MAKALAH FILUM CYANOPHYTA “SPIRULINA SP” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi Dosen : Prof.Dr.Ir. Endang Yuli Herawati, MS
Planktonologi M02
Disusun oleh: Suwatik Nadillah
1550801001111007
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Planktonologi ―Spirulina sp ― ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan saya di masa yang akan datang dan semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Malang, 25 September 2018
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI .................................................................. Error! Bookmark not defined. BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3
Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 3 2.1
Plankton ..................................................................................................... 3
2.2
Pengelompokan Plankton ........................................................................... 3
a.
Berdasarkan Ukuran ................................................................................... 3
b.
Berdasarkan Asal ....................................................................................... 4
c.
Berdasarkan Siklus Hidup .......................................................................... 4
d.
Berdasarkan Habitat ................................................................................... 5
e.
Berdasarkan Jenis Makanan ...................................................................... 5
2.3
Cyanophyta ................................................................................................ 6
2.4
Klasifikasi Spirulina sp ................................................................................. 7
2.5
Gambar dan ciri-ciri Spirulina sp .................................................................. 7
2.6
Morfologi Spirulina sp .................................................................................. 8
2.7
Reproduksi Spirulina sp .............................................................................. 9
2.8
Habitat Spirulina sp .................................................................................... 9
2.9
Lingkungan fisik, kimia air untuk pertumbuhan spirulina sp....................... 10
a.
Suhu ......................................................................................................... 10
b.
Salinitas .................................................................................................... 10
c.
pH............................................................................................................. 11
d.
Cahaya ..................................................................................................... 11
2.10
Kandungan Nutrisi Spirulina sp ................................................................. 11
2.11
Manfaat Spirulina sp ................................................................................. 12
BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 14 3.1
Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2
Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15
iii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Plankton didefinisikan sebagai semua jasad hidup nabati (tumbuhan) dan
hewani (hewan) yang hidup bebas di perairan dengan kemampuan gerak terbatas, sehingga sebagian besar geraknya secara pasif mengikuti pergerakan arus air. Plankton berbeda dengan nekton, yang juga merupakan organisme pelagik, namun dapat berenang cukup kuat sehingga dapat melawan gerakan massa air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan benthos yang terdiri dari organisme yang hidup di dasar perairan (Asriyana dan Yuliana, 2012 dalam Rais, 2015). Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai dan jaring makanan tersebut (Fachrul, 2007 dalam Tindaon, 2014). Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan tersebut. Keberadaan plankton sangat mempengaruhi kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai makanan bagi berbagai organisme laut. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu perairan. Dalam hal ini fitoplankton mempunyai peranan penting bagi produktivitas primer
perairan,
karena
fitoplankton
dapat
melakukan
fotosintesis
yang
menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi. Cyanophyta adalah nama ilmiah untuk ganggang hijau-biru. Dinamakan demikian karena jenis yang pertama kali ditemukan berwarna biru kehijauan. Cyanophyta juga dikenal dengan nama Cyanobacteria, myxophyta, dan blue green alga (BGA). Cyanophyta dimasukkan ke dalam kingdom monera bersama bakteri karena selnya prokariot. Cyanophyta atau alga biru, ialah tumbuh-tumbuhan pertama yang bias berfotosintesis, dan dianggap salah satu pelopor dalam penghidupan yang terpenting di dunia ini 1.2
Rumusan Masalah a. Apa pengertian plankton ? b. Bagaimana pengelompokan plankton ? c. Apa pengertian cyanophyta ? d. Bagaimana klasifikasi spirulina sp ? e. Bagaimana ciri dari spirulina sp? f.
Bagaimana morfologi dari spirulina sp?
g. Bagimana reproduksi dari spirulina sp? h. Bagaimana habitat dari spirulina sp?
1.3
i.
Apa saja faktor fisik kima air yang mempengaruhi kehidupan spirulina sp?
j.
Apa saja manfat spirulina sp terhadap lingkungan dan bahan pangan ?
