TUGAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI KOMUNITAS
Common cold
Disusun oleh : Monica Satya Resmi Yunita, S. Farm
(12 8115 102)
Natalia Noveli Hardita, S. Farm
(12 8115 103)
Natalia Windari Rahardjo, S. Farm
(12 8115 104)
Novi Heriyanto, S. Farm
(12 8115 105)
Novita Saragih, S. Farm
(12 8115 106)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
COMMON COLD
A. Pengantar Masuk angin dan flu menyebabkan banyak gejala-gejala yang sama. Tetapi masuk angin umumnya lebih ringan, sedangkan flu cenderung lebih parah. Masuk angin sering dimulai dengan perasaan lelah, bersin-bersin, batuk dan ingusan. Tubuh kita mungkin tidak demam atau mungkin demam rendah, hanya sekitar 1-2 derajat lebih tinggi dari biasanya. Kita juga mengalami nyeri otot, sakit tenggorokan atau gatal, mata berair dan sakit kepala. Flu menyerang secara tiba-tiba, kita mungkin akan merasa lemah dan lelah, juga mengalami demam, batuk kering, ingusan, dingin, nyeri otot, sakit kepala berat, mata sakit dan sakit tenggorokan. Biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dari flu daripada masuk angin (Anonim, 2005). Common cold atau dikenal dengan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas, merupakan salah satu penyebab umum pasien mengunjungi dokter dan terhitung lebih dari 25 juta pekerja mengunjungi dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat. Penyakit ini mempengaruhi perekonomian dengan adanya biaya pengobatan dan penurunan produktivitas pekerja. Pengobatan common cold pada pasien rawat jalan mencapai 1 milyar dollar AS pertahunnya. Pengobatan dengan atau tanpa resep dokter pada common cold menunjukkan pengeluaran biaya yang signifikan. Setiap tahunnya, diperkirakan sebanyak 227 juta dollar AS dihabiskan untuk pembelian antibiotik dalam pengobatan common cold, dan kira-kira 2 milyar dollar AS digunakan pada pembelian produk pengobatan batuk dan flu dalam swamedikasi. Meskipun common cold merupakan penyakit akut yang dapat disembuhkan tanpa obat. Namun, gejala penyakit membuat penderita tidak nyaman. Setiap harinya, para tenaga kesehatan selalu menemui masalah terhadap gejala penyakit common cold. Adalah tantangan dan pertanyaan bagi
2
para tenaga kesehatan kapan dan bagaimana pengobatan terbaik dalam mengobati common cold (Covington, R., et al., 2004).
B. Epidemiologi Common cold atau dapat juga disebut rinitis infeksiosa merupakan penyakit peradangan pada hidung dan sinus udara yang paling sering. Peradangan ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus, seperti adenovirus, echovirus, dan rhinovirus pada saluran pernafasan atas. Virusvirus ini memicu pengeluaran sekret kataralis dalam jumlah besar. Sulit untuk menentukan sindrom ini secara tepat karena besarnya variasi pada keparahan penyakit, durasi, dan tipe gejalanya. Rhinovirus dilaporkan menyebabkan 3050% dari semua masuk angin, dan coronavirus merupakan agen yang paling umum kedua menyebabkan 10-15% masuk angin. Virus influenza menyebabkan 5-15% masuk angin dan virus masuk angin seperti respiratory syncytial virus menyebabkan sebagian besar penyakit seperti flu. Selama stadium akut awal, mukosa hidung menebal, edematosa, dan merah; rongga hidung menyempit; dan turbinatus (konka) membesar (Eccles, 2005). Acute Upper Respiratory Tract Infection (ARTI) muncul setiap musim dengan kejadian meningkat pada musim gugur, memuncak pada musim dingin, dan menurun pada musim semi. Anak muda umumnya mengalami 5 sampai 7 kali masuk angin dalam setahun dan beberapa anak lainnya sampai 12 kali. Orang dewasa biasanya terkena 2 sampai 3 kali masuk angin dalam setahun, tetapi mereka yang sering kontak dengan anakanak muda mungkin dapat terkena masuk angin lebih sering. Yang termasuk faktor resiko untuk common cold yaitu merokok, gizi buruk, padatnya populasi, gaya hidup yang menetap, dan jaringan sosial yang kurang beragam. Kedatangan pada perawatan sehari-hari merupakan faktor resiko utama ARTI pada anak-anak, dan frekuensi masuk angin meningkat seiring dengan jumlah kedatangan anak-anak. Pada orang dewasa, stress berperan meningkatkan kerentanan terkena common cold. Latihan yang terlalu berat juga dapat berperan penting dalam meningkatkan resiko ARTI, akan tetapi, latihan yang cukup dan sistem imun yang baik dapat mencegah ARTI.
