30
ii
MAKALAH BIOSISTEMATIK HEWAN
FILUM ARTHROPODA
Ditulis Oleh:
Nama : Nursista Wulandari
NIM : 1127020050
Jurusan : Biologi
Semester/Kelas : III/B
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الر حيم
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Filum Arthropoda ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa ta'at hingga akhir zaman.
Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Biosistematik Hewan. Dalam makalah ini dipaparkan materi tentang pengertian, karakteristik, sistematika, serta contoh spesies-spesies dari filun Arthropoda. Dengan demikian, diharapkan kami mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan materi-materi tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan atau kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.
الحمد لله رب العلمين
Bandung, 9 Desember 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian...................................................................................... 3
Karakteristik Umum...................................................................... 3
Filogeni dan Sistematika................................................................ 4
Contoh Spesies-Spesies dan Klasifikasinya.................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 29
3.2 Saran.............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hewan merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir (gurun). Berdasarkan kerangka tulang belakangnya hewan di kelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu invertebrata (hewan yang tidak bertulang belakang) dan vertebrata (bertulang belakang). Berdasarkan persamaan dan perbedaannya, kelompok hewan invertebrata di kelompokkan ke dalam beberapa filum. Hewan-hewan tersebut di kelompokkan ke dalam 9 filum, yaitu: Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, Chordata.
Diperkirakan bahwa populasi arthropoda di dunia, yang meliputi krustasea, laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 108 individu. Hampir 1 juta spesies Arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Pada kenyataannya, dua dari setiap tiga organisme yang dikenal adalah hewan arthropoda, dan anggota filum tersebut ada hampir pada semua habitat yang ada d biosfer. Berdasarkan kriteria keanekaragaman, penyebaran, dan jumlah spesies, filum Arthropoda harus dianggap sebagai yang paling berhasil di antara semua filum.
Rumusan Masalah
Apa dan bagaimana pengertian Arthropda?
Apa saja dan bagaimana karakteristik umum Arthropoda?
Apa dan bagaimana filogeni dan sistematika Arthropoda?
Apa sajakah contoh-contoh spesies Arthropoda dan bagaimana klasifikasinya?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Arthropda.
Untuk mengetahui karakteristik umum Arthropoda.
Untuk mengetahui filogeni dan sistematika Arthropoda.
Untuk mengetahui contoh-contoh spesies Arthropoda dan klasifikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter. Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat.
2.2 Karakteristik Umum
Hewan Arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan.
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda yaitu tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germlayers) sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan. Tubuh memiliki kerangka luar dan dibedakan atas kepala, dada, serta perut yang terpisah atau bergabung menjadi satu. Setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak ada.
Arthropoda berespirasi dengan menggunakan paru-paru buku, trakea atau dengan insang. Pada spesies terestrial bernafas menggunakan trakhea atau pada arachnida menggunakan paru-paru buku atau menggunakan keduanya. Ekskeresi dengan menggunakn tubulus malpighi atau kelenjar koksal. Saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus dan anus. Sistem peredaran darah berupa sistem peredaran darah terbuka, beredar melalui jantung organ dan jaringan hemocoel (sinus) ke jantung lagi. Sarafnya merupakan sistem saraf tangga tali.
Atrhropoda mempunyai kelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal, dan bersifat ovivar. Perkembangan individu baru terjadi sevara langsung atau melalui stadium larva. Pembagian tubuh pada arthropoda kemungkinan seperti annelida yang memiliki dinding tubuh yang berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu, pada crustaceae, Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda tubuh dibedakn menjadi tiga daerah yang jelas yaitu kepala dada dan abdomen atau kepala dan dada yang bergabung menjadi sefalotoraks. Tubuh dibungkus oleh zat kitin, yang berfungsi sebagai kereangka luar atau eksoskeleton.
2.3 Filogeni dan Sistematika
Berikut ini subfilum, kelas, sub kelas, ordo, dan contoh spesies dari filum Arthropoda:
2.3.1 Subfilum
Sejak tahun 1990 banyak ahli zoology membagi kelompok Arthopoda menjadi subfilum Onychophora, subfilum Trilobita, subfilum Chelicerata, subfilum Uniramia, dan subfilum Crustacea. Pemisahan ini terutama berdasarkan perbedaan dalam hal struktur dan susunan kaki serta apendik yang lain, sebagaimana perbedaan embriologi dan anatomi dalamnya. Bahkan berdasarkan evolusinya, Crustacea dan Uniramia berasal dari kelompok nenek moyang bentuk cacing yang berbeda.
Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita, Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Semua anggota Trilobita sudah punah tetapi kemungkinan masih ada yang dapat dijumpai pada Arthopoda primitif.