Tujuan a. Mengetahui pengertian plankton b. Mengetahu pengelompokan plankton c. Mengetahui pengertian cyanophyta ? d. Mengetahui klasifikasi spirulina sp ? e. Mengetahui ciri dari spirulina sp? f.
Mengetahui morfologi dari spirulina sp?
g. Mengetahui reproduksi dari spirulina sp? h. Mengetahui habitat dari spirulina sp? i.
Mengetahui faktor fisik kima air yang mempengaruhi kehidupan spirulina sp?
j.
Mengetahui manfat spirulina sp terhadap lingkungan dan bahan pangan?
2
BAB II. PEMBAHASAN 2.1
Plankton Menurut Suharno dan Daniel (2012), salah satu biota laut yang penting
dalam sistem jejaring makanan di perairan adalah plankton. Plankton merupakan organisme tumbuhan dan hewan yang hidupnya melayang atau mengambang dalam suatu perairan dan selalu hanyut karena dipengaruhi oleh arus. Salah satu peran plankton yaitu berhubungan dengan siklus rantai makanan dan dapat digunakan sebagai parameter tingkat kesuburan atau kualitas pada suatu perairan. Ada dua golongan besar plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton yang memiliki klorofil dan dapat memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis sehingga fitoplankton merupakan produsen primer dalam suatu perairan. Sedangkan, zooplankton adalah plankton yang tidak dapat memproduksi makanannya sendiri dan mengkonsumsi fitoplankton sebagai makanannya. Menurut Wibisono (2005) dalam Ali et al., (2015), plankton merupakan organisme perairan pada tingkat (tropik) pertama dan berfungsi sebagai penyedia energi. Hal ini dikarenakan plankton memiliki kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri atau autotroph. Secara umum plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : fitoplankton yang merupakan golongan tumbuhan umumnya mempunyai klorofil (plankton nabati) dan zooplankton (golongan hewan) atau plankton hewani. 2.2
Pengelompokan Plankton
a. Berdasarkan Ukuran Menurut Nybakken (1988) dalam Tindaon (2014), bahwa plankton dapat digolongkan berdasarkan ukuran, penggolongan ini tidak membedakan antara fitoplankton dan zooplankton. Golongan plankton ini terdiri atas : a. Megaplankton yaitu plankton yang berukuran 2.0 mm. b. Makroplankton yaitu plankton yang berukuran 0.2 − 2.0 mm. c. Mikroplankton yaitu plankton yang berukuran 20 μm − 0.2 mm. d. Nanoplankton yaitu plankton yang berukuran 2 μm− 20μm. e. Ultraplankton yaitu plankton yang berukuran kurang dari 2 μm
3
Menurut Margalef (1995) dan Dussart (1965) dalam Rais (2015), membuat penggolongan atau klasifikasi plankton berdasarkan atas ukurannya, sebagai berikut Klasifikasi
Margalef (Untuk Plankton
Dussart (Untuk Plankton
Air tawar)
Air tawar dan Laut)
Ultraplankton
<5µm
-
Ultranannoplankton
-
<2 µm
Nannoplankton
5-50 µm
2-20 µm
Microplankton
50-500 µm
20-200
Mesoplankton
500-1000 µm
200-2000 µm
Makroplankton
>1000 µm
-
Megaplankton
-
>2000 µm
b. Berdasarkan Asal Menurut Basmi (1995) dalam Rais (2015), berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari perairanitu sendiri dan ada yang berasal dari luar, terdiri atas: a. Autogenik plankton, yakni plankton yang berasal dari perairan itu sendiri. b. Allogenik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain (hanyut terbawa oleh sungai atau arus). Hal ini biasanya dapat diketahui sekitar muara sungai. c. Berdasarkan Siklus Hidup Berdasarkan siklus hidup plankton, dikenal dengan holoplankton dan meroplankton. Holoplankton merupakan plankton yang seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton merupakan plankton yang hanya sebagian dari seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik. Plankton mempunyai alat gerak (misalnya flagelata dan ciliata) sehingga secara terbatas plankton akan melakukan gerakan-gerakan, tetapi gerakan tersebut tidak cukup mengimbangi gerakan air disekelilingnya (Barus, 2004 dalam Rais, 2015). Menurut Wiadnyana dan Wagey (2004) dalam Asriyana dan Yuliana (2012), menurut batasan daur hidup plankton digolongkan menjadi holoplankton (plankton yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton) dan meroplankton (plankton yang hanya sebagian daur hidupnya terutama stadia larva hidup sebagai plankton).
