PENGORGANISASIAN SATUAN KERJA AUDIT INTERN BANK
Nama Kelompok: Ribka Dessy Rinna (13.05.52.0021) Indah Dwi R (13.05.52.0053) Anggi Anindya R (13.05.52.0096)
UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
1
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan Makalah yang berjudul “Pengorganisasian Satuan Kerja Audit Intern Bank”. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang disusun sebagai bahan penuntun atau pegangan mahasiswa dengan materi yang telah disesuaikan khususnya mata kuliah “Audit Bank”. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat membantu para mahasiswa dan tim pengajar dalam kegiatan perkuliahan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Badjuri selaku dosen mata kuliah Audit Bank atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penyusun, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Semarang, 31 Maret 2016
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………….……………..
1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………......
2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
4
A. LATAR BELAKANG……………...……………………………………….....
4
BAB II ORGANISASI DAN MANAJEMEN.…………………………………….....
5
A. Organisasi Satuan Kerja Audit Intern..................................................................
5
B. Dewan Audit Bank..............................................................................................
8
BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB.................................................
11
BAB IV PERENCANAAN AUDIT TAHUNAN DAN ANGGARAN......................
12
A. Penentuan Skedul Kerja Audit............................................................................
12
B. Rencana Stafing Dan Anggaran..........................................................................
17
BAB V PENGENDALIAN MUTU AUDIT.............………………………..………..
21
A. Supervisi..............................................................................................................
21
B. Review Intern......................................................................................................
21
C. Review Ekstern...................................................................................................
22
BAB VI HUBUNGAN DENGAN AUDITOR EKTERN…..………………..………
3
23
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Peranan fungsi audit intern di dunia perbankan di Indonesia dipertegas oleh Bank Indonesia selaku regulator melalui Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996 serta telah dilakukan pemutakhirannya melalui Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999. Peraturan tersebut antara lain mewajibkan pelaksanaan kaji ulang atau review oleh pihak eksternal yang independen dan kompeten terhadap pelaksanaan fungsi audit intern-yang dilaksanakan oleh SKAI bank. Salah satu aspek utama yang harus dilakukan kaji ulang terhadap pelaksanaan fungsi SKAI ini adalah peranan komisaris dan direksi terhadap berjalannya fungsi SKAI. Peranan komisaris dan direksi sebagai aspek utama yang mendasar juga ditekankan dalam PBI No. 11/ 25 /PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 sebagai perubahan PBI 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Sesuai peraturan tersebut, aspek pertama dalam penerapan manajemen risiko adalah pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi. Begitu esensial dan pentingnya peranan komisaris dan direksi ini di dalam struktur pengendalian intern, manajemen risiko serta penyelenggaraan fungsi audit intern
4
BAB II ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Organisasi Dan Manajemen Pengorganisasian dan pengelolaan manajemen dari Satuan Kerja Audit Intern Bank sebelum SPFAIB terbit tidak seragam dari satu bank dengan bank lainnya. Dalam praktiknya banyak bank saat itu yang memang mempunyai satuan kerja interen, namun hanya melaksanakan vertifikasi transaksi. Dalam struktur organisasi, satuan kerja ditempatkan sebagai seksi atau bagian, devisi yang berada di bawah koordinasi salah satu direktur bank, atau mungkin juga hanya merupakan salah satu unit di divisi atau biro. Lebih jauh SPFAIB mengatur fungsi audit interen bank sebagi alat untuk memastikan bahwa bank tersebut mengelola dana yang dihimpun dan masyarakat mampu mengamankan perkembangan bank sehingga dapat menunjang program pembangunan Pemerintah. Oleh karena itu, manajemen bertanggung jawab mengarahkan fungsi audit interen bank agar dapat berjalan dengan efektif. Untuk itu dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), dirumuskan hal-hal sebagai berikut: A. Organisasi Satuan Kerja Audit Intern 1. Organisasi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) perlu selalu disesuaikan dengan perkembangan bank dan setiap perubahan harus ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi. Sebagai contoh suatu bank yang relatif kecil dan jumlah transaksi yang sedikit tentu berbeda pengorganisasian Satuan Kerja Audit Internnya dengan bank yang relatif besar dan kompleks. Dalam perkembangannya apabila bank yang semula kecil kemudian berkembank dan memperoleh izin menjadi bank devisa, maka kemampuan SAI harus dikembankan agar bisa mengaudit transaksi devisa. 