Subfilum yang pertama yaitu Trilobita merupakan arthopoda laut yang primitif dan sangat melimpah pada masa Paleozoic, terdiri dari 4000 spesies. Tubuh berukuran 10-675 mm, terbagi atas dua alur memanjang menjadi tiga cuping. Tubuh dilindungi oleh cangkang bersegmen yang keras. Kepala jelas terdiri atas empat segmen tubuh, memiliki sepasang antenula, empat pasang apendik biramus dan sepasang mata majemuk. Contoh anggota subfilum ini adalah Triarthus eatoni. Subfilum yang kedua yaitu Chelicerata, tubuhnya dibedakan atas dua bagian yaitu sefalotorak (prosoma) dan abdomen (opisthosoma) (kecuali Acarina). Memiliki 6 pasang apendik. Tidak memiliki antena atau manibula. Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya untuk fungsi penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun, respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea atau insang.
Subfilum yang ketiga adalah Onychophora, bentuk tubuhnya seperti cacing dengan 14-43 pasang kaki (lobopodia) rongga tubuhnya berupa homocoel. Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan dikeluarkan melalui papilla oral untuk menangkap mangsa atau predator. Saluran pencernaannya lengkap. Enzim-enzim dilepaskan ke dalam mangsa selanjtnya zat-zat nutrisi dihisap. Sistem saraf memiliki ganglion, kepala dan dua tali saraf longitudinal yang membentuk tali tangga. Jantung berbentuk tubular terletak di sebelah dorsal system sirkulasi terbuka. Subfilum keempat adalah Mandibilata, karakter spesial yang dimiliki anggota subfilum ini adalah mandibula dan antenna.
2.3.2 Kelas, Sub Kelas, dan Ordo
Arthropoda dapat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu Crustacea, Onychophora, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, dan Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke dalam satu kelas yaitu Myriapoda. Diuraikan sebagai berikut:
Crustacea
Sementara Arachnoidea dan serangga berhasil hidup di darat, sebagian besar krustasea tetap berada di lingkungan laut dan air tawar, dimana mereka sekarang diwakili oleh sekitar 40.000 spesies. Kepiting, udang galah, crayfish (udang karang), dan udang adalah hewan krustasea yang paling terkenal.
Crustacea merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernapas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi kepala (cephalo), dada (thorax), dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalotorax. Kepala biasanya terdiri dari dari empat segmen yang bersatu, pada bagian kepala itu terdapat dua pasang antena, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maksila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelah dengan jumlah yang berbeda-beda yang diantaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya sempit dan lebih mudah digerakkan dibandingkan dengan kepala dan dada. Bagian perutpun mempunyai embelan yang didalam ukurannya mengalami pengurangan.
Crustacea bernapas dengan insang dan ada juga yang yang menggunakan permukaan tubuhnya. Alat ekskresi berupa sepasang badan yang disebut greenland (kelenjar hijau), terletak pada bagian ventral dari cefalotoraks di depan esofagus. Bereproduksi secara kawin, jenis kelamun terpisah. Sistem saraf berupa tangga tali. Alat pencernaan dilengkapi dengan mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem peredaran darah terbuka.
Sub Kelas Branchiopoda
Hewan dari subkelas Branciopoda ini merupakan hewan yang sangat kecil, ukuran tubuhnya hanya beberapa mili meter saja walaupun ada yang mencapai 2,5 cm tetapi tidaklah begitu banyak. Hidup di air tawar, tubuhnya semi transparan, sehingga kadang-kadang organ-organ dalamnya dapat terlihat dari luar, berwarna pucat ada yang berenag menggunakan bagian punggungnya. Embelan di bagian dada menyerupai bulu halus dan digunakan sebagai alat pernapasan, terdapat karapak. Diantaranya ada yang sengaja dikultur untuk makanan ikan terutama ikan mas. Contoh spesies: Eubranchipus vernalis, Daphnia sp.
Sub Kelas Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut, dapat berenang dengan bebas, bergerak dengan menggunakan antena kedua atau kedua pasang antenanya. Karapak terdiri dari 2 belahan. Embelan tidak menyerupai bulu halus. Ukuran tubuhnya 1 mm sampai beberapa mm saja.
Contoh pada jenis Eucypris virens yang hidup di air tawar karapak ditutupi oleh bulu-bulu yang pendek, memiliki sebuah mata. Panjang tubuhnya 2 mm, berenang dengan menggunakan pasangan pertama kakinya. Merupakan hewan partenogenesis di mana telur-telurnya dapat berkembang tanpa dibuahi.
Sub Kelas Copepoda
Hewan-hewan dari subkelas ini hidup di air tawar atau laut, dapat berenang bebas atau sebagai parasit pada ikan. Tidak mempunyai karapak, umumnya mempunyai 6 pasang embelan dada.