4
Sebagai contoh copepod, pada saat larva hidup sebagai plankton dan masa dewasa hidup sebagai hewan pelagik. d. Berdasarkan Habitat Menurut Sawestri et al. (2012), plankton berdasarkan habitat hidupnya dibedakan menjadi tiga yaitu plankton oseanik, neritik dan limnoplankton. Plankton oseanik yang hidup di lautan lepas atau di luar paparan benua. Plankton neritik yang hidup di perairan paparan benua. Dan limnoplankton hidup di air tawar. Menurut Widianingsih (2008) dalam Khazmi (2014), berdasarkan ekologisnya plankton dibagi menjadi dua bagian yaitu plankton laut (haliplankton) dan plankton air tawar (limnoplankton) yang tinggal di perairan–perairan darat seperti sungai dan danau. Berdasarkan kedalaman plankton juga dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: a) Pleuston, adalah biota plankton pada permukaan air laut, dimana selalu berhubungan dengan udara. Pergerakan plankton ini banyak dipengaruhi oleh angin. Contohnya : Physali dan Velella b) Neuston, adalah biota plankton yang tinggal pada lapisan permukaan dari kedalaman sampai dengan 10 mm c) Epipelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan sampai dengan kedalaman 300 m d) Mesopelagic plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan diantara 300-1000 m e) Bathypelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan antara 1000 m sampai dengan dari 3000-4000 m f)
Abyssopelagic plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan lebih dari 3000–4000 m
g) Epibentic Planktonadalah biota plankton yang menempati lapisan perairan mendekati dasar atau secara temporer berkaitan dengan lapisan permukaan dasar. e. Berdasarkan Jenis Makanan Menurut Musthafa (2013), plankton merupakan organisme akuatik yang berukuran mikroskopik, hidupnya bergerak di air, pergerakannya lemah, dan lebih ditentukan oleh arus dan angin. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton.
5
Fitoplankton bersifat autotrof dan menjadi produsen primer perairan yang menyediakan energi bagi organisme akuatik lain. Sedangkan zooplankton bersifat heterotrof, yang memerlukan peranan dari makhluk hidup lain. Menurut Basmi (1995) dalam Rais (2015), plankton dikelompokkan berdasarkan nutrien pokok yang dibutuhkan, terdiri atas : a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (> 90% terdiri dari algae) yang mengandung klorofil yang mampu mensintesa nutrien-nutrien anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar surya. b. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis, dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisasisa organisme lain yang telah mati. c. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung pada organisme lain yang masih hidup maupun partikel-partikel sisa organisme seperti detritus dan debris. Disamping itu plankton ini juga mengkonsumsi fitoplankton. 2.3
Cyanophyta Cyanophyta (alga biru-hijau) sejak lama disebut algae, karena mirip dengan
algae lainnya dalam hal habitat dan cara fotosintesisnya. Meskipun demikian, cyanophyta adalah prokariota dan demikian jauh lebih dekat kerabatnya dengan bakteri dan algae lainnya yang bersifat eukariotik. Cyanophyta merupakan kelompok yang beranggotakan 1.500 jenis dengan ciri utamanya hijau kebiru-biruan. Cyanophyta terbungkus dalam dinding peptidoglikan yang dikelilingi selubung berlendir/bergetah.
