BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia pendidikan begitu luas, setiap individu sepanjang hidupnya pernah mendengar istilah pendidikan, bahkan dari semenjak kecil setiap individu pernah mengalami pendidikan. Pendidikan pertama yang didapat oleh setiap individu tentu berawal didalam keluarganyya, tahap selanjutnya ia dapatkan di sekolah bahkan perguruan tinggi juga masyarakat. Namun demikian, tidak setiap individu memahami apa sebenarnya makna pendidikan itu sendiri. Dalam prakteknya, terkadang makna pendidikan di samakan dengan pengajaran dan pelatihan. Alhasil, karena
kesalahan
pemaknaan
membuat
para
pendidik
ditingkat
persekolahan khususnya, cenderung menekankan pada pelaksanaan konsep “pengajaran” yang lebih menekankan pada salah satu aspek perkembangan peserta didik. Pendidikan di Indonesia dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih mengandung kelemahan, yaitu hanya menekankan pada pengembangan aspek kognitif semata ataupun pada ‘pelatihan’ yang cenderung pada pengembangan aspek psikomotoriknya saja. Padahal, sejatinya makna pendidikan tidak hanya ditekankan pada salah satu aspek kepribadian, tetapi seluruh aspek kepribadian peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep ini tntu tidak diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang apa dan bagaimana makna pendidikan, pengajaran, dan pelatihan serta 1|landasan pedagogik
tujuan dari ketiganya. sehingga pemaknaan pada ketiga konsep tersebut tidak lagi dibawa ke ranah praktek pendidikan oleh pendidik. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini antara lain: 1) Apa makna pendidikan secara umum dan khusus? 2) Apa saja makna pengajaran dan orientasinya? 3) Apa saja makna pelatihan dan berbagai dimensinya ? C. Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1) Untuk memperoleh pemahaman tentang makna pendidikan secara umum dan khusus. 2) Untuk memahami makna pengajaran dan orientasinya. 3) Untuk memahami makna pelatihan dan berbagai dimensinya.
2|landasan pedagogik
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Pendidikan Dalam bahasa Yunani Pendidikan berasal dari kata pedagogia, yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan yang sering digunakan istilah pedagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan pedagogos mulanya berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian pedagoog (dari pedagogos) berarti seseorang yang tugasnya membimbing anak didalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Fuad,2010: 1). Sedangkan
Noeng
Muhadjir
(2000:
20-21)
mengemukakan
sebagaimana yang telah dikutip oleh Wiji Suwarno (2008: 19), dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Kemudian pendidikan dalam bahasa Inggris diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya transfer of knowledges tetapi juga transfer of values. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah
3|landasan pedagogik
lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya. Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pemahaman mengenai makna dari pendidikan dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan di suatu negara pasti akan berbeda dengan tujuan pendidikan yang ada di negara lain. Hal tersebut didasari oleh falsafah bangsa dan sejarah yang ada dalam negara masingmasing. Tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma dalam suatu konteks kebudayaan baik dalam mitos, kepercayaan dan religi, filsafat, ideologi, dan sebagainya. Adapun tujuan pendidikan negara Indonesia yakni yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 juga, disebutkan bahwa:
Pendidikan
Nasional
bertujuan
mencerdaskan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4|landasan pedagogik
Namun demikian dalam menentukan suatu tujuan, ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti yang dikemukakan oleh UNESCO sebagai berikut (Salam, 2002: 12): 1) Otonomi, yang berarti memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan kepada individu maupun kelompok, untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. 2) Equity (keadilan), yang berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama. 3) Survival, yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Ketiga nilai diatas menunjukan bahwa pendidikan memiliki tugas yang besar untuk menghasilkan generasi yang baik, cerdas, mandiri, berkebudayaan, dan berkepribadian yang lebih baik untuk membangun bangsa dan negara yang lebih maju. Berdasarkan nilai-nilai tersebut yang dijadikan
sebagai
pembentukan
tujuan
pendidikan
tersebut
dapat
menggambarkan makna pendidikan secara umum dan secara khusus. 1. Makna Pendidikan Secara Umum Secara umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya
5|landasan pedagogik
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang terjadi dalam suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup (Fuad,2010: 2). Begitu pula pendidikan secara umum yang dikemukakan oleh Henderson (1959:44) sebagimana dikutip oleh Sadulloh, dkk. (2015:4),
pendidikan
merupakan
suatu
proses
pertumbuhan
dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Pendidikan dalam arti umum merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan dalam arti umum juga dapat diartikan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Selanjutnya, pengertian lain tentang pendidikan secara luas adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosialpolitik dan sosial-budaya. Dalam arti luas, pendidikan dapat diidentifikasi karakteristiknya (Suhartono, 2009:83) sebagai berikut:
6|landasan pedagogik
a. Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education). b. Pendidikan berlangsung di setiap bidang kehidupan manusia. c. Pendidikan berlangsung di segala tempat dimana pun. d. Objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia dalam memanusiawikan diri dan kehidupannya. Intinya, dalam arti luas pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya memang harus berlangsung di setiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung disepanjang waktu. 2. Makna Pendidikan Secara Khusus Dalam arti khusus (Sadulloh, 2011: 3), langeveld menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Berikut ini merupakan beberapa definisi pendidikan. a. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. b. Menurut Prof. S. Bojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
7|landasan pedagogik
c. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Secara khusus John Dewey (dalam Kingsley Price, 1965: 465) mengemukakan bahwa: education is the process of giving form to impulse; its goal objective is the perpetuation in all the younger generation of the society which educates. Pendidikan merupakan proses pemberian dorongan (motivasi) secara berkelanjutan pada generasi muda disuatu masyarakat yang mendidik. Pendidikan dalam arti khusus menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas di kemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiati: 1991) bahwa: Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Ia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan. Hal ini sesuai juga dengan sebagaimana yang dinyatakan oleh Driyarkara sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh (2011: 4), bahwa: “Pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggungjawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu akan
8|landasan pedagogik
berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan (dewasa)”. Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugastugas sosial mereka. Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru. Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi usaha orang dewasa untuk membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini lebih
9|landasan pedagogik
terfokus dengan pendidikan yang dilakukan di persekolahan saja antara pendidik dan peserta didik. B. Makna Pengajaran Banyak ahli berpendapat tentang arti dari pengajaran. Dari beberapa pendapat tersebut memiliki makna yang sama. Secara garis besar, pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Didalamnya ada dua subyek yaitu guru dan siswa (Rohani, 2004). Selain itu Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004) dalam bukunya Principle and Practices of Teaching mengemukakan tentang belajar-mengajar yaitu Teaching is the guidance of learning experience artinya mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Melalui proses interaksi antara guru dan siswa, diharapkan siswa akan berkembang kemampuan, pengetahuan dan kepribadiannya menuju ke pembentukan karakter yang terdapat di dalam tujuan pendidikan. Pengajaran dan pendidikan saling berkaitan. Sadulloh (2011) mengatakan bahwa pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan. Dalam pengajaran guru tidak hanya memberikan materi kepada siswa, akan tetapi harus lebih berinteraksi dengan siswa. Dalam proses pembelajaran guru mendidik dengan menerapkan kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. Sebagai contoh, pada materi statistika siswa akan belajar ketelitian dan kejujuran dalam memperoleh data. Selain itu pada materi pencerminan atau refleksi. Siswa akan belajar bahwa pada saat benda dicerminkan posisinya tidak berubah. Kemudian guru mengaitkan
10 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
dengan aktivitas sehari-hari. Ketika siswa bercermin terlihat bayangan wajah tidak berpindah, namun sesuai. Berdasarkan contoh diketahui bahwa pengajaran merupakan proses transfer ilmu antara guru dan siswa untuk menambah pengetahuan. Pengajaran merupakan suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai
tujuan
pengajaran
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya
(Hamalik,2001). Adapun komponen-komponen tersebut meliputi: 1. Tujuan pendidikan dan pengajaran Tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003
mencerdaskan
disebut-kan bangsa
dan
bahwa:
Pendidikan
Nasional
bertujuan
mengembang-kan
manusia
Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pengajaran mengarahkan siswa ke mana harus pergi, atau apa yang perlu dipelajari. Sebaliknya tujuan pengajaran menjadi pedoman bagi pengajar untuk menargetkan siswa sehingga, setelah selesai pokok bahasan tersebut diajarkan, siswa dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya.
