MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA MUSKULOSKELETAL
Dosen Pembimbing Lono Wijayanti, S.Kep, Ns
Disusun oleh : Kelompok 5 1. Garinda
(1130013065)
2. Indra Hermawan
(1130013071)
3. Novira Dwi Prapti
(1130013079)
4. Sonya Dewi Finanti
(1130013090)
5. Tiara Fatma Pratiwi
(1130013092)
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NU SURABAYA 2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Cedera Muskuloskeletal”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal, jurusan Ilmu Keperawatan Universitas NU Surabaya. Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yaitu Lono Wijayanti, S.Kep, Ns yang telah membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam pembelajaran. Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, September 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
Kata Pengantar …………………………………………………………........
i
Daftar Isi …………………………………………………….………………
ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………......
1
A. Latar Belakang ………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………............
1
C. Tujuan …………………………………………………………...
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI…..………….……………………………….
3
A. Anatomi Fisiologi……………………………………………….
3
B. Definisi…….…………………………....…...…………………..
4
C. WOC………………...……………………………………..........
16
D. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………….
17
E. Asuhan Keperawatan……………………………………………..
18
BAB 3 APLIKASI TEORI………….……………………………………..
23
BAB 4 PEMBAHASAN………………………………...…………………
33
BAB 5 PENUTUP………………………………………………………….
34
A. Kesimpulan ………………………………………………………
34
B. Saran …………………………………………………………..….
34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
35
4
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera pada satu bagian system musculoskeletal biasanya menyebabkan cedera atau disfungsi struktur disekitarnya dan struktur yang dilindungi atau disangganya. Bila tulang patah, otot tak bisa berfungsi, bila saraf tak dapat menghantarkan implus ke otot seperti pada paralisis, tulang tak dapat bergerak, bila permukaan sendi tak dapat berartikulasi dengan normal, baik tulang maupun otot tak dapat berfungsi dengan baik. Jadi, meskipun fraktur secara primer hanya mengenai tulang, namun juga mengakibatkan cedera pada otot, pembuluh darah dan saraf di sekitar daerah fraktur. Penanganan
cedera
system
musculoskeletal
meliputi
pemberian
dukungan pada bagian yang cedera samapai penyembuhan selesai. Dukungan dapat di peroleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai, atau gips. Selain itu, dukungan dapat langsung dipasang ke tulang dalam bentuk pin atau plat. Kadang, traksi harus diberikan untuk mengoreksi deformitas atau pemendekkan. Setelah efek cedera segera dan nyeri telah hilang, usaha penanganan di fokuskan pada pencegahan fibrosis dan kekauan pada struktur tulang dan sendi yang cedera. Latihan yang baik dapat melindungi terhadap terjadinya kecacatan tersebut. Pada beberapa keadaan, dukungan yang diberikan memungkinkan aktivitas awal. Proses penyembuhan dan pengembalian fungsi dapat dipercepat dengan berbagai bentuk terapi fisik.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu : 1. Bagaimana anatomi fisiologi dari system musculoskeletal ? 2. Apa definisi dari cedera musculoskeletal ? 3. Apa saja macam-macam cedera musculoskeletal ? 4. Apa definisi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ?
5
5. Apa etiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ? 6. Apa tanda dan gejala kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ? 7. Bagaimana patofisiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ? 8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ? 9. Bagaimana Web of Caution (WOC) dari cedera muskuloskelatal ? 10. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari cedera musculoskeletal ? 11. Bagaimana asuhan keperawatan cedera musculoskeletal ?
C. Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari system musculoskeletal. 2. Untuk mengetahui definisi dari cedera musculoskeletal. 3. Untuk mengetahui macam-macam cedera musculoskeletal. 4. Untuk mengetahui definisi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi. 5. Untuk mengetahui etiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi. 6. Untuk mengetahui tanda dan gejala kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi. 7. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi. 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ? 9. Untuk
mengetahui
Web
of
Caution
(WOC)
dari
cedera
muskuloskelatal. 10. Untuk
mengetahui
pemeriksaan
diagnostic
dari
musculoskeletal. 11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan cedera musculoskeletal.