Contohnya ialah Cicplos viridis, hidup di kolam-kolam air tawar. Panjang tubuh 1,5-5 mm. Umumnya berwarna kehijau-hijauan, mata berwarna merah. Pada bagian ekor sering terdapat suatu kantung yang penuh berisi telur. Merupakan plankton hewan yang kadang-kadang sangat berlimpah. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala, dada, dan perut.
Sub Kelas Cirripedia
Umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut, dan sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, begian tubuh umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula hewan ini diduga sebagai Mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis.
Sub Kelas Malacostraca
Subkelas ini merupakan hewan-hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea kira-kira ¾nya termasuk ke dalam Malacostraca. Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen di bagian kepala. 8 segmen di bagian dada, dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini ialah udang, kepiting, ketam, dan sebagainya. Contoh spesiesnya: Cambarus bartoni.
Onychopora
Kelas ini tidak begitu dikenal sehingga tidak terlalu dibahas secara panjang lebar. Hewan ini memiliki kutikula yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang dan sebaris lubang nephridium, panjang tubuh ± 5 cm. Contohnya adalah Peripatus.
Arachnoidea
Arachnoidea (dalam bahasa Yunani, arachno=laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja. Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina.
Sub Kelas
Ordo
Contoh Spesies
Megastomata (Giantastraca)
Xiphosura
Limulus polyphemus (sudah punah)
Euripterida
Arachnida
Scorpionida
Diplocentrus whitei
Pedipalpi
Tarautula whitei
Araneida
Salticus scenicus
Palpigradi
Keonia wheeleri
Pseudoscorpionida
Chelifer caucroides
Solpugida
Eremobates oallipes
Phalangida
Liobunum vittatan
Acarina
Sarcoptes scabi
Pycnogonida (Pantopoda)
Nimphom striomii
Tardigrada
Macrobiotes hufelandi
Pentastomida (Linguatulida)
Linguatula serrata
Ordo Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir. Contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng (Buthus after).
Ordo Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat). Contoh hewan ini adalah laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).
Ordo Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, bulat atau oval, pipih, dorsoventral, caput,torax, dan abdomen bersatu, tanpa segmen. Contohnya adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).
Myriapoda
Myriapoda (dalam bahasa Yunani, myria=banyak, podos=kaki) merupakan hewan berkaki banyak. Pembagian tubuh Myriapoda ini terdiri atas kepala (chepalo) dan perut (abdomen) tanpa dada (thoraks). Dibagian kepala terdapat satu pasang antena sebagai alat peraba dan sepasang mata tunggal (ocellus). Penambahan jumlah segmen terjadi pada setiap pergantian kulit. Alat gerak pada kelompok hewan Chilopoda adalah satu pasang kaki di setiap segmen perut kaki, sedangkan pada Diplopoda terdapat dua pasang kaki pada tiap segmen perut, kecuali segmen terakhirnya. System pernapasannya berupa satu pasang trakea berspirakel yang terletak di kanan kiri setiap ruas, kecuali pada Diplopoda terdapat dua pasang di tiap ruasnya. Sistem pencernaan, saluran pencernaanya lengkap dan mempunyai kelenjar ludah. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen I, sedangkan Diplopoda bersifat herbivor, pemakan sampah atau daun-daunan. System reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuan ovum dan sperma (fertilasi internal). Myriapoda ada yang vivipar dan ada yang ovipar.
Sub Kelas Chiliopoda
Chiliopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmen-segmen. Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung pada jenis spesiesnya spesiesnya yaitu berkisar antara 15-17 segmen. Tiap segmen tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali 2 segmen terakhir dan sebuah segmen di belakang kepala. Pada segmen yang di belakang kepala tersebut terdapat sepasang cakar beracun yang disebut maxilliped, digunakan untuk membunuh mangsanya. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau lebih. Contoh: Lithobius forficatus (kelabang/lipan).
Sub Kelas Diplopoda
Diplopoda disebut juga Millipede. Tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesiesnya. Setiap segmen tampaknya mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersusun rapat sehingga terlihat seperti satu segmen. Jadi sebenarnya adalah setiap segmen hanyalah mempunyai sepasang embelan. Contoh: Julus virgatus (keluing/kaki seribu).
Insecta
Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hamper setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit penyakit tertentu.
Serangga dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di dalam sebuah koloni.
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan.
Serangga disebut pula Insecta, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya. Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Berikut penggolongan serangga adalah sebagai berikut:
Sub Kelas Apterygota (tidak bersayap, primitif, tidak bermetamorfosa, pada abdomen terdapat appendage sebelah ventral)
Ordo Thysanura (Tysanos=pita penunjuk halaman buku). Ordo ini biasanya dapt demukan pada buku atau tumpukan kertas yang telah lama dibiarkan. Ujung abdomen mempunyai embelan, abdomen itu sendiri terdiri dari 11 segmen, tipe alat mulut untuk mengunyah. Hewan ini dapat merusak buku atau baju-baju yang dikanji karena dapapt meghasilkan enzim selulosa yang dapat mencernakan selulosa menjadi glukosa. Contoh: Lepisma saccharina (kutu buku).