11 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
Kompetensi yang harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa tersebut mungkin berupa tujuan yang termasuk kawasan kognitif, afektif dan psikomotor, misalnya: a) Agar siswa dapat menyebutkan, membedakan atau menerangkan suatu pengetahuan konsep, struktur atau pengertian (kognitif). Contoh: siswa dapat menerangkan kembali rumus yang telah diketahui. b) Agar siswa bersikap dan berminat terhadap sesuatu yang akan menjadi kegemarannya (afektif) contoh: siswa bersikap sopan terhadap guru dan jujur ketika mengerjakan ulangan. c)
Terampil berbuat sesuatu (psikomotor) mengerjakan tugas yang diberikan guru. Intinya: berdasarkan tujuan-tujuan inilah siswa dibimbing dan diarahkan perkembangannya, sehingga hasil pendidikan itu secara maksimal berguna untuk kehidupan masyarakat.
2. Siswa Siswa merupakan salah satu komponen yang terpenting. Tanpa adanya siswa/murid, tidak akan terjadi proses pengajaran. Murid membutuhkan pengajaran, sedangkan guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada murid. Murid yang belajar oleh karena itu muridlah yang membutuhkan bimbingan.
12 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
3. Tenaga kependidikan khususnya guru Guru
bertugas
memberi
pengajaran
di
dalam
kelas.
Ia
menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang disampaikan. 4. Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum Guru
perlu
membuat
perencanaan
mengajar
agar
dapat
menyampaikan materi dengan sistematis dan tepat sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. 5. Strategi pembelajaran Guru perlu memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Setiap guru perlu memahami 6. Media pengajaran Media pembelajaran merupakan alat bantu untuk mempermudah proses pembelajaran. Melalui penerapan media pembelajaran ini diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. 7. Evaluasi pengajaran Evaluasi merupakan komponen terakhir yang berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Evaluasi juga berperan sebagai umpan balik untuk guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa makna dari pengajaran yaitu adanya interaksi antar komponen. Misalnya komponen siswa berinteraksi dengan komponen guru maupun media yang terarah untuk mencapai tujuan pengajaran. Hasil dari proses pengajaran adalah
13 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
berkembangnya kemampuan, pengetahuan, dan kepribadian yang dimiliki siswa. Guru juga diharapkan tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. C. Makna Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan Beberapa pendapat ahli tentang pengertian pelatihan: a. Menurut jan bella dalam buku manajemen sumber daya manusia karangan hasibun (2003) “pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknismaupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab how.” b. Menurut pangabean (2004) “pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan utuka memberikan atau meningktkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakn pekerjaan sekarang, sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang
untuk
memahami
dan
menginterpretasikan
pengetahuan.” c. Mills (dalam Fauzi :2011) menyatakan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk menolong peserta pelatihan agar mereka memperoleh skill, sikap, kebiasaan berfikir dan kualitas watak
yang
memungkinkan mereka dapat memahami pekerjaan-pekerjaan dan dapat melakukannya secara efisien dan memuaskan.
14 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
d. Menurut Jucius (dalam Fauzi:2011) bahwa pelatihan juga mencakup pengembangan bakat. e. Menurut Moekijat (dalam Fauzi:2011) pelatihan lebih menekankan pada pengembangan keahlian, pengetahuan, dan sikap. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan aalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
dan
meningkatkan
kinerja
karyawan
dalam
melaksankan tugasnya dengan cara peningkatan keahlian , pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. 2. Tujuan Pelatihan Menurut pangabean (2004), pada umumnya pelatihan dilakukan untuk kepentingan karyawan, perusahaan, dan konsumen. a. Karyawan
Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan karyawan.