Pengikatan
nitrogen
yang
dilakukannya
terjadi
didalam
heterasista, yaitu sel tak berwarna yang berserakan diantara sel-sel fotosintetiknya. Selain heteroksista ada juga bagian spora yang membesar berisi cadangan makanan yang disebut akinet. Walaupun cyanophyta berfotosintesis dan bersifat prokariotik, namun sangat dekat dengan bakteri fotosintetik terutama kandungan klorofilnya lebih dominan. Anggota cyanophyta pada umumnya didapati pada perairan tawar dan tempat-tempat lembab. Selain itu jga mampu hidup pada air panas dengan suhu mencapai 85° C. Suhu ini hampir merupakan batas atas bagi kehidupan untuk hidup dalam keadaan aktif. Sejumlah jenis dapat hidup dalam air tercemar dan dapat dijadikan sebagai indikator adanya polusi organik. 6
Ganggang biru adalah ganggang bersel tunggal atau berbentuk benang dengan struktur tubuh yang masih sederhana. Warnanya biru kehijauan dan merupakan organisme autrotrof. Dinding selnya mengandung pektin, hemiselulosa, dan selulosa, yang kadang-kadang berupa lender, oleh sebab itu ganggang ini juga dinamakan ganggang lender (Myxophyceae). Pada bagian pinggir plasmanya terkandung zat warna klorofil a, karotenoid, dan dua macam kromaprotein yang larut dalam air yaitu fikosianin yang berwarna biru dan fikoeritrin yang berwarna merah. 11 Ganggang biru umumnya tidak bergerak. Diantara jenis-jenis yang berbentuk benang dapat mengadakan gerakan merayap yang meluncur pada alas yang basah. Cyanophyceae dibedakan dalam tiga bangsa yaitu bangsa Chroococcales, Chamaesiphonales, dan Hormogonales (Tjitrosoepomo, 2005 dalam Utami, 2012). 2.4
Klasifikasi Spirulina sp Tingkatan taksonomi Spirulina sp menurut Bold dan Wynne (1985) adalah
sebagai berikut : Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Oscillatoriales
Sub Ordo
: Oscillatorianeae
Famili
: Oscillatoriacea
Genus
: Spirulina
Spesies
: Spirulina sp.
2.5
Gambar dan ciri-ciri Spirulina sp Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas di alam dan
dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar (Buwono dan Nurhasanah, 2018). Spirulina sp berwarna hijau kebiruan, sel membentuk filament terpilin menyerupai spiral (helig) sehinggga disebut alga hijaubiru berfilamen. Filamen sel-sel spirulina berawal dari sel-sel muda yang membelah pada sisi luar sumbu utama filamen, sehingga terbentuk satu filament yang berisi beberapa sel yang merupakan satu rangkaian. Rangkaian sel tersebut disebut trikom. Spirulina sp dapat bergerak sepanjang menggelinding.
Bentuk
tubuh Spirulina
garis tengahnya dengan cara
platensis yang
menyerupai
benang
7
merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer.
