KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puj penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa penyusun panjatkan pada junjunan kita Nabi Muhammad saw. Makalah dengan judul “Transfusi Darah” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama. Makalah ini penyusun susun dengan sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dimengerti. Penyusun ucapkan terimakasih kepada bapak Ahmad selaku dosen pengampu mata kuliah agama, karena atas bimbingannya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, serta tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara material maupun moril. Penyusun menyadari dalam penyusunan ini, banyak kekurangankekurangan maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya agar dapat membangun kami dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga tugas ini dapat diterima dan bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun dan pembaca pada umumnya.
Sukabumi,
Desember 2010
Penyusun
Transfusi Darah/Makalah Agama
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ........................................................................................... 2 2.2 Sejarah ................................................................................................ 2 2.3 Transfusi Darah .................................................................................. 3 2.4 Keamanan Transfusi Darah ................................................................ 5 2.5 Hukum Islam ...................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 17 3.2 Saran ...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
Transfusi Darah/Makalah Agama
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak tahun 2004, tanggal 14 Juni direncanakan sebagai hari donor darah sedunia. Ini merupakan penghargaan bagi pendonor darah. Penetapan tanggal itu berdasarkan kesepakatan WHO, atau Pederasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Pederasi Internasional organisasi Donor darah, dan perhimpunan internasional transfusi darah. Hari donor darah sedunia dimaksudkan sebagai ungkapan oenghargaan terhadap para pendonor darah sukarela yang tanpa pamrih telah membantu menyelamatkan jutaan nyawa manusia yang membutuhkan darah. Palang Merah Indonesia sebagai komponen gerakan Palang Merah sedunia juga mendukung perancangan hari donor darah sedunia. Untuk mengikuti kegiatan ini, anda dipersyaratan harus berusia 17-60 tahun, dengan berat badan minimal 45 kg. Yang pasti harus dalam keadaan sehat dan bebas penyakit apapun. Donor darah bisa dilakukan rutin paling cepat 3 bulan sekali. Allah memerintahkan untuk saling menolong sesama sebagaimana
firmannya: “Wa ta‟awannu „alal birri wat taqwa wala ta‟awanu „ala itsmiwal ‟udwan”. Artinya: “dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya”. (QS. Al-Maidah:2)
1.2 Tujuan
Mengetahui pengertian transfusi darah.
Membahas hukum transfusi darah menurut agama islam.
Mempelajari manfaat transfusi darah menurut medis.
Transfusi Darah/Makalah Agama
iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Transfusi darah adalah penginjeksian darah dari seseorang atau yang disebut donor kedalam sistem peredaran darah seseorang yang lain disebut resipien. Transfusi darah tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukannya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam tubuh. Ada 4 golongan darah yang utama A, B, AB, dan O. Perbedaan diantara golongan-golongan ini ditentukan oleh ada tidaknya dua zat utama yaitu A dan B dalam sel darah merah, serta oleh ada tidaknya dua unsur yaitu unsur anti-A dan unsur anti-B dalam serum darah tersebut. Perlu dicatat bahwa serum dan plasma itu mirip, tetapi perbedaan keduanya adalah bahwa
dalam
serum,
fibrinogen
dan
kebanyakan
faktor-faktor
penggumpalan lainnya tidak ada. Jadi, serum ini sendiri tidak dapat menggumpal karena ia tidak memiliki faktor-faktor penggumpal, yang hanya ada didalam plasma. Seseorang yang bergolongan darah O dikenal sebagai donor universal, karena sel darah merah orang ini tidak mengandung zat kimia A maupun B. Tetapi, orang ini tidak dapat menerimam darah orang lain kecuali yang bergolongan O karena serum darahnya berisi unsur anti-A dan anti-B. Disisi lain, seseorang yang bergolongan darah AB dapat menerima transfusi darah dari donor kelompok manapun, sehingga ia disebut sebagai resifien universal, tetapi ia hanya dapat menyumbangkan darahnya pada orang lain yang bergolongan darah AB.
2.2. Sejarah
Pada tahun 1665, Dr. Richard Lower, ahli anatomi dari Inggris, berhasil mentransfusikan darah seekor anjing pada anjing yang lain dua tahun kemudian, Jean Baptiste Denis, seorang dokter, filsup, dan astronom dari Prancis, berusaha melakukan transfusi darah pertamakali pada manusia. Ia mentransfusikan darah seekor anak kambing ke dalam tubuh pasien yang
Transfusi Darah/Makalah Agama
iv
berumur 15 tahun. Hasilnya adalah bencana, yaitu kematian anak tersebut dan ia sendiri dikenai tuduhan pembunuhan. Sejak saat itu, terjadi stagnansi panjang dalam bidang transfusi darah terapan. Sekitar 150 tahun kemudian, tepatnya tahun 1818, Dr. James Blundell dari rumah sakit ST. Tomas dan Guy berhasil melakukan transfusi darah dari manusia ke manusia yang pertama kalinya. Ia berhasil melakukannya setelah ia menemukan alat transfusi darah secara langsung, dan ia mengingatkan bahwa hanya darah manusia yang dapat ditransfusikan pada manusia. Tetapi, alat yang diciptakan oleh Dr. Lower itu baru bisa digunakan secara umum setelah tahun 1901. Pada tahun itu Karl Landsteiner, ilmuan dari Wina, berhasil menemukan jenis-jenis darah. Menurut temuan ini, jika jenis-jenis darah yang dicampurkan tidak cocok, maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah yang akan berlanjut pada kerusakan masing-masing darah tersebut.