Meningkatkan moral karyawan. Dnegan keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya mereka akan antusias untuk meneylesaikan pekerjaan dengan baik.
Memeperbaiki keinerja.
Membantu karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan, baik perubahan struktur organisasi, teknologi, maupun sumber daya manusia.
15 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
b. Perusahaan
Memenuhi manusia.
kebutuhan-kebutuhan Dengan
pelatihan
dan
perencanaan
sumber
pengembngan
daya
perusahaan
melakukan upaya bersama untuk secara benar mendapatkan sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan perusahaan.
Penghematan
Mengurangi tngkat kerusakan dan kecelakaan.
Memperkuat komitmen karyawan.
c. Konsumen
Konsumen akan memeperoleh produk yang lebih baik dlam hal kualitas dan kuantitas.
Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan perusahaan yang bersangkutan.
3. Prinsip-prinsip pelatihan Menurut sastrohadiwiryo (2002), pelaksanaan pelatihan dapat tercapai bila didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: a. Individual differences (perbedaaan individu) Pada dasarnya setiap individu mempunyai karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya seperti daya tangkap pengetahuan, latar belakang, latar pendidikan, pengalaman, usia dan minat, sehingga harus disusun sebuah program pendidikan dan pelatihan yang dapat diterima semua keryawan peserta pendidikan dan pelatihan.
16 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
b. Relation to job analysis (hubungan dengan analisis jabatan) Keterangan
dari
analisis
jabatan
harus
menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan apa yang diperlukan peseta sehingga program pendidikan dan pelatihanpun akan disesuaikan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. c. Motivation (motivasi) perhatian khusus harus dicurahkan kepada motivasi karyawan peserta program pendidiakndan pelatihan. Karena factor usia mempengaruhi motivasi seseorang dalam mengikuti program mengikuti program pendidikan dan pelatihan, maka programnya harus dibuat sedemikian rupa agar peserta termotivasi untuk mengikuti program tersebut. 4. Metode-metode pelatihan Metode pelatihan menurut panggabean (2004) a. On the job traning (latihan sambil bekerja) On the job traning meliputi semua upaya melatih karyawan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakannya ditempat kerja yang sesungguhnya. On the job traning meliputi program magang, rotasi pekerjaan dan understudy dan coaching. 1) Program magang Program magang menggabungkan pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan intruksi yang didapatkan dari ruang kelas.
17 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
2) Rotasi pekerjaan Karyawan berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain dlam jangka waktu yang direncanakan. 3) Understudy atau coaching Understudy atau coaching yaitu teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktik langsung dengan ornag yang sudah berpengalaman atau atasan yang dilatih. b. Off the job traning Pelatihan dan pengembangan dilaksanakn pada lokasi terpisah dengan tempat kerja. Program ini memberikan individu dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pada waktu terpisah dari waktu kerja regular mereka. Off the job traning meliputi: 1) Traning intruksi pekerjaan Pendaftran masing-masing tugas dasar jabatan, bersama dengan titik-titik kunci untuk memberikan pelatihan langkah demi langkah kepada karyawan. 2) Pembelajaran terprogram (programmed learning) Suatu
proses
sistematik
untuk
mangajarkan
keterampilan
mancakup penyajian peranyaan atau fakta, memungkinkan orang itu untuk memberikan tanggapan dan memberikan peserta belajar umpan balik segera tentang kecermatan jawabannya.