6
cedera
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Muskuloskeletal terdiri dari kata : ( Muskulo : otot, Skeletal
: tulang ).
Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi). Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi ). 1. Sistem Muskuloskeletal a. Otot (muscle) b. Tulang (skeletal) c. Sendi d. Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang . e. Ligamen : jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang f. Bursae : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara otot . g. Fascia : jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah. 2. Sistem Skeletal Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar : Axial dan appendicular a. Axial skeletal: Tulang kepala, tengkorak otak 8 buah, tengkorak wajah 14 buah ,tulang telinga 6 buah , tulang Hyoid (Tulang lidah di pangkal leher) 1 buah , tulang belakang dan pinggul 26 buah, kerangka dada 25 buah. b. Appendicular skeletal/ rangka pendukung gerak: a)
Ekstremitas atas, tulang yang membentuk anggota gerak atas = 64 buah .
b)
Ekstremitas bawah, tulang yang membentuk anggota gerak bawah = 62 buah.
7
3. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Fungsi tulang secara umum: 1. Formasi kerangka (penentu bentuk dan ukuran tubuh). 2. Formasi sendi (penggerak). 3. Perlengketan otot . 4. Pengungkit. 5. Menyokong berat badan . 6. Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, seperti otak, jantung dan paru) . 7. Haemopoesis (pembentukan sel darah (red marrow) . 8. Fungsi Imunologi: RES sumsum tulang membentuk limfosit B dan makrofag. 9. Penyimpanan Mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow) Fungsi tulang secara khusus: 1. Sinus-sinus paranasalis: menimbulkan nada pada suara. 2. Email gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan. 3. Tulang kecil telinga: mengkonduksi gelombang suara. 4. Panggul wanita: memudahkan proses partus. Fungsi otot adalah Sebagai alat gerak aktif, menyimpan cadangan makanan, memberi bentuk luar tubuh.
B. Definisi Cedera Muskuloskeletal Cedera musculoskeletal adalah suatu cedera yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Cedera jaringan lunak musculoskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial (sparain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler)yang sekaligue menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga disebut fraktur dislokasi.
8
Macam-macam cedera musculoskeletal yaitu : a. Kontusio b. Sprain c. Strain d. Dislokasi e. Fraktur
1. Kontusio a. Definisi Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh (Arif Muttaqin,2008: 69). Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul misalnya : pukulan, tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355).
b. Etiologi Etiologi dari kontusio adalah benturan benda keras, pukulan, tendangan atau jatuh. c. Tanda dan Gejala a) Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur. b) Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
9
c) Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas
dan
kehilangan
darah
yang
banyak
(Brunner
&
Suddart,2001: 2355). d. Patofisiologi Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192). Endapan
sel
darah
pada
jaringan
kemudian
mengalami
fagositosis dan di daur ulang oleh makrofaga. Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan. Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192). e. Penatalaksanaan Medis a. Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman : a) Tinggikan daerah injury. b) Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian) untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman.
10
c) Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam pertama (20-30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi. d) Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak. e) Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi (Brunner & Suddart,2001: 2355).
Menurut Wahid 2013,
penatalaksanaan pada cedera
kontusio adalah sebagai berikut: a. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler. b. Istirahat
untuk
mencegah
cedera
lebih
lanjut
dan
mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak. c. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan.
2. Sprain a. Definisi Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran
atau
kerobekan
pada
ligament
(jaringan
yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas, namun masih mampu melakukan mobilitas. Ligamen yang sobek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri (Brunner & Suddart,2001: 2355).
