BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup saat ini telah menjadi masalah yang pelik,
mengingat berbagai kerusakan alam dan eksploitasinya oleh manusia secara tidak bertanggung jawab terus meningkat. Pencemaran udara ini tentunya dapat menimbulkan penurunan kesehatan dan kesejahteraan manusia, hewan serta tumbuhan. Partikulat dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, terutama bila partikulat tersebut mengandung unsur-unsur kimia yang mengandung potensi bahaya, salah satunya adalah asbes. Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, asbes adalah suatu zat terdiri dari magnesium-calcium-silikat berbangun serat dengan sifat fisiknya yang sangat kuat. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). I.2
Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.
Apa yang dimaksud dengan asbes ? Bagaimana jenis-jenis dari asbes ? Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia dari asbes ? Bagaimana sumber (alamiah & non alamiah) asbes ? Bagaimana distribusi dan dinamika di lingkungan ( reaksi kimia )
asbes ? 6. Berapakah standar dan Nilai Ambang Batas (NAB) dari asbes ? 7. Apa dampak asbes terhadap kesehatan ? 8. Bagaimana cara pengendalian (pencegahan & penanggulangan) dari dampak asbes ? I.3
Tujuan 1. Menjelaskan yang dimaksud dengan asbes
1
2. 3. 4. 5.
Mengidentifikasi jenis-jenis asbes Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari asbes Mengidentifikasi sumber (alamiah & non alamiah) asbes Mengetahui distribusi dan dinamika di lingkungan ( reaksi kimia )
asbes 6. Mengetahui standar dan Nilai Ambang Batas (NAB) dari asbes 7. Menjelaskan dampak asbes terhadap kesehatan 8. Mengetahui cara pengendalian (pencegahan & penanggulangan) dari dampak asbes ?
BAB II PEMBAHASAN II.1
Definisi Asbes Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk serat halus yang
terjadi secara alamiah. Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA), ada enam jenis mineral yang dikatagorikan sebagai bahan asbes, yaitu chrysotile, riebeckite, grunerite, actinolite, anthiophyllite, dan thremolite. Manusia telah mengenal bahan asbes sejak abed ke-2 Sebelum Masehi. Beberapa abad kemudian, Marco Polo 2
memanfaatkannya sebagai bahan untuk membuat pakaian. Ada empat jenis asbes yang kini banyak beredar di pasaran, yaitu : chrysotile atau asbes putih, crocidolite atau asbes biru, amosite atau asbes coklat, dan anthrophyllite atau asbes abu-abu. Sebagaimana bahan tambang pada umumnya, asbes merupakan batuan yang mampat, namun sangat mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak sekali serat-serat halus yang umumnya sangat ringan dan mudah terbang. Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, asbes adalah suatu zat terdiri dari magnesium-calcium-silikat berbangun serat dengan sifat fisiknya yang sangat kuat. Ada dua kelompok asbes, yaitu serpentine dan amphibole. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). Asbes ditambang secara komersial di Amerika Serikat sejak akhir abad ke-18, dan pemakaiannya meningkat drastis sejak Perang Dunia II. Sejak saat itu, asbes mulai dipakai sebagai bahan baku industri.
II.2
Jenis-jenis Asbes
Setiap jenis asbes yang berbeda dalam sifat kimia dan sifat fisik. Tergantung pada komponen lain dari batu, seperti kalsium, magnesium atau besi.
Chrysotile (putih) Serat asbes cenderung menjadi warna putih dan dengan halus, tekstur yang halus.
Crocidolite (biru) Serat asbes yang cerah biru, biasanya lebih pendek, tegak dan kurang halus dari chrysotile.
3
Amosite (coklat) serat cenderung berwarna coklat dengan serat lebih rapuh dari baik crocidolite atau chrysotile.
Anthophyllite (Abu-Abu) polimorfik dengan cummingtonite. Bentuk anthophyllite yaitu pipih atau berserat.
