Makalah Teknik Penulisan dan Presentasi
Buta Aksara
“
”
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan dan Presentasi)
Oleh : Nafisa Ariana 1002304
Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Pendidkan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2011-2012
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Buta Aksara”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan dan Presentasi di Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam penulisan makalah ini kami sadar akan banyaknya kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak hingga pada pihak-pihak yang telah membantu tugas ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberi bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai amal ibadah. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Amin yaa robbal’alamin.
Bandung, April 2012
Penyusun
DAFTAR IS I KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Buta aksara
2.2
Faktor-faktor Yang Membuat Seseorang Menjadi Buta Aksara
2.3
Kendala Yang Dihadapi Dalam Memberantas Buta Aksara
2.4
Cara Penyelesaian Buta Aksara
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan
menulis. Hal ini menjadi masalah yang di hadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu, buta aksara harus diberantas untuk mencerdaskan sekaligus mensejahterakan rakyat. Pemerintah mempunyai program-program untuk memberantas buta aksara. Kita selaku akademisi seharusnya membantu pemerintah untuk memberantas buta aksara.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Buta aksara adalah masalah yang sangat serius karena jika seseorang buta aksara alias tidak berkemampuan untuk membaca dan menulis akan kesulitan dalam kehidupan sehari -hari. UUD 1945 mengamanatkan kepada semua warga negara untuk memberantas buta aksara sesuai dengan tujuan Negara yang tertuang didalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Juga terdapat pada BAB XIII P ENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Namun dalam kenyataannya masih banyak warga Negara yang buta aksara. Itu berarti bahwa pemerintah belum bisa mencapai tujuan tersebut. Walaupun sudah dilakukan upayaupaya untuk memberantas buta aksara, tetapi buta aksara masih banyak, karena terdapat banyak kendala-kendala yang dihadapi, misalnya mereka yang buta aksara itu tidak mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun sudah ada kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Setiap pemerintah daerah harus menganggarkan 20% untuk pendidikan di APBDnya, dan pemerintah juga harus membiayai pendidikan warganya alias menggratiskan biaya sekolah minimal sampai ke tingkat SMP.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa kendala yang dihadapi dalam memberantas buta aksara? 2. Bagaimana cara penyelesaian buta aksara?
1.3 Tujuan pembuatan makalah Adapun tujuan disusunnya makalah ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui kendala yang dihadapi untuk memberantas buta aksara. 2. Mengetahui cara penyelesaian buta aksara.
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Buta Aksara
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
2.2 Faktor-faktor Yang Membuat Seseorang Buta Aksara
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya: 1.
Kemiskinan. Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara. Karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
2.
Orang tua yang buta aksara memiliki kecenderungan tidak menyekolahkan anaknya. Orang tua enggan meyekolahkan anaknya karena orang tua nya sendiri tidak bisa calistung.
3.
Jauh dengan layanan pendidikan. Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi factor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.
4.
Orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting. Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih
baik
menyuruh
anak
mereka
untuk
membantu
berladang,
berternak,
berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.
2.3 Kendala Yang Dihadapi dalam Memberantas Buta aksara
Banyak sekali kendala yang dihadapi pemerintah untuk memberantas buta aksara mulai dari peserta didik sampai kepada anggaran biaya untuk kegiatan tersebut. Kendal tersebut dapat diperinci sebagai berikut: a. Keterbatasan
kemampuan
peserta
didik
berbahasa
Indonesia
sehingga
proses
pembelajaran terhambat. Peserta didik biasanya tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga terjadi kendala yang dihadapi oleh pengajar yang mengajar karena tidak nyambungnya bahasa yang dipergunakan, pengajar menggunakan bahasa Indonesia sedangkan peserta didik berbahasa daerah.
b. Peserta didik kurang aktif dan masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran mungkin karena peserta didik bosen dan malas dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan malu untuk mengikutinya. Sehingga banyak sehingga yang sudah mengikuti kegiatan tersebut yang tidak melanjutkan lagi. c.
Masih adanya anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Masih banyak ditemui anak usia sekolah yang seharusnya sekolah tapi mereka malah berada di tempat-tempat yang tidak layak, contohya mereka mengamen dan mengemis di perempatan di kota-kota besar, ada juga yang memulung sampah baik di tempat pembuangan sampah atau di jalan-jalan, kalau di pedesaan banyak yang menggembalakan hewan ternaknya.
d. Banyak yang putus sekolah setip tahunnya. Banyak anak usia sekolah yang sudah bersekolah setengah jalan tapi tidak dilanjutkan atau putus sekolah. Hal ini disebabkan oleh factor kemiskinan. Meskipun sudah ada Bantuan Operasional Sekolah tapi sebagian dari mereka tidak menikmati dana tersebut karena diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. e.
Pengajar yang kurang Professional Pengajar harus seprofesional mungkin, pengajar harus mempunyai cara-cara dalam proses pembelajaran dan pengajar harus di beri pelatihan lagi oleh dinas pendidikan.
f.
Program pemberdayaan bukan sebagai program berkelanjutan tapi hanya program sesaat. Program memberantas buta aksara yang seharusnya menjadi program berkelanjutan malah menjadi program yang sesaat. Hal ini bisa terjadi karena pengajar dan peserta didik bosan dan bisa juga anggaran atau gaji untuk para pengajar tidak lagi turun.
g.
Kemampuan pemerintah (dalam penyediaan dana) yang terbatas. Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan mininmal 20% di APBDnya, namun anggaran tersebut sering diselewengkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
2.4 Cara Penyelesaian Buta Aksara
Buta aksara dapat diselesaikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan: 1.
Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah Pemerintah harus berupaya untuk menekan anak usiaa sekolah yang tidak sekolah dan putus sekolah yang diakibatkan oleh masalah kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh jauh dari layanan pendidikan.
2.
Membuat cara-cara baru dalam proses pembelajaran Membuat cara-cara yang baru yang asyik agar peserta didik tidak bosan untuk belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik.
3.
Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemeerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk memberantas buta aksara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia.
4.
Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan pemberantasan buta aksara. Pemberantasan buta aksara bukan saja tugas pemerintah semata tapi itu tugas kita semua selaku generasi penerus bangsa. Jadi semua pihak harus berpartisipasi untuk memberantas
buta
aksara,
contohnya
ibu-ibu
PKK
harus
ikut
serta,
organisasimasyarakat (Ormas), mahasiswa yag sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan anggota TNI yang mempunyai program TNI Manunggal Aksara.
BAB 3 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Pemerintah mempunyai program-program untuk memberantas buta aksara ini misalnya dengan adanya kejar paket A, B, dan C, juga banyak didirikannya taman bacaan-taman bacaan. Namun dalam kenyataan di lapangan banyak terdapat hambatan-hambatan yang menghadang untuk memberantas buta aksara misalnya layanan pendidikan yang kurang menunjang atau yang masih jauh dari perumahan penduduk padahal pemerintah sudah menganggarkan begitu besarnya entah dihilang dimana, juga tenaga pengajar yang kurang, dan hambatan yang paling besar berasal dari peserta didik sendiri yang agak malas untuk kembali belajar dan putus ditengah jalan.
4.2 Saran
Seharusnya anggaran yang sudah dianggarkan oleh pemerintah dapat digunakan sebaik mungkin dan jangan dikorupsi. Harus ditambahnya tenaga pengajar dan diberikan pelatihanpelatihan lagi. Semua pihak harus ikut berpartisipasi. Apalagi pihak akademisi harus berperan aktif untuk mremberantas masalah buta aksara ini, misalnya mahasiswa harus mengajar satu orang yang buta aksara.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhamad. (2007). Berantas Buta Aksara lewat Tutorial Terpadu. Semarang. [Online]. Tersedia:http://www.suaramerdeka.com [6 Januari 2011]
Fakhrurozi, Jafar. (2009). Buta aksara dan Kesejahteraan Rakyat. [Online]. Tersedia:http://www.index.com [27 Desember 2010]
Fikri,
Syamsul. (2010). Buta
Aksara
Empat
Lawang Tinggi. [Online].
Tersedia:http://www.syamsul’s.wordpress.com [3 Januari 2011].
Hartono, Rudi. (2010). Apa Kabar Program Pemberantasan Buta aksara? [Online]. Tersedia:http:www.kompas.com [27 Desember 2010].
Suwandi, Yusuf. (2007). Pemberantasan Buta aksara. Semarang. [Online]. Tersedia:http://www.myblog.wordpress.com [27 Januari 2010].
Swisma. (2010). Tingkatkan Pemberantasan Buta Aksara - Pejabat Jangan Bohongi Publik . [Online]. Tersedia:http://www.global.com [27 Desember 2010].
Wikipedia.com
Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya
untuk
mengerti
sebuah
bacaan,
mendengarkan
perkataan,
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Lawan katanya adalah buta huruf atau tuna aksara dimana ketidak mampuan membaca ini masih menjadi masalah terutama di negara-negara Asia selatan, arab, dan Afrika utara (40% sampai 50%). Asia timur dan Amerika selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang bisa menulis dan membaca.
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.