BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kas merupakan aktiva/asset perusahaan yang paling likuid dan paling rentan terjadi penyelewengan, penipuan dan pencurian. Hal itu terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian
dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena kebanyakan aset
harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena karena itu sangatlah sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas. Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut dapat memenuhi kebutuhan entitas.
Dengan
audit
atas
saldo
kas
maka
akan
memudahkan
perusahaan
dalam
mengembangkan anggaran kas. kas. Dengan pengelolaan anggaran kas yang baik perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KAS DAN BANK Menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan
tahun
1994,
kas
adalah
alat
pertukaran/pembayaran dan terdapat dua syarat yang harus dipenuhi asset disebut sebagai kas yaitu : a.
harus siap digunakan setiap saat untuk melakukan pembayaran
b.
harus bebas dari ikatan-ikatan apapun yang membatasi penggunaanya untuk melunasi
kewajiban. Kas dapat disebut juga sebagai aktiva likuid (cair), karena sifatnya yang likuid maka kas harus dilindungi dari kecurangan dan pencurian dengan prosedur-prosedur pengendalian untuk kas. Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dan setara kas adalah: a.
Kas kecil ( Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing.
b.
Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
c.
Bon sementara (I O U).
d.
Bon-bon kas kecil yang belum diganti.
e.
Check tunai yang akan didepositkan.
Istilah kas dalam pengertian sempit dapat berarti uang tunai baik kertas maupun logam. Istilah kas dalam akuntansi meliputi : a.
Uang tunai
b.
Simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan misalnya tabungan, simpanan dalam
bentuk rekening koran, kartu kredit dan sebagainya. c.
Cek dan bilyet giro yang diterima dari pihak lain.
Adapun yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan setara kas pada neraca adalah: a.
Deposito berjangka (time deposit ) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan.
b.
Check mundur dan check kosong.
c.
Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund ).
d.
Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri, misalnya karena dibekukan.
Sedangkan kas yang dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu :
1.
Kas di tangan perusahaan yang terdiri dari :
a.
Penerimaan kas yang belum disetor ke bank berupa uang tunai, pos wesel, certified check, cashier check, cek pribadi, dan bank draft.
b.
Saldo dana kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan pemegang dana kas kecil.
2.
Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Menurut PSAK No.2, hal 2.2 dan 2.3 (IAI: 2002) : a.
Kas terdiri atas : saldo kas (cash on hand ) dan rekening giro.
b.
Setara kas (cash equivalent ) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
c.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain.
A. JENIS JENIS AKUN KAS –
1. Akun kas umum : Merupakan kas yang penting bagi sebagian besar organisasi Karen hamper semua penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini 2.
Akun Imprest : Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres. Misalnya, membuat akun penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal pembayaran gaji
3.
Akun bank cabang : berguna untuk membangun hubungan perbankan di komunitas local dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang. Di beberapa perusahaan ,setoran dan pengeluaaran untuk setiap cabang dilakukan di rekening bank terpisah , dan kelebihan kas akan di transfer secara elektronik dan secara periodic ke rekening bank umum kantor utama
4.
Dana kas kecil imprest : bukan merupakan rekening bank , tetapi hampir serupa dengan kas di bank dalam hal pencantumannya dan tersebut digunakan untuk akuisisi kas bernilai kecil yang dapat dibayar secara lebih mudah dan lebih cepat dengan kas ketimbang dengan cek, atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek pribadi atau cek penggajian. Akun kas imprest dibentuk atas dasar yang sama seperti akun bank cabang imprest , tetapi biasanya digunakan untuk pengeluaran yang lebih kecil.
5.
Ekuifalen kas : bersifat jangka pendek dan sangat liquid . hal tersebut termasuk deposit berjangka, sertifikat deposito , dan dana pasar uang. Setara kas bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan keuangan sebagai keuangan dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek yang siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan tidak dapat dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang bukan merupakan setara kas
B. PERLAKUAN AKUNTANSI Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank dilaporkan sebesar nilai nominal. Perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan dan akuntansi pada umumnya tidak jauh berbeda. Ketentuan perpajakan tidak mengatur secara rinci mengenai teknik dan metode pembukuan kas dan bank. Oleh karena itu, praktik akuntansi komersial yang mengatur tentang teknik dan metode pembukuan kas dan bank dapat diikuti sepenuhnya. Untuk tujuan pengendalian kas dan bank, perusahaan pada umumnya melakukan pemisahan dana antara kas kecil ( petty cash) dan kas besar (cash on hand ). Kas kecil umumnya dipakai untuk pengeluaran harian perusahaan yang sifatnya rutin dan tidak besar jumlahnya. Kas besar pada umumnya dipakai oleh perusahaan untuk pengeluaran tertentu dan disimpan oleh perusahaan di dalam brankas. Dalam kas kecil dikenal dua sistem, yaitu: 1. Imprest fund system (sistem dana tetap) dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana kas kecil dilakukan pada saat penggantian dana. 2. Fluctuating fund system (sistem dana tidak tetap) dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana setiap saat terjadinya transaksi.
