MAKALAH GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ASKEP ANEMIA DEFISIENSI BESI
MAKALAH GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ASKEP ANEMIA DEFISIENSI BESI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI STIKBA PRODI S1 KEPERAWATAN 2009-2010
K ATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Defisiensi Besi ” tepat pada waktunya.
Penuli Penuliss juga juga menguc mengucapk apkan an banyak banyak terima terima kasih kasih kepada kepada semua semua pihak pihak yang yang telah telah membantu dalam pengrjaan makalah ini. Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jambi,14 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................. ..................................................................... .................................... ............. LAMPIRAN ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ............................................. .................................................................... .................................. ...........
1
1.2
Rumusan Masalah ........................................... .................................................................. ............................... ........
2
1.3
Tujuan ............................................. .................................................................... .............................................. .........................
2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1
Pengertian Anemia Defisiensi Besi ............................................ ................................................ ....
3
2.2
Etiologi...........................................................................................
4
2.3
Patofisiologi....................................................................................
4
2.4
Manifestasi klinis........................................... klinis................................................................... ................................. .........
7
2.5
Penatalaksanaan..............................................................................
7
2.6
Komplikasi ............................................. .................................................................... ........................................ .................
9
2.7
Asuhan Keperawatan..................... Keperawatan............................................ .............................................. .......................... ...
9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ........................................................... 21 BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan .............................................. ..................................................................... ..................................... .............. 27
4.2
Saran .............................................. ..................................................................... .............................................. ......................... .. DAFTAR PUSTAKA
27
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi terjadi apabil apabilaa terdap terdapat at kekura kekuranga ngan n jumlah jumlah hemogl hemoglobi obin n untuk untuk mengan mengangku gkutt oksige oksigen n ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001) Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi. Berbaga Berbagaii macam macam pembag pembagian ian anemia anemia dalam dalam kehami kehamilan lan telah telah dikemu dikemukak kakan an oleh oleh para para penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi: 1. Anemia defisiensi besi 2. Anemia megaloblastik 3. Anemia hipopalstik 4. Anemia hemolitik Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil. Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan keperawatannya. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ? 2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi Besi ? 3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ? 4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ? 6. Apa saja komplikasi nya ? 7. Bagaimnakah Asuhan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ? 1.3
Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan Tujuan khusus khusus penulisan penulisan makalah makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II KONSEP DASAR TEORI 2.1
Pengertian
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk untuk memper mempertah tahank ankan an keseim keseimban bangan gan besi besi positi positiff pada pada anak, anak, kira-ki kira-kira ra 1 mg besi besi harus harus direabsorbsi setiap hari. Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya
menderita
ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap ter hadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia yang disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin. Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit 2.2
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun : 1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
−
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
−
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
−
Saluran kemih hematuria
−
Saluran nafas hemoptoe
2.
Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3.
Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
2.3
Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi semakin menurun. menurun. Apabila cadangan cadangan kosong, kosong, maka keadaan ini disebut disebut iron depleted state. state. Apabila kekura kekuranga ngan n besi besi berlan berlanjut jut terus, terus, maka maka penyed penyediaan iaan besi untuk untuk eritrop eritropoes oesis is berkur berkurang ang.. Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terja terjadi di,, kead keadaa aan n ini ini diseb disebut ut iron iron defici deficien en erythr erythropo opoesis esis.. Selan Selanju jutn tnya ya timb timbul ul anem anemia ia hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron deficiency anemia. anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik. 1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang 2.
Kehila Kehilanga ngan n darah darah yang yang mendad mendadak ak (> 30%) 30%) mengak mengakiba ibatka tkan n pendar pendaraha ahan n menimb menimbulk ulkan an simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok 4.
Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi adalah:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, redistribusi
aliran darah ke organ vital. Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di kaitka kaitkan n dengan dengan volume volume darah, darah, berkur berkurang angnya nya hemogl hemoglobi obin n dan vasoko vasokontr ntriks iksii untuk untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan memb membra ran n muko mukosa sa mulu mulutt serta serta konj konjun ungt gtiv ivaa dapa dapatt digu diguna naka kan n lebi lebih h baik baik guna guna meni menila laii kepucatan.
2.4
Manifestasi Manifestasi Klinis
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi 2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada) 3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang) 4.
Sakit Sakit kepala, kepala, kelema kelemahan han,, tinitu tinituss (teling (telingaa berden berdengun gung) g) mengga menggamba mbarka rkan n berkur berkurang angnya nya oksigenasi pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <> 100 µg/dl eritrosit Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut : a.
Koilorikia Kuku sendok (Spoon sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang. c.
Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. e. 2.5
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa Pember Pemberian ian prepar preparat at besi besi (ferosu (ferosulfa lfat/fe t/ferof rofuma umarat/ rat/fero feroglu glukon konat) at) dosis dosis 4-6 mg besi besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi). Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan mendapatkan respon pengobatan pengobatan dosis besi yang dipakai dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2 Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan
ini
mengandung
50
mg
besi.
Dosis
dihitung
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5. Transfusi darah
berdasarkan
:
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang yang sangat sangat berat berat atau yang yang disert disertai ai infeks infeksii yang yang dapat dapat mempen mempengar garuhi uhi respon respon terapi. terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb < style="font-weight: bold;">II. 2. Bedah Untu Untuk k peny penyeb ebab ab yang yang meme memerl rluk ukan an inte interv rven ensi si beda bedah h seper seperti ti perd perdar arah ahan an karen karenaa diverticulum Meckel. 3. Suportif Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan. 4. Pencegahan Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang mengandung besi. 2.6
Komplikasi
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang ) 2.Daya konsentrasi menurun 3.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun. 2.7
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Defisiensi Besi A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu dipe diperl rluk ukan an kece kecerm rmata atan n dan dan kete keteli litia tian n tent tentan ang g masal masalah ah-m -masa asalah lah klie klien n sehi sehing ngga ga dapa dapatt
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas: 1) Anamnesa a.
Identitas Pasien. Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing. c. Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi terja di pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi defisie nsi besi yang cenderung diturunkan secara genetik. 2. Dasar data pengkajian pasien a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja Toleransi terhadap latihan rendah Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : Takikardia/taipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya Kelemahan otot dan penurunan kekuatan Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menuru menurun, n, postu posturr lungla lunglai, i, berjal berjalan an lambat lambat dan tanda-t tanda-tand andaa lain yang yang menunj menunjukk ukkan an Bahu keletihan b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan) Riwayat endokarditis infektif kronis Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda : TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural
Disritmia mia Disrit
Abnorm Abnormali alitas tas EKG, EKG, misl. misl. depresi depresi segmen ST dan pendatar pendataran an atau depresi depresi
gelombang T : takikardia Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB) Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabuabuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
Peng Pengisi isian an kapi kapile lerr mela melamb mbat at (pen (penur urun unan an alir aliran an dara darah h ke perif perifer er dan dan vaso vasoko kons nstr trik iksi si kompensasi)
Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB) Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
c. Integritas Ego
Gejala : Keyakinan agama/buda agama/budaya ya mempengaru mempengaruhi hi pilihan pilihan pengobatan pengobatan,, misal : penolakan penolakan transfuri transfuri Keyakinan darah Tanda : Depresi
d. Eliminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena Diare atau konstipasi Penurunan haluaran urine
Tanda : Destensi abdomen
e. Makanan/Cairan Makanan/Cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan masukan diet protein hewani rendah/masuka rendah/masukan n produk produk sereal tinggi Penurunan (DB) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring) Mual/muntah dispepsia, anoreksia Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah liat dan
sebagainya (DB) Tanda : Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12. Membran mukosa kering pucat Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB) Stomatis dan glositis (status defisiensi) Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
f. Higiena
Tanda : Kurang bertenaga, penampilan tak rapih
g. Neurosensori Neurosensori
Gejala : Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP): KLAUD Sensasi menjadi dingin
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP) Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
Gangguan an koordi koordinas nasi, i, ataksi ataksiaa : penuru penurunan nan rasa getar getar dan posisi, posisi, tanda tanda Romber Romberg g positif positif,, Ganggu paralisis (AP)
h. Nyeri/Kenyamanan Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
i.
Pernapasan
Gejala : Riwayat TB, abses paru Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea dan dispnea
j.
Keamanan
Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida, fenilbutazon,
naftalen Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan Riwayat kanker, terapi kanker Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas Transfusi darah sebelumnya Gangguan penglihatan Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda : Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam Limfadenopati umum Petekie dan ekimosis (aplastik)
k. Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB) Hilang libido (pria dan wanita) Impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
3. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik, kadang kadang ditemukan ditemukan target cell dan poikilosit poikilosit berbentuk berbentuk pensil/ pencil pencil cell. Jumlah retikulosit retikulosit rendah sebanding dengan derajat anemia. 4. Pemeriksaan Fisik Anemis, tidak disertai ikterus. Organomegali dan limphadenopati Stomatitis angularis, atrofi papil lidah Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau makan 4.
Pola Pola nafas nafas tidak tidak efektif efektif berhub berhubung ungan an dengan dengan ketida ketidak k seimban seimbangan gan suplai suplai oksig oksigen en deng deng kebutuhan miokard
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh 6. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah
C.
NCP
NO Diagnosa Keperawatan tujuan Intervensi Rasional 1. Gangguan rasa nyaman Klien akan menunjukan Kaji keluhan nyeri, lokasi − Nyeri pada anemia
nyeri b.d penurunan O 2
kebutuhan Oksigen
ke jaringan
terpenuhi KH:
− Menunjukkan postur badan rileks.
− Bebas bergerak.
dan lamanya (skala 0-10). membuat hipoksia dan dapat menimbulkan Observasipe Observasipetunju tunjuk k nyeriinfark. non
verbal.
denggan
Mis− al: Petunjuk non verbal yang bergerak,dapat membantu mengevaluasi nyeri dan
ekspresi wajah.
keefektifan terapi.
− Mampu istirahat dengan tepat.
− Meningkatkan
Biarkan anak mengambil
posisi yang nyaman misalkenyamanan dan resiko guna gunaka kan n posi posisi si mirin miring, g,terjadinya cedera
tinggi tinggikan kan kepala kepala sediki sedikittmenurunkan nyeri dan pada tempat tidur tanpameningkatkan menggunakan bantal.
kenyamanan.
Laku Lakuka kan n pijat pijatan an loka lokall hati-hati pada area luka.− Membantu menurunkan Lakukan kompres hangat, tegangan otot.
− Hangat menyebabkan basah untuk sendi yang vasodilatasi,
sakit/nyeri
meningkatkan sirkulasi. Dingin menyebabkan 2.
vasokontriksi. − Observ Observasi asi adanya adanya tanda tan−da Merencanakan Merencanakan intervensi intervensi
Intoleransi aktifitas
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
kerja fisik (dispnea, (dispnea, sesak yang tepat.
kelemahan umum
selama 1 x 24 jam
nafas nafas,,
diharapkan klien
keletihan.
melaporkan
−
kuna kunang ng-k -kun unan ang, g,
Anti Antisi sipa pasi si
Untuk
− dan dan
kelelahan. bant bantu u
peningkatan intoleransi dalam aktifitas aktifitas kehidupan kehidupan aktifitas.
KH :
− Menunjukkan
−
normal
Untuk
−
kepatuhan pada kebutuhan
− minat yang sama.
− Untuk Untuk pertuk pertukara aran n udara udara − Pertahankan posisi fowler ug optimal.
− Untuk Untuk menent menentuka ukan n nilai nilai
Ukur tanda tanda vital vital selama selama − Ukur istirahat
Nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan
kebutuhan berhubungan asuhan keperawatan
mendoron rong
istirahat. sesu sesuai ai deng dengan an usia usia dan dan
tinggi
3.
istirah istirahat at
dengan tenang s e r ta − Beri pengalihan pengalihan aktifitas aktifitas mencegah mencegah kebosanan kebosanan dan bermain. menarik diri.
− Mendapatkan istirahat − Pilih teman sekamar yang − TD dalam keadaan
Mening Meningkat katkan kan
sehari-hari.
pernafasan normal.
yang cukup.
mencegah
dasar
perbandingan
selama periode aktifitas.
− Berikan susu pada bayi − Terlalu banyak minum sebagai makanan
susu, akan menurunkan
dengan anoreksia, mual, selama 1 x 24 jam
suplemen setelah
muntah, tidak mau
diharapkan anak
makanan padat diberikan. − Mengurangi resiko
makan
mendapatkan kebutuhan − Sajikan makanan sedikit penurunan terjadi muntah. nutrisi yang tepat. KH :
−
Bera erat
tapi sering dari pada 3 − kali dalam porsi besar. − Untuk memenuhi ana an−ak Instruksikan keluarga kebutuhan nutrisi dan
badan
kembali normal.
−
Anak Anak
masukan makanan padat.
untuk memberikan asupan suplemen yang
mend mendap apat atka kan nmakanan yang cukup dan dibutuhkan oleh tubuh.
suplemen
yangsuplemen (Fe).
dibutuhkan missal (Fe) − Dorong klien untuk
− − Klien mungkin hanya
− Tidak mengalami tanda makan semua makanan malnutrisi.
makan sedikit karena
atau makanan tambahan.
− Berikan pilihan makanan yang mereka sukai.
kehilangan minat pada makanan serta mengalami mual.
− Makanan yang mereka − Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
makan pasti dihabiskan.
− Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan atau defisiensi. 4.
Pola Pola nafas nafas tidak tidak efektif efektif Setelah b.d Ketidak seimbangan perawatan suplai
oksigen
kebutuhan miokard
dilakukan Auskultasi bunyi nafas. selama
dema ema
paru aru,
sekunder
deng2x24 2x24ja jam m tida tidak k terj terjad adii
akibat
dekompensasi jantung.
perubahan pola nafas dg
Curiga
k.h: TD: 120/80mmHg
Indi Indik kasi asi
gagal
kongestif/kelebihan Kaji adanya edema.
Suhu : 37 C
volume cairan Agar Agar
HR : 60 x/i
mema memaks ksim imal alkan kan
ekpansi paru
RR: 20x/i
Memenu Memenuhi hi
kebutu kebutuhan han
Posi Posisik sikan an pasie pasien n pada padaoksigen keadaan semi fowler
Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume
Berika Berikan n oksige oksigen n sesuai sesuai plasma dan menurunkan
indikasi
retensi cairan dijariangan, sehi sehin ngga gga
Kolab Kolabora orasi si 5.
pember pemberian ianresiko terjadi edema paru
diuretik. dilakuk−an Tingka Tingkatka tkan n cuci cuci tangan tangan −
Resiko tinggi terjadinya Setelah
menur enuru unkan nkan
infeksi berhubungan
tind tindak akan an
dengan sistem
selama 1 x 24 jam perawatan dan klien.
pertahanan tubuh
mampu
Mence Mencega gah h
terja terjadi diny nyaa
kepe kepera rawa wata tan nyang yang baik baik oleh oleh pemb pember eriikontaminasi bakterial.
unt− uk
mengidentifikasi perilaku
Pert Pertah ahan anka kan n
aseptik
Menu Menuru runk nkan an
−
resi resiko ko
tekn teknik ik infeksi bakteri.
ketat
pa−da
untuk prosedur perawatan.
Menu Menuru runk nkan an
kerusakan
resi resiko ko
kulit
atau
mencegah mencegah menurunka menurunkan −n Berikan perawatan kulit. jaringan. infeksi. −ri Untu Untuk k memi memini nima malk lkan an − Lin Lindungi ungi klien lien dari da KH : pada kontak kontak dengan dengan indivi individu du pemejanan − Klien dan keluarga. organisme infektif yang terinfeksi. Kliwn
−
menunjukkan
tidak − Pantau suhu. bukti
infeksi. 6.
− Adanya bukti infeksi dan membutuhkan
pengobatan. − Awasi nadi, TD, dan CVP Peningkatan nadi dengan
Resiko perdarahan b/d
Setelah diberikan
penurunan faktor
asuhan keperawatan
pembekuan darah
selama 24 jam
dapat menunjukkan
diharapkan anak dapat
kehilangan volume darah
mnurunkan resiko
sirkulasi, memerlukan
perdarahan.
bila ada.
penurunan TD dan CVP
− Catat Catat peruba perubahan han mental mentalevaluasi lanjut.
KH :
Perubahan dapat
atau tngkat kesadaran
− Mempertahankan
menunjukkan perbahan
homeastasis dengan tanpa perdarahan.
perfusi jaringan serebral
−
Doron Dorong g
mengg mengguna unakan kansekunder terhadap
− Menunjukkan perilaku sikat gigi halus
hipoolemia, hipoksemia.
penurunan resiko
Pada adanya gangguan
perdarahan.
faktor pembekuan, trauma minimal dapat
−
Guna Gunaka kan n
jaru jarum m
keci kecill
menyebabkan perdarahan
untuk injeksi, tekan lebihmukosa. lama lama pada pada bagi bagian an beka bekass
suntikan.
Meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan
− −
Hindarkan Hindarkan penggunaa penggunaan nresiko produk yang mengandung perdarahan/hematoma Koagulasi memanjang,
aspirin
berpotensi untuk resiko
kolaborasi
perdarahan. − Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan Indikator anemia,
−
Beri Berik kan indikasi.
obat obat
sesu sesuai ai perdarahan aktif/ Vitaminterjadinya komplikasi
tambahan (contoh: vit K,(contoh: KID) D, C)
Menungkatkan sintesis protombin dan koagulasi
BAB III PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 35 0 C, HR : 89x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
A. PENGKAJIAN
DS : Klien mengatakan dadanya nyeri, sesak nafas Klien mengatakan sesak napas dan lemas, cepat lelah pada saat beraktivitas Klien mengatakan nafsu makan berkurang Klien mengatakan berat badan sebelum sakit 50 Kg
DO : Klien tampak pucat, kuku pasien tampak melengkung TD : 110/70 0
Suhu : 35 C HR : 89x/i RR : 25x/i BB : 45 Kg
B. ANALISA DATA NO 1
SIGN & SYMTOMP
ETIOLOGI Penurunan O 2 ke jaringan.
DS : Klien Mengatakan nyeri
PROBLEM Gangguan ra sa
nyaman nyeri
Do : Klien Tampak meringis TD : 110/70mmHg HR : 89x/i 2
RR : 25x/i DS : Klie Klien n
Nafsu makan menurun, mual Gangguan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
meng mengat atak akan an nafs nafsu u maka makan n
tubuh.
berkurang, mual Klien mengatakan sebelum sakit BB nya 50 Kg DO : Klien tampak pucat klien tampak lemas 3
BB 50 Kg DS :
Keti Ketida daks ksei eimb mban anga gan n
anta antara raIntoleransi aktifitas
Klien Klien Mengat Mengataka akan n sesak sesak nafas nafas dansuplai suplai oksige oksigen n (pengi (pengirim riman) an) lemas,
cepat
beraktifitas. DO :
lelah
pada
Saatdan kebutuhan.
Klien Tampak Pucat Klien tampak lemah HR : 89x/i RR : 25x/i C. NCP NO 1.
Diagnnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan Gangguan rasa nyaman Klien akan
Kaji Kaji keluha keluhan n nyeri, nyeri, lokasi lokasi Nyeri pada anemia membuat
nyeri b.d penurunan O 2 menunjukan
dan lamanya (skala 0-10).
ke jaringan
hipoksia dan dapat
kebutuhan Oksigen Observasipetunjuk nyeri non menimbulkan infark. terpenuhi
verb verbal al..
KH:
bergerak, ekspresi wajah.
− Menunjukkan
Misa Misal: l:
deng dengga gan nPetunjuk non verbal yang dapat membantu mengevaluasi nyeri
Biark Biarkan an anak anak meng mengam ambi billdan keefektifan terapi.
postur badan rileks. posisi yang nyaman misalMeningkatkan kenyamanan dan
− Bebas bergerak.
guna gunaka kan n
posi posisi si
miri miring ng,, resiko terjadinya cedera
− Mampu istirahat
ting tinggi gika kan n
kepa kepala la
sedi sediki kittmenurunkan nyeri dan
pada tempat tidur tanpameningkatkan kenyamanan.
dengan tepat.
menggunakan bantal. Lakukan Lakukan pijatan pijatan lokal hatihati pada area luka.
Membantu menurunkan
Lakuka Lakukan n kompre kompress hangat hangat,, tegangan otot. basah untuk sendi yangHangat menyebabkan sakit/nyeri
vasodilatasi, meningkatkan sirkulasi. Dingin menyebabkan
2.
Gangguan nutrisi
Nutrisi
kurang dari kebutuhan sesuai tubuh.
denganmakan
kebutuhan tubuh
Nafsu makan menurun,
bila
dikaitkanlebi lebih h
koop kooper erat atif if
meng mengik ikut utii
deng dengan an kond kondisi isi klie klien n saat saataturan. ini.
mual
KH :
DS :
Nafsu
Klien
vasokontriksi. terpenuhi Jelaska Jelaskan n tentan tentang g manfaa manfaatDengan t pemahaman pemahaman klien akan
mengatakanmembaik
nafsu makan berkurang,BB 50 Kg
Anjurkan makanmema memaka kan n
agar maka makana nan n
tersedia di RS.
klien Untuk Untuk mengh menghind indari ari makana makanan n yang yangyang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien. Untuk meningkatkan selera dan
mual
Keadaan
Klien
umum Beri
mengatakanmembaik
dalammencegah mual, mempercepat
makanan
kead keadaa aan n hang hangat at dan dan porsi porsi perbaikan
sebelum sebelum sakit BB nya 50 Kg
tam tampak pak
dalam
pucat Klie Klien n
tam tampak pak
nutris risi pemenuhan
penuhan
tambahan
kerja
nutrisi
dengan
bertentangan dengan pola tidaktidak
yang
dengandiet
bertenangan
lemas
beban
Liba Libatk tkan an kelu keluarg argaa pasie pasien nDengan bantuan keluarga dalam Klie Klien n
serta
jantung.
DO :
mengurangi
kecil serta diet TKTP.
nutrisi,
akan
meningkatkan
pemenuhan nutrisi.
penyakitnya.
Higi Higien enee oral oral yang yang baik baik akan akan
BB 50 Kg Lakukan
mening ngka katk tkan an ajarkanmeni
dan
nafs nafsu u
maka makan n
perawatan mulut sebelumklien. dan dan sesu sesuda dah h maka makan n serta serta sebelum
dan
sesudah
intervensi/periksaan peroral. Beri motivasi dan dukungan Meningkatkan
fsikologis.
sec secara
tentang angfsikologis .
Kolaborasi asi
pemenuhan diet klien Meni Mening ngka katk tkan an 3.
sesuai dengan kondisi klien dila dilaku kuka kan nCatat Catat frekuen frekuensi si dan irama iramaRespon klien terhadap aktivitas
Intoleransi aktifitas b.d Setel Setelah ah ketidakseimbangan
perawatan
antara suplai oksigen
2x24 2x24jam jam
(pengiriman) dan
klien lien
kebutuhan
terpenuhi
DS :
meningkatnya
Klien
beraktifitas.
serta
seh sehariari-ha hari risesudah beraktivitas
mengindikasikan oksigen
miokardium.
dan Tingkatkan Tingkatkan istirahat,bata istirahat,batasi si aktivitas,dan akti aktivi vita tass
berikan
seng sengga gang ng
Anjurkan
Menurunkan
yang yangmiokardium/konsumsi
tidak berat.
menghi menghinda ndari ri Klien bisa
perubahandapat
akti aktivi vitas tastekana tekanan n darah darah selama selama dan penurunan
sesak nafas dan lemas, beraktivitas
DO :
selama jantung
Mengatakankemampuan
cepat cepat lela lelah h pada pada Saat SaatKH
peme pemenu nuha han n
oksigen. klien
untuk
pening peningkat katan an
tekanan tekanan abdomen,m abdomen,misalny isalnyaa
kerja
Klien Tampak Pucat
melakukan aktivitas mengejan saat defekasi.
Klien tampak lemah
dengan normal
HR : 89x/i RR : 25x/i
Keadaan umum membaik
Dengan
meng engejan
dapat
Jelaska Jelaskan n pola pola pening peningkat katan anmeningkatk meningkatkan an takikardia takikardia serta bertahap
dari
tingkat peningkatan tekanan darah.
aktivitas.
HR : 60-80x/i RR : 12-20x/i
Pert Pertah ahan anka kan n
klie klien n
tira tirah h
baring sementara sakit.
Aktivitas
yang
Pertah Pertahank ankan an rentan rentan gerak gerak memberikan jantung,meningkatkan
pasif selama sakit kritis.
maju kontrol dan
Eval Evalua uasi si tand tandaa vita vitall saat saatmencegah aktivitas berlebihan. kemajuan aktivitas terjadi.
Untu Untuk k
meng mengur uran angi gi
beba beban n
Berika Berikan n waktu waktu istirah istirahat at di jantung. antara waktu aktivitas. Mening Meningkat katkan kan kontra kontraksi ksi otot otot sehi sehing ngga ga Selama
aktivitas
frek frekue uens nsii
alir aliran an
meng menget etah ahui ui
fung fungsi si
kajivena balik.
Untuk k EKG,dispnea,sianosis,kerja Untu dan dan
memb memban antu tu
nafas nafas,s ,sert ertaa jantung bila dikaitkan dengan
keluhan subjektif.
aktivitas. Untu Untuk k
mend mendap apat atka kan n
cuku cukup p
waktu resolusi bagi tubuh dan tida tidak k terla terlalu lu mema memaks ksaa kerja kerja jantung. Melihat Melihat dampak dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung
BAB IV PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun : 1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang yang dapat dapat beasal dari : Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi Saluran kemih hematuria Saluran nafas hemoptoe
2.
Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3.
Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
3.2
Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Keperawatan, Jakarta : EGC Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25. Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html