3
C. Patofisiologi Rhinovirus merupakan penyebab utama penyakit ARTI (Acute Upper Respiratory Tract Infection)/Common cold, mewakili kira-kira 80% penyebab common cold. Virus lainnya yang menyebabkan ARTI termasuk coronavirus, virus parainfluenza, respiratory synctial virus, dan adenoviruses. Infeksi oleh rhinovirus terutama disebarkan melalui kontak langsung dari sekresi hidung atau mata penderita yang telah terinfeksi. Rhinovirus dapat hidup di tangan maupun lingkungannya selama beberapa jam dan dapat dideteksi sebanyak 40% hingga 90% dari penderita common cold. Infeksi rhinovirus juga dapat terjadi akibat adanya partikel-partikel kecil yang berterbangan diudara setelah penderita yang terinfeksi bersin ataupun partikel besar pada waktu penderita yang terinfeksi batuk. ARTI terjadi akibat virus penyebab common cold yang masuk ke dalam adenoid ditenggorokan dan terikat ke dalam sebuah reseptor adhesi interseluler molekul-1 yang dinamakan ICAM-1, kemudian melakukan replikasi
di respirasi sel epitel kemudian menjalar ke dalam daerah
nasopharynx. Dosis infeksi dari rhinovirus sangat kecil dan replikasinya terjadi dalam 8 sampai 12 jam. Meskipun efisiensi dari rhinovirus, gejala penyakitnya berkembang hanya dalam 75% dari orang yang terinfeksi.
D. Gejala dan tanda Ketika infeksi virus menyebar dengan cepat, jalur inflamasi diaktifkan. Sel yang terinfeksi memberikan sinyal untuk memproduksi sitokin dan
kemokin
(contohnya:
platelet-activating
factor,
leukotrienes,
prosaglandins dan bradykinins) yang merupakan sel aktif penyebab radang dan immunocompetent (Covington, et al., 2004). Gejala klinis terjadi dalam 10 sampai 12 jam setelah infeksi dan biasanya dimulai dengan gejala awal sakit kepala, bersin-bersin, kedinginan, sakit tenggorokan dan gejala selanjutnya yaitu hidung tersumbat, batuk dan tidak enak badan. Umumnya keparahan gejala meningkat dengan cepat, memuncak 2-3 hari setelah infeksi, dengan rata-rata durasi gejala 7-10 hari tetapi dengan beberapa gejala yang masih timbul selama lebih dari 3 minggu. Gejala flu pada dewasa jarang
4
muncul bersamaan dengan demam, dan beberapa orang mengalami suhu tubuh yang rendah selama fase awal masuk angin. Penelitian pada gejalagejalanya dilakukan dengan virus common cold yang berbeda yang menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk mengidentifikasi virus berdasarkan gejalanya, sejak gejala yang sama disebabkan oleh virus yang berbeda (Eccles, 2005).
E. Perbedaan Rinitis Alergi, Common Cold, dan Influenza Tabel I. Perbedaan Rinitis Alergi, Common Cold dan Influenza URAIAN PENYEBAB
RINITIS ALERGI Alergen seperti pollen, debu, bulu binatang.
GEJALA
gejala berupa bersinbersin, hidung beringus, gatal-gatal di sekitar hidung setelah terpapar alergen.
KARAKTERISTIK TIMBULNYA GEJALA
Sistem imun akan menyerang alergen yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun yang melawan alergen dengan memproduksi antibodi disebut Immunoglobulin E.
COMMON COLD Rinovirus, corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan A24, echovirus 11 dan 20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Kongesti nasal, Mengeluarkan ingus, Tenggorokan gatal, Bersin
Simtom biasanya bermula 2-5 hari setelah infeksi awal. Puncak gejala timbul pada 2-3 hari symtomp onset. Makrofag akan mencetuskan produksi sitokin, yang apabila berkombinasi dengan mediator akan menimbulkan gejala-gejala. Sitokin menyebabkan efek sistemik. Mediator bradikinin berperan utama menyebabkan simtom lokal seperti radang tenggorokan dan iritasi nasal.
INFLUENZA Virus influenza merupakan jenis virus yang bercangkang, negative-sense, single stranded RNA virus dari famili Orthomyxoviridae. demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, malaise parah, batuk tanpa dahak, sakit tenggorokan, dan rinitis, rasa lelah. influenza akan memiliki simtom yang konstan dan cepat.