11
b. Etiologi a) Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki. b) Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir. c. Tanda dan gejala a) Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah. b) Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata. c) Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon. d) Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan. d. Patofisiologi Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong atau mendesak pada saat berolah raga 12
atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendisendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan (Brunner & Suddart,2001: 2357).
e. Penatalaksanaan Medis a. Pembedahan Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak. b. Kemotherapi Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat. c. Elektromekanis. a) Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C. b) Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung). c) Posisi ditinggikan jika yang sakit adalah bagian ekstremitas. d) Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit. e) Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
13
3. Strain a. Definisi Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo tendinous. (Wahid, 2013). Strain merupakan tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang berlebihan atau stres lokal yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008: 69). Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlabihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan kedalam jaringan (Brunner & Suddart, 2001: 2355 ).
14
b. Etiologi a) Strains terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak seperti pada pelari atau pelompat. b) Adanya pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta meliputi pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit dan gerakan memutar. c) Pada strains akut terjadi ketika otot terjulur dan berkontraksi secara mendadak. d) Strains kronik terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekana berulang-ulang menyebabkan terjadinya tendonitis (perdangan pada tendon). (Wahid, 2013).
c. Tanda dan Gejala a) Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi b) Nyeri mendadak. c) Edema. d) Spasme otot. e) Haematoma. (Wahid, 2013) d. Patofisiologi Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap, terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera kontusio dan membengkak (Chairudin Rasjad,1998). e. Penatalaksanaan Medis a) Istirahat. Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan. b) Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol pembengkakan.
15
c) Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan ketidaknyamanan. d) Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.
4. Dislokasi a. Definisi Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi
merupakan
suatu
kedaruratan
yang
membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000). Dislokasi adalah terlpasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya. (Wahid, 2013).
16
b. Etiologi 1) Cedera olahraga Olahraga yang biasa menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain. 2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. 3) Terjatuh a) Terjatuh dari tangga. b) Faktor predisposisi (pengaturan posisi). c) Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir. d) Trauma akibat kecelakaan. 17
e) Trauma akibat kecelakaan. f) Terjadi infeksi di sekitar sendi (Wahid, 2013). c. Tanda dan Gejala Nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula. a) Nyeri. b) Perubahan kontur sendi. c) Perubahan panjang ekstremitas. d) Kehilangan mobilitas normal. e) Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi. f) Deformitas. g) Kekakuan. (Wahid, 2013).
d. Patofisiologi Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah, lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi dan bawah karakoid). e. Penatalaksanaan Medis a) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat. b) Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi. c) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
18
d) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi
halus
3-4
kali
sehari
yang
berguna
untuk
mengembalikan kisaran sendi. e) Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan. (Wahid, 2013).
19
C. WOC Cedera Muskuloskeletal Adanya pukulan, tendangan
Terputusnya banyak pembuluh darah
Cedera struktur ligamen disekitar sendi
Berolahraga berlebihan
Peregangan
Terjadi tarikan otot
Terputusnya kontinuitas tulang
Sprain Strain
Pendarahan jaringan lunak
Tidak bisa bergerak bebas
Rasa nyeri
MK: Kerusakan mobilitas fisik
Ekimiosis, memar MK: Gangguan Rasa Nyaman
Kontusi
MK : Nyeri
Permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi anatomis
Subluksasi = dislokasi permukaan persendian 20
Pasien merasa cemas dengan keadaannya
MK : Ansietas
D. Pemeriksaan Diagnostik Cedera Muskuloskeletal 1. Anamnesis Dilihat adanya hematoma dan memar atau pendarahan pada jaringan. Ada trauma, mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi baru, ada rasa sendi keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuens atau habitual. a. Pemeriksaan klinis a) Sinar – X. Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks
tulang
dapat
menunjukkan
adanya
pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi. b) CT Scan (Computed Tomografi Scan). Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang
sulit
dievaluasi,
seperti
asetabulum.
Pemeriksaan
dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam. c) Deformitas a. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang raata pada dislokasi bahu. b. Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul) c. Kedududukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi, flaksi dan edukasi.
17
d) Nyeri. e) Function laesa, misalnya bahu tidak dapat enderotasi pada dislokasi anterior bahu.