Sub Kelas Pterygota
a) Ordo Orthoptera. Berasal dari kata orthos yang artinya"lurus" dan pteron artinya "sayap". Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3 stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh serangga jenis ordo orthoptera: belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang pedang (Sexava spp.), jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.).
Ordo Orthoptera mempunyai metamorfosa yang bertingkat, tipe alat mulut untuk menggigit dan mengunyah. Ukuran tubuhnya relatif besar, umumnya dengan sayap depan yang bersifat liat dan disebut juga tegmina, sayap belakan tipis berupa selaput, pada waktu istirahat dilipat lurus di atas badan ditutupi oleh syap depan (tegmina). Kaki belakang umumnya panjang juga kuat yang dipakai untuk meloncat.
b) Ordo Hemiptera. Hemi artinya setengah dan pteron artinya "sayap". Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman: Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk), hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah lada (Dasynus viridula).
c) Ordo Homoptera. Homo artinya "sama" dan pteron artinya "sayap" serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini, antara lain: wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix apicalis), kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae).
d) Ordo Lepidoptera. Berasal dari kata lepidos "sisik" dan pteron artinya "sayap". Tipe alat mulut dari ordo. lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe "holometebola" (telur-larva-pupa-imago). Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan imagonya (kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut. Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini, antara lain: ulat daun kubis (Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker).
e) Ordo Coleoptera. Coleos artinya "seludang" pteron "sayap". Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe "holometabola" atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago). Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang yang merusak tanaman, antara lain: kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L.), kumbang daun kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.), kumbang daun keledai (Phaedonia inclusa Stal.), penggerek batang cengkih (Nothopeus fasciatipennis Wat.).
Ordo Coleoptera (coleos=seludang/sarung) meliputi bermacam-macam kumbang dan kepik, metamorfosa sempurna. Tipe alat mulut untuk mengunyah. Merupakan hewan bersayap 2 pasang atau tidak bersayap, pada hewan yang bersayap, sayap bagian depan yang biasanya terletak di bagian luar keras mengandung zat tanduk disebut juga elitra, sedangkan sayap bagian belakang seperti membran yang dilipatkan ke bawah elytra. Ordo ini merupakan ordo terbesar pada kelasnya.
f) Ordo Diptera. Di artinya "dua" dan pteron artinya "sayap" merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran. Metamorfosisnya holometabola (telur-larva-kepompong-imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini, antara lain: lalat buah (Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat bibit padi (Hydrellia philippina), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).
g) Isoptera (Isos=sama, pteron=sayap). Ordo ini mempunyai 2 sayap yang berbentuk dan ukurannya sama atau tidak bersayap. Alat mulut untuk mengunyah. Perut dan dada bersegmen-segmen contoh yang banyak ditemukan ialah rayap (Reticulitermis sp.).
h) Neuroptera (Neuron=syaraf). Neuroptera mempunyai metamorfosa (perubahan bentuk) yang sempurna, tipe alat mulut untuk mengunyah, terdapat empat buah sayap yang sama se[e]]perti membran (selapu) dan biasanya sayap tersebut dengan venasi (urat sayap) yang jelas. Larvanya merupakan hewan karnivora, beberapa diantaranya dengan mulut untuk menghisap. Insang trakea biasanya ada pada larva-larva yang hidup di air. Contoh: Myrmeleon frontalis (undur-undur).
i) Ordo Odonata. Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai pemangsa pada beberapa serangga lain jenis. Contoh: Ischnura cercula.
Contoh Spesies-Spesies dan Klasifikasinya
Berikut ini deskripsi dan klasifikasi contoh-contoh spesies dari filum Arthropoda, sebagai berikut:
2.4.1 Kelas Crustacea
Udang Windu (Penaeus monodon)
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon.
Udang memiliki sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan, mulutnya terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat. Terdapat sepasang sungut besar atau antenna dan dua pasang sungut kecil atau antennula. Udang juga memiliki sepasang sirip kepala (scophocerit) dan sepasang alat pembantu rahang (maxilliped). Untuk alat gerak udang memiliki lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan cheladan pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30%. Hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas.
Adapun klasifikasi dari udang windu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobranchiata
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
Kepiting (Callinectes sapidus)
Kepiting adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy=pendek, ura=ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar (sungai dan danau).
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda.