Influenza virus menginvasi sel dan memutus ikatan hemagglutinin virus dengan beberapa protease. Inhibisi adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang akan menyebabkan turunnya level kortisol
5
Rhinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu pollen, pepohonan, bulu binatang, mold, hewan kecil, dan rerumputan. Gejala alergi yang timbul karena adanya reaksi sistem imun. Sistem imun akan menyerang alergen yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun yang melawan alergen dengan memproduksi antibodi disebut Immunoglobulin E. Antibodi ini akan menuju ke sel yang mengeluarkan senyawa kimia, menyebabkan reaksi alergi dengan gejala berupa bersin-bersin, hidung beringus, gatal-gatal di sekitar hidung. Subjek yang mengalami rinitis alergi dapat pula menderita mata berair, dan biasanya mereka lebih sensitif terhadap iritan atau alergen misalnya asap, parfum, dan udara kering (American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, 2012). Rinovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan common cold. Virus lain diantaranya corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan A24, echovirus 11 dan 20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Simtom biasanya bermula 2-5 hari setelah infeksi awal. Puncak gejala timbul pada 2-3 hari symtomp onset, dapat dibedakan apabila influenza akan memiliki simtom yang konstan dan cepat. Influenza merupakan infeksi virus yang berefek pada hidung, tenggorokan, bronkus, dan paru-paru. Infeksi biasanya terjadi kira-kira selama seminggu, dan dikarakterisasikan dengan onset cepat yaitu timbulnya demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, malaise parah, batuk tanpa dahak, sakit tenggorokan, dan rinitis. Virus akan berpindah dari penderita ke calon penderita yang lain ketika pasien yang terinfeksi batuk dan bersin (World Health Organization, 2012). Virus influenza merupakan jenis virus yang bercangkang, negative-sense, single stranded RNA virus dari famili Orthomyxoviridae. Inti nukleoprotein digunakan untuk membedakan tiga tipe virus influenza yaitu A, B, dan C. Virus influenza A merupakan virus yang paling banyak menyebabkan flu pada manusia dan infeksi avian influenza (Derlet and Bennet, 2012).
6
F. Obat yang digunakan untuk terapi Beberapa alternatif obat untuk mengatasi common cold adalah obatobatan golongan analgesik-antipiretik, antihistamin (generasi pertama) dan dekongestan. Proses terjadinya common cold terbagi atas 2 tahap yaitu virus menginfeksi sel-sel hidung dan tahap kedua yaitu aktivasi mediator inflamasi yang secara langsung menimbulkan gejala-gejala common cold. Idealnya, pengobatan difokuskan pada kedua proses tersebut namun obat-obatan untuk menangani infeksi virus belum tersedia. 1.
Analgesik-Antipiretik Analgesik
adalah
obat
yang
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada penderita. Nyeri merupakan suatu rangsangan sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkan antipiretik adalah obat yang menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Contohnya yaitu Parasetamol, Fenasetin, aspirin, antalgin (Anonim, 2008).
2.
Antihistamin Histamin merupakan senyawa dalam tubuh yang merupakan salah satu mediator inflamasi yang penting. Ketika histamin menuju daerah hidung, akan terjadi pelebaran dan pecahnya pembuluh darah. Efek histamin yaitu menyebabkan bersin, batuk, hidung berair dan hidung tersumbat. Terdapat 2 golongan obat antihistamin yaitu generasi pertama (sedatif) dan generasi kedua (non sedatif). Namun yang efektif untuk mengobati common cold adalah antihistamin generasi pertama misalnya bromfeniramin, klorfeniramine dan klemastin. Antihistamin bekerja dengan mencegah histamin menempel pada sel reseptor yaitu H1. Antihistamin generasi pertama juga mengeblok aktivitas pada bagian sistem saraf parasimpatik yang menstimulasi
7
sekresi kelenjar lendir. Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa obat golongan ini cukup efektif mengurangi bersin – bersin dan hidung berair karena flu. Contoh antihistamin yaitu klorfeniramin maleat (dalam obat Fludane Forte Kapsul, Decolgen, Procold dan Ultraflu) dan triprolidina (dalam obat Tremenza). Efek samping obat golongan ini antara lain menyebabkan kantuk. Konsumsi alkohol dan obat penenang dapat meningkatkan efek kantuk ini. Selain itu juga dapat menyebabkan sulit buang air kecil pada orang yang mengalami pembesaran kelenjar prostat dan mengakibatkan glaukoma menjadi lebih parah bagi orang yang mengalami masalah pada mata (Gwaltney and Hayden, 2007).
3.
Dekongestan Dekongestan termasuk dalam kategori agonis alfa adrenergik. Salah satu contohnya yaitu pseudoefedrin. Obat ini membuka jaringan pada hidung dengan mengecilkan pembuluh darah pada lapisan lendir pada hidung yang menyebabkan gangguan karena flu. Bentuk sediaan obat spray atau obat tetes dapat diaplikasikan pada mulut atau langsung pada lapisan lendir di bagian hidung. Bentuk sediaan ini memiliki aksi cepat untuk mengurangi gangguan pada hidung. Namun ketika efeknya sudah menghilang, maka gangguan pada hidung akan cepat kambuh. Dekongestan untuk hidung juga dapat mengiritasi tenggorokan. Dekongestan oral dapat menyebabkan denyut jantung lebih cepat, tekanan darah meningkat dan menjadi gelisah. Meskipun dekongestan oral memiliki aksi yang kurang kuat dan kurang cepat dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal tetapi memiliki efek samping yang lebih kecil. Ketika dekongestan diaplikasikan langsung pada lapisan lendir pada hidung maka dekongestan akan cenderung kehilangan kefektifannya dan dapat menyebabkan rusaknya lapisan lendir (Gwaltney and Hayden, 2007).