18 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
3) Vestibule traning Merupakan traning yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus terpisah dari temapt kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang digunakan pada pekerjaan sebenarny. 4) Studi kasus Dalam metode ini disajikan kepada petatar masalah-masalah perusahaan tertulis kemudian petatar menganalisis kasus tersebut secara pribadi, mendiagnosis, masalah dan menyampaikan penemuan dan pemecahannya di dalam sebuah diskusi. 5) Management games Petatar dibagi dalm kelompok-kelompok dimana masing-masing kelompok bersaing dalam simulasi pasar. 6) Seminar Metode ini bertujuan mengembangkan keahlian kecakapan peserta untuk menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang lain. 7) Permainan peran/role playing Petatar memainkan peran tertentu di mana diberikan suatu permasalahan
dan
bagaimana
seandainya
petatar
tersebut
menangani permasalahan yang ada. 8) Pengajaran melalui computer Menggunakan computer untuk memudahkan
training dimana
menggunakan program yang disesuaikan dengan tingkat kecepatan seseoramg dalam menyelesaikan suatu masalah.
19 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
Dalam pemilihan metode tertentu untuk digunakan pada program pelatihan harus memenuhi factor-faktor berikut:
Efisiensi biaya
Isi program yang dikehendaki
Kelayakan fasilitas
Preferensi dan kemampuan peserta
Prinsip-prinsip belajar Tingkat pentingnya akan factor-faktor diatas terhadap penentuan
metode yang akan digunakan dalam program pelatihan tergantung pada situasi pada saat itu. 5. Jenis-jenis Pelatihan adapun jenis-jenis pelatihan yang dilaksankan menurut Hadipoerwono (1982) yaitu: a. Pelatihan dalam perusahaan Merupakan pelatihan-pelatihan yang diadakan dalam rangka roda perusahaan. b. Pelatihan keterampilan Merupakan latihan pengembangan fisik bagi tenaga-tenaga pelaksana. Menurut Harris (2000), terdapat 4 dasar untuk mengukur keberhasilan dari pelaksaan pelatihan, yaitu:
Reaksi peserta (trainee reaction) Merupakan tanggapan peserta akan pelaksaan pelatihan saat mengikutinya, dimana instruktur memeberikan materi yang sesuai.
20 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
Hasil pembelajaran (amount of learning) Yakni
terkait
dengan
kompetensi,
yaitu
pengetahuan
dan
keterampilan baru yang diperoleh peserta dari program pelatihan. Hasil pembelajaran diukur dalam aktivitas program pelatihan dan belum dalam bekerja.
Perubahan perilaku (behavioral change) Merupakan tingkat seberapa jauh perilaku peserta pada pekerjaan dipengaruhi oleh program pelatihan yang diikuti, dan apakah pengetahuan serta keterampilan baru yang diperoleh peserta pelatihan dipergunakan dalam melakukan pekerjaan.
Hasil Nyata ( concrete result ) Merupakan ukuran konkrit akan perbaikan hasil-hasil pekerjaan daro para karyawan yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan, seperti peningkatan produksi, menurunkan tingkat kesalahan dalam bekerja, dan tujuan dari program pelatihan lainnya.
21 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Dalam arti luas pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya memang harus berlangsung di setiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung disepanjang waktu. Sedangkan pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi usaha orang dewasa untuk membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Di dalamnya ada dua subyek yaitu guru dan siswa. Pengajaran merupakan suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan pendidikan dan pengajaran, siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan
pengajaran
sebagai
suatu
segmen
kurikulum,
strategi
pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran. pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan dan meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksankan tugasnya dengan cara peningkatan keahlian , pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
22 | l a n d a s a n p e d a g o g i k
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Angkasa Hasibuan, Melayu. 2003. Managemen SDM (edisi revisi). Jakarta: Bumi Karya Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Pangabean, S.,Mutiara. 2004. Managemen SDM. Bogor: Ghalia Indonesia Price, Kingsley. 1965. Education and Philosophical Thought. Boston: Allyn and Bacon Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Sadulloh, Uyoh. 2011. Pendagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta Salam, B. 2002. Pengantar Pedagogik Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Bandung: PT Rineka Cipta. Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ruzz Media. Suwarno, Wiji. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ruzz Media. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Sinar Grafika.
23 | l a n d a s a n p e d a g o g i k