iii
34
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : Kelompok 1
Adinda Saraswati
Annyndhyta
Choirunisa Suci Rumandani
Deysa Meidiana Indah
Dwi Meiyanti
Fira Mawaddah
Ridha Denissa Ichtiarty
Vicky Aryu Hanggara
AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA
Jl. Aipda KS Tubun 92-94 Jakarta Barat
Telp. 021.5484809 Fax. 5485709
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Hernia Nukleus Pulposus" tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami sebagai materi kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu'alaikum wr.wb
Jakarta, Maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1. Anatomi Muskuloskeletal 6
2.1.1. Anatomi Tulang 6
2.1.2. Sistem Muskuler (Otot) 8
2.1.3. Kartilago (Tulang Rawan) 9
2.1.4. Ligamen (Simplay) 9
2.1.5. Tendon 9
2.1.6. Fascia 9
2.1.7. Bursae 10
2.1.8. Persendian (Artikulatio) 10
2.2. Definisi HNP (Herniasus Nukleus Pulposus) 10
2.3. Etiologi HNP 12
2.4. Patofisiologi HNP 13
2.5. Manifestasi Klinis HNP 15
2.6. Komplikasi HNP 16
2.7. Penatalaksanaan Medis HNP 16
2.6.1. Terapi konservatif 16
2.6.2. Terapi operatif 18
2.6.3. Rehabilitasi 19
2.8. Pengkajian Keperawatan HNP 19
2.9. Pemeriksaan Diagnostik HNP 24
2.10. Diagnosa Keperawatan HNP 25
2.11. Rencana Tindakan HNP 26
2.12. Implementasi HNP 31
2.13. Evaluasi HNP 31
BAB III PENUTUP 32
3.1. Kesimpulan 32
3.2. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal?
Apa pengertian Herniasi Nukleus Pulposus?
Apa etiologi Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus?
Apa saja komplikasi HNP?
Bagaimana penatalaksaan medis pada Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana pengkajian pada Herniasi Nukleus Pulposus
Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Herniasi Nukleus Pulposus?
Apa saja diagnose keperawatan untuk Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana pelaksanaan tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus?
Bagaimana evaluasi tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus?
Tujuan
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal
Untuk mengetahui pengertian Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui etiologi Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui komplikasi pada HNP
Untuk mengetahui penatalaksaan medis pada Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui pengkajian pada Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui diagnose keperawatan untuk Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui pelaksanaan tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
Untuk mengetahui evaluasi tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Muskuloskeletal
Merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengatur pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri atas: 206 tulang, yang merupakan penyokong gerakan dan melindungi organ internal; sendi yang memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi; otot, yang memungkinkan gerakan tubuh dan internal; tendon dan ligamen, yang menghubungkan tulang dengan otot.
Sistem muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh Otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung jawab atas pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu.
Anatomi Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan seimbang hanya sampai usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan reabsorpsi sehingga terjadi penurunan massa tulang sehingga pada usia lanjut menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan dipengaruhi hormon & mineral.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut
Mendukung jaringan tubuh dan mermberikan bentuk tubuh.
Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, Otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
Memberikan pergerakan (otot yang dengan kontraksi dan pergerakan).
Membentuk sel-sel darah merah didalam sumsum tulang belakang (hematopoiesis).
Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan osteoklast serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama kalsium dan fosfor.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :
Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang).
Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).
Pembagian Tulang
Tulang mempunyai dua besar:
Tulang axial (tulang pada kepala dan badan)
Seperti: tulang kepala (tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan sternum.
Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti: extremitas alas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tbia, fibula, telapak kaki).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
Ossa Longa (Tulang panjang) : Tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan os femur.
Ossa Brevia (Tulang pendek) : tulang yang ukurannya pendek, contohnya ossa carpi.
Ossa Plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yg ukurannya lebar, contohnya os scapula.
Ossa irregular (tulang tak beraturan): Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang pendek. Contoh tulang yang tidak beraturan yaitu os vertebrae
Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.