8
G. Analisis P-Medicine untuk Common Cold Pada makalah ini akan dibahas beberapa produk obat yang dapat digunakan untuk mengobati gejala-gejala common cold diantaranya yaitu: Nodrof®, Sanaflu® Tab, Sanaflu Forte® Tab, Fludane Forte® Kapsul, Decolgen®, Procold®, Tremenza®, Ultraflu®, Rhinos® SR Kapsul, Aldisa® SR dan Fexofed®. Informasi secara lengkap mengenai obat-obat tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari 11 obat-obat yang digunakan, ada yang memiliki kandungan zat aktif sama dan ada yang tidak. Oleh karena itu, dilakukan pengelompokkan obat-obat berdasarkan kandungan zat aktifnya. Tabel II. Penggolongan Obat Berdasarkan Kandungan Zat Aktif No. 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7.
Kandungan Zat Aktif Parasetamol Fenilpropanolamin HCl Parasetamol Fenilpropanolamin HCl Klorfeniramin Maleat Parasetamol Pseudoephedrine HCl Klorfeniramin Maleat Pseudoefedrin HCl Triprolidina HCl Pseuodoefedrin HCl Loratadine Pseuodoefedrin HCl Fexofenadine HCl Pseudoefedrin HCl
Nama Obat Nodrof®, Sanaflu® Tab, Sanaflu Forte® Tab Fludane Forte® Kapsul, Decolgen®, Ultraflu® Procold® Tremenza® Rhinos® SR (lepas lambat) Rhinos® SR (lepas cepat), Aldisa® SR Fexofed®
F. ANALISIS TERAPI 1. Efektivitas Analisis efektivitas pada 11 macam obat merek dagang dilakukan dengan mempertimbangkan indikasi obat dan efek farmakologi dari komposisi zat aktif yang digunakan untuk meringankan gejala-gejala common cold. Indikasi obat merupakan tujuan penggunaan obat dalam pengobatan. Dari 11 macam obat merek dagang tersebut, hampir semuanya memiliki indikasi yang sama yaitu untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tesumbat dan bersin-bersin.
9
Kemudian analisis dilanjutkan dengan melihat efek farmakologi dari masing-masing obat. Efek farmakologi merupakan efek yang timbul karena konsumsi obat. Efek farmakologi ditentukan dari komposisi zat aktif yang ada pada masing-masing obat tersebut. Untuk meringankan gejala-gejala common cold, umumnya zat aktif terdiri dari analgesik-antipiretik (seperti parasetamol) dan antihistamin (seperti klorfeniramin maleat, triprolidina, loratadin dan fexofenadine). Namun pada kondisi tertentu seperti terjadi penyumbatan hidung dapat digunakan zat aktif berupa dekongestan (seperti pseudroefedrin HCl dan fenilpropanolamin HCl). Untuk penilaian efektivitas pada makalah ini dilakukan dengan cara mencari komposisi obat dengan kandungan zat aktif yang paling efektif meliputi analgesikantipiretik dan antihistamin. Pada pasien yang mengalami penyumbatan hidung dapat digunakan obat yang mengandung dekongestan. Hal ini bertujuan agar pengobatan sesuai dengan indikasinya yaitu mengobati gejala-gejala common cold yang timbul. Parasetamol
merupakan
senyawa
analgesik-antipiretik
yang
banyak digunakan untuk terapi common cold. Hal ini dikarenakan efektivitasnya yang cukup baik dalam menurunkan demam dan meredakan rasa nyeri, selain itu juga lebih aman jika dibandingkan ibuprofen (Perrott, 2004) dan aspirin. Tabel III. Penilaian Efektivitas Berdasarkan Indikasi dan Komposisi Efektivitas No. Nama Obat Indikasi Komposisi 1. Nodrof® ++ ++ 2. Sanaflu® Tab ++ ++ 3. Sanaflu Forte® Tab ++ ++ 4. Fludane Forte® Kapsul ++ +++ 5. Decolgen® ++ +++ 6. Procold® ++ +++ 7. Tremenza® ++ ++ 8. Ultraflu® ++ +++ 9. Rhinos® SR Kapsul + ++/+ 10. Aldisa® SR + ++ 11. Fexofed® + ++ Keterangan: Indikasi (+) : untuk mengobati gejala selain flu (seperti rhinitis alergika) (++) : untuk mengobati gejala flu