E. Asuhan Keperawatan Cedera Muskuloskeletal 1. Pengkajian Keluhan Utama Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami gangguan muskuloskeletal yaitu : a. Deskripsi Nyeri PQRST a) Position : dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri b) Quality : adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, dan lain-lain c) Radiation : penjalaran nyeri d) Severity : tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan gangguan Activity Daily Living (ADL). e) Timing : kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat, dan lain-lain
Perubahan bentuk (Deformitas) a. Bengkak : biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lainlain. b. Bengkok misanya pada varus, bengkok keluar valgus, bengkok kedalam seperti kaki X Genu varum, kaki seperti O, pendek, dapat dibandingkan dengan kontralateral yang normal.
Gangguan Fungsi (Disfungsi) a. Afungsi ( Tak bisa digerakkan sama sekali). b. Kaku (stiffnesss). c. Cacat (disability). d. Gerakan tak stabil (instability)
18
1. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat trauma sebelumnya. b. Riwayat infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis / arthritis. c. Riwayat pembengkakan / tumor yang diderita. d. Riwayat kelainan kongenital muskuloskeletal seperti CTEV. e. Riwayat penyakit –penyakit diturunkan seperti skoliosis, dan lain-lain
2. Pemeriksaan Fisik Umum a. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital a) Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat. b) Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan temperature. b. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang a) Bentuk tubuh – Normal – Athletic – Cebol – Bongkok – Miring c. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang a) Bentuk tubuh – Normal – Athletic – Cebol – Bongkok – Miring b) Cara penderita datang – Normal – Pincang – Digendong
19
c) Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara berjalan – Fase jalan normal : 1. Meletakkan tumit (Heel strike) 2. Fase menapak (Stance Phase) 3. Ujung jari bertumpu (Toe Off) 4. Mengayun langkah (Swing Phase)
3. Pemeriksaan tonus otot a. Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas dimana posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi. b. Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan otot pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot lainnya. Dapat juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang tonusnya normal. c. Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur pada lesi medulla spinalis. d. Tonus otot bisa: - Eutonus
tonus normal
- Hipertonus
tonus meninggi
- Hipotonus
tonus melemah
4. Pemeriksaan atrofi otot Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara: a. Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya. b. Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan dengan anggota sebelahnya
20
Pemeriksaan Fisik Regional a. Pemeriksaan Palpasi : a) Suhu dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral. b) Nadia tau pulsasi terutama pada tumor. c) Nadi distal (trauma pada fraktur). d) Nyeri tekan dan nyeri sumbu terutama pada fraktur. e) Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi. f) Fungsi saraf : sensorik, motorik, dan reflex. b. Pemeriksaan Sendi a) Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain. b) Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lainlain. c) Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif. d) Adanya bunyi “klik” krepitasi. e) Adanya kontraktur sendi.
2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan sumber informasi d. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan 1) Diagnosa 1 : a. Mengkaji identitas nyeri dan sering atur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri. b. Anjurkan relaksasi atau distraksi untuk menurunkan nyeri c. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi analgetik untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
21
2) Diagnosa 2 : a. Kaji derajat imobilitas dan dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik. b. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, krup dan tongkat c. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien 3) Diagnosa 3 : a. Kaji
tingkat
pengetahuan
klien
tentang
perawatan
pascahoispitalisasi b. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari c. Beri penyuluhan kepada pasien atau keluarga sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan d. Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya 4) Diagnosa 4 : a. Catat palpitas, peningkatan denyut jantung atau frekuensi pernapasan b. Pahami rasa takut atau ansietas klien c. Kaji tingkat ansietas klien d. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksai pada klien e. Kolaborasi pemberian pengobatan dengan dokter.
22
BAB 3 APLIKASI TEORI
Kasus Tn. W umur 32 tahun seorang pesepak bola profesional datang ke rumah sakit pada tanggal 3 september 2015, dengan keluhan utama nyeri hebat pada kaki sebelah kanan akibat tendangan dari lawan tandingnya. Juga terdapat bengkak pada area tersebut. Setibanya di Rumah Sakit Islam, pasien di periksa dan dilakukan X-ray untuk mengetahui penyebab pasti dari nyeri hebat yang diderita pasien. Setelah pemeriksaan X-ray, ternyata ditemukan keadaan dimana posisi tulang Tn.W bergeser, maka Tn. W didiagnosa mengalami dislokasi atau terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
1. Pengkajian Tanggal pengkajian : 3 September 2015 1. Identitas Nama
: Tn. W
Umur
: 32 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Golongan darah
:O
Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny. W
Umur
: 28 tahun
Pendidikan
: S1
Agama
: Islam
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri hebat pada kaki sebelah kanan dan bengkak. 2) Riwayat penyakit sekarang
23
Pasien mengatakan nyeri hebat pada bagian kaki sebelah kanan dan bengkak. Serta juga ditemukan pada hasil X-ray bahwa posisi tulang pasien bergeser pada area tersebut. Serta pasien mengatakan terganggu saat beraktifitas terutama saat berjalan dan tidak paham mengenai tindakan yang harus dilakukan dalam kondisi tersebut. 3) Riwayat penyakit dahulu: Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian serupa.
3. Pemerikasaan Fisik 1) Keadaan Umum Kesadaran Tn. W bersifat composmentis dan terlihat adanya pembengkakan serta ditemukan pada hasil X-ray bahwa posisi tulang pasien bergeser pada area tersebut. 2) Tanda-Tanda Vital Tekanan darah : 130/90 mmHg (normal) Nadi : 60/menit (normal) Suhu : 360C (normal) RR : 15x/menit (normal) 3) Pemeriksaan fisik head to toe Pemeriksaan kepala Inspeksi : Bentuk : simetris Rambut: warna rambut hitam dan beruban, tidak ada ketombe Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan Pemeriksaan mata Inspeksi Konjungtiva : tidak anemis Sclera : tidak anemis Pupil : terlihat pelebaran pupil. Lensa mata normal.
24
Pemeriksaan hidung Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun peradangan, tidak ada sekret. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan mulut Inspeksi : bibir hitam, sudut bibir pecah-pecah, gusi tidak berdarah. Pemeriksaan telinga Inspeksi : simetris kiri dan kanan Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal. Pemeriksaan leher Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid Pemeriksaan thorak Jantung Inspeksi : iktus terlihat Palpasi : iktus teraba. Perkusi : redup Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal. Paru- paru Inspeksi
: simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan. Perkusi : sonor Auskultasi : bunyi nafas vesikuler. Pemeriksaan abdomen Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi. Auskultasi : bising usus tidak normal 36 x / menit. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen Pemeriksaan Kaki Inspeksi : pada kaki sebelah kanan terdapat bengkak. Palpasi : terdapat nyeri tekan. Hasil X-ray : ditemukan kondisi tulang bergeser dari posisi normal.
25
2. Analisis Data No 1
Data
Problem
DS : Pasien hebat
Gangguan mengatakan pada
Etiologi rasa Cedera
nyeri nyaman (Nyeri)
bagian
pada
jaringan lunak
kaki
sebelah kanan dan bengkak. P : nyeri berat Q : nyeri tumpul R : kaki kanan S : nyeri dengan skala 8 DO : Adanya
nyeri
tekan
saat
dipalpasi. Terlihat pembengkakan pada area kaki sebelah kanan. Ditemukan pada hasil X-ray bahwa posisi tulang pasien bergeser pada area tersebut 2
DS :
Hambatan
Pasien mengatakan merasa mobilitas fisik
Kerusakan jaringan
terganggu jika beraktifitas, terutama saat berjalan. DO : Pasien
terlihat
kesulitan
berjalan 3
DS : Pasien
1. Kurang mengatakan
mengetahui penyakitnya
tidak pengetahuan tentang
dan
tindakan
untuk selanjutnya jika pasien sudah di rumah
26
Tidak familiar dengan sumber informasi
DO : Pasien terlihat kebingungan dengan penyakitnya
Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak 2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan 3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan sumber informasi.
