BODY ALIGNMENT DAN POSITIONING
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah (Ilmu Dasar Keperawatan)
Oleh : 1. Nunung Aryanti 2. RA. Fatimah Farah 3. Riki Resbiyanto 4. Rini Kusuma Dewi 5. Shendy Prastika 6. Siti Cahyaningrum 7. Surya Purwaningtyas 8. Tri Yoga Astianta 9. Wisnu Kurniawan 10.Yusi Lidiya wati 11.Putu Novi Ernawati
(010115a085) (010115a097) (010115a101) (010115a102) (010115a116) (010115a121) (010115a125) (010115a130) (010115a134) (010115a139) (010115a141)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO Jl.Gedongsongo,Candirejo,unggaran kab.Semarang 50531 TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
1
Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa yang maha pengasih lagi Maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan yaitu tentang “Body Aligment & Positining” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan makalahnya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang dan dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap si pembaca.
Ungaran,07 Juni 2016
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ..................................................................................................................................4 1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5 1.3. Tujuan...............................................................................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................7 2.1.1. Pengertian Body Alignment..........................................................................................................7 2.1.2. Prinsip Dalam Body Alignment....................................................................................................7 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Body Alignment...................................................................8 2.1.4. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Body Aligment............................................................10 2.1.5. Postur Tubuh( Body Alignment) Yang Baik..................................................................................11 2.1.6. Manfaat Body Alignment.............................................................................................................11 2.1.7. Konsekuensi Body Alignment Yang Kurang Baik.......................................................................12 2.1.8. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas Body Alignment...............................12 2.1.9. Kelainann / Perubahan Dalam Body Alignment..........................................................................13 2.1.10. Penerapan Body Alignment.......................................................................................................14 2.2.1. Pengertian Positioning.................................................................................................................18 2.2.2. Tujuan Positioning.......................................................................................................................18 2.2.3. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Pengaturan Posisi.................................................................18 2.2.4. Macam-Macam Pengaturan Posisi...............................................................................................19 2.2.5. Penjelasan Dari Masing-Masing Positioning...............................................................................19 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan......................................................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................26
BAB I PENDAHULUAN
3
1.1.
Latar Belakang Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri dan bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan secara seksama lebih baik. Mereka mampu berdefekasi dengan baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot mereka lebih sehat. Jika sedang sakit, mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat bergerak sedikit. Kadang tirah baring atau tidak ada gerakan sama sekali diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan.Istirahat meningkatkan penyembuhan dan mengurangi nyeri.Tirah baring jangka panjang atau kurang pergerakan dapat menyebabkan masalah serius. Untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) tubuh yang tepat, perawat harus dengan tepat mengangkat klien, menggunakan tekhnik pemerian posisi yang tepat,dan memindahkan klien dengan aman.Klien dengan gangguan saaf, skelet, atau fungsi sistem muscular serta peningkatan kelemahan dan keletihan sering memerlukan bantuan dari perawat untuk pemberian posisi dan pemindahan.Penggunaan mekanika tuuh yang tepat dan tekhnik pemindahan melindungi perawat atau pemberi asuhan dari cedera pada sistem musculoskeletal.Perawat beresiko terhadap cedera pada otot lumbal ketika mengangkat. Angka cedera pada lingkungan kerja telah meningkat pada beberapa Tahun terakhir, dan lebih setengahnya adalah cedera punggung akibat tekhnik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat.Cedera pada area lumbal mempengaruhi kemampuan untuk membungkuk ke depan dan ke belakang serta memiringkan tubuh.Selain itu, kemampuan untuk merotasi panggul dan punggung bawah menurun karena lebih banyak klien dipulangkan ke rumah untuk asuhan berkelanjutan,perlu bagi perawat mengajarkan anggota keluarga klien bagaimana mengangkat dan memindahkan klien dengan aman. Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignment baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen. Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi jumlah
4
energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan, mengurangi kelelahan, memperluas ekspansi paru. Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal. Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik : postur tubuh yang baik.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Body Alignment? 2. Apa saja Prinsip Dalam Body Alignment? 3. Apa saja Faktor-Faktor yang mempengaruhi Body Alignment? 4. Apa saja Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Body Aligment? 5. Bagaimana Postur Tubuh( body alignment) yang baik? 6. Apa saja Manfaat Body Alignment? 7. Apa saja Konsekuensi Body Alignment yang kurang baik? 8. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas body alignment? 9. Bagaimana penerapan body alignment? 10. Apa Pengertian positioning? 11. Apa saja Tujuan positioning? 12. Apa saja Hal-hal yang diperhatikan dalam pengaturan posisi? 13.Apa Macam-macam pengaturan posisi? 14. Bagaimana Penjelasan dari masing-masing positioning?