C. TUJUAN AUDIT SALDO KAS Tujuan spesifikikasi atau tujuan khusus audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti yang meyakinkan mengenai sahnya atau kebenaran asersi manajemen yang berhubungan dengan saldo kas,yaitu adanya atau terjadinya,kelengkapannya,hak dan kewajibannya,penilaian atau alokasi,serta asersi penyajian dan pengungkapannya.karena pertimbangan pengendalian intern (pengujian pengendalian atau sering disebut pengujian ketaatan, atau pengujian kepatuhan). Tujuan pengujian substantive saldo kas
Kategori Asersi
adanya
Tujuan Audit Substantif Saldo Kas
atau
saldo kas yang tercatat benar-benar pada
•
terjadinya
tanggal neraca.
kelengkapannya
•
saldo kas yang tercatat telah meliputi
pengaruh semua transaksi yang telah terjadi. transfer kas antar bank akhir tahun telah
•
dicatat pada periode yang benar. hak dan kewajiban
klien memiliki hak secara sah atas seluruh
•
saldo kas yang tampak pada tanggal neraca. penilaiannya
atau
alokasi
saldo kas yang tercatat akan terealisir
•
sejumlah yang dinyatakan dalam neraca dan sesuai dengan dokumen pendukungnya.
penyajian pengungkapan
&
•
saldo
kas
telah
diidentifikasi
dan
diklasifikasikan di neraca secara benar.
•
pembatasan
diidentifikasikan
penggunaan dan
kas
diungkapkan
telah pada
neraca. saldo
•
kompensasi,jaminan
kredit,utang
bersyarat dengan bank telah diungkapkan secara memadai.
D. MEKANISME AUDIT KAS 1.
Prosedur Awal
a.
Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang ada Untuk memeperoleh keyakinan bahwa saldo kas yang tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo kas yang dicantumkan di neraca di usut ke akun buku besar berikut ini: - Kas
: merupakan rekening giro di bank
- Kas dalam perjalanan : merupakan penerimaan kas yang pada tanggal
pembuatan
laporan keuangan belum disetor ke bank - Dana kas kecil
: berupa sisa uang tunai yang berada di tangan pemegang dana kas
kecil. b.
Hitung kembali saldo akun kas dibuku besar Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun kas, audit menghitung kembali saldo akun tersebut, dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan akun tersebut. c.
Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu Sebelum auditor
melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun kas, auditor memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut.Untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalm menanggapi koreksi yang diajukan auditor. d.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun kas. Ketidakberesan dalam transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun kas.
e.
Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang bersangkutan. Pendebitan di dalm akun kas diusut ke jurnal penerimaan kas dan kredit akun tersebut di usut ke jurnal pengeluaran kas untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan kas berasal dari jurnal.
2.
Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalm menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Umtuk itu auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini: Ratio
: Ratio kas dengan aktiva lancar
Formula
: Kas & Aktiva lancar
Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya rasio tahun yang lalu, rasio industri atau rsio yang dianggarkan.Disamping itu, auditor perlu membandingkan saldo akun kas yang tercantum di neraca dengan saldo kas pada akhir tahun yang lalu. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: a.
Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
b.
Perubahan akuntansi
c.
Perubahan usaha
d.
Fluktuasi acak
e.
Salah saji
3.
Pengujian terhadap transaksi rinci
a.
Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang termasuk dalam tahun yang diperiksa dibanding tahun sebelumnya.
b.
Buatlah Daftar Transfer Bank dalm Periode Sebelum dan SesudahTanggal Neraca untuk Menemukan Kemungkinan Terjadinya Kemungkinan Check Kitting. Check kitting dilakukan untuk menutupi pemakaian kas perusahaan dengan cara melakukan transfer rekening dari bank ke rekening bank yang dananya digelapkan pada saat bank-bank menyiapkan pembuatan rekening koran bank.Penertian kitting yang dikemukakan oleh Arrens et al (2008;396) yang telah diterjemahkan oleh Gina Gania bahwa:Kitting adalah transfer uang dari satu bank ke bank lainnya tetapi pencatatannya
tidak benar sehingga dana dicatat sebagai aktiva pada kedua akun; praktik ini digunakan oleh penggelap uang untuk menutupi pencurian kas. Jika misalnya perusahaan memiliki rekening giro di Bank XXX dan di Bank YYY, dan pejabat perusahaan menggunakan uang untuk kepentingan pribadidengan menggunakan uang yang ada di Bank XXX. Untuk menutupi kecurangannya, pejabat perusahaan tersebut membuat cek untuk mengeluarkan uang dari Bank YYY dan ditransfer ke rekening giro Bank XXX. Dengan demikian rekening koran dari kedua bank tersebut menunjukan saldo kas dibank seolaholah tidak terjadi pemakaian oleh pejabat tersebut. c.
Buatlah dan Lakukan Analisis terhadap Rekonsiliasi Bank Empat Kolom Rekonsiliasi bank empat kolom digunakan oleh auditor untuk membuktikan kebenaran saldo kas di bank.Contoh dari rekonsiliasi bank empat kolom
PT XXX Pembuktian Ketelitian Saldo Kas Saldo Penerimaan & Pengeluaran Saldo Akhir
Saldo Kas menurut rekening koran Setoran dalam perjalanan Cek yang beredar Cek kosong Saldo bank setelah di-adjust Sumber; Mulyadi, AUDITING edisi 6, 2002
d.
Periksa adanya Kemungkinan Penggelapan Kas dengan Cara Lapping Penerimaan dan Pengeluaran kas. Lapping dapat terjadi jika penyimpanan kas merangkap fungsi sebagai pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Lapping dilakukan oleh karyawan tersebut dengan cara tidak mencatat penerimaan kas dari debitur tertentu dan memasukan uang yang diterima tersebut ke dalam sakunya sendiri. Untuk menutupi kecurangannnya dengan mengkredit akun piutang kepada debitur lain digunakan untuk menutupi kecurangannya dengan mengkredit akun piutang kepada debitur pertama.
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan: 1. Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya 2. Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang tidak berdasarkan
prinsip
akuntansi
berterima
umum
di
Indonesia,
sehingga
dapat
mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan 3. Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang disajikan dalam tahun sebelumnya. 4. Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut off) transaksi penjualan tidak tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya. Misalnya transaksi penjualan tahun 20XX dicatat oleh klien sebagai pendapatan penjualan tahun 20XX. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutoff) untuk memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31 Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi. 5. Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka pendapatan penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical works). Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi dari berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi, mengalikan dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan kesalahan moneter sebagai akibat dari kesalahan pekerjaan klerikal ini
6. Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora keuangan salah dalam mengambil keputusan. Misalnya klien mengajikan angka pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp. 500.000.000,-. Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan informasi bahwa 75 % dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan klien dari transaksi penjualan produk kepada anak perusahaannya. Karena sebagian besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan indukanak perusahaan), maka auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan pengungkapan (disclosure) mengenai informasi tersebut dalam laporan keuangan.
4.
Pengujian terhadap Akun Rinci
Keberadaan kas yang dicantumkan dineraca dibuktikan dengan menghitung kas yang ada ditangan klien pada tanggal neraca dan untuk kas klien yang disimpan di bank dengan cara memeriksa rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal neraca dan mengirim surat konfirmasi bank. a.
Hitung kas yang ada ditangan klien.
b.
Rekonsiliasi catatan kas dengan catatan rekening koran bank yang bersangkutan.
c.
Lakukan konfirmasi saldi kas dibank.
d.
Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran bank. Untuk membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal neraca, auditor mengusut penguangan cek tersebut ke dalam rekening koran bank yang diterima klien.
5.
a.
Verifikasi Penyajian Kas di Neraca
Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakian rekening tertentu klien di bank. Seperti tersebut dalam prinsip penyajian kas di neraca, kas yang disimpan di bank hanya dapat disajikan sebagai unsur kas jika tidak terdapat batasan penggunaanya dari bank atau batasan yang dikenakan oleh kontrak perjanjian tertentu. Dari jawaban konfirmasi bank
dapat diketahui batasan-batasan, jika ada yang dikenakan oleh bank atas penggunaan rekening-rekening bank klien. b.
Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas klien. Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai dan kas yang dibentuk oleh klien dapat diperoleh dari wawancara dengan manajer keuangan. Informasi ini akan menentukan apakah suatu unsur disajikan dalm kasus atau harus dipisahkan tersendiri dalm kelompok aktiva lancar, atau bahkan harus disajikan terpisah dalm kelompok aktiva tidak lancar.
E. SISTEM PENGENDALIAN INTERN Standar pengerjaan lapangan yang kedua menyebutkan: pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. IAI mendefinisikan SPI sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didisain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini; a. Keandalan pelaporan keuangan b. Efektifitas dan efisiensi operasi dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern terdiri dari 5 komponen:
1.
Lingkungan
Pengendalian . Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur lingkungan pengendalian mencakup: integritas dan nili etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, dan kebijakan dan prak tek SDM
2.
Penaksiran Resiko . Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relefan unutk
mncapai tujuannya, membentuk suatu dasar unutuk menentukan bagaimana resiko harus
dikelola. Resiko dapt timbul/berubah karena keadaan berikut: perubahan dalam lingkungan operasi; personel bru; system informasi yang baru/yang diperbaiki; teknologi baru; lini produk, produk atau aktivitas baru; restrukturisasi korporasi; operasi luar negeri; standar akuntansi baru.
3.
Aktivitas Pengendalian . Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menangulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Umumya aktivitas pengendalian berkaitan dengan: Review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas.
4.
Informasi dan Komunikasi . Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang di bangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melapokan transaksi entitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tantang sistem informasi yang relefan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi LK
Bagaimana transaksi tersebut dimulai
Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam LK yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukan kedalam LK termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi
5.
Pemantauan . Proses penentuan kualitas kinrja pengendalian intern sepanjang waktu.
Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas L/K
dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok . salah satu cara penggolongan adalah sebagai berikut:
Pengendalian Pengolahan I nformasi Banyak perusahaan sekarang menggunakan komponen untuk pengolahan infomasi umum dan terutama informasi akuntansi . pengendalian pengolahan informasi dibagi menjadi dua: 1. Pengendalian Umum. Organisasi pusat pengelolaan data , prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan system dan pengoprasian fasilitas pengolahan data. 2. Pengendalain aplikasi. Dirancang untuk memenuhi persyaratan pengendalian khusus setiap aplikasi. Tujuan pengendalian aplikasi:
Menjamin bahwa semua transaksi yang telah ditorisasi telah diproses sekali saja secara lengkap
Menjamin bahwa data transaksi lengkap dan teliti
Menjamin bahwa pengelolaan transaksi benar dan sesuai dengan keadaan
Menjamin bahwa hasil pengolahan data dimanfaatkan untuk tujuan yang telah ditetapkan
Menjamin bahwa aplikasi dapat terus berfungsi
Pengendalian aplikasi terhadap pengolahan transaksi tertentu dikelompokan menjadi:
a. Prosedur otorisasi yang memadai b. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup 3. Pengecekan secara independent 4. Pemisahaan fungsi yang memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tugas didalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi
Pemisahan fungsi otorissi transaksi dan fungsi penyimpanan aktiva yang b ersangkutan
Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi organisasi Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebanan kepada seseorang
Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan Cara yang paling baik dalam pelindungan kekayaan dan catatan adalah dengan menyediakan perlindungan secara fisik . perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Penggunaan alat mekanik dapat juga digunakan untuk menambah jaminan bahwa informasi akuntansi dicatat secara teliti dan tepat waktu
Review Atas kinerja
a. Laporan yang meringkas rincian jumlah tercantum dalam akun buku pembantu , seperti daftar umm piutang usaha , laporan penjualan menurut daerah pemasaran , wiraniaga, produk dan costumer. b. Kinerja sesungguhnya dibandigkan dengan jumlah menurut anggaran , perkiraan , atau jumlah tahun lalu. c. Hubungan antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan data non keuangan.
F.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN KAS DAN SALDO BANK Pengendalian intern terhadap kas dapat dilakukan pada saat penerimaan uang dan pengeluaran uang, antara lain: a. Pada saat penerimaan uang 1.
Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
2.
Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan pencatatan kas.
3.
Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas.
4.
Dibuat laporan kas untuk setiap hari sebagai pertanggung jawaban kas.
b. Pada saat pengeluaran uang 1.
Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya kecil, yaitu menggunakan kas kecil.
2.
Dibentuk kas kecil.
3.
Diadakan pemisahan antara pihak yang mengumpulkan bukti pengeluaran, yang menulis cek dan yang menandatangani cek serta yang mencatat pengeluaran kas.
c. Pemeriksaan Bank 1.
Kirim permintan konfirmasi positif bank per 31 desember 20xx dan cut off rekening Koran bank minggu pertama bulan januari 20xx k epada bank yang bersangkutan.
2.
Dapatkan rekonsiliasi bank per 31 desember 20xx dari klien dan lakukan prosedurprosedur berikut:
3.
Periksa kecermatan penjumlahannya
4.
Telusuri saldo per klien ke buku besar yang bersangkutan
5.
Bandingkan saldo per bank dengan rekening Koran bank-nya dan jawaban konfirmasi bank
6.
Telusuri undeposit collections ke rekening Koran cut off dan jurnal penerimaan kas bulan desember 20xx
7.
Telusuri cek yang masih beredar (outstanding checks) ke rekening Koran cut off dan jurnal pengeluaran bulan desember 20xx.