3. Intervensi No.
NOC (Tujuan)
Dx 1
NIC (Rencana
Rasional
Keperawatan) Setelah dilakukan
1.Mengkaji identitas
1.Dengan
tidakan
nyeri dan sering atur
memposisikan klien
keperawatan
posisi yang nyaman
senyaman mungkin
selama 1x24 jam
untuk mengurangi nyeri. agar mengurangi
Klien merasa
tekanan dan
nyaman
mencegah otot-otot
meningkat atau
menjadi tegang
nyeri berkurang.
sehingga
Kriteria Hasil :
menurunkan rasa
Klien tidak
nyeri
mengeluh karena nyeri berkurang
2.Anjurkan relaksasi
2. Relaksasi dan
atau distraksi untuk
distraksi dapat
menurunkan nyeri
menurunkan ketegangan otot dan menurunkan nyeri.
27
3.Kolaborasi dengan
3.Pemberian
dokter dalam terapi
analgetik dapat
analgetik untuk
menurunkan nyeri.
mengurangi atau menghilangkan nyeri
2
Setelah dilakukan
1.Kaji derajat imobilitas
1.Partisipasi dari
tindakan
dan dorong partisipasi
pasien sangat
keperawatan
pada aktifitas terapeutik. dibutuhkan.
selama 1x24 jam meningkatkan
2.Bantu dalam
2.Alat bantu dapat
mobilitas pada
mobilisasi dengan kursi
membantu pasien
tingkat yang
roda, krup dan tongkat
dalam melakukan
paling mungkin
mobilisasi
Kriteria Hasil :
3
Klien mampu
3.Dekatkan alat-alat
3.Membantu dan
bergerak dengan
yang dibutuhkan pasien
memudahkan
kekuatan otot
dalam melakukan
meningkat
mobilisasi
Setelah dilakukan
1.Kaji tingkat
1.Sebagai
tindakan
pengetahuan klien
modalitas dalam
keperawatan
tentang perawatan
pemberian
selama 1x24 jam
pascahoispitalisasi
pendidikan
pengetahuan klien
kesehatan tentang
meningkat
perawatan di
Kriteria Hasil:
rumah.
Klien tidak bertanya0tanya
2.terangkan aktivitas
2.Tidak
lagi tentang
yang diperbolehkan dan
diperbolehkan
penyakitnya dan
dihindari
untuk melakukan
klien dapat
aktifitas yang berat
28
menjelaskan kembali tentang penyakitnya.
3.Beri penyuluhan
3.Pemahaman yang
kepada pasien atau
baik akan
keluarga sesuai dengan
mengurangi resiko
tingkat pemahaman
komplikasi.
pasien, ulangi informasi bila diperlukan
4.Beri waktu kepada
4.Dengan adanya
pasien untuk
tanya jawab
mengajukan beberapa
membantu pasien
pertanyaan dan
dalam memahami
mendiskusikan
permasalahannya
permasalahannya
terutama mengenai perawatan pascahospitalisasi
4. Implementasi No.
Tanggal
Dx
dan Jam
1
Pelaksanaan
Evaluasi
Nama dan
Tindakan/resp
Paraf
on Klien
Petugas
4
1.Mengkaji identitas
1. Pasien
Septemb
nyeri dan sering atur
merasa
er 2015
posisi yang nyaman
nyaman pada
Pukul
untuk mengurangi
posisinya
08.00
nyeri
meskipun nyeri masih terasa
2.Menganjurkan
2.Nyeri masih
relaksasi atau distraksi terasa dengan
29
untuk menurunkan
skala 6
nyeri
3.Mengolaborasikan
3.Nyeri
dengan dokter dalam
berkurang
terapi analgetik untuk
dengan skala 4
mengurangi atau menghilangkan nyeri
2
4
1.Mengkaji derajat
1. Klien
Septemb
imobilitas dan dorong
berpartisipasi
er 2015
partisipasi pada
aktif dalam
Pukul
aktifitas terapeutik.