10
Komposisi (+) : komposisi terdiri dari 1 jenis zat aktif ( contoh: hanya dekongestan saja) (++) : komposisi terdiri dari 2 jenis zat aktif (+++) : komposisi terdiri dari 3 jenis zat aktif (analgesik-antipiretik, antihistamin dan dekongestan)
Berdasarkan tabel penilaian efektivitas indikasi dan komposisi berbagai merek dagang obat tersebut dapat diketahui bahwa Fludane Forte® Kapsul, Decolgen®, Procold® dan Ultraflu® memiliki prioritas utama (warna hijau) jika dilihat dari sisi efektivitasnya. Sedangkan untuk prioritas kedua (warna biru) yaitu Nodrof®, Sanaflu® Tab, Sanaflu Forte® Tab dan Tremenza®. Namun jika efektivitas dari obat-obat tersebut dikaitkan dengan bentuk sediaannya maka penilaian tersebut dapat berubah. Bentuk sediaan juga dapat mempengaruhi efektivitas kecepatan dari zat aktif untuk menimbulkan efek. Sebagai contoh yaitu bentuk sediaan sirup dengan tablet atau kaplet, yang akan memberikan efek lebih cepat yaitu bentuk sediaan sirup karena dalam bentuk cairan, tidak perlu mengalami proses disintegrasi terlebih dahulu. Sedangkan pada bentuk sediaan kalpet atau tablet membutuhkan proses disintegrasi dan disolusi terlebih dahulu untuk dapat diabsorbsi tubuh, oleh karena itu tablet dan kaplet membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan bentuk sediaan sirup untuk menimbulkan efek. Tabel IV. Penilaian Efektivitas jika dikaitkan dengan Bentuk Sediaan Efektivitas No. Nama Obat Bentuk Indikasi Komposisi Sediaan 1. Nodrof® ++ ++ Kaplet 2. Sanaflu® Tab ++ ++ Tablet 3. Sanaflu Forte® Tab ++ ++ Tablet 4. Fludane Forte® Kapsul ++ +++ Kapsul 5. Decolgen® ++ +++ Tablet, Sirup 6. Procold® ++ +++ Kaplet, Sirup 7. Tremenza® ++ ++ Tablet, Sirup 8. Ultraflu® ++ +++ Kaplet 9. Rhinos® SR Kapsul + ++/+ Kapsul 10. Aldisa® SR + ++ Kapsul 11. Fexofed® + ++ Kaplet Keterangan: Indikasi (+) : untuk mengobati gejala selain flu (seperti rhinitis alergika) (++) : untuk mengobati gejala flu Komposisi (+) : komposisi terdiri dari 1 jenis zat aktif ( contoh: hanya dekongestan saja)
11
(++) : komposisi terdiri dari 2 jenis zat aktif (+++) : komposisi terdiri dari 3 jenis zat aktif (analgesik-antipiretik, antihistamin dan dekongestan)
Berdasarkan pertimbangan indikasi, efek farmakologi dari komposisi dan bentuk sediaannya, maka dipilih 5 obat yang masuk dalam kriteria efektivitas
yaitu:
Fludane
Forte®
Kapsul,
Decolgen®,
Procold®,
Tremenza® dan Ultraflu®.
2. Keamanan Aspek keamanan obat merupakan aspek yang penting kita perhatikan karena berkaitan langsung dengan kesembuhan pasien. Aspek keamanan suatu obat dapat dilihat dari ketepatan dosis, tingkat efek samping yang ditimbulkan, kontraindikasi dan bagaimana interaksi obat yang terjadi. Berdasarkan informasi yang tertera pada label kemasan atau leaflet pada masing-masing obat, kita dapat melihat keterangan mengenai dosis, efek samping, kontraindikasi dan interaksi obat dari obat tersebut. Dari aspek ketepatan dosis, semua obat yang dipilih telah memenuhi syarat ketepatan dosis dimana dosis yang tertera pada leaflet telah sesuai dengan dosis terapi dan tidak melebihi dosis terapi masing-masing zat yang ada dalam obat tersebut. Selain itu, komponen utama pada tiap obat tidak melebihi batas maksimal yang dianjurkan. Sehingga dari segi dosis, semua obat yang dipilih telah aman untuk digunakan. Tabel V di bawah ini merupakan data dosis terapi dan maksimal masing-masing zat aktif.