1.3 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian Body Alignment
5
2. Menjelaskan Apa saja Prinsip Dalam Body Alignment 3. Menjelaskan Apa saja Faktor-Faktor yang mempengaruhi Body Alignment 4. Menjelaskan Apa saja Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Body Aligment 5. Menjelaskan Bagaimana Postur Tubuh( body alignment) yang baik 6. Menjelaskan Apa saja Manfaat Body Alignment 7. Menjelaskan Apa saja Konsekuensi Body Alignment yang kurang baik 8. Menjelaskan Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas body alignment 9. Menjelaskan Bagaimana penerapan body alignment 10. Menjelaskan Apa Pengertian positioning 11. Menjelaskan Apa saja Tujuan positioning 12. Menjelaskan Apa saja Hal-hal yang diperhatikan dalam pengaturan posisi 13. Menjelaskan Apa Macam-macam pengaturan posisi 14. Menjelaskan Bagaimana Penjelasan dari masing-masing positioning
BAB II PEMBAHASAAN
6
2.1. BODY ALIGNMENT 2.1.1. Pengertian Body Alingment Kesejajaran tubuh / Postur Tubuh (Body Alignment) Kesejajaran dan postur tubuh merupakan istilah yang sama dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar menguragi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus ( ketegangan) otot secara kuat dan menunjang keseimbangan. Postur tubuh/body aligment merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari postur adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar. 2.1.2. Prinsip Dalam Body Alignment Menurut (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007): Untuk
mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, di antaranya: 1. Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imajiner vertikal) melewati pusat gravitasi ( center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh). 2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar. 3. Jika gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak di gunakan untuk mempertahankan keseimbangan. 4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot. 5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot. 6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligamen. 7. Posisi dan aktifitas yang berfariasi dapat membantu mempertahankan otot dan mencegah kelelahan. 8. Pergantian antara masa aktifitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan. 9. Membagi keseimbangan antara aktifitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang. 7
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur. 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Body Alignment 1. Gravitasi Keseimbangan adalah suatu equilibrium yang dipertahankan oleh adanyakekuatan yang saling berlawanan dan merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar yaitu memandang grafitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Seseorang dapat mempertahankan keseimbangan selama garis grafitasi (garis khayal vertical yang melalui pusat grafitasi) melalui pusat grafitasi (titik pusat dari seluruh massa tubuh) dan landasan (tempat berpijaknya suatu obyek). a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan. b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG) Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
8
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. 2. Postural reflek dan Apposing Muscles Group. Merupakan aksi dari otot postural (ekstensor) yang terus menerus menahan seseorang pada posisi tegak melawan grafitasi bumi.Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu JENIS DARI POSTURAL REFLEX : a. Labryn sense Organ sensor yang terdapat dalam organ telinga bagian dalam a. Visual /optic reflek Sensasi visual membantu seseorang dalam mendapatkan kesadaran mengenai tata ruang dan hubungan antara satu subyek dengan lingkungannya. b. Proprioceptor /kinestetik sense Ini sering disebut sebagai indera keenam . c. Ekstensor atau anti grafitasi reflex Yang termasuk otot-otot ekstensor diantaranya otot-otot pada ekstremitas bawah,otot-otot abdomal,otot-otot adductor pada scapula dan otot-otot kaki bawah. d. Plantar reflex Tekanan melawan telapak kaki oleh permukaan tanah akan menimbulkan reflex kontraksi otot-otot ekstensor dari otot-otot kaki bagian bawah. e. Perubahan posisi tubuh 9