2. Satuan Audit Intern dipimpin oleh Kepala Satuan Kerja Audit Intern yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan persetujuan Dewan Audit dan dilaporkan ke Bank Indonesia. Karena ada unsur Penyaringan dalam mengangkat Kepala SKI. Direktur Utama perlu melakukan seleksi, memperhatikan syarat-syarat yang ditetapkan dalam 5
SPFAIB. 3. Kepala Satuan Kerja Audit Intern bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Untuk mendukung independensi dan menjalin kelancaran serta wewenang dalam memantau tidak lanjut. Kepala Satuan Kerja Audit Intern dapat berkomunikasilangsung dengan Dewan Audit untuk menginformasikan berbagai hal yang berhubungan dengan audit. 4. Untuk dapat melaksanakan fungsinya, Satuan Kerja Audit Intern yang terdiri dari para Auditor baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai sesuai norma-norma profesiobalisme yang berlaku. 5. Para Auditor Intern untuk seluruh jenjang kepangkatan ataupun jabatan yang diangkat dan diberhentikan olek Direksi. 6. Dalam hal mempertahankan atau meningkatkan kemampuan, para Auditor Intern diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi baik yang diselenggarakan oleh intern bank maupun oleh pihak ekstern. 7. Pada pelaksanaanya para Auditor Intern dikoordinisir / disupervisi oleh Kepala Satuan Kerja Audit Intern. Pembagian kerja para Auditor Intern disesuaikan dengan penugasan masingmasing bidang yang akan diperiksa. 8. Kegiatan kerja Satuan Kerja Audit Intern disesuaikan dengan Rewncana Kerja dan Anggaran Tahunan Bank yang dituangkan dalam Rencana Strategis yang dijabarkan dalam Penetapan Sasaran, Rencana Aksi, dan Langkah Tindakan. 9. Penilaian hasil kerja Auditor diukur berdasarkan pencapaian target yang telah ditentukan serta aspek-aspek lainnya, sedangkan pengembangan karier disesuaikan dengan kebijakan perusahaan yang berlaku.
6
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI BANK
7
B. Dewan Audit Bank Ketentuan adanya Dewan Audit di Bank umum adalah hal yang baru didunia perbankan Indonesia. Banyak pertimbangan yang mendasari ketentuan ini. Namun yang paling dominan adalah perlunya fungsi pengendalian dari semua tingkat prganisasi, termasuk pengawasan Dewan Komisaris terhadap manajemen.
Dewan Komisaris
Dewan Audit Direktur Utama Satuan Kerja Audit Intern
Direktur
Direktur
Direktur
1. Kedudukan dewan Audit dalam konsep SPFAIB harus independen terhadap manajemen, oleh karena itu Dewan Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. 2. Dewan Audit Bank sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota yang diangkat dan dihentikan oleh Rapat Dewan komisaris dan dilaporkan pada Rapat umum Pemegang saham 3. Anggota Dewan audit Bank terdiri dari anggota Dewan Komisaris dan pihak ekstren bank yang independen baik terhadap manajemen maupun kepemilikan dan tidak ada pertentangan dengan bank. 4. Syarat-syarat Anggota Dewan Audit Bank adalah sebagai berikut:
Bersikap Independen dan kompeten dalam arti mempunyai pengetahuan tentang industri perbankan dan maupun menganalisi laporan keuangan serta memahami peraturan dan ketentuan UU yang berlaku
Mampu berkomunikasi dengan efektif
Memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi 8
5. Dalam rangka mereview struktur pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Dewan Audit mengadakan komunikasi dengan direksi serta menerima laporan dari Satuan Kerja audit Intern. Dalam melaksanakan tugasnya dewan audit merupakan pusat komunikasi antara Dewan Komisaris, Satuan Kerja Audit Intern, auditor Ekstern dan Direksi. Piagam Dewan Audit Secara rinci dapat diuraikan fingsi, tanggung jawab, wewenang dan kode etika Dewan audit Bank dalam satu piagam, yang disebut dengan Piagam Dewan Audit Charter, misalnya seperti berikut: 1. Fungsi Dewan Audit Bank Dewan Audit membantu Dewan Komisaris dalam melakukan tanggung jawab di bidang pengawasan. Serta melakukan review terhadap efektivitas Struktur Pengendalian Intern Bank agar fungsi ini berjalan baik. 2. Tanggung Jawab Dewan Audit
Mereview dan menyetujui Piagam Internal Bank
Menyetujui pengangkatan dan pemberhentian kepala SKAI
Menaggapi rencana dan anggaran SKAI
Memastikan bank mematuhi peraturan, ketentuan dan perundangundangan yang berlaku.