Adapun klasifikasi dari kepiting adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Brachyura
Genus : Callinectes
Spesies : Callinectes sapidus
Kelas Onychopara
Peripatus juanensis
Organisme ini terlihat seperti siput dengan kaki, milik filum Onychophora, sekelompok kecil hewan dengan banyak kesamaan antara cacing yang benar (Annelida) dan invertebrata dengan tubuh tersegmentasi (Artropoda). Onychophora adalah filum yang sangat kuno/primitif, dan tampaknya tidak menderita perubahan sejak era mori. Hanya 90 spesies hidup yang dikenal di seluruh dunia. Sebagian besar anggota kelompok ini lebih suka lingkungan lembab, seperti hutan hujan tropis.
Invertebrata ini bertubuh lembut (~15-70 mm) kulit beludru dan dipasangkan kaki yang tidak bersegmen. Meskipun penampilan nguler dan memiliki tubuh tersegmentasi, peripatus memiliki kaki yang bergerak dalam cara yang sama dengan mata siput dan dapat diperpanjang oleh variasi tekanan darah intern. Bernapas dengan pembukaan sistem di sepanjang sisi tubuh yang dikenal sebagai trakea, dan berbagi sistem pernapasan mirip dengan serangga.
Hewan ini tanggal kembali 400 juta tahun dan mungkin hilang kontak antara Arthropoda (Serangga dan Crustacea) dan Annelida (cacing tersegmentasi lembut bertubuh, termasuk cacing tanah). Makhluk ini pemalu, mampu bersembunyi di celah-celah ketat yang luar biasa, hewan ini jarang terlihat di habitat alami mereka, tetapi dapat ditemukan dalam serasah daun, terowongan tanah dan dedaunan, di bawah batu, dan batang jatuh.
Persyaratan utama mereka adalah tempat yang gelap dan lembab, di mana mereka bisa menghabiskan hari-hari aktif dan berburu di malam hari. Memangsa mereka adalah invertebrata kecil, isopoda, rayap dan moluska kecil. Mereka menembak cairan perekat dari wadah yang terletak dekat mulut mereka. Ketika mengering perekat, setelah beberapa detik, mangsa terjebak ke tanah dan tidak bisa melarikan diri. Kemudian itu mangsa pendekatan beludru cacing dengan itu rahang bawah dan menusuk lubang di mangsa dan mengeluarkan pencernaan jus. Akhirnya, itu berlaku itu mulut ke luka dan mengisap keluar makanan dari korban. Glueis ticky ini juga digunakan sebagai pertahanan terhadap predator mereka sendiri.
Distribusi terbatas untuk hutan hujan wilayah Amerika Selatan, Afrika, Australia, The Caribbean, Malaysia dan Oseania. Jarang ditemukan karena kebiasaan rahasia, organisme ini dapat ditemukan secara kebetulan ketika mikrohabitat bisa terkena.
Keluarga ini, Onychophora, diwakili di hutan Tabonuco oleh spesies peripatus yang kadang-kadang ditemukan mencari makan di lumut dan ganggang batuan tertutup di lantai hutan imobilisasi mangsa dilakukan dengan mengarahkan dan semprot perekat pada korban, mangsa besar seperti jangkrik dan kecoak dapat ditangkap oleh strategi ini.
Adapun klasifikasi dari Peripatus juanensis adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Onychophora
Subkelas : Undeonychophora
Ordo : Euonychopora
Famili : Peripetidae
Genus : Peripatus
Spesies : Peripatus juanensis
Kelas Arachnoidea
Laba-Laba (Nephila maculata)
Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba. Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.
Didalam spineret terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula (tunggal=tubulus) Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).
Adapun klasifikasi dari laba-laba adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnoidea
Subkelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Nephilidae
Genus : Nephila
Spesies : Nephila maculata
Kalajengking (Hemiscorpius lepturus)
Kalajengking adalah sekelompok hewan beruas dengan delapan kaki (oktopoda) yang termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Kalajengking masih berkerabat dengan ketonggeng, laba-laba, tungau, dan caplak. Ada sekitar 2000 jenis kalajengking. Mereka banyak ditemukan selatan dari 49° U, kecuali Selandia Baru dan Antarktika.
Hemiscorpius lepturus (kalajengking) kebanyakan hidup di daerah tropis dan panas, yaitu di bawah batu-batu atau lubang dalam tanah. Segmen pada ekor mrmpunyai alat penyengat. Ciri morfologinya yaitu tubuh terdiri dari cepalotoraks dan abdomen (bersegmen-segmen), preabdomen, dan post abdomen. Cepalotoraks tertutup karapas. Memiliki umbai-umbai berbentuk cakar yang berfungsi untuk menangkap mangsa (celicera) dan cakar berbentuk penjepit (pedipalpus). Mempunyai 4 pasang kaki tanpa antena terletak pada cepalotoraks, 2-12 mata oceli. Abdomen bersegmen 12, yang 7 segmen disebut mesosoma besar, dan 5 segmen terminal disebut metasoma. Pemanjangan pada ujung abdomen berbentuk ekor sebagai alat sengat (telson) mengandung kelenjar toksin. Alat napas berupa 4 pasang paru-paru buku, terletak sebelah ventral segmen III dan XV. Bersifat vivipar dan merupakan binatang karnivora.
Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia.
Adapun klasifikasi dari kalajengking adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Chelicerata
Kelas : Arachnoidea
Sub kelas : Arachnida
Ordo : Scorpionida
Genus : Hemiscorpius
Spesies : Hemiscorpius lepturus
Kelas Myriapoda
Lipan/Kelabang (Scolopendra sp.)
Lipan atau kelabang (bahasa Inggris: centipede) adalah hewan arthropoda yang tergolong dari kelas Chilopoda dan upafilum Myriapoda. Lipan adalah hewan metamerik yang memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan nokturnal.
Lipan mudah ditemukan di daerah yang diarsir seperti bagian bawah daun-daun mati, batu, gua, hutan, dan bahkan bagian dalam rumah. Mereka biasanya ditemukan di daerah iklim seperti padang pasir, pegunungan, dan hutan. Mereka adalah arthropoda soliter dan malam. Pada siang hari mereka pergi untuk mencari perlindungan di lahan basah dan gelap. Jika cuaca terlalu basah atau terlalu kering, mereka mencari tempat lain untuk datang berlindung di dalam rumah. Spesies yang hidup di zona beriklim panas biasanya lebih kecil (hingga 10 cm) dari mereka menghuni daerah khatulistiwa yang lembab, yang dapat melebihi 30 cm.
Lipan dianggap sebagai hewan berbisa meskipun bisa lipan kurang mematikan manusia, tetapi lipan biasa dikonsumsi di Thailand dan di beberapa bagian Afrika. Bahkan pengobatan Cina memotong atau menggunakan bagian dari lipan sebagai obat untuk penggunaan oral, meskipun efektivitas pengobatan ini belum terbukti secara ilmiah.
Adapun klasifikasi dari kelabang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Myriapoda
Sub kelas : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Famili : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra sp.
Kaki Seribu (Trigoniulus corallinus)
Kaki seribu atau millipede (kelas Diplopoda, sebelumnya juga disebut Chilognatha) adalah artropoda yang memiliki dua pasang kaki per segmen (kecuali segmen pertama di belakang kepala, dan sedikit setelahnya yang hanya memiliki satu kaki). Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita. Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat. Terutama di tempat yang banyak mengandung sampah, misalnya di kebun dan di bawah batu-batuan.
Umumnya kaki seribu memakan sisa tumbuhan yang membusuk. Namun ada beberapa spesies yang tergolong karnivora. Mereka menelan bahan makanan yang ditemui, mengekstrak nutrisinya, lalu mengeluarkan kembali sisa-sisa yang tidak bisa dicerna. Cara makan ini tidak berlaku untuk beberapa spesies yang memiliki tipe mulut penghisap.
Adapun klasifikasi dari kaki seribu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Myriapoda
Sub kelas : Diplopoda
Genus : Trigoniulus
Spesies : Trigoniulus corallinus
Kelas Insecta
Jangkrik (Gryllus assimilis)
Hewan ini hidup diberbagai habitat, baik lingkungan basah ataupun lingkungan kering, terutama yang dinaungi rumput. Selain itu Gryllus sp. (jangkrik) dapat ditemukan di rumah-rumah, sisa tanaman yang lembab. Beberapa jenis jangkrik pandai bersuara, suara itu dihasilkan dari saling menyentuhkan tegumina bersama-sama. Hewan ini aktif di malam hari dan mampu bergerak dan melompat dengan cepat.
Hewan yang sudah dewasa umumnya berwarna hitam, sedangkan nypha berwarna kuning pucat dengan garis - garis coklat. Antena panjang dan kaku seperti rambut. Hewan dewasa akan kehilangan sayap setelah menetap di lingkungan sawah. Hampir semua hewan ni bertindak sebagai predator. Telur penggerek batang padi, penggulung daun.
Hewan yang termasuk dalam ordo Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus assimilis (jangkrik) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap.
Secara morfologi, jangkrik memiliki tubuh rata dan antena panjang. Memiliki sepasang sayap dan 2 pasang kaki. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitarnya.
Klasifikasi Gryllus assimilis (jangkrik) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Grylludae
Genus : Gryllus
Spesies : Gryllus assimilis
Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Pada belalang kayu (Valanga nigricornis), pada waktu istirahat berperilaku khas yaitu sayap belakang dilipat lurus dibawah sayap depan. Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan menggerek. Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun. Daur hidup belalang pada umumnya bertelur pada musim kemarau dan menetas pada musim hujan, memiliki caput, toraks, abdomen, antena, mata majemuk,dan tungkai.