Beberapa posisi tubuh dalam aktifitas tertentu bear ataupun salah, jika berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan syaraf-syaraf superfasialis, kerusakan pembuluh darah serta kontraktur. f. Perubahan individual dalam struktur anatomi Setiap orang mempunyai anatomi yang berbeda , ini akan membawa pengaruh pada postur tubuh seseorang , meskipun hanya sedikit. 2.1.4. Faktor-Faktor LainYang Mempengaruhi Body Alignment/ postur tubuh Menurut (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007): 1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal terdapat organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan ataukelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh. Halini dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalamiketidakseimbangan dalam pergerakan. 2. Nutrisi Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energy yang digunakandalam membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon,ligament, dan persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energy pada organ tersebut akan kurang sehingga dapat memengaruhi proseskeseimbangan. 3. Emosi Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjagakeseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligament, sendi, dan tulang. 4. Gaya hidup Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidupyang tidak sehat misalnya selalu menggunakan alat bantu dalammelakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungansehingga postut tubuh tidak berkembang dengan baik. 5. Perilaku dan nilai Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh. Sebagai contoh, perilaku dalam membuangsampah di sembarang tempat dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya ntuk selalu bersih dari sampah. 6. Gravity Gravity adalah atraksi timbal balik antara tubuh dan bumi. Pusat gravity adalah titik pusat seluruh massa dari suatu objek. Memandang gravitasi sebagai sumbu dalam
10
pergerakan tubuh. Garis gravitasi, merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi. Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan tubuh. 2.1.5. Postur Tubuh / Body Aligment Berdiri Yang Baik : 1. Kedua kaki diletakkan datar pada lantai, rentangkan sekitar 12 inci. 2. Lengan berada di samping . 3. Punggung lurus. 4. Otot-otot perut dikencangkan. 2.1.6. Manfaat Body Alignment yang baik 1. Meningkatkan fungsi tangan yang baik. 2. Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan. 3. Mengurangi kelelahan. 4. Memperluas ekspansi paru. 5. Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal. 2.1.7.
Konsekuensi Body Alignment yang Kurang Baik Ada beberapa gangguan tulang yang disebabkan oleh body alignment yang tidak baik antara lain: 1. Rakitis adalah penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin ini berfungsi membantu proses penimbunan zat kapur dalam osifikasi atau penulangan. Jadi kekurangan vitamin D mengakibatkan tulang keras. 2. Mikrosefalus adalah gangguan pada pertumbuhan tulang tengkorak karena kekurangan zat kapur pada masa pembentukan tulang tengkorak, masa bayi, 3.
sehingga kepala berukuran kecil tidak profesional. Osteoporosis adalah gangguan dengan gejala rapuh, kurang keras yang
diakibatkan kekurangan hormon kelamin pria ataupun wanita. 4. Kelainan lainnya antara lain karena penyakit TBC, tumor yang mempengaruhi tekanan fisik dan fisiologis tulang, serta peradangan pada jaringan pengikat atau tendon. 2.1.8. Sistem Tubuh Yang Berperan Kebutuhan Aktivitas Dalam Body Alignment 1. Tulang Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam. 2. Otot dan tendon Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta 11
dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang. 3. Ligamen Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas. 4. Sistem saraf Saraf terdiri dari saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (percabangan dari saraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada saraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan. 5. Sendi Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua tulang atau lebih yang memungkinkan 2.1.9.
penggerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain. Kelainan / Perubahan Dalam Body Alignment Kelainan postur yang didapat atau congetinal mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal,
seperti
kesejajaran
tubuh
keseimbangan
dan
penampilan.
Macam2 abnormal 1) Tortikolis adalah mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi. Penyebab : kondisi congenital. - Penatalaksanaan : operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan. 2) Lordosis adalah kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan. - Penyebab : kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan. - Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab. 3) Kifosis adalah peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal. - Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal. - Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan). 4) Kifolordosis adalah kombinasi dari kifosis dan lordosis. - Penyebab : kondisi congenital.