Gambar 1. Spirulina sp (google image, 2018) 2.6
Morfologi Spirulina sp Spirulina sp merupakan mikroorganisme autotrof berwarna hijau kebiruan,
dengan sel berkoloni membentuk filament terpiin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga hijau — biru berfilamen. Menurut Cifferi (1983) diameter trikom untuk ukuran jenis kecil berkisar antan 1-3 pm dan 3-12 jam untuk ukuran jenis besar. Ukuran trikom yang berbeda-beda tidak dapat dipertahankan bila kondisi lingkungannya tidak sesuai dengan kondisi alamiali Bentuk spiral trikom dan Spirulina sp ini hanya dapat dipertahankan path medium cair, sedangkan pada media padat akan memendek secan perlahan tergantung kandungan air pada permukaan. Spirulina sp merupakan mikroalga mufti seluler, terdini dan sel-sel silindris yang membentuk koloni Koloni tersebut merupakan hasil pembelahan sel secara berulang-ulang pada bidang tunggal dan membentuk rantai yang disebut trikom. Trikom tersebut dapat berlekatan satu dengan yang lainnya, dengan penghubung berupa selubung gelatin yang mengelilinginya. Trikom dan selubung yang mengelilinginya disebut filament. Dinding sel Spirulina sp terdiri dan beberapa lapisan yaitu mukopolimer. Komponen pektin dan dibagian luarnya terdapat lapisan lendir yang terbuat dan polisakanida dan tidak mengandung bahan selulosa. Dibawah mikroskop elektron dapat diketahui bahwa struktur dinding Spirulina sp terdini dan empat lapis. Lapisan pertama yaitu lapisan terluar terdiri dan materi yang susunannya sejajar dengan
8
trikom. Lapisan kedua tendini dan benang-benang protein yang saling terikat dalam bentuk spiral yang mengelilingi trikom. Lapisan ketiga terdapat pada bagian dalam filamen dan banyak mengandung peptidoglikan. Lapisan ini menempel pada lapisan keempat Lapisan keempat merupakan lapisan yang memisahkan bagian luar dengan inti sel. Dibawah mikroskop elektron lapisan kesatu dan ketiga setelah di preparasi hanya tersusun dan peptidoglikan. Struktun dinding sel Spirulina sp tipis seperti pada bakteri gram negatif dengan kandungan lipid sebesar 11% sampai 22%. Isi sel spirulina sp terbagi menjadi dua bagian yaitu sentroplasma yag berada di bagian pusat dan dilekilingi oleh kloroplasma adalah daerah berpigmen di luar inti sel dan berstruktur homogeny, sedangkan sentroplasma berbentuk tidak teratur, mendominasi sepertiga volume sel dan memiliki massa yang padat, yang umumnya disebut inti. Inti ini tidak memiliki membrane pembatas sehingga tidak mengalami pembelahan mitosis. Sitoplasma spirulina sp tersusun atas system organisasi tilakoid. Tilakoid merupakan membrane organel sel berbentuk kantong memanjang dan dikelilingi oleh sitoplasma yang diselubungi oleh membrane plasma dan sifatnya non granular. 2.7
Reproduksi Spirulina sp Spirulina sp berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri.
Pembelahan diawali dengan memutus filamen menjadi satu-satuan sel yang akan membentuk filamen baru. Pemutuan filamen ini akan membentuk bagian-bagian yang disebut dengan necridia. Necredia membentuk semacam piringan yang terpisah-pisah,
kemudtan
hasil
pembelahan
tersebut
berkoloni
membentuk
hormogonia yang memisahkan diri dan filamen induk menjadt filamen baru. Sel-sel hormogonia tersebut akan bertambah terus jumlahnyamelalut pembelahan sel, sehingga ukuran filamen bertambah panjang dan seiring dengan pembelahan sel, sitoplasmanya akan menjadi granuler dan warna sel menjadi biru cerah (isnansetyo dan kurniastuty, 1995). 2.8
Habitat Spirulina sp Spiruilna sp merupakan phytoplankton yang dapat ditemukan pada daerah
airtawar, air payau dan air asin. Round (1973) dalam Ali et al., (2015), mengatakan bahwa alga spirulina sp dapat tuinbuh di daerah tercemar dan sistem air buangan
9
limbah. Spiruilna sp memiliki toleransi yang cukup tinggt terhadap salinitas tempat hidupnya, sehingga mampu hidup di air payau, air tawar, kolam pasang surut dan kolam bersalinitas tinggi. 2.9