Belalang (Valanga nigricornis) yang tergolog dari ordo orthoptera biasa disebut dengan belalang kayu. Belalang kayu memiliki ciri-ciri antara lain memiliki antena pendek, organ pendengaran terletak pada ruas abdomen serta alat petelur yang pendek. Kebanyakan warnanya kelabu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cemerlang pada sayap belakang. Serangga ini termasuk pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman. Adapun alat mulutnya bertipe penggigit pengunyah.
Tipe ordo ini memiliki 2 pasang sayap. Sayap depan lebih kecil daripada sayap belakang dan memiliki vena-vena yang menebal yang disebut dengan tegmina. Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki melekat pada bagian thorakal. Pada segmen/ruas pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanium. Spirakulum yang meruapkan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen/thorax. Anus dan alat genetalia terdapat pada ujung abdomen. Belalang memiliki alat tambahan yang berupa sepasang mata faset (majemuk), dua buah antena, dan tiga buah mata sederhana (oseli).
Tipe metamorfosis dari ordo ini adalah paurometabola (metamorfosis sederhana). Perkembangan tubuh terjadi dengan melewati masa telur, nimfa, dan imago. Bentuk nimfa dan dewasa hampir sama, hanya pada bagian sayap, ukuran tubuh, dan kematangan alat kelamin saja yang membedakan. Pada masa nimfa, sayap masih berupa selaput tipis, sedangkan pada serangga dewasa sudah memiliki tegmina. Ukuran ubuh antara nimfa dan dewasa juga berbeda, nimfa lebih kecil sedangkan belalang dewasa jauh lebih besar.
Belalang adalah tipe serangga pemakan daun. Alat mulut dari belakang bertipe penggigit-pengunyah dengan bagian-bagian seperti labrum, mandibel, labium, dan maxilla. Akibat dari serangan hama ini adalah berlubangnya daun yang dimulai dari tipe tanaman dengan kerusakan yang lebar.
Klasifikasi Valanga nigricornis (belalang kayu) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalis
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis
Belalang (Atractomorpha similis)
Belalang ini menunjukkan suatu struktur umum dari kelas insekta walaupun dalam hewan ini terdapat beberapa spesialiasasi. Rangka luar yang terdiri dari kitin menutupi seluruh bagian tubuhnya. Pada bagian kepala terdapat dua buah mata majemuk, tiga buah mata tunggal (oselus), sepasang antena dan alat-alat mulut. Alat-alat mulut terdiri dari bibir atas (labrum), dan dua buah mandibula dengan sebuah hypofaring diantara dua buah maksila dan bibir bawah (thorax) terbagi menjadi: bagian depan disebut pothorax, bagian tengah disebut mesothorax, dan bagian belakang disebut metathorax. Masing-masing segmen tersebut mempunyai sepasang kaki. Pada mesothorax dan metathorax masing-masing terdapat sepasang sayap. Segmen kaki dari bagian pangkal ke ujung tersusun sebagai berikut: coxa, trochanter, frmur, tibia, dan tarsus (kadang-kadang satu segmen). Pasangan sayap depan liat dan tebal menutupi pasangan sayap belakang yang seperti membran.
Abdomen (perut) terdiri dari 11 segmen di bagian depannya terdapat alat pendengar yang disebut membran timpani, sedangkan di bagian belakang alat kelamin bagian luar. Saluran pencernaan makanan terdiri dari foregut, midgut, dan hindgut. Peredaran darah terbuka, jantung terbagia atas sederetan ruang yang memanjang, terletak pada sinus pericardium bagian dorsal perutnya. Sistem pernapasan terdiri dari sistem cabang (jaringan) dari saluran/pembuluh-pembuluh yang disebut trakea. Alat ekskresi berupasaluran malphigi yang terbuka ke segian depan dari hindgut (usus belakang). Sistem saraf terdiri dari ganglion supra esofagus atau otak dua buah phageal connectives dan ganglion dibawah esofagus yang kesemuanya terletak di bagian kepala. Sistem reproduksi: alat reproduksi jantan terdiri dari dua buah testes tempat dimana spermatozoa berkembang, sedangkan alat reproduksi betina terdiri dari dua buah ovarium yang terdiri dari sejumlah tabung-tabung telur yang disebut ovarioles.
Adapun klasifikasi Atractomorpha similis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Atractomorpha
Species : Atractomorpha similis
Kumbang Lege (Exopholis hypoleuca)
Exopholis hypoleuca, kumbang (imago) panjangnya 2,5 cm, kepala dan toraks hitam kecoklatan, sayap coklat, di Jawa Barat terkenal dengan lege. Uret ditemukan pada kedalaman 3-10 cm, pupa pada kedalaman 15-20 cm. Uret merusak padi gogo, sereh, kacang tanah, dan karet. Pada tanaman karet uret ditemukan sampai kedalaman 60 cm. Imago betina bertelur 15-60 butir.
