangan kateter urine,dll.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny "I" DENGAN
KELAINAN BAWAAN LABIOSCIZIS dan LABIOPALATOCIZIS
Tanggal : 07 November 2017
Jam : 09:00 WIB
3.1 Pengkajian
Penkajian Data Subjektif
1. Biodata
A. Biodata Anak
Nama : Bayi Ny "I"
Usia : 3 jam
Tgl / jam / lahir : 07 November 2017 / 06.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 (pertama)
B. Biodata orang tua
Nama ibu : Ny "I"
Umur : 23 Tahun
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Dukuh pakis
Nama Ayah: Tn S"
Umur : 27 Tahun
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Dukuh pakis
3.
2. Riwayat antenatal
a. Penyakit/infeksi saat hamil : Tidak ada
b. Tempat & frekuensi ANC : RS. Griya Husada/10x
c. Imunisasi yang diperoleh saat ANC & frek : TT, 1x
d. Obat/jamu yang diminum selama hamil : Tidak ada, ibu hanya minum
obat dari nakes
e. Kebiasaan ibu selama hamil : Ibu tidak mempunyai
kebiasaan yang merugikan kehamilannya.
3. Riwayat kelahiran
a. Tempat lahir & penolong : RS Griya Husada, ditolong bidan
b. Cara & lama persalinan : Spontan belakang kepala, 12 jam
c. Komplikasi persalinan : Tidak ada
d. Kondisi saat lahir : Terdapat celah pada bibir dan
langit-langit mulut Bayi Ny"I"
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit
keturunan dari suaminya yaitu sumbing ( Labioscizis dan
Labiopalatoscizis)
5. Pola kebiasaan sehari-hari
Ibu mengatakan selama hamil tidak merokok, minum jamu, minum-minuman
keras, selama hamil rutin memeriksakan kehamilannya.
a. Pola Nutrisi
Diberikan ASI sesering mungkin namun By Ny "I" tidak dapat
menghisap dan menyusu sehingga mengunakan alat bantu.
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan bayinya BAK 2x (konsistensi cair, warna jernih,
bau khas urine), BAB1x1 (konsistensi lembek, warna hiitam, bau
khas feses)
c. Pola Istirahat / tidur
Ibu mengatakan bayi tidur & terbangun bila lapar, BAK, BAB
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan bayi belum dimanikan, mengganti popok saat BAK
&BAB
Pengkajian Data Objektif
A. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum :
Kesadaran : Komposmetis
Tanda-tanda vital
Nadi : 140x/menit
Suhu : 37 oC
Respirasi : 40x/menit
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Antropometri
- Berat badan : 3.300 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar lengan atas : 11 cm
- Lingkar dada : 32 cm
- Lingkar kepala : 35 cm
- Mento oxipito : 35 cm
- Fronto oksipito : 34 cm
- Sub Oksipito Bregmatika : 32 cm
Pemeriksaan Head To toe
- Kepala : Rambut tumbuh merata, tidak kelainan (caput
succedaneum, chepal haematom dan maulage).
- Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, tidak ada
Strabismus (juling).
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, septum berada
di tengah.
- Mulut : bibir tidak pucat, tidak sianosis, lembab, adanya
kelainan pada bibir dan langit-langit mulut (Labioscizis dan
Labiopalatoscizis).
- Leher : Tidak ada pembesaran limfe dan tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
- Dada : Simetris, bentuk normal
- Ekstermitas atas: Simetris, tidak ada sindactil dan polidactile
- Abdomen : Tidak buncit, tidak kembung, whezzing usus normal 25x/m,
tali pusat basah.
- Pelipatan paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
herniainguinalis.
- Genetalia : testis sudah berada dalam skrotum, lubang uretra berada
di ujung penis, tidak ada vimosis dan hemaproditisme.
- Ekstermitas bawah: simetris, tidak ada polidactil
- Punggung :
Repleks
- Refleks moro : positif kuat
- Reflek rooting : lemah
- Reflek graphs / plantar : positif kuat (hilang usia 4 bulan)
- Reflek sucking : positif kuat
- Reflek tonik neck : positif kuat (hilang pada usia 3 bulan)
- Reflek swallowing : positif kuat
- Reflek babynsky : positif kuat (jari-jari kaki mengembang & ibu
jari kaki dalam posisi dorso fleksi akan menghilang pada usia 1
tahun.)
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
Tanggal : 07 November 2017
Diagnosa : By. Ny. "I" usia 1 hari BBL dengan kelainan bawaan lahir
Labioscizis dan Labiopalatoscizis
DS : Ibu mengatakan bayinya lahir dengan selamat pada tanggal
07 November 2017 jam 06.00 WIB jenis kelamin laki-laki, BB : 3300 gr, PB
: 50 cm, dengan kelainan bawaan Labioscizis dan Labiopalatoscizis lahir
secara normal dengan tangisan kuat.