12
- Penatalaksanaan : sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab. 5) Skoliosis adalah kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama. - Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama - Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan). 6) Kifoskoliosis adalah tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral. - Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal. - Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan). 7) Dysplasia Pinggung Kongenital adalah ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum). - Penyebab : kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang). - Penatalaksanaan : mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan. 8) Knock-knee (genu varum) adalah kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan. - Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket. - Penatalaksanaan : knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan. 2.1.10. Penerapan body alignment 1. TeknikMengangkat Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien imoblisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan o
kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut : Posisi beban. Beban yang akan diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamp,1989). Tinggi objek.
13
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah o
seseorang dengan lengan tergantung disamping (Owen dan Garg, 1991). Posisi tubuh. Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel
o
sama dengan cara yang sinkron. Berat maksimum. Setiap peawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat, aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35 % berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini
o
akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera punggung perawat. Ketika mengangkat perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem muskuloskeletal. Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala, orang sering berdiri menjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan
o
keseimbangan mereka. Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula spinalis. Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus ditempatkan di bawah klien untuk
o
mempertahankan kesejajaran spinal sebelum memindahkan ke brankar. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan sudut kanan tempat tidur sehingga pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat. Pada semua prosedur, keamanan merupakan prioritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang pengangkat apabila berkerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpi 2. Teknik Mengubah Posisi Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat
14
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Restrain adalah alat bantu tangan digunakan untuk imobilisasi, terutama pada klien bingung atau disorientasi. 3. Teknik Memindahkan Perawat biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi, dipindahkan di atas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi ataupun brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk mengangkat, menggerakkan, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem musculoskeletal. Meskipun perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan : a. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur. b. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman. c. Kaji imobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan. d. Tentukan kebutuhan akan bantuan. e. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari klien. f. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan. Perawat yang menggunakan teknik memindahkan atau menggerakkan untuk pertama kalinya harus meminta pertolongan untuk mengurangi risiko cedera pada klien dan perawat. Perawat harus juga mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasannya. Memindahkan klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang tersulit dan berbahaya. Memindahkan klien Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu mengangkat klien di atas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk menentukan apakah penyakit klien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Jika ada, dibutuhkan beberapa perawat 15
untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyaman klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu berat atau klien tidak bisa bergerak sehingga perawat menyelesaikan prosedur sendirian. 4. Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjuntaikan kakinya di sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus berdiri di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan. Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin. 5. Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai suatu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di bawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai ayunan ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat.
16
2.2. POSITIONING 2.2.1. Pengertian Positioning / Pengaturan posisi Mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry,2005) 2.2.2. Tujuan Positioning a. Mencegah nyeri otot b. Mengurangi tekanan c. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial d. Mencegah kontraktur otot e. Mempertahankan tonus otot dan reflek f. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan 2.2.3. Hal-Hal Yang Di Perhatikan Dalam Pengaturan Posisi a. Tempat tidur telah siap digunakan b. Tempat tidur telah ditutup sprei yang bersih, rapi, dan kering. c. Gunakan peralatan pendukung di area spesifik yang di sesuaikan dengan posisi pasien seperti bantal, matras/kasur khusus (contoh kasur anti dekubitus), papan tempat tidur, trochanter roll, chair bed, pengaman tempat tidur dll. d. Peralatan yang digunakan tersebut sesuai kebutuhan dan bertujuan untuk mempertahankan posisi yang benar dan mencegah stress pada otot dan sendi. Jika pasien mampu bergerak, peralatan peralatan yang berlebih untuk membatasi pergerakan/mobilitas dan mengakibatkan kelemahan otot. e. Hindari penekanan pada daerah body prominen, tekanan yang terus menerus akan merusak vena dan memudahkan terjadinya thrombus. Dan tekanan pada daerah popliteal dapat merusak saraf dan pembuluh darah pada daerah tersebut. f. Perhatikan respon pasien setelah perubahan posisi 2.2.4. Macam – Macam Pengaturan Positioning Pasien Ada Sepuluh macam pengaturan posisi pasien yaitu : a. Posisi Supinasi (Telentang) b. Posisi Lateral (Side-Lying) c. Posisi Dorsal Recumbent d. Posisi Trendelenberg e. Posisi Sims f. Posisi Lithotomi g. Posisi Pronasi (Telungkup) h. Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest) i. Posisi Fowler j. Posisi Semi powler 2.2.5. Penjelasaan Dari Masing-Masing Pengaturan Positioning 1. Posisi Supinasi (terlentang)
17
Posisi supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Tujuan : -
Untuk pasien pascaoperasi dengan anestesia spinal. Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi yang tidak tepat.