Lingkungan fisik, kimia air untuk pertumbuhan spirulina sp Kondisi lingkungan dan intensitas sinar matahari berpengaruh terhadap
jumlah populasi fitoplankton. Factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan sel spirulina sp adalah suhu, salinitas, intensitas cahaya, dan ketersediaan makro dan mikronutrien. a. Suhu Suhu air merupakan faktor fisika yang mempengaruhi kultur alga di laboratortum. Secara langsung suhu merupakan faktor yang mempengaruhi proses metabolisme, sedangkan secara tidak langsung suhu akan mempenaruhi kondisi lingkungan media pertumbuhan Pertumbuhan kondisi lingkungan ini nantinya akan mempenaruhi proses metabolisme dan reproduksi sel. Menurut Fogg (1975) dalam Ariyati (1998), temperatur yang balk untuk kultur alga di laboratortum adalah beulasar antara 20°C — 30°C sedangkan temperatur optimum untuk kultur Spirulina sp adalah berkisar antara 30°C — 35°C. b. Salinitas Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap organisme air dalam mempertahankan tekanan osmotik yang seimbang dengan air sebagai lingkungan hidupnya. Kebanvakan alga termasuk spirulina sp mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap perubahan salinitas. Eppley (1977) dalam Ariyati (1998) mengemukakan bahwa spirulina sp merupakan salah satu jenis mikroalga euryhaline. Menurut angka dan suhartono (2000), kebanyakan alga sangat peka terhadap perubahan salinitas, selanjutnya dikatakan pula bahwa salinitas pada media kultur dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Penurunan salinitas air media menyebabkan air media bersama ion-ion yang terlarut masuk ke dalam sitoplasma sel dan mengubah pH sitoplasma sel. Perubahan pH sitoplasma sel ini menyebabkan aktivitas enzim sebagai biokatalisator reaksi kimia sistem biologis mengalami penurunan Variasi kadar salinitas air, mulai dan salinitas air tawar sampai pada salinitas air laut (0-33 ppt). Spirulina sp dapat tumbuh baik pada salinitas 13-20 ppt (Hariyati. 10
2008). Salinitas akan mempengaruhi tekanan osmosis antara sel dan medium serta laju disostasi senyawa anorganik nutrien alga. Bila salinitas terlalu tinggi akan mengakibatkan
mediapemeliharaan
bersifuit
hipertonis
terhadap
sel
dan
mengakibatkan kurang baiknya penyerapan nutrien oleh sel. c. pH Derajat keasaman (pH) berperan dalam menentukan kepadatan populasi, konsentrasi karbondioksida dan keseimbangan antar karbonat dan bikarbonat dalam suatu media kultur. Spirulina sp tumbuh dengan baik pada kondisi pH agak basa dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap pH basa daripada pH asam. pH optimum dalam kultur Spirulina sp adalah 8,5-9,5, jika pH 10 atau kurang dan 8 akan menghambat pertumbuhan dan ketidaksesuaian pH ini akan menyebabkan lisis atau kerusakan sel (Hariyati, 2008) d. Cahaya Cahava merupakan faktor penting untuk kultur alga tertnasuk Spirulina sp karena intesitas cahaya merupakan sumber energi yang diikat dalam proses fotostntesis intensitas cahaya yang diperlukan untuk fotosintesa alga yang baik antara 3000 lux - 30000 lux. Sedangkan menurut Martosudarmo (1990) intensitas cahaya yang dibutuhkan dalam kultur alga berkisar 500 lux - 5000 lux. Aktivitas fotosintesis dapat menaikkan produksi oksigen yang naik secara linier dengan naiknya intensitas cahaya sampai 5000 lux. Akan tetapi di atas intensatas ini derajat kenaikan produksi oksigen semakin berkurang Cahaya yang diperlukan oleh alga untuk proses fotosintesis di laboratorium dapat digantikan dengan lampu neon (TL). Intensitas cahaya optimal untuk Spirulina sp berkisar antara 2000-3000 lux. 2.10
Kandungan Nutrisi Spirulina sp Analisis kimia Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang menunjukkan