Sistem Muskuler (Otot)
Otot rnerupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan.
Kemampuan Otot: Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu
Kontraktbilitas: kemampuan untuk berkontraksi / memendek
Ekstensibilitas: kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi
Elastisitas: kernampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula Otot disebut dalam keadaan relaksasi
Jenis Otot
Otot Lurik
Yang termasuk otot lurik adalah otot rangka/otot serat lintang/musculus striated, otot volunteer.
Struktur: serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak dan terietak dipinggir
Kontraksi: menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat, mudah lelah dan tidak beraturan;
Ciri-ciri otot lurik : Silindris, lurik/garis melintang, banyak memiliki intisel, melekat pada rangka, pengendalian secara sadar.
Otot Polos
Yang termasuk otot polos adalah otot alat-alat dalam/visceral/musculus nonstriated, otot involunter.
Struktur: bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti berjumlah satu terletak dibagian tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah;
Ciri-cirir otot polos: gelondong, tiap 1 sel memiliki 1 inti sel, polos, pengendalian diluar kesadaran.
Ditemukan pada dinding viscera dan pembuluh darah, dikendalikan melalui sistem syaraf otonom, terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pernbuluh darah, dan lain-lain
Otot Jantung
Yang termasuk otot jantung adalah otot myocardium / musculus cardiac, jenis Otot involunter;
Struktur: bentuk serabutnya memaniang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah
Kartilago (Tulang Rawan)
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi fleksibel dan avaskuler. Zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang berada di perikondrium (jaringan fbrous yang menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial.
Ligamen (Simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas.
Tipe ligamen:
Ligamen Tipis: ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan;
Ligamen jaringan elastik kuning: merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulanq dengan otot atau otot dengan otot. Tendon merupakan ikatan jaringan fbrous yang membentuk akhir dari suatu otot dan tulang.
Fascia
Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot saraf, dan pembuluh darah. Beberapa Otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia)
Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung cairan sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
Persendian (Artikulatio)
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial).
Secara structural sendi dibagi menjadi:
Sendi Fibrosa
Kartilaginosa
Sinovial.
Berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi:
Sendi Sinartrosis
Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas atau bahkan tidak dapat bergerak sama sekali. Sendi ini dijumpai pada tulang tengkorak dimana lempeng-lempeng tulang tengkorak disambungkan oleh elemen fibrosa.
Amfiartrosis
Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas. Umumnya bagian tulang yang berada pada sisi persendian dilapisi oleh tulang rawan hialin dan struktur keseluruhan berada dalam kapsul. Beberapa contoh sendi ini adalah: sendi vertebra, dan simfisis pubis.
Diarthroses (Sendi Dinovial)
Sendi ini memiliki pergerakan yang luas. Umumnya dijumpai pada sendi-sendi ekstremitas
Definisi HNP (Herniasus Nukleus Pulposus)
Hernia nukleus pulposus (HNP), yang juga disebut ruptura diskus intervertebralis (ruptured disc, slipped disc), terjadi ketika seluruh tubuh atau sebagian nukleus pulposus (bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak dan mirip gelatin) terdorong melalui cincin luar (anulus fibrosus) yang melemah atau robek sehingga disus menjadi disfungsional dan menciptakan tekanan pada satu sara spinal atau lebih.
Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk sebuah bantalan di antara dua tulang belakang. Material yang keras dari fibrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian tengah diskus dinamakan nukleus pulposus. Pada herniasi diskus intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke dalam anulus (cincin fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Herniasi nukleus pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalis posterior
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.
Etiologi HNP
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang melemahkan cincin kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika indivdu tersebut bersin, tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang berat dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala trauma bersifat singkat. Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh.
Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
Patofisiologi HNP
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan Radial apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nukleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkumferensial dan Radial pada anulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. (Arif Muttaqin, 2008, 350)
Manifestasi Klinis HNP
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Gejala yang sering muncul adalah :
Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik
Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristirahat berbaring
Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasi terbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat
Nyeri bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. (Arif Muttaqin, 2008, 351)
Komplikasi HNP
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti :
Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara seksual.
Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.
Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar dubur.
Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
Cedera medulla spinalis.
Radiklitis (iritasi akar saraf).
Parestese.
Disfungsi seksual.
Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan
Penatalaksanaan Medis HNP
Terapi konservatif
Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot
Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
Medikamentosa
Simptomatik
Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)
Kausal, kolagenese
Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis
Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Intervensi bedah dapat beragam bergantung pada sifat masalah, usia, dan disabilitas pasien:
Distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
Pengangkatan diskus yang menonjol (herniasi) dan menghubungkan celah dengan tandur tulang (disektomi dengan fusi)
Disektomi subtotal (parsial, bukan total) menurunkan herniasi ulang setelah disektomi lumbal.
Disektomi total dan penggantian dengan tandur tulang.
Percutaneous distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi.
Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
Foraminotomi: membuka ruang di dalam foramen untuk membuat ruang yang lebih besar untuk diskus yang membesar atau menonjol (herniasi) sehingga mengurangi kompresi dan meredakan nyeri.
Laminektomi atau hemi-leminektomi: eksisi semua atau sebagian lengkung posterior vertebra untuk meredakan nyeri.
Fusi paddat, dengan atau tanpa leminektomi, yang membatasi mobilitas spinal.
Penggantian diskus total dengan alat prostetik, yang menyebabkan komplikasi terkait dengan alat tertentu (migrasi, alat polietilen yang ditanam terdorong keluarm device wear, degenerasi, dan osifikasi di sekitar alat, penyakit partikel).
Rehabilitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya. (Arif Muttaqin, 2008, 359)
Pengkajian Keperawatan HNP
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat)
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah
P : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5-S1 (garis antara dua Kkrista iliaka)
R : letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyari dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut
T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun)
Riwayat penyakit saat ini
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang berat. Pengkajian yang didapat meliputi keluhan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhannya hampir mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakan masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan selanjutnya
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita tuberkulosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks) dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakit ini sering berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan risiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP).
Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagai data untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi
Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus
Pengkajian psikososial spiritual
Pengertian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan kita tubuh)
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparese tersebut, maka mungkin akan bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidakmampuan dalam status ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif
Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji apakah keadaan ini akan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga. Hal ini dapat memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif Keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu
Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada sistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan klien
Keadaan umum
Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
B3 (Brain)
Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal
Saraf III, IV, dan VI. Klien biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor
Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan
Saraf VII. Persepsi pengucapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal
Sistem motoric
Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan tersebut
Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan dan kiri
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu
Pemeriksaan reflex
Refleks achilles pada HNP L4-L5negatif
Refleks lutut/patella pana HNP L4-L5negatif
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri
B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi
B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tubuh yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Palpasi ketika meraba kolumna vertebralis cari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri. (Arif Muttaqin, 2008, 352)
Pemeriksaan Diagnostik HNP
Rontgen foto lumbosakral
Tidak banyak ditemukan kelainan
Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda deformitas vertebra
Penyempitan diskus intervertebralis
Untuk menentukan kemungkinan nyari karena spondilitis, norplasma atau infeksi progen
Cairan serebrospinal
Biasanya normal
Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi
EMG
Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu
Kecepatan konduksi menurun
Iskografi
Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk melihat seberapa besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis
Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya polineuropati
Temografi scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis.
MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara klinis tidak didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT Scan dan mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus vertebralis
Mielografi
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi cedera tulang belakang terhadap orang lain. (Arif Muttaqin, 2008, 358)
Diagnosa Keperawatan HNP
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf
Risiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot
Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama
Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan
Rencana Tindakan HNP
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf
TUJUAN
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
KRITERIA HASIL
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
NO
Intervensi
Rasional
1
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 rasionalisasi
Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan skala nyeri biasanya di atas tingkat cedera
2
Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetus
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama
3
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasif
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
4
Ajarkan relaksasi teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masese
Akan melancarkan peredaran darah, Sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyeri nya
5
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
6
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri & berikan posisi yg nyaman mis. saat klien tidur sanggah punggung klien dg bantal kecil
Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan
7
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan Berapa lama nyeri akan berlangsung
Pengetahuan akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
8
Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
9
Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesic
Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
TUJUAN
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
KRITERIA HASIL
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan mobilitas
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
2
Ubah posisi klien tiap 2 jam
Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
3
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerakan aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
4
Melakukan gerakan pasif pada ekstremitas yang sakit
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
5
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau adanya iritasi, kemerahan, atau luka pada kulit dan membran mukosa
Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
6
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
7
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis
Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama
TUJUAN
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
KRITERIA HASIL
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin
Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
2
Ubah posisi klien tiap 2 jam
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
3
Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
4
Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
Menghindari kerusakan kerusakan kapiler-kapiler
5
Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering
Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi risiko kelembaban kulit
6
Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
7
Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dari panas terhadap kulit
Mempertahankan keutuhan kulit
Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot
TUJUAN
Dalam waktu 2 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam perawatan diri
KRITERIA HASIL
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan klien dalam melakukan ADL dalam skala 0-
Membantu dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan individual
2
Hindari hal yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
3
Sadarkan tingkah laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan klien melakukan tugas, beri saran yang positif untuk usahanya
Klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien. Sekaligus meningkatkan harga diri, memandirikan klien dan menganjurkan klien untuk terus mencoba
4
Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding
Klien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan
5
Tempatkan perabotan kedinding, jauhkan dari jalan
Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkan risiko tertimpa perabotan
6
Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisau dan garpu, sikat dengan pegangan yang panjang, ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi
Mengurangi ketergantungan
7
Kaji kemampuan Komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan klien ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenic
8
Identifikasi kebiasaan buang air besar. Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi
9
Kolaborasi pemberian suppositoria dan pelumas feses/pencahar
Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar
10
Konsul ke dokter untuk terapi okupasi
Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus
Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
TUJUAN
Dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif
KRITERIA HASIL
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Kaji Perubahan akibat gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan yang diperlukan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
2
Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan termasuk perasaan bersalah pada diri sendiri dan kemarahan
Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut
3
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional
4
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru
5
Bantu dan aja anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan
6
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu meningkatkan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi
7
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang
8
Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan penolakan
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
9
Kolaborasi rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan
Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan
TUJUAN
Dalam waktu 2 x 24 jam kecemasan klien hilang atau berkurang
KRITERIA HASIL
Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang/hilang
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut
Cemas yang berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya
2
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak
Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah
3
Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan
4
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
5
Tingkatkan kontrol sensasi klien
Kontrol sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan respon Balik yang positif
6
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
7
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Implementasi HNP
Pelaksanaan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi. Dalam pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.
Evaluasi HNP
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Hernia Nukelus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.
Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, jika ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kami mohon maaf. Kami juga memohon untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1. Jakrta: EGC
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A., dan Lorraine, M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
SOAL
Sebutkan 3 pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis HNP!
EMG; Iskografi; MRI; Mielografi; ENMG; Temografi Scan; Rontgen foto lumbosakral
Sebutkan 4 grade HNP!
Protrusi diskus intervertebralis; Prolaps diskus intervertebral; Extrusi diskus intervertebral; dan Sequestrasi diskus intervertebral
Apa saja faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena HNP?
Usia. Pekerjaan, Trauma, Gender
Apa saja terapi operatif yang bisa dilakukan oleh pasien HNP?
Distectomy; spinal fusion; foraminotomi; laminektomi; fusi padat
Sebutkan 4 komplikasi HNP!
Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih
Menurunnya kemampuan beraktivitas
Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
Cedera medulla spinalis.
Radiklitis (iritasi akar saraf).
Parestese.
Disfungsi seksual.