aktifitas
08.30
terapeutik
2.Membantu dalam
2. Pasien mulai
mobilisasi dengan
terbiasa
kursi roda, krup dan
menggunakan
tongkat
tongkat untuk membantu berjalan
3.Mendekatkan alat-
3.Klien merasa
alat yang dibutuhkan
saat nyeri
pasien
berkurang, klien sudah bisa melakukan aktifitas fisik seperti berjalan
3
4
1. Mengkaji tingkat
30
1.Klien sudah
Septemb
pengetahuan klien
memiliki
er 2015
tentang perawatan
pengetahuan
Pukul
pascahoispitalisasi
tentang
09.00
perawatan pascaoperasi
2. Menerangkan
2.Pasien sudah
aktivitas yang
mengetahui
diperbolehkan dan
dengan baik
dihindari
aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari
3.Memberikan
3.Pasien
penyuluhan kepada
maupun
pasien atau keluarga
keluarga
sesuai dengan tingkat
memahami
pemahaman pasien,
dengan baik
ulangi informasi bila
informasi yang
diperlukan
diberikan
4.Memberi waktu
4.Pasien
kepada pasien untuk
berespon
mengajukan beberapa
dengan baik
pertanyaan dan
setiap ada
mendiskusikan
pertanyaan
permasalahannya
yang ingin ditanyakan
31
5. Evaluasi No. Dx 1
Tanggal
Catatan Perkembangan
5 September
S: Tn W mengatakan nyeri masih terasa
2015
dengan skala 5 O: Masih terlihat pasien mengalami nyeri A: Masalah Teratasi Sebagian P: Lanjutkan intervensi
2
5 September
S: Tn. W mengatakan tidak merasa
2015
terganggu dalam beraktifitas O: Pasien terlihat dapat melakukan mobilitas fisik A: Masalah Teratasi P: Pasien diberikan HE
3
5 September
S: Tn. W mengatakan sudah mengetahui
2015
informasi mengenai tindakan perawatan pascahospitalisasi O: Pasien terlihat tenang A: Masalah Teratasi P: Pasien diberikan HE
32
Nama & paraf
BAB 4 PEMBAHASAN
Tn. W umur 32 dengan keluhan utama nyeri hebat pada kaki sebelah kanan akibat tendangan dari lawan tandingnya. Juga terdapat bengkak pada area tersebut. Setelah pemeriksaan X-ray, ternyata ditemukan keadaan dimana posisi tulang Tn.W bergeser, maka Tn. W didiagnosa mengalami dislokasi atau terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang pertama untuk klien adalah gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak yang ditandai dengan pasien merasa nyeri hebat pada bagian kaki kanan dengan skala 8. Diagnosa
kedua
untuk
klien
adalah
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan pasien mengalami kesulitan untuk berjalan. Diagnosa untuk yang ketiga klien adalah Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan sumber informasi yang ditandai dengan pasien terlihat bingung karena tidak mengetahui tentang tindakan perawatan pashospitalisasi yang akan dijalaninya. Dengan intervensi yang tepat, klien bisa segera mendapatkan pengobatan untuk menyembuhkan penyakitnya. Misalnya jika terjadi dislokasi reduksi posisi tiulang dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4 kali sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
33
BAB 5 PENUTUP A. Kesimpulan Cedera musculoskeletal adalah suatu cedera yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Cedera jaringan lunak musculoskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial (sparain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh. Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
B. Saran Dengan adanya makalah ini tentang cedera musculoskeletal, para pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala penyakitnya dan para perawat dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aolikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. EGC: Jakarta
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC: Jakarta
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 ed.8. Jakarta: EGC.
Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi 10. Jakarta: EGC. Corwin, J Elizabeth. 2000. “Buku Saku Patofisiologi”. EGC : Jakarta
Wahid,A. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Sagung Seto
35