Spirulina sp. sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin, dan mineral. Kandungan protein pada Spirulina sp. berkisar antan 60%-70% dan berat kering, mengandung provitamin A tinggi, sumber betakaroten yang kaya vitamin B 12 dan digunakan dalam pengobatan anemia, kandungan lipid sekitar 4-7%, serta karbohidrat sekitan 13,6%. Spirulina sp. juga mengandung kalium, protein dengan kandungan Gomma Linolenic Acid (GLA) yang tinggi. Spirulina juga kaya akan
11
vitamin diantaranya vitamin B1: B2. B3, B6. B9. B12. vitamin C, vitamin D dan vitamin E (Ali et al., 2015). Komposisi pigmen pada Spirulina sp. Merupakan komposisi pigmen yang kompleks dan umum ditemukan pada alga hijau biru. Komposisi tersebut diantaranya adalah klorofil –a, xanthophyll, fikosianin dan zeaxanthin. Spirulina sp. Mengandung fikosianin yang tinggi sehingga warnanya cenderung hijau biru. 2.11
Manfaat Spirulina sp Spirulina sp merupakan salah satu pakan alami yang telah dtmanfaatkan
sebagai pakan alami pada budidava organisme laut seperti rotifer, larva oyster, kerang mutiara, abalone, udang, kakap dan kerapu (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Suminto (2009) menyatakan baliwa kandungan protein Spirulina sp sebesar 60-71 %, lemak 8 %, karbohidrat 16 %, 1,6 % kiorofil -a, 18 % pikosianin, 17 % betacarotin, 20-30 % asam linoleat dan vitamin. Spirulina sp juga mengandung pigmen warna caretonoid yang tinggi serta sebagai sumber potassium, kalsium, krom, tembaga, besi, magnesium, fosfor, selenium, sodium dan seng. Spirulina sp mengandung pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Kandungan fikosianin dalam Spirulina, sp.
tergantung pada suplai nitrogen.
Fikosianin telah digunakan sebagai pewarna alami makanan, kosmetika, dan obatobatan. Fikosianin merupakan protein kompleks yang mampu
meningkatkan
kekebalan tubuh, bersifat antikanker dan antioksidan (Kozlenko dan Henson, 1998), Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dijadikan sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan karbohidrat dan senyawa organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga menghasilkan protein yang cukup tinggi Manfaat lain dari mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton, larva udang atau ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas koki dan ikan hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan Spirulina skala massal yang dilakukan oleh peternak ikan untuk kepentingan pakan alami. Spiriluna juga dapat menstabilkan jumlah sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan hemoglobin. Selain itu, memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh serta mengurangi efek samping terhambatnya produksi stem sel atau sel-sel penghasil sel darah. Pada percobaan terhadap hewan, terlihat bahwa spirulina meningkatkan
12
hematopoiesis yakni pembentukan sel darah merah. Itu diyakini karena tingginya kandungan zat besi di dalamnya. Manfaat penambahan Spirulina pada makanan ikan adalah mencerahkan warna ikan, menaikan pertumbuhan rata-rata. Sementara bagi ikan konsumsi sprirulina berpengaruh pada bau dari ikan tersebut, Ikan memberikan respon kepada rasa Spirulina dan membuat ikan lebih berdaging. Ikan akan tumbuh lebih cepat, rasanya lebih enak, dan mencegah penyakit. Pada spesies ikan tropis, spirulina merupakan bagian yang penting dalam kandungan makanan. Lima manfaat Spirulina untuk kesehatan ikan adalah sebagai berikut: 1. Spirulina mengandung vitamin dan mineral. 2. Spirulina kaya akan muco protein baik untuk kesehatan kulit. 3. Kandungan phycocyanin yang dapat mengurangi obesitas dan membuat ikan menjadi lebih sehat. 4. Kandungan asam lemak yang berguna untuk pertumbuhan organ. 5. Spirulina mengandung zat pewarna natural seperti carotenoids. Dengan memberi Spirulina, ikan tropis akan menjadi lebih indah, sehat, dan dapat hidup lebih lama.
13
BAB III. PENUTUP 3.1
Kesimpulan Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu perairan. Dalam hal ini fitoplankton mempunyai peranan penting bagi produktivitas primer
perairan,
karena
fitoplankton
dapat
melakukan
fotosintesis
yang
menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi. Spirulina sp adalah ganggang renik (mikroalga) berwarna hijau kebiruan yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem daratan dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Spirulina sp yang merupakan mikroalga memiliki kandungan protein, vitamin, mineral dan zat lainnya yang dapat digunakan sebagai pakan alami untuk ikan. Kandungankandungan tersebut memberikan efek yang baik untuk ikan, sehingga mebuat ikan lebih sehat, dapat hidup lebih lama, menjadikan lebih indah (untuk ikan hias), membantu pertumbuhan organ pada ikan dan lain sebagainya. Factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan sel spirulina sp adalah suhu, salinitas, intensitas cahaya, dan ketersediaan makro dan mikronutrien. 3.2
Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA Ali, R., S. Sedjati Dan E. Supriyantini. 2015. Aktivitas Antioksidan Fikosianin Dari Spirulina Sp. Menggunakaan Metode Transfer Electron Dengan DPPH (1,1Difenil-2-Pikrilhidrazil. Jurnal Kelautan Tropis. 18(2) : 58-63 Angka Dan Suhartono. 2000. Manfaat Dan Kandungan Biota-Biota Laut. Kanisius. Yogyakarta Ariyati, S. 1998. Pengaruh Salinitas Dan Dosis Pupuk Urea Terhadapa Pertumbuhan Spirulina Sp. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ipa Universitas Diponegoro. Semarang Bold, H.C Dan Wynne. 1985. Intriduction Of The Algae. Second Edition. Prentice Hall. Engle Wood. Buwono, N. R Dan R. Q. Nurhasanah. 2018. Studi Pertumbuhan Populasi Spirulina Sp Pada Skala Kultur Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 10(1) :35-46 Cifferi, O. 1983. Sprrulina, The Edible Organism. American Society For Microbiology. USA. 47(4). Hariyati, R. 2008. Pertumbuhan Dan Biomassa Spirulina Sp Dalam Skala Laboratorium. Laboratorium Ekologi Dan Biosistematik Fakultas Matematika Dan Ipa . Universitas Diponegoro. Isnansetyo Dan Kurniastuty.1995.Teknik Kultur Phytoplankton Dan Zooplankton. Kanisius. Jogjakarta. 198 Hal Khazmi, A.U. 2014. Jenis-Jenis Fitoplankton Pada Zona Litoral (Studi Kasus Di Telogo Warno Dan Telogo Pengilon Dieng Plateu Wonosobo). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo:Semarang Martosudarmo, B., Dan Wulan. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni Dan Sel Mikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang. Jepara. Musthafa, H. 2013. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sub DAS Gajahwong Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta Rais, F.F. 2015. Struktur Komunitas Plankton Di Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan. Sawestri, Sefi Dan Ahmad Farid.2012. ―Kajian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir(Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Plankton‖. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir.V.ISSN 1979-1208.
15
Suharno Dan Daniel Lantang. 2012. Status Kesuburan Perairan Laut Ditinjau Dari Keragaman Plankton Di Kawasan Kepala Burung, Papua Barat. Jurnal Biologi Papua. Vol 4 (2): 75-82 Suminto,. 2009. Penggunaan Media Jenis Kultur Teknis Terhadap Produksi Dan Kandungan Nutrisi Sel Spirulina Sp. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang Tindaon, E.N. 2014. Keanekaragaman Plankton Di Sungai Pelawi Desa Pelawi Utara Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan. Utami, S. 2012. Perbedaan Keanekaragaman Jenis Fitoplankton Di Daerah Sekitar Keramba Dan Sekitar Warung Apung Rawa Jombor Hubungannya Dengan Kualitas Perairan. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta:Yogyakarta
16