II.3
Sifat Fisik dan Kimia Asbes Sifat Fisik 1. Tahan api 2. Tahan panas hingga 1200°C 3. Tahan zat asam 4. Lentur 5. Tidak bisa menguap 6. Tidakmudah terurai di alambebas 7. Tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh manusia Sifat Kimia Asbes merupakan istilah generik untuk kelompok silikat-berhidrat alami yang dapat diproses secara mekanis menjadi serat panjang. Mineral asbes memiliki struktur lembaran, namun lembaran-lembaran 4
ini tergulung menjadi tabung panjang. Mineral asbes berwujud serat sebab, ikatan-ikatan di sepanjang tabung yang seperti untai ini lebih kuat dari pada ikatan yang memegangi (menyatukan) satu tabung dengan tabung yang lainnya.
II.4
Sumber (Alamiah dan Non Alamiah) Asbes Bencana asbes berkembang menjadi masalah sosial di berbagai negara-
negara industri maju. Asbes bisa berkembang menjadi salah satu bencana terbesar dalam industri global sepanjang masa. Asbes adalah mineral berserat alami dengan sifat fisik mulai dari tahan panas, insulasi panas, isolasi suara, gesekan perlawanan untuk ketahanan kimia, dan ketahanan korosi. Asbes bersumber dari bahan-bahan industri tekstil yaitu bijih mineral alami sarta produk yang dihasilkan oleh industri seperti atap rumah, plafon, pelindung rangka besi alat penyambung pipa uap, dan masih banyak lagi, II.5
Distribusi dan Dinamika di Lingkungan Asbes banyak ditemukan pada pertambanga, penggilingan, konstruksi
bangunan, dan industri tekstil di negara-negara maju dan berkembang. Asbes dapat tersebar melalui udara dengan bantuan hembusan angin dan juga yang salurannya menggunakan asbes sebagai bahan penyusunnya. Pembangunan serta transportasi limbah asbes yang tidak tepat juga turut memengaruhi penyebarannya di lingkungan. Asbes tahan panas pada suhu 1000⁰C dan titik leleh 1180⁰C - 1500⁰C. Sehingga akan sulit terurai secara alamiah di alam. Asbes akan kehilangan berat bila air kristal dan karbon dioksida menguap.
II.6
Standar dan Nilai Ambang Batas (NAB) Asbes
Kadar serat dinyatakan dalam f/ml = serat per mililiter Australia 5
Krosidolit 0.1 f/ml (National Healthand Medical Research Council) Amosit 1.0 f/ml, Krisotil 1.0 f/ml Austria 1,250 partikel/ cm3 (kadar asbes Juli 1980 - dalam debu di bawah 2.5%) 600 partikel/cm3 (kadar asbes dalam debu berkisar antara 2.5-15%) 300 partikel/cm3 (kadar asbes dalam debu berkisar antara 15-50%) 150 partikel/cm3 (kadar asbes dalam debu di atas 50%) Belgia Januari 1980 Amosit 2.0 f/ml, Krisotil 2.0 f/ml, Krosidolit 0.2 f/ml Spanyol Tahun 1982 Semua tipe asbes: 2.0 f/ml Indonesia Amosit 1.0 f/ml, Krisotil 1.0 f/ml, Asbes bentuk lain: 4.0 f/ml II.7
Dampak Asbes Terhadap Kesehatan Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila
tersimpan dan tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus.
Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya
pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes jugs bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya: Penyakit Akibat Paparan Asbes
Mesotelioma Mesotelioma adalah kanker sel yang terjadi di garis luar paru-paru, terletak di dalam pleura atau dalam rongga peritoenum. Kelainan ini biasanya berkaitan dengan pajanan asbes pada pekerjaan dan mulai meningkat di beberapa negara.
6
Asbestosis Penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Kanker Paru-Paru Kanker dinding saluran napas, penyakit ini seseorang terus menerus bekerja dalam lingkungan yang terkontaminasi asbes. Para perokok cenderung lebih beresiko dibandingkan bukan perokok bila menghirup debu asbes. Plak Pleura Penebalan pleura dan timbulnya lapisan plak pleura dapat mengarah pada pengapuran. Penyakit ini bersifat kronis dan tidak ada obatnya. Kanker Nasofaring Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Selain karena pengaruh asbes, kanker nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus bar. Penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher dan otak. II.8
Pengendalian Dampak dari Asbes 1. Mengidentifikasi
bahan
yang
mengandung
memperhitungkan resiko yang bisa terjadi. 2. Jauhkan anak-anak dari daerah tersebut. 3. Menggunakan perlengkapan yang diperlukan 4. 5. 6. 7.
asbes
seperti
dan
masker,
kacamata, sarung tangan dan pakaian ganti. Menyiram material tersebut untuk mengurangi debu. Meminimalkan jumlah orang yang kontak dengan material tersebut. Dimasukkan dalam wadah tertutup rapat. Jika memungkinkan menggantinya dengan bahan lain (untuk
penggunaan atap) dengan menggunakan Fiberglass. 8. Membuat standar nilai ambang batas penggunaan.
7
BAB III PENUTUP III.1
Kesimpulan Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk serat halus yang
terjadi secara alamiah. Bahan asbes mempunyai banyak peranan dan manfaat dalam kegiatan industri. Pemanfaatan serat asbes terutama dikaitkan dengan sifatnya yang khas, yaitu : sangat kuat, tahan terhadap bahan kimia serta kemampuannya bertahan pada temperatur tinggi. Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penggunaan asbes di berbagai bidang kegiatan adalah bahwa asbes termasuk bahan berbahaya, namun kurang disadari oleh pemakainya karena dampak negatif yang ditimbulkannya tidak segera tampak. Hanya sedikit yang diketahui para ilmuwan tentang dampak asbes apabila tertelan melalui jalur makanan. Namun substansi serat asbes yang sangat kecil dan halus dengan ukuran tertentu dalam keadaan terlepas/bebas melayang di udara akan sangat berbahaya karena dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan apabila terhirup masuk ke dalam paru-paru III.2
Saran Perlu adanya peningkatan upaya pemerintah dan kesadaran masyarakat
dalam mengatasi masalah yang disebabkan oleh asbes.
DAFTAR PUSTAKA
8
Akbar. 2011. Asbestos, Aplikasi Dan Bahayanya. http://xa.yimg.com/kq/groups/1051902/1132263938/name/bahaya+asbestos+rev+1.pdf. Di akses Minggu, 18 Mei 2014 pukul 23:15 wita
Anonim. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28426/5/Chapter%20I.pdf. Di akses Minggu ,18 Mei 2014 pukul 23:12 wita
Anonim.http://www.ebookspdf.org/view/aHR0cDovL3hhLnlpbWcuY29tL2txL2dyb3Vw cy8zODYyOTE3LzE3ODIwMzI3MTcvbmFtZS9Bc2Jlc19waGFtcGxldA==/UGVtYnVh bmdhbiBMaW1iYWggQXNiZXMgV2FzcGFkYSBCYWhheWE=. Di akses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 10:15 wita
Fadly Muhammad . 2013. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan . Universitas Hasnuddin. http://www.scribd.com/doc/188551864/Asbes . Di akses Jumat,Mei 16 2014 pukul 1:01 wita
Samara Diana. 2002. Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada pekerja yang terpajan asbes . http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dr._Diana.pdf. Di akses Jumat, 16 Mei 2014 pukul 0:38 wita
Sjahrul M . 2013. Kimia Lingkungan . Makassar . De Lamacca
Soedomo Moestikahadi . 2001. Pencemaran Udara. Bandung . ITB
Soemirat Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan Revisi . Bandung. Gadjah Mada University Press
Thoyib M. Thamrin dan Mukhlis Akhadi . 2004. Dampak Radiologis Pelepasan Serat Asbes. http://komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com/2010/02/asbes.pdf . Di akses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08:59 wita
9