2.3. Transfusi Darah A. Indikasi-indikasi untuk transfusi
Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa perlu dilakukan transfusi darah pada seseorang yaitu 1) Kehilangan darah: kehilangan darah dapat mengakibatkan kurangnya volume darah yang mengalir dalam tubuh. Beberapa faktor yang menyebabkan antara lain: pendarahan akibat luka-luka atau dalam kasus korengan, radang usus, persalinan, luka-luka, luka bakar dan pembengkakan akibat kecelakaan, operasi, seperti operasi jantung dan operasi bedah lainnya adanya ketidak cocokan darah antara ibu dan anak. Dalam kasus ini, transfusi pertukaran harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa sianak, anemia akut dan kronis, serta kekacauan sistem pembekuan darah, seperti hemofilia. 2) Kekurangan unsur penting dalam darah: pasien anemia yang menderita kekurangan sel dalam darah, hanya membutuhkan transfusi sel darah merah saja. Pasien hemofilia, sebagai akibat dari kekacauan sistem pembekuan darah beresiko pada timbulnya anemia dan kehilangan darah yang berbahaya ketika mengalami luka sekecil
Transfusi Darah/Makalah Agama
v
apapun dikarenakan oleh proses pembekuan darah yang terlalu lambat. Sehingga, dalam upaya menahan pasien harus mendapatkan transfusi plasma darah. Atau si pasien dapat di injeksi dengan AHF (Anti Haemofilik Faktor)
B. Syarat-syarat menjadi donor darah
Umur 17-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua).
Berat badan minimal 45 kg.
Temperatur tubuh: 36,6-37,5 C.
Tekanan darah yang baik yaitu sistole = 110-160 mmHg, diastole =
0
70-100 mmHg.
Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50-100 kali/menit.
Hemoglobin perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram.
Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umur donor.
C. Orang yang tidak boleh menjadi pendonor darah
Pernah menderita hepatitis B
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontrak erat dengan penderita hepatitis.
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga
Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria atau profilaksis
Dalam jangka waktu dua minggu setelah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin
Transfusi Darah/Makalah Agama
vi
Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunasi rabies therapeutic
Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang
Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplatasi kulit
Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam
bulan sesudah
persalinan
Sedang menyusui
Ketergantungan obat
Alkoholisme akut dan kronis
Mengidap sifilis
Menderita tuberkulosis secara klinis
Menderita epilepsi dan sering kejang
Menderita penyakit kulit pada vena (pembulh darah balik) yang akan ditusuk
Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera
Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat beresiko tinggi mendapatkan
HIV/AIDS
(homoseks,
morfinis,
berganti-ganti
pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril)
Pengidap HIV/AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah
2.4. Keamanan Transfusi Darah
Menurut Palang Merah Indonesia (PMI), darah transfusi di Indonesia relatif aman dan bebas dari segala macam penyakit berbahaya. Setiap darah donor akan dilakukan pemeriksaan yang ketat sehingga jarang sekali seseorang mendapatkan penyakit dari darah donor. Masalah utama transfusi darah yang saat ini masih ada adalah kecelakaan akibat ketidak cocokan golongan darah. Meskipun angka kejadiannya boleh boleh dikatakan sangat kecil namun inkompabilitas transfusi darah ini beresiko menyebabkan penderita mengalami reaksi yang sangat serius dan mengancam nyawa.
Transfusi Darah/Makalah Agama
vii
Beberapa penderita mendonorkan darahnya beberapa minggu sebelum dioperasi. Jika dalam operasi dibutuhkan darah maka dia dapat menggunakan darahnya sendiri sehingga reaksi transfusi dapat dikurangi. Saat menerima darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi karena menganggap darah yang masuk adalah benda asing. Tubuh akan menolak darah yang masuk dan berusaha menghancurkannya. Namun, keadaan ini dapat dicegah dengan pemeriksaan golongan darah yang ketat sebelum dilakukan transfusi darah. Darah penerima dan darah donor dicocokkan golongan darahnya.