Exopholis mempunyai metamorfosa yang sempurna. Siklus hidupnya terditi dari: Stadium telur, lamanya 14 hari. Kumbang dewasa akan keluar pada bulan Oktober sampai November dan meletakkan telurnya dalam tanah. Jumlah telur 50-60 butir tiap ekor kumbang. Stadium larva terjadi 10-14 hari sejak telur diletakkan di dalam tanah. Stadium larva terdiri atas tiga instar. Instar I ± 45 hari, instar II 2½-3 bulan dan instar III 3½-4 bulan. Satdium pupa lamanya 17-24 hari. Stasium imago lamanya 2-3 bulan, diantaranya ± 15 hari berada di dalam tanah.
Klasifikasi kumbang lege (Exopholis hypoleuca) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabidae
Genus : Exopholis
Spesies : Exopholis hypoleuca
Manfaat dan Kerugian Serangga
Serangga dapat pula dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Salah satu pemanfaatan serangga adalah sebagai sumber makanan. Di berbagai wilayah di dunia, seperti di Afrika, Australia, Amerika Latin, dan Asia, serangga telah lama dikonsumsi sebagai makanan tradisional. Pada masa kini, beberapa jenis serangga telah menjadi menu makanan istimewa bagi kalangan terpandang di Thailand, Jepang, dan Meksiko. Diperkirakan terdapat sekitar 500 jenis serangga yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jenis serangga yang banyak dikonsumsi antara lain belalang, laron, jangkrik, lebah, semut, rayap dan beberapa serangga air dan berbagai jenis ulat. Penghasil madu, yaitu lebah madu (Apis indica). Selain itu, beperan dalam bahan industri kain sutera, yaitu pupa kupu-kupu sutera (Bombyx mori).
Sementara yang merugikan manusia anatara lain:
Vektor perantara penyakit bagi manusia. Misalnya nyamuk malaria, nyamuk demam berdarah, lalat tsetse sebagai vektor penyakit tidur, dan lalat rumah sebagai vektor penyakit tifus.
Menimbulkan gangguan pada manusia.Misalnya caplak penyebabkudis, kutu kepala, dan kutu busuk.
Hama tanaman pangan dan industri.Contohnya wereng cokatdan kumbang tanduk
Perusak makanan. Contohnya kutu gabah.
Perusak produk berbahan baku alam.Contohnya rayap dan kutu buku.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda yaitu tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germlayers) sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon).
Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita, Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Arthropoda dapat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu Crustacea, Onychophora, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, dan Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke dalam satu kelas yaitu Myriapoda.
Saran
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang pendeskripsian, pengidentifikasian dan pengklasifikasian, baiknya mahasiswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang mencangkup atau yang berhubungan dengan mata kuliah Biosistematik Hewan (khususnya hewan-hewan Arthropoda) di luar jam kuliah, mencoba melakukan penelusuran-penelusuran sendiri atau bersama siapa saja, mengamati setiap yang ada di lingkungan tempat tinggal maupun di tempat yang dikunjungi.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mudianto. 2001. Keanekearagaman ekosistem. Bandung: Cahaya Ilmu.
Barnes, Robert D. 1977. Invertebrates Zoology Third Edition. USA: Nueva Editorial Interamericana, S.A. de C.V.
Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Diana. 2008. Phylum Arthropoda. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/ 12/phylum-arthropoda/). [14 November 2013: 15.32 WIB].
Dixon, C. J., F. R. Schram & S. T. Ahyong. 2004. A New Hypothesis of Decapod Phylogeny. Crustaceana. 76 (8): 935–975.
Hala, Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
Hart, M. W. and R. K. Grosberg. 2009. Caterpillars Did Not Evolve from Onychophorans by Hybridogenesis. USA: Proc. Nat. Acad. Sci.
Karmana, Oman. 2007. Biologi. Bandung: Grafindo.
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Vertebrata. Malang: UM Press.
Laila, Siti. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.
Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kasinus.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Reny, Rahmawati. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rusyana, Adun. 2011. Zoology Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Setyamidjaja, Djoehana. 1984. Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius.
Shelley, Rowland M. Centipedes and Millipedes with Emphasis on North America Fauna. (http://www.emporia.edu/ksn/v45n3-march1999/). [28 Oktober 2013: 13.34 WIB].
Sudarmono. 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi. Yogyakarta: Kanisius.
Suwignyo, S. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taylor, H. H. & E. W. Taylor. 1992. Gills and Lungs: The Exchange of Gases and Ions. Microscopic Anatomy of Invertebrates. 10: 203–293.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Yeti, Theresia. 2011. Heterometrus spinifes (Kalajengking). (http://kacandewe. blogspot.com/2011/08/heterometrus-spinifes-kalajengking.htm). [17 Desember 2013: 10.46 WIB].