3. Wewenang Dewan Audit Bank
Mendapatkan semua informasi dan dokumentasi tanpa hambatan mengenai hal-hal yang termasuk tanggung jawab Dewan Audit dari pihak Manajemen, SKAI dan Auditor Ektern
Memperoleh informasi dari Manajemen
Mengadakan pertemuan periodik dengan Kepala Bidang Hukum Bank/ Penasehat Hukum Bank
Mengadakan review setiap tahun untuk memutakhirkan tugas Dewan Audit
Menggunakan sumber daya dan dana bank
4. Kode Etik Dewan Audit Anggota Dewan audit harus memiliki sifat dan berperilaku sebagai berikut:
Sifat jujur, objektif serta tidak tercela dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. 9
Dapat dipercaya, setia kepada bank dan tidak terlibat dalam kegiatan ilegal.
Menunjukan loyalitas kepada tanggung jawab profesinya
Tidak menerima fee atau hadiah dari karyawan, klien, pelanggan yang dapat mempengaruhi pendapat profesionalnya.
10
BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Wewenang dan Tanggung Jawab Transparansi dari kejelasan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bank sehingga kebijakan mengenai Audit Intern yang berkaitan dengan wewenang dan tingkat independensinya sebagai landasan kerja yang dinyatakan dalam sebuah dokumen tertulis dari Diriktur Utama dengan persetujuan dewan audit yang disibut Piagam Dewan Internal audit (Internal Audit Charter). Maksud dari Piagam Internal audit adalah untuk memberikan pengertian umum mengenai tujuan dan ruang lingkup tugas-tugas Satuan Kerja audit Intern sebagai SKAI di Bank serta untuk membedakan antara tanggung jawab dan wewenang SKAI dengan tanggung jawab dan wewenang manajemen. Yang dimaksud dengan manajemen disini adalah Direksi, Kepala Divisi, Kepala Departemen, Kepala Unit, unsur Pimpinan Cabang serta semua pihak yang bertindak dalam kepastiannya sebagai manajemen. Secara periodik Piagam Internal Audit ini perlu dinilai kecakupannya olek Direktur Utama dan Dewan Audit agar pelaksanaan audit oleh SKAI senantiasa berada pada tingkat yang optimal.
11
BAB IV PERENCANAAN AUDIT TAHUNAN DAN ANGGARAN
Perencanaan Audit Tahunan dan Anggaran Satuan kerja audit intern harus membuat perencanaan audit yang menyeluruh terhadap unitunit yang akan diperiksa agar audit mencakup seluruh unit yang ada, sehingga dapat diukur dan sesuai dengan rencana dan anggaran operasi bank. Perencanaan tersebut harus konsisten dengan piagam internal audit, tujuan bank dan disetujui oleh Direktur Utama dan dilaporkan kepada Dewan Audit. Yang dimaksud dengan perencanaan disini adalah rencana kegiatan SKAI dalam satu periode tertentu (biasanya 1 tahun) yang meliputi :
Unit mana yang akan diperiksa
Kapan audit akan dilakukan
Berapa lama audit dilakukan
Berapa orang tenaga auditor yang akan digunakan
Team yang akan melakukan audit
Berapa biaya yang dianggarkan
A. Penentuan Skedul Kerja Audit Dewan Audit ataupun direksi serta auditor Ektern ingin mengetaui apa yang akan diperiksa oleh satuan kerja SKAI dan satusatunya bukti tertulis untuk hal ini adalah skedul kerja audit. Skedul kerja audit memudahkan SKAI dalam membagi pekerjaan sesuai dengan tenaga auditor yang tersedia. Skedul kerja Audit tersebut mencangkup kegiatan yang akan diaudit, tanggal mulai dan waktu yang dibutuhkan, dengan mempertimbangkan ruang lingkup dan hasil audit yang dilakukan auditor sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat skedul kerja audit tersebut antara 12
lain: 1. Temuan audit dari periode sebelumnya Untuk melihat apakah temuan – temuan audit periode sebelumnya banyak terdapat problem yang sifatnya material dan prinsipal pada suatu cabang/ unit kerja. 2. Evaluasi Resiko Analisis resiko bertujuan untuk mengidentifikasikan bagian yang material atau signifikan dari kegiatan yang akan diaudit, sehingga dapat diatur skala prioritaspelaksanaan audit dengan mengetahui unit mana yang memerlukan segera dan unit mana yang bisa ditempatkan pada urutan terakhir. Penentuan skala prioritas tingkat risiko ini, bisa didasarkan antara ain pada: a. Besarnya jumlah nominal uang (rupiah) yang tertanam pada unit/ cabang tertentu b. Kompleksitas unit/ cabang yang akan diperiksa. Untuk mengetahui tinggkat risiko masing – masing unit kerja/ cabang, perlu dilakukan analisis risiko yang terdiri dari beberapa tahap. a. Menentukan faktor – faktor yang akan dievaluasi dan bobot masing- masing faktor. Faktor – faktor yang harus dievaluasi dalam menghitung exposure contribution adalah faktor – faktor yang dapat mewakili dan dapat memenuhi kebutuhan fungsi auditor dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam membuat perencanaan audit. Apabila ada perubahan jenis dan jumlah faktor, harus diteteapkan dengan surat keputusan direksi. b. Menentukan kriteria dan peringkat masing – masing faktor Untuk mempermudah perhitungan, perlu ditentukan kriteria dari masing – masing faktor. Masing – masing kriteria faktor memepunyai bobot yang sama tetapi diberikan faktor rating yang berbeda. Untuk keseragaman evaluasi seluruh cabang/ unit kerja, maka posisi data dan atau posisi data dan atau posisis laporan keuangan yang dievaluasi adalah perakhiran bulan Triwulan III tahun sebelumnya. Sedangkan definisi masing – masing faktor ditetapkan sebagai berikut:
13
1. Total asset Adalah total asset dari cabang bersangkutan. Bilamana cabang menggunakan dana RAK maka dianggap sebagai hutang cabang yang dapat memperbesar total asset cabang. Rp 0 – Rp 10M
100
Rp 11M – Rp 20M
200
Rp 21M – Rp 50M
300
Diatas Rp 50M
400
2. Total kredit yang diberikan (KYD) Adalah total kredit yang diberikan termasuk overdraft yang diberikan oleh cabang Rp 0 – Rp 7M
100
Rp 7M – Rp 15M
200
Rp 15M – Rp 35M
300
Diatas Rp 45M
400
3. Bad Debt Ratio Adalah rasio hutang tak tertagih cabang bersangkutan sesuai dengan peritunggan cabang yang dilaporkan ke kantor pusat dan bank indonesia 0% – 2.15%
100
2,15% – 5,60%
200
5,60% – 7,85%
300
Diatas 7,85%
400
4. Ratio Cadangan Penghapusan Piutang Adalah rasio cadangan yang telah dibentuk oleh cabang dibandingkan dengan aktiva produktif yang diklasifikasikan 53,00% – 66,00%
100
43,00% – <53,00%
200
33,00% – <43,00%
300
Diatas 33,00%
400
14
5. Return on Assets Adalah retur on asset cabang yang dihitung dengan cara membandingkan anualisasi laba sebelum pajak dibandingkan dengan total asset rata – rata. 1,20% – 1,50%
100
0,99% – <1,20%
200
0,76% – <0,99%
300
Diatas 0,76%
400
6. Operation cost/ operation revenue Adalah porsi dari pendapatan operasi yang digunakan untuk membiayai kegiatan oprasi dari cabang yang bersangkutan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan biaya oprasi yang terdiri dari biaya bunga dan biaya perusahaan dengan pendapatan operasi yang terdiri dari penddapatan bunga dan pendapatan fee. 93,52% atau kurang
100
93,52% – <94,72%
200
94,72% – <95,92%
300
Diatas 95,92%
400
7. Liquit ratio Adalah kewajiban bersih call money dibandingkan dengan alat likuit Dibawah 20,00%
100
20,00% – <35,00%
200
35,00% – <50,00%
300
>50,00%
400
8. Loan to Deposit Ratio Adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana masyarakat yang ditempatkan pada cabang tersebut. 110,00% atau kurang
100
Diatas 110,00%
400
9. Lamannya cabang beroperasi Adalah berapa lama/ tahun cabang beroprasi, dihitung dari mulai beroprasi sampai dengan bulan terakhir yang dievaluasi. 0 th – 3 th
100
4 th – 7 th
200
10 th – 15 th
300
Diatas 15th
400 15
10. Rata – rata jumlah transaksi Adalah rata – rata jumlah transaksi perhari pada unit/ cabang sehingga dapat diperkirakan tingkat kesulitan transaksi baik cara penanganannya maupun analisisnya, yang ada dicabang bersangkutan. 0 – 500 transaksi perhari
100
501 – 1.000 transaksi perhari
200
1.001 – 2.000 transaksi perhari
300
Diatas 15th transaksi perhari
400
11. Rata – rata nominal transaksi Adalah rata – rata nominal pertransaksi yang ditangani oleh unit kerja/ cabang sejak audit terakhir sampai dengan posisi akhir bulan evaluasi. Rp 0,00 s/d Rp 100.000,00
100
Rp 101.000,00 s/d Rp 200.000,00
200
Rp 201.000,00 s/d Rp 500.000,00
300
Diatas Rp 500.000,00
400
12. Surat Pengaduan Adalah berapa surat pengaduan selama periode audit yaitu dari tanggal audit terakhir sampai dengan posisi dasar evaluasi dibuat. 0 s/d 2
100
3 s/d 5
200
6 s/d 8
300
Diatas 8
400
c. Menentukan tingkat risiko masing – masing unit/ cabang dan menentukan frekuensi audit. Tingkat resiko cabang dapat dihitung sebagai berikut : Sebelum menentukan tingkat risiko cabang, terlebih dahulu kita harus menentukan rentang dari kontribusi tingkat risiko. Berdasarkan komposisi di atas maka kontribusi tingkat risiko maksimum akan diproleh 400 dan kontribusi tingkat risiko minimum 100 atau rata – rata 250. Klasifikasi atau tingkat resiko unit/ cabang seperti tabel di bawah ini: Rentang kontribusi risiko
klasifikasi risiko
Di bawah 150
risiko rendah
150 s/d 350
risiko sedang
Di atas 350
risiko tinggi 16
Setelah mengetahui klasifikasi risiko, kita dapat menentukan frekuensi audit. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat pembagian frekuensi audit berdasarkan klasifikasi risiko Rentang kontribusi risiko
klasifikasi risiko
frekuensi audit
Dibawah 150
risiko rendah
satu kali 18 bulan
150 s/d 350
risiko sedang
satu kali 12 bulan
Di atas 350
risiko tinggi
satu kali 6 bulan
B. Rencana Stafing dan Anggaran 1.
Menghitung kebutuhan waktu dan kebutuhan tenaga auditor. Perencanaan stafing perlu memperhatikan jumlah auditor yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan kualifikasi yang dibutuhkan. Adapun hal hal yang harus diperhatikan tersebut adalah: a. Tingkat resiko yang diestimasi sesuai dengan klasifikasi resiko cabang berdasarkan exposure contribution b. Kalender Hari Kerja meliputi: a) Field day : Lama hari yang digunakan utuk pelaksanaan audit di satu cabang/ unit kerja. b) Write Report : Lama hari yang diperlukan untuk pembuatan laporan atas hasil audit di satu cabang c) Total Calender days : Total waktu yang diperlukan dri pelaksanaan audit sampai selesainya laporan audit. d) Person on team : Jumlah tim yang akan melakukan audit termasuk ketua tim. e) Man Day: Jumlah hari yang diperlukan berkaitan dengan tenaga yang di pergunakan di satu cabang. f) Frequency : Jumlah berapa kali cabang tersebut akan diperiksa selama satu tahun dalam perencanaan tahunan yang dibuat g) Total man Day : Jumlah hari yang diperlukan berkaitan dengan tenaga kerja yang dipergunakan dengan berapa kali akan dilakukan audit dalam satu tahun (Man Day x Frequency)
17
Contoh perhitungannya adalah: Analisis Kebutuhan Waktu Untuk Audit Seluruh Cabang / Unit Bank Klasifikasi
Tingkat
Jumlah HK Jumlah
Total
Jumlah
Cabang
Risiko
Lapangan
Jumlah
tenaga
HK
Laporan HK Cab. Weleri A 7 5 12 Cab. Sukun B 9 5 14 Cab. Kendal B 9 5 14 Cab. Gombel A 7 5 12 Cab. Ngalian C 4 5 9 Dst Total Catatan : A = Tinggi, B = Sedang, C = Rendah
Auditor 3 3 3 3 2
HK
Frekuensi
Hari
Keseluruhan 36 42 42 36 18
2 1 1 2 1
72 42 42 72 18 4200
Dalam menentukan jumlah Auditor yang di perlukan harus memperhitungkan unsur dan faktor yang dapat mengurangi efektif hari kalender yang dapat dimanfaatkan. Dengan demikian dapat diketahui hari kalender riil dari setiap auditor dan berapa banyak auditor yang diperlukan. Faktor atau unsur yang harus diperhatikandalam menentukan jumlah hari kalender yang dapat dimanfaatkan untuk tiap orang auditor adalah: Hari Sabtu dan Minggu Hari Libur Nasional yang resmi Hari Cuti Perkiraan Sakit Pelatihan Maka perhitungannya adalah: I.
Waktu yang tersedia dalam satu tahun
365
hari
II.
Hari libur (resmi,cuti,perkiraan sakit)
85
hari
III.
Waktu tersedia bersih untuk tiap auditor
280
hari
IV.
Waktu yang diperlukan
4200 hari
V.
Waktu yang tersedia tiap auditor
280
hari
VI.
Tenaga Auditor yang diperlukan
15
orang
18
Kerja
2. Penyusunan Anggaran Satuan Kerja Audit Intern Penyusunan Anggaran diatuan kerja Audit intern terdiri dari 2 jenis anggaran yaitu anggaran khusus untuk pelaksanaan audit selama tahun anggaran serta anggaran keseluruhan yang terkait dengan aggaran bank. Anggaran untuk pelaksanaan audit diperhitungkan berdasarkan jadwal, jumlah waktu yang diperlukan, klasifikasi dan jumlah tenaga auditor yang akan ditugaskan serta biaya akomodasi yang diperlukan. Sedangkan anggaran Satuan Kerja Audit Intern secara keseluruhan disusun sesuai petunjuk dari Tim Anggaran Kantor Pusat termasuk didalamnyaanggaran pelaksanaan audit. 3. Laporan Kegiatan Audit Laporan kegiatan Audit adalah laporan yang dibuat oleh Satuan Kerja Audit Intern yang disampaikan kepada direktur utama dan dewan Audit. Laporan tersebut antara lain: Perbandingan antara hasil audit yang telah dicapai dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian akan terlihat unit/cabang yang belum dilakukan audit ataupun yang tidak sesuai degan jadwal audit serta alasan penyimpangannya. Realisasi biaya dan anggaran yang telah ditetapkan baik untuk pelaksanaan audit maupun lainnya. Penyebab terjadinya penyimpangan Tindakan yang telah dan perlu di ambil untuk melakukan penyempurnaan. Laporan ini sekaligus merupakan review kemajuan pelaksanaan audit oleh SKAI. Bila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya maka perlu dilakukan langkah koreksinya.
19
Contoh laporan kegiatan audit triwulan I - 2015 Kepada
: Direktur Utama Dewan Audit
Dari
: satuan kerja Audit Intern
Tanggal
: 10 Juli 2015
Perihal
: Laporan Kegiatan Audit Semester I tahun 2015
Sebagai realisasi kegiatan audit selama Semester I tahun 2015, dapat kami sampaikan hal hal berikut: Rencana Audit Perbandingan Antara hasil audit yang
Realisasi Audit
telah dicpai dengan sasaran yang telah ditetapkan: 1.
Audit Cabang Jakarta - Sudirman
- Selesai
2.
Audit Cabang Jakarta - Kebayoran
- Selesai
3.