2.5. Hukum Islam
Al-Qur‟an dan sunnah tidak membahas masalah transfusi darah. Tetapi, menurut berbagai prinsip dan ajaran umum yang terdapat dalam sumbersumber orisinil islam, darah yang mengalir (dalam masfuh) selalu dianggap sebagai benda najis. Selain itu, islam melarang para pemeluknya untuk mengkonsumsi darah. Diantara makanan yang dikategorikan haram di konsumsi yang disebut dalam Al-Qur‟an adalah dan masfuh yang artinya arah yang mengalir, dan dalam firman Allah SWT dalam surat Al- An‟am:6 yang artinya: katakan (hai Muhammad): aku tidak menemukan dalam apa yang telah diwahyukan kepada ku sesuatu yang terlarang untuk dimakan oleh seorang yang ingin memakannya, kecuali daging bangkai, atau darah yang mengalir, dan daging babi. Transfusi darah (blood transfusi, bhs belanda), ialah memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya. Masalah transfusi darah Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara langsung kepada orang yang memerlukannya, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan pada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktuwaktu untuk menolong orang yang memerlukan. Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasittah menurut hukum islam. Maka agama islam melarang
Transfusi Darah/Makalah Agama
viii
mempergunakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan keterangan tentang haramnya mempergunakan darah, terdapat pada beberapa ayat yang dhalalahnya shahih. Antara lain berbunyi: Diharamkan “
bagimu (mempergunakannay) bangkai, darah, daging babi, daging hewan
yang disembelih bukan atas nama Allah”(Q.S. Al Maidah :3). Tetapi
bila
berhadapan
dengan
hajat
manusia
untuk
mempergunakannya dalam keadaan darurat, sedangkan sama sekali tidak ada bahan lagi yang dapat dipergunakaanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang maka najis itu boleh dipergunakannya hanya sekedar kebutuhan untuk
mempertahankan
kehidupan;
misalnya
seseorang
menderita
kekerungan darah karena kecelakaan, maka hal itu debolehkan dalam islam
untuk menerima darah dari orang lain, yang disebutnya “Transfusi Darah”. Hal tersebut, sangat dibutuhkan (dihajatkan) untuk menolong seseorang dalam keadaan darurat, sebagaiman keterangan Qaidah fiqhiyah yang
berbunyi: “Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum islam), baik bersifat umum maupun khusus”. Dan dalam kaidah Fiqhiyah selanjutnya yang berbunyi : Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan yang hajat(kebutuhan). Maksud yang terkandung dalam kedua Qaidah Fiqhiyah tersebut diatas adalah menunujukan bahwa islam membolehkan hal-hal yang bersifat makruh dan yang haram bila berhadapan dengan yang hajat dan darurat. Dan membolehkan transfusi darah untuk menyelamatkan pasien karena keadaan darurat yang tertentu. Akan tetapi kebolehannya hanya sebatas pada transfusi darah saja. Bila dalam keadaan darurat yang dialami oleh seseorang maka Agama islam membolehkan, tetapi bila digunakan untuk hal-hal yang lain maka agama islam melarangnya. Karena dibutuhkannya hanya untuk ditransfer kepada pasien saja. Hal ini sesuai dengan maksud Qaidah Fiqhiyah yang
berbunyi : ”Sesuatu yang dibolehkan karena keadaan darurat, (hanya diberlakukan) untuk mengatasi kesulitan tertentu” .1 Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai agama/kepercayaan, suku/bangsa tertentu, dan lain
Transfusi Darah/Makalah Agama
ix
sebagainya. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang dapat dihargai dan dianjurkan (recommanded/ mandub) oleh Islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 32 :
... .....
Dan Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya.
Adapun dalil syar‟i yang biasa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi darah tanpa mengenal batas agama dan lain sebagainya, berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang berbunyi:
Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali yang mengaramkannya.
Jadi, boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non-muslim (katolik, hindu, dan sebagainya), dan sebaliknya demi menolong dan memuliakan/ menghormati harkat dan martabat manusia (human dignity). Namun untuk memperoleh maslahah dan menghindari mafsadah (bahaya/resiko), baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu transfusi darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan kedua-duanya, terutama kesehatan donor darah harus benar0benar bebas dari penyakit menular yang dideritanya, seperti AIDS. Jelaslah, bahwa persyaratan dibolehkannya transfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi, karena adanya kaidah-kaidah hukum Islam sebagai berikut: 1.
aynlasiM .(hagecid) nakgnalihid surah uti ayahaB aynitra , bahaya kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.
Transfusi Darah/Makalah Agama
x
2.
, artinya Bahaya itu itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain (yang lebih besar bahayanya). Misalnya seorang yang memerlukan transfusi darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh menerima darah orang yang menderita AIDS , sebab bisa mendatangkan bahaya yang lebih fatal.
3.
, artinya Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan tidak boleh membuat mudarat kepada orang lain. Misalnya sseorang pria yang impoten atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh. Adapun hubungan antara donor dan resipien, adalah bahwa transfusi
darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam AