MAKALAH FARMAKOGNOSI “TUMBUHAN TERATOGENIK”
Disusun oleh : 1. Destika Ambar Sari
(164820144690006) (16482014469000 6)
2. Dwi Astuti
(164820144720009) (16482014472000 9)
3. Gita Anggareni
(164820144780015) (164820144780015)
4. Mufit Rizal Prasetyo
(164820144940031) (16482014494003 1)
5. Said
(164820145020039)
6. Wahyu Puji Astuti
(164820145110048) (16482014511004 8)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmakognosi tentang tanaman teratogenik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai pihak baik teman kelompok, buku dari perpustakaan maupun internet sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Purwokerto, Desember 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
2
DAFTAR ISI...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
5
1.3 Tujuan............................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
6
2.1 Definisi teratogenik........................................................................................
6
2.2 Contoh tanaman teratogenik..........................................................................
7
a. Astragalus..............................................................................................
7
b. Conium maculatum (Poison Hemlock)..................................................
8
c. Veratrum album......................................................................................
10
d. Tembakau......................................................................................... ......
11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
13
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
13
3.2 Saran............................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan (adverse effect) dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan antara berbagai efek potensial yang merugikan serta terdapatnya beraneka ragam bahan kimia di lingkungan kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas. Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari minat dan keperluan pengelompokannya. Sebagai contoh, bahan toksik dapat diklasifikasikan sesuai dengan organ targetnya ( hati, ginjal, system hematopoetik, dll), berdasarkan penggunaannya (pestisida, solven/pelarut, aditif makanan, dll), berdasarkan sumbernya ( toksin tumbuhan dan binatang ), dan berdasarkan efeknya (kanker, mutasi, kerusakan hati,dll) bahan-bahan toksik juga dapat diklasifikasikan menurut keadaan fisiknya (gas, debu, cair), keperluan labelnya (mudah meledak, mudah terbakar, oksidiser), kandungan kimianya (aromatic amine, halogenated hydrocarbon, dll). Klasifikasi bahan toksik berdasarkan tindak mekanisme biokimiawi (sulfhydryl inhibitor, produser methemoglobin) biasanya lebih informative dibandingkan dengan klasifikasi menurut terminology umum seperti iritan dan korosif. Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik. Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi dari perkembangan yang menyimpang dari sifat struktural dan fungsional Definisi umum lain teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan monster, definisi yang lebih khusus adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan monster karena pengaruh kekuatan tertentu pada hewan atau manusia yang belum lahir. Kekuatan ini bisa berupa faktor fisik, nutrisi, genetik maupun kimia. Jadi teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang malformasi kongenital.
4
Bahan teratogenik tidak hanya dapat menyebabkan kecacatan fisik. Bahan tersebut juga dapat menimbulkan kelainan dalam hal psikologis dan kecerdasan. Hal ini berhubungan dengan adanya gangguan pada pembentukan sel-sel otak bayi selama ia dalam kandungan. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teratogenik ? 2. Apa saja klasifikasi dari tumbuhan toksin? 3. Apa saja contoh tanaman teratogenik ? 1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mengetahui definisi dari teratogenik, klasifikasi dari tumbuhan toksin, serta tanaman teratogenik.
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
membuat
monster.
Dalam
istilah
medis,
teratogenik
berarti
terjadinya
perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran. Dampak dari tanaman yang beracun dapat menyebabkan kematian embrio, aborsi, dan kematian yang tidak lazim. Racun tanaman juga mengganggu reproduksi melalui dampaknya terhadap kesuburan laki-laki (berdampak pada spermatogenesis). Racun tumbuhan dapat dengan mudah masuk ke dalam plasenta pada dosis yang cukup tinggi dan tersedia pada waktu tertentu selama kehamilan sampai berdampak pada perkembangan fetus. Klasifikasi Toksin Tumbuhan
Berdasarkan metabolit utama, Tumbuhan beracun dapat diklasifikasikan berdasarkan metabolit utama dari racun yang dimiliki. Metabolit utama dari racun yang telah diketahui diantaranya :
Alkaloid Alkaloid adalah senyawa kompleks yang mengandung Nitrogen (N) dalam bentuk garam atau asam. Pada banyak kasus keracunan pada binatang alkaloid menghasilkan reaksi fisiologi yang kuat pada binatang terutama pada system saraf. Toksin ini dapat menghasilkan reaksi akut atau kronis. Alkaloid ditemukan secara luas pada banyak jenis tanaman, termasuk tembakau. Nicotine adalah toksin utama dari tanaman ini.
Glikosida Toksin glikosida terdiri dari senyawa yang besar. Asam hidrosianida adalah yang paling umum. Meracuni binatang dengan menghalangi pelepasan oksigen dari sel darah merah ke sel jaringan. Tanaman yang mengandung HCN termasuk Johnsongrass. Bahaya dari racun HCN dalam Johnsongrass semakin meningkat apabila tanaman ini telah berbunga.
6
Resins Resin dan resinoid merusak system saraf dan jaringan otot. Gejala dari keracunan resin sangat bervariasi. Milkweeds adalah conntoh dari tanaman beracun yang mengandung toksin resin. Tanaman ini mengandung toksin glikosida dan resin yang mana tetap ada walaupun tanaman mengering. Ini menyebabkan beracun pada semua tahap pertumbuhan.
2.2 Contoh tanaman teratogenik a. Astragalus
Klasifikasi
:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Eudikotil
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Sub famili
: Faboideae
Suku
:Galegeae
Genus
:Astragalus L.
Spesies
: Astragalus onobrychis L.
Deskrpsi
Astragalus (Astragalus membranaceus) merupakan tumbuhan yang berasal dari China. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Fabaceae, dari subfamili Faboideae. Genus ini berasal dari daerah beriklim dari belahan bumi utara. Ciri khas Astragalus adalah dengan tingginya yang mencapai kira-kira 15-50 cm. Tanaman ini memiliki batang bercabang dengan daun berbentuk oval. Astralagus sendiri mempunyai sekitar 2.000 jenis, namun hanya ada 1 jenis yang telah diuji secara klinis. Teratogenik pada tanaman Astragalus
Senyawa penyebabnya adalah Swainsonine (indolizidine alkaloid). Tanaman ini berdampak pada pituitary gland yang mempengaruhi produksi gonadotrophin, ovarium (level estrogen dan progesterone), uterus dan plasenta dan secara langsung pada fetus. Akibatnya adalah aborsi, ketidaksuburan, cacat janin dan gangguan pada sirkulasi plasenta yang berakibat pada akumulasi cairan yang terlalu banyak pada uterus (hydrops).
7
Cacat janin : cacat anggota badan (badan melintir) akibat kontraksi tendon fleksor kaki dan perkembangan abnormal dari tulang dan sendi serta pembesaran hati dan kelenjar tiroid. Swainsonine pada banteng jantan mempengaruhi kelenjar pituitari yang mengubah kadar gonadotropin yang normal. fungsi testis : mempengaruhi sel yang memproduksi sperma, menyebabkan pembentukan sperma yang abnormal dengan penurunan motilitas mempengaruhi kemampuan reproduksi. b.Conium maculatum (Poison Hemlock/Hemlock Beracun)
Conium
Klasifikasi
:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Eudikotil
Ordo
: Apiales
Famili
: Apiaceae
Sub faamili
: Apioideae
Genus
: Conium
Spesies
: Conium Maculatum
maculatum (hemlock atau hemlock
beracun)
merupakan tanaman
herba berbunga dua tahunan (biennial) yang sangat beracun dari keluarga Apiaceae, yang juga merupakan tanaman asli Eropa dan Afrika Utara. Sebagai tanaman kuat yang mampu hidup di berbagai variasi lingkungan, secara alami hemlock memiliki penyebaran yang luas pada lokasi di luar wilayah aslinya. Conium maculatum juga dikenal dengan beberapa nama daerah. Selain Hemlock Inggris, nama lain yang digunakan adalah Pakis Wortel Australia, roti iblis Irlandia atau bubur iblis, peterseli beracun, corobane berbintik, dan hemlock berbintik. Tumbuhan ini sangat mirip dengan pohon berjarum (konifer) Tsuga, yang juga dikenal dengan sebutan hemlock meskipun kedua tanaman ini amat berbeda. Batang hemlock yang telah kering terkadang disebut kecksies atau kex. Conium berasal dari bahasa Yunani, konas (artinya pusaran) yang merujuk pada vertigo, salah satu dari gejala yang diderita jika menelan tanaman ini.
8
Deskrpsi
Conium maculatum merupakan tanaman herba berbunga dua tahunan yang mampu tumbuh hingga mencapai tinggi 1.5 - 2.5 meter (5-8 kaki), dengan batang yang halus, berongga, dan berwarna hijau, biasanya berbintik atau dililiti warna merah atau ungu pada separuh bagian bawah batangnya. Seluruh bagian dari tanaman ini tidak memiliki rambut (licin); daunnya berbentuk menyirip (pinnate) dua-hingga-empat, terbagi secara halus menjadi banyak anak daun. Secara keseluruhan berbentuk segitiga, panjang daunnya dapat mencapai 50 cm dan luasnya 40 cm. Bunganya kecil, putih, bergerombol banyak dalam payungan bunga berukuran 10-15 cm (4-6 inci). Ketika dihancurkan atau diremas, daun dan akar tanaman ini mengeluarkan aroma tajam yang tidak enak. Tanaman ini juga menghasilkan buah berbentuk bulat dalam jumlah besar yang memungkinkannya untuk membentuk tegakan yang rapat di tanah yang termodifikasi. Penyebaran dan Ekologi
Conium
maculatum merupakan
tanaman asli daerah beriklim
sedang di
Eropa, Asia Timur, dan Afrika Utara. Tanaman ini telah diperkenalkan dan dinaturalisasikan di berbagai wilayah lainnya, termasuk Asia, Amerika Utara, Australia,
dan
Selandia
Baru.
Tanaman ini sering ditemukan tumbuh pada tanah yang sulit menyerap air, terutama di dekat sungai, parit, dan wilayah air permukaan la innya. Tanaman ini juga sering muncul di pinggir jalan, di tepi lahan pertanian, dan area terbuang/tak terpelihara. Tanaman ini juga dipertimbangkan sebagai spesies invasif di 12 negara A.S. Conium maculatum dapat tumbuh pada daerah basah, namun juga mampu tumbuh pada lahan keras yang berumput dan lebih kering, tepi jalan, dan lahan terganggu. Tanaman ini merupakan makanan bagi beberapa larva dari spesies Lepidoptera, termasuk ngengat karpet alas-perak (silver-ground carpet). Hemlock beracun ini mekar di musim semi, ketika sebagian besar tanaman hijau lain telah menghilang. Setiap bagian dari tanaman ini mengandung racun, namun setelah tanaman ini dikeringkan, racunnya telah sangat berkurang, meskipun tidak lenyap seluruhnya. Teratogenik pada Conium maculatum
Conium maculatum mengandung alkaloid
teratogenik
yaitu
coniine yang
menyebabkan kontraksi rahim dan neurotoksik. Penyebabnya antara lain kelainan bentuk tulang (penyakit betis bengkok), deformitas tulang sendi karpal dan hock (arthrogryposis).