Audit Cabang Jakarta - Kota
- Dalam Penyusunan
Realisasi biaya dan anggaran
Realisasi Biaya 5.000.000 Anggaran
Sebab terjadinya penyimpangan
6.000.000
LHP - Cabang Jakarta-Kota belum selesai karena Auditor ditugaskan untuk melakukan tugas lain melakukan review sistem dan prosedur (sisdur) audit sesuai SPFAIB Penyesuaian sisdur sesuai denga SPFAIB merupakan keharusan dari BI. Rencana Audit digeser kebulan berikutnya.
20
BAB V PENGENDALIAN MUTU AUDIT
Pengendalian Mutu Audit Untuk tetap menjaga mutu dari kegiatan audit, satuan Kerja Audit Intern Bank menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit yang dilakukan terdiri dari: Supervisi Supervisi terhadap pekerjaan Auditor Intern harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap standart audit, kebijakan, prosedur, dan program audit yang telah disusun. Masalah supervisi pelaksanaan pekerjaan audit oleh audit SKAI bank meliputi banyak aspek. Baik dari segi managemen tim audit itu sendiri, sampai pada cara kerja, pengadministrasian kertas kerja sampai dengan laporan itu dibuat., semuanya mengacu pada standart yang di tetapkan yakni SPFAIB Para auditor junior ada umumnya sering terjebak pada pekerjaan audit yng tidak material sehingga justru persoalan yang signifikan dan material terabaikan, atau bahkan ketika jangka waktu audt mendekati selesai baru dilakukan auditnya. Oleh karena itu, diperlukan supervisi dari para auditor senior untuk mengarahkan serta menunjukan bidang mana yang perlu konsentrasi dengan memperhatikan aspek risiko dari transaksinya. Review Intern Auditor intern harus melakukan review secara berkesinambungan atas kualitas pekerjaan audit yang mereka hasilkan. Kualitas pekerjaan auditor akan tampak antara lain dari Laporan Hasil Audit yang disampaikan. Secara terus menerus hal ini dievaluasi dengan cara mereview laporan itu. Analisis temuan untuk menentukan suatu sebab yang paling dasar dari adanya penyimpangan adalah hal yang paling penting. Jadi bukan hanya penyimpangan atau temuan saja yang diberikan komentar. Tapi justru menemukan sebab yang paling dasar adalah obat yang paling mujarab untuk perbaikkan selanjutnya. Cara kerja dan administrasi audit, penyususnan kerja keras , kuesioner audit intern yang dibuat auditor untuk bahan penyusunan laporan perlu juga ditelaah secara mendalam oleh 21
auditor senior terhadap anggota tin auditnya. Kegiatan seperti ini sebaiknya berjalan berkelanjutan. Review interm mencakup, apakah tugas dan sasaran telah mencapai apa yang diharapkan. Review Ekstern Untuk menilai mutu audit yang dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern, Fungsi audit intern bank Harus di review oleh lembaga ekstern minimal sekali dalam 3tahun. Laporan atas review ini harus memuat tentang hasil kerja Satuan Audit Intern dan Kepatuhannya Terhadap SPFAIB serta perbaikan yang mungkin dilakukan. Kemudian hasil review dilaporkan kepada BI.
22
BAB VI HUBUNGAN ANTARA SKAI DENGAN AUDITOR EKTERN
Hubungan Antara SKAI Dengan Auditor Ektern Satuan Kerja Audit Intern bertanggungjawab untuk mengkoordinasi kegiatannya dengan kegiatan Audit Ekstern. Dari pengkoordinasian diharapkan mencapai hasil yang komprehensif dan optimal. Kegiatan ini dilakukan dengan pertemuan secara periodik oleh kedua belah pihak. Dalam PSA no. 33 Standarr Profesi Akuntan Publik, Menjelaskan Pertimbangan auditor atas fungi Audit Intern dalam suatu audit atas laporan keuangan. Jadi tidak semua kegiatan intern bisa dimanfaatkan, tergantung relevansinya. Auditor Ekstern dapat menemukan hasil prosedur berikut ini yang bermanfaat dalam menetapkan relevansi aktivitas audit intern. 1.
Mempertimbngkan pengetahuan dari audit tahun sebelumnya
2.
Mereview bagaimana auditor intern pengalokasikan sumber daya auditnya ke bidang keuangan atau bidang operasi sebagai respon dalam proses penentuan risiko.
3.
Membaca laporan audit intern untuk memperoleh informasi rinci mengenai lingkup aktivitas audit intern.
23