DO :
BB : 3.300 kg
PB : 50 cm
Suhu : 37 oC
Nadi : 140 x / menit
RR : 46 x / menit
Lila : 11 cm
LK : 35 cm
3.3 Masalah Potensial
Akan terjadi kekurangan nutrisi pada bayi dan dehidrasi karena bayi
tidak dapat menyusu dengan baik.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Melakukan kolaborasi dengan dokter anak dalam pemasangan Naso Gastric
Tube (NGT) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrsi
3.5 Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak terjadi
komplikasi pada BBL.
Kriteria :
- Keadaan baik
- TTV :
Suhu : 36,5-37,5 0C
Nadi : 120-160 x / menit
RR : 40-60 x / menit
1. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermi
2. Rawat bayi dengan teknik aseptic dan antiseptic tidak terjadi
infeksi pada bayi
3. Ajari ibu perawatan tali pusat penularan infeksi melalui tali pusat
dapat dicegah
4. Ajari ibu cara memeras air susu yang benar memberikan rasa nyaman
pada ibu dan bayi
5. Anjurkan ibu untuk memberikan bayinya sesering mungkin melancarkan
ASI dan mempercepat involusi uterus dan bayi mendapat gizi yang baik
6. Lakukan perawatan bayi sehari-hari kehangatan dan kebersihan bayi
terjaga
7. Jelaskan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir ibu lebih
waspadaterhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
3.6 Implementasi
Tanggal : 07 November 2017 Jam : 09.30 WIB
Diagnosa : By. Ny. "I" usia 1 hari BBL dengan kelainan bawaan lahir
Labioscizis dan Labiopalatoscizis
Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/anak dan perawatan
dirumah.
1. Jelaskan prosedur pemasangan NGT.
2. Jelaskan prosedur oprasi, sebelum dan sesudah oprasi
3. Ajarkan pada orang tua dalam perawatan bayi : cara pemberian ASI
dengan alat, mencegah infeksi dan posisi, lakukan penepukan punggung,
bersihkan mulut setelah pemberian ASI.
4. Meningkatkan rasa nyaman, meliputi:
a. Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
b. Tenangkan bayi
c. Berikan analgesic sesuai program.
3.7 Evaluasi
Tanggal : 22 Oktober 2011 Jam : 09.40 WIB
Data Subjektif : Ibu mengatakan senang karena bayinya sehat, ibu
mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan dari petugas kesehatan.
Data Objektif :
– Kesadaran : Composmentis
– KU : Baik
– Suhu : 36,50C
– Nadi : 140 x / menit
– RR : 46 x / menit
– Ibu melaksanakan semua anjuran dari petugas
Diagnosa : By. Ny. "I" usia 1 hari BBL dengan kelainan bawaan
lahir Labioscizis dan Labiopalatoscizis
Rencana dilanjutkan
- Jelaskan kepada ibu kondisi bayinya sekarang
- Jelaskan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
- Ajarkan ibu perawatan bayi sehari-hari dan perawatan tali pusat
dengan kasa steril
- Anjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan membungkusnya
(digendong) dengan kain bersih dan kering
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dala pertumbuhan struktur
bayi yang tibul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
kongenital dapat merupakan sebab pentingterjadinya abortus, lahir mati
atau kematian segera setelah lahir.
Labioskisis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah. Celah bibir atau labioskizis yaitu
suatu fisura atau lubang pada yang dapat terjadi secara tunggal atau
secara kombinasi, disebabkan oleh kegagalan jaringan lunak atau jaringan
tulang palatum dan rahang atas menyatu selama minggu kelima sampai
minggu ke-12 gestasi.
Labioskisis dan labiospalatokisis merupakan deformitas daerah mulut
berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri
tidak tumbuh bersatu (Hidayat, Aziz Alimul A., "Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak")
2. Saran
Untuk kasus kelainan labioscizis dan labiopalatoscizis sangat penting
untuk dilakukan pendekatan kepada orang tua, agar mereka mengetahui
masalah dan tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A., "Pengantar Ilmu Keperawatan Anak", Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Marmi, dkk., "Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah", Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suriadi, dkk., "Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2" , Buku Pegangan
Praktik Klinik,.
Dewi, Vivian Nanny Lia., "Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita", 2013,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
https://worldpress.neonatus-kelainan-labioscizislabiopalatoscizis.co
diunduh tanggal 06 november 2017
https://Aladokter.makalahlabioscizis-kelainanbawaanlahir.com diunduh
tanggal 06 november 2017