Indikasi : - Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu. - Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma. 2. Posisi Lateral ( Miring ) Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh ke samping. Tujuan : - Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik - Baik untuk posisi tidur dan istirahat 3. Posisi Dorsal Recumbent Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan tumit atau telapak kaki menempel pada tempat tidur dan kedua kaki direnggangkan. Tujuan : - Untuk pemeriksaan / tindakan gynekologi - Untuk memudahkan pemeriksaan palpasi daerah perut - Untuk memudahkan mengerjakan parasat tertentu, misalnya pemasangan kateter Indikasi : - Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia - Untuk persalinan - Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus - Pasien dengan ketegangan punggung belakang. 4. Posisi Trendlenberg Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah dari pada posisi kaki. Tujuan : - Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang mengalami -
syok Pasien dengan pemasangan skintraksi Pasien operasi pada kasus tersebut Pasien hernia skrotalis
Indikasi -
Pasien dengan pembedahan pada daerah perut Pasien shock Pasien hipotensi 18
5. Posisi Sims Posisi sim adalah Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu sisi, baik kekanan atau kekiri Tujuan -
Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi Memasukkan obat supositoria Mencegah dekubitus
Indikasi - Untuk pasien yang akan di huknah - Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus - Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal - Pasien yang tidak sadarkan diri - Pasien paralisis - Pasien yang akan dienema - Untuk tidur pada wanita hamil. 6. Posisi Litotomi Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen. Tujuan - Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina taucher, -
pemeriksaan rektum, dan sistoscop Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
Indikasi - Untuk ibu hamil - Untuk persalinan - Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi - Pada pemeriksaan genekologis - Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit - pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih. 7. Posisi Pronasi posisi Pronasi adalah Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal. Tujuan - Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang - Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut. Indikasi
19
-
Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
8. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Tujuan - Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina. Indikasi - Pasien hemorrhoid - Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina. 9. Posisi Fowler Posisi fowler adalah posisi duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan jarak 90 derajat Tujuan -
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi. Meningkatkan rasa nyaman Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
-
dada dan ventilasi paru Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi - Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan - Pada pasien yang mengalami imobilisasi 10. Posisi Semi Fowler Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat Tujuan - Mobilisasi - Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas - Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan Indikasi - Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan - Pada pasien yang mengalami imobilisasi
20
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa: Body alignment atau Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar dan adapun prinsip-prinsip yang baik dalam body alignment dan factor-faktor yang mempengaruhi. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai alat gerak, rangka dan otot sering mengalami gangguan tulang dan otot di dalam tubuh kita sering menanggung beban yang terlalu berat sehingga mengalami gangguan atau kelainan. Perubahan dalam postur: Sekoliosis,
21
Kifosis, Lordosis. Konsekuensi posisi tubuh yang tidak baik: Rakitis, Mikrosefalus, Osteoporosis. Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. (potter dan perry,2005). Macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien yaitu :
Posisi Supinasi (Telentang) Posisi Lateral (Side-Lying) Posisi Dorsal Recumbent Posisi Trendelenberg Posisi Sims Posisi Lithotomi Posisi Pronasi (Telungkup) Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest) Posisi Fowler Posisi Semi Fowler
DAFTAR PUSTAKA Nurma ningsih,Lukman.2009.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system musculoskeletal.jakarta :salemba medika - Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC. - Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC - Perry, potter. 2005. Fundamental keperawatan volume 2. Jakarta: EGC - Perry, potter peterson. 2005. Ketrampilan dan prosedur dasar. Jakarta: EGC Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Surabaya :
Salemba Medika. Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC. Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
22
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab37).Jakarta:EGC ( potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.)
23