9
Koniin adalah sejenis alkaloid yang berasal dari tanaman Poison Hemlock (Conium maculatum) dan bersifat beracun. Selain koniin, terdapat senyawa alkaloid beracun γconiceine pada tanaman tersebut, hanya saja koniin delapan kali lebih beracun daripada γ-coniceine. Profil alkaloid pada C. maculatum berubah-ubah sepanjang tahun tergantung dari variasi intensitas cahaya dan kelembapan. Koniin mendominasi pada saat musim panas yang kering dan banyak cahayanya, sementara pada saat musim hujan, kadar koniin dan γ-coniceine kandungannya mirip. Kandungan tertingginya umum ditemukan pada buah yang matang. Efek beracunnya akan timbul saat tanaman atau biji tercerna. Gejala keracunannya sama pada semua binatang dan meliputi pelemahan
otot,
kurangnya
koordinasai,
bergetar,
perbesaran
pupil,
dan
produksi saliva secara berlebihan. Pada konsentrasi yang mematikan, koniin dapat melumpuhkan otot pernapasan. Koniin dapat terakumulasi pada daging dan susu dari binatang yang mengonsumsi C. maculatum sehingga manusia yang mengonsumsinya dapat terkena keracunan yang bisa berujung menjadi gagal ginjal. c. Veratrum Album
Klasifikasi : Kingdom : Plantae
Species
Kelas
: Pinopsida
Ordo
: Liliales
Famili
: Melanthiaceae
Suku
: Melanthieae
Genus
: Veratrum
: V. Album
Deskrpsi
Veratrum adalah tanaman berbunga dari keluarga Melanthiaceae. Tanaman ini berada di habitat yang lembab di sebagian besar Eropa subtropis, Asia, dan Amerika Utara. Tersebar luas di pegunungan dan spesies Veratrum ini lebih menyukai sinar matahari dan tanah yang basah dan biasa terdapat di daerah padang rumput, dan rawarawa yang basa.Veratrum merupakan tanaman yang keras ata u herba yang kuat dengan rimpang hitam yang sangat beracun, dan malai bunga putih atau coklat pada batangnya.
10
Teratogenik pada Veratrum
Penyebabnya adalah Alkaloid teratogenik seperti cyclopamine, jervine dan cyclopasine. Keracunan Veratrum kebanyakan terjadi pada domba, sapi, dan kambing. Akibatnya adalah kelainan bentuk cyclops anak domba jika betina yang hamil memakan jumlah yang cukup tanaman tersebut selama 13 sampai hari ke-14 kehamilan & pemendekan kaki dan agenisis trakea mungkin berkembang. d.
Ordo
Tembakau (Nicotiana Tabacum L)
Klasifikasi
:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub kelas
: Asteridae
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Nicotiana
Spesies
:
Nicotiana tabacum L.
Deskripi
Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum, L) adalah allotetraploid yang umumnya diakui berasal dari persilangan alami dua spesies liar Nicotiana sylvestris & Comes dan Nicotiana tomento simorfis Goosp. Tembakau ini berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, hidupnya bertahan tergantung manusia karena ia tidak pernah ditemukan dalam keadaan liar. Tanaman ini pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Walaupun dapat tum buh di daerah yang beriklim kering atau sangat basah, namun tidak dapat memberikan hasil yang baik atau
11
produksinya rendah. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau umumnya berkisar antara 21°C-32,3°C.
Teratogenik pada Tembakau
Tanaman tembakau terdapat 2 alkaloid paling aktif sehubungan dengan keracunan hewan yaitu nikotin dan anabasine. Nikotin diserap melalui pencernaan dan saluran pernapasan, memiliki efek pada sistem saraf yang dapat menyebabkan tremor, rangsangan yang membuat rasa senang, ataksia, meningkatkan denyut jantung, gangguan pernapasan dan koma. Sedangkan anabasine bersifat teratogenik pada babi, domba, dan anak sapi yang menyebabkan kelainan bentuk tulang (arthrogryposis) pada tungkai dan tulang belakang, kaki bengkok (malformasi tulang karpal, fetlock dan pastern), kelengkungan tulang belakang yang abnormal ( scoliosis) dan leher terpuntir (tortikolis)
12
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang sudah dibuat, dapat disimpulkan bahwa : 1. Teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). 2. Berdasarkan
metabolit
utama,
tumbuhan
beracun
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan metabolit utama dari racun yang dimiliki. Metabolit utama dari racun yang telah diketahui diantaranya ada alkaloid, glikosida, resins. 3. Contoh tanaman teratogenik diantaranya adalah tanaman Astragalus, Conium maculatum, Veratrum album, dan Tembakau. 3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetahui tentang definisi dari teratogenik, klasifikasi dari tumbuhan toksin, serta tanaman teratogenik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Robinson. T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi . Bandung : ITB Press Trease, Evans. 1983. Pharmacognosy. 12th Edition. London : Alden Press Waller, G. R. dan Nowacki E.K. 1978. Alkaloid . Newyork : Plenum Press
14