12
Tabel V. Dosis Terapi dan Dosis Maksimal Tiap Komponen Obat (IONI, 2000) Nama Zat Aktif Parasetamol Pseudoefedrin HCl Phenylpropanolamine HCl Triprolidine HCl Loratadine Fexofenadine HCl CTM
Dosis Terapi (Oral)
Dosis Maksimal
Dewasa = 0,5-1 g tiap 4-6 jam
4 g/hari
Anak 6-12 thn = 250-500 mg, tiap 4-6 jam
maks 4 dosis/hari
Dewasa = 60 mg, 4x sehari
240 mg/hari
Anak 6-12 tahun = 30 mg, 4x sehari Dewasa = 25-100 mg/hari Anak 6-12 tahun = 12,5-50 mg/hari
120 mg/hari 150 mg/hari 75 mg/hari
Dewasa = 2,5 mg, 4x sehari
maks 4 dosis/hari
Anak 6-12 tahun = 1,25 mg, 4x sehari
maks 4 dosis/hari
Dewasa = 10 mg/hari
*
Anak 2-12 tahun = 5 mg/hari
*
Dewasa = 60 mg, 2x sehari
*
Anak 6-12 tahun = 30 mg, 2x sehari
*
Dewasa = 4 mg tiap 4-6 jam
24 mg/hari
Anak 6-12 tahun = 2 mg tiap 4-6 jam
12 mg/hari
*= tidak ada keterangan
Tabel VI. Penilaian Tingkat Keamanan Tiap Obat
Nama Obat Nodrof® Sanaflu® Tab ®
Sanaflu Forte Tab Fludane Forte® Kapsul Decolgen® Procold
®
Tremenza Ultraflu
®
®
®
Rhinos SR Kapsul ®
Aldisa SR Fexofed
®
Efek Samping +++
Keamanan Kontra Interaksi Indikasi Obat ++ ++
Total Ketepatan penilaian Dosis +++ 10+
+++
++
++
+++
10+
+++
++
++
+++
10+
+
+
+
+++
6+
+
+
+
+++
6+
++
+
+
+++
7+
++
+++
++
+++
10+
+
+
+
+++
6+
++
++
+
+++
8+
++
++
++
+++
9+
++
++
++
+++
9+
Keterangan: Efek Samping: (+) efek samping berat (++) efek samping sedang (+++) efek samping ringan Kontra Indikasi: (+) > 9 kontra indikasi (++) 5-9 kontra indikasi (+++) < 4 kontra indikasi
13
Interaksi Obat: (+) > 10 interaksi (++) 6-10 interaksi (+++) < 5 interaksi Ketepatan Dosis: (+++) Dosis sesuai dosis terapi dan tidak melebihi dosis maksimal.
Dilihat segi efek samping, masing-masing obat memiliki tingkatan masing-masing sesuai dengan keterangan pada tabel VI. Diberi tanda positif 3 (+++) bila memiliki tingkat efek samping ringan misalnya kantuk, pusing, mual, mulut kering, ruam kulit, ansietas. Diberi positif 2 (++) bila memiliki tingkat efek samping sedang misalnya gangguan saluran pencernaan, takikardia, aritmia, palpitasi, insomnia, tremor, dan retensi urin. Diberi positif 1 (+) bila memiliki tingkat efek samping tinggi yaitu menyebabkan anoreksia, insomnia, reaksi alergi, hipotensi, lemah otot, kelainan darah, gangguan visual dan efek antimuskarinik. Makin berat efek samping yang ditimbulkan maka maka makin kurang aman obat tersebut untuk digunakan. Penilaian pada kontraindikasi tiap obat dilakukan dengan membandingkannya satu sama lain. Pada tiap zat aktif dihitung banyaknya kontra indikasinya. Makin banyak kontra indikasi, maka makin sedikit nilai positif yang diberikan. Diberi tanda pofitif 3 (+++) bila hanya terdapat kurang dari 4 kontra indikasi. Diberi nilai positif 2 (++) bila terdapat 5 – 9 kontra indikasi. Diberi tanda positif 1 (+) bila terdapat lebih dari 9 kontra indikasi. Makin banyak kontra indikasi, maka makin kurang aman obat tersebut untuk digunakan. Sementara dari aspek interaksi obat, semakin banyak interaksinya maka makin berkurang keamanannya. Obat diberi tanda positif 3 (+++) bila hanya terjadi kurang dari 5 interaksi obat. Diberi nilai positif 2 (++) bila ada 6 – 10 interaksi dengan obat lain. Diberi nilai positif 1 (+) bila terdapat lebih dari 10 interaksi dengan obat lain. Makin banyak interaksi obat yang terjadi maka makin kurang aman pula obat tersebut untuk digunakan.
14
Berdasarkan pertimbangan efek samping, kontraindikasi, interaksi obat dan ketepatan dosis maka pilihan obat yang paling aman yaitu Nodrof®, Sanaflu® Tab, Sanaflu Forte® Tab, Tremenza®, Rhinos® SR Kapsul, Aldisa® SR, dan Fexofed®.
3. Kenyamanan Kenyaman dalam pemilihan obat yang akan digunakan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain bentuk sediaan obat dan aturan pakai atau frekuensi pemakaianya. Obat flu atau common cold yang beredar di masyarakat kebanyakan dalam bentuk sediaan padat seperti tablet, kapsul, atau kaplet. Ada beberapa sediaan cair seperti sirup yang umumnya diberikan untuk anak – anak. Apabila bentuk sediaan obat yang diberikan mudah untuk digunakan serta tidak diperlukan keahlian khusus maka pasien dapat lebih patuh minum obat. Hal ini akan meningkatkan nilai kenyamanan penggunaan obat oleh pasien. Apabila penggunaan obat cenderung lebih sulit seperti serbuk maka pasien akan cenderung tidak patuh. Sebagai contoh konsumsi sediaan tablet lebih mudah daripada sediaan syrup. Tablet, kapsul atau kaplet juga sangat mudah dibawa sehingga meningkatkan kepatuhan pasien. Semua obat yang dipilih memiliki bentuk sediaan padat (tablet, kaplet, dan kapsul) dan ada juga beberapa yang tersedia dalam bentuk cair. Sediaan berbentuk kapsul memiliki kelebihan dibandingkan dengan tablet atau kaplet karena dapat menutupi bau dan rasa yang kurang enak dari obat dan juga lebih mudah ditelan. Sementara bentuk sediaan sirup lebih dikhususkan untuk anak – anak yang masih sulit untuk menelan tablet, kapsul atau kaplet yang ukurannya besar. Jadi untuk kenyamanan penggunaan obat maka dibuatlah sediaan sirup agar sediaan obat padat tidak perlu digerus lagi. Hal lain yang mempengaruhi kenyamanan penggunaan obat ialah frekuensi pemakaian obatnya. Apabila penggunaan obat sekali sehari maka dapat meningkatkan kepatuhan pasien dibanding penggunaan obat tiga hari sekali. Oleh karena itu penggunaan obat flu yang dapat
15
meningkatkan kenyamanan ialah obat dengan frekuensi penggunaan lebih sedikit. Adapun diantara obat tesebut ada yang digunakan 3 kali sehari dan ada beberapa obat yang dapat dikonsumsi 3-4 kali sehari. Walaupun pemakaian obatnya tidak terlalu jauh berbeda namun hal tersebut juga mempengaruhi kenyamanan konsumsi obat. Apabila terdapat obat flu yang dikonsumsi 4 kali sehari maka dapat mengurangi kepatuhan minum obat. Berikut tabel penilaian dari obat – obatan yang beredar untuk pengobatan common cold. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Tabel VII. Penilaian Berdasarkan Kesesuaian (Suitability) Kesesuaian Nama Obat Dagang BSO Frekuensi Penilaian Nodrof® + + ++ Sanaflu® Tab + + ++ Sanaflu Forte® Tab + + ++ Fludane Forte® Kapsul ++ + +++ Decolgen® ++ + +++ Procold® ++ + +++ Tremenza® ++ + +++ Ultraflu® + + ++ Rhinos® SR Kapsul ++ ++ ++++ Aldisa® SR + ++ +++ Fexofed® + ++ +++
Keterangan : Bentuk Sediaan Obat: (+) : Sediaan Untuk Penggunaan Dewasa Saja (Sediaan Tablet) (+) : Sediaan Menutupi rasa yang tidak Nyaman (Sediaan Kapsul) (++) : Sediaan Untuk Penggunaan Dewasa dan Anak (Sediaan Tablet dan Syrup) Frekuensi Pemberian: (+) : Sediaan dengan frekuensi pemakaian 3-4 kali sehari (++) : Sediaan dengan frekuensi pemakaian 1/2 kali sehari
4. Biaya Dengan banyaknya pengobatan yang dapat dipilih bila kamu mengalami common cold dan flu, akan sulit untuk memilih produk apa yang paling baik. Kebanyakan gejala common cold dapat diobati dengan obat-obat `yang dijual di OTC. Sebagian besar obat common cold dan flu mengandung banyak kombinasi bahan-bahan, jadi sangat penting untuk membaca label / leaflet pada tiap produk. Banyaknya produk-produk obat yang bersifat “mee too” membuat pembeli/pasien harus pandai memilih produk mana yang dirasakan paling baik dalam mengobati gejala penyakit common cold yang diderita. Dalam 16
proses swamedikasi / pengobatan mandiri, biaya merupakan parameter yang penting dalam pemilihan produk. Misalnya ada 2 produk dimana untuk pengobatan gejala yang sama, salah satu produk lebih murah dibanding produk lain, tentunya pembeli/pasien akan memilih produk yang lebih murah tersebut. Namun, terkadang sebagian orang memilih membeli produk yang lebih mahal. Tergantung dari status sosial dan faktor psikologis tiap individu. Berikut dibawah ini merupakan tabel penilaian biaya untuk penggunaan orang dewasa dan anak-anak > 12 tahun.
Tabel VIII. Penilaian Biaya untuk Penggunaan Orang Dewasa dan Anak >12 Tahun Biaya (untuk penggunaan selama 3 Penilaian No. Nama Merk Dagang hari) 1. Nodrof® Rp 3.267,+++ 2. Sanaflu® Tablet Rp 11.250,+ 3. Sanaflu® Forte Tablet Rp 11.250,+ 4. Fludane Forte® Kapsul Rp 4.860,+++ 5. Decolgen® Rp 3.222,+++ 6. Procold® Rp 4.838,+++ 7. Tremenza® Rp 9.000,++ 8. Ultraflu® Rp 4.050,+++ 9. Rhinos® SR Kapsul Rp 27.000,+ 10. Aldisa® SR Rp 24. 000,+ 11. Fexofed® Rp 24.450,+ Keterangan : Harga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan dalam mengkonsumsi obat selama 3 hari pemakaian. (++++) : total biaya pengobatan < Rp 3.000; (+++) : total biaya pengobatan Rp 3.000 - Rp. 5.000; (++) : total biaya pengobatan Rp 5.000 – Rp 10.000; (+) : total biaya pengobatan >Rp 10.000,-
Tabel VIII menunjukkan daftar biaya pengobatan common cold untuk orang dewasa dan anak umur 12 tahun ke atas dalam jangka waktu 3 hari. Obat yang diblok dengan warna biru merupakan obat yang termasuk daftar obat dengan harga di bawah Rp 5.000,00.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel IX. Penilaian Biaya untuk Penggunaan Anak Umur 6-12 tahun Biaya (untuk penggunaan selama 3 Penilaian Nama Merk Dagang hari) Nodrof Rp ,Sanaflu® Tablet Rp 5.625,++ Sanaflu® Forte Tablet Rp 5.625,++ Fludane Forte® Kapsul Rp 4.860,+++ Decolgen® Rp 1.611,++++ Procold® Rp 2.419,+++
17
7. Tremenza® Rp 4.500,+++ 8. Ultraflu® Rp 2.025,++++ 9. Rhinos® SR Kapsul Rp ,10. Aldisa® SR Rp ,11. Fexofed® Rp ,Keterangan : Harga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan dalam mengkonsumsi obat selama 3 hari pemakaian. (++++) : total biaya pengobatan < Rp 3.000; (+++) : total biaya pengobatan Rp 3.000 - Rp. 5.000; (++) : total biaya pengobatan Rp 5.000 – Rp 10.000; (+) : total biaya pengobatan > Rp 10.000,-
Fludane® Forte, Decolgen®, Procold®, Tremenza® (tablet), dan Ultraflu® merupakan obat dengan harga di bawah Rp 5.000,00 dan dapat dikatakan bahwa termasuk ke dalam kelompok harga yang terjangkau untuk pengobatan common cold untuk anak (6-12 tahun) (tabel IX). Obatobat tersebut dapat dijadikan sebagai pilihan karena dari segi biaya cukup terjangkau.
Tabel X. Hasil Analisis Efikasi, Keamanan, Kenyamanan dan Harga No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Merk Dagang Nodrof Sanaflu® Tablet Sanaflu® Forte Tablet Fludane Forte® Kapsul Decolgen® Procold® Tremenza® Ultraflu® Rhinos® SR Kapsul Aldisa® SR Fexofed®
Efektifitas
Keamanan
Kenyamanan
Harga
4+
10+
2+
3+
Total Penilaian 19+
4+
10+
2+
+
17+
4+
10+
2+
+
17+
5+
6+
3+
3+
17+
5+ 5+ 4+ 5+
6+ 7+ 10+ 6+
3+ 3+ 3+ 2+
3+ 3+ 2+ 3+
17+ 18+ 19+ 16+
3+
8+
4+
+
16+
3+ 3+
9+ 9+
3+ 3+
+ +
16+ 16+
Setelah dilakukan analisis terhadap keamanan, efikasi, kenyamanan dan harga pada masing-masing obat flu, kemudian dilakukan penjumlahan semua nilai dari masing-masing aspek. Semakin banyak nilainya maka obat tersebut dianggap semakin baik untuk menjadi obat-obat prioritas (P-Medicine) untuk mengobati gejala-gejala flu. Berdasarkan nilai total dari keempat aspek tersebut, maka obat-
18
obat yang memiliki skor/nilai paling tinggi yaitu adalah Tremenza® (skor 19), Nodrof® (skor 19) dan Procold® (skor 18).
I. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis kelompok kami terhadap aspek keamanan, efikasi, kenyamanan dan harga obat, maka obat yang menjadi Priority Medicine yaitu Tremenza®, Nodrof® dan Procold®.
J. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, IONI: Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, CV Agung Seto, Jakarta, pp. 114, 125, 127, 185. Anonim, 2005, American Academy of Family Physician, http://www.aafp. org/online/en/ home.html, diakses tanggal 15 September 2012 Anonim, 2008, Analgesik Antipiretik, www.farmasiku.cim/index.php?target =categories& cayegory_id=170, diakses tanggal 15 September 2012 Covington, T.R., Henkin, R., Miller, S., Sassetti, M., and Wright, W., 2004, Treating the Common Cold, FnP Associates, Vol. 5(4), pp. 1-12. Eccles, R., 2005, Understanding the Symptoms of Common cold and Influenza, Lancet Infect Dis, 5, pp. 718-725. Gwaltney, J.M. and Hayden, F.G., 2007, Common Cold, http://www. commoncold.org/sitemap.htm, diakses tanggal 15 September 2012 Perrott, D. A., 2004, Efficacy and Safety of Acetaminophen vs Ibuprofen for Treating Children’s Pain or Fever, Arch Pediatr Adolesc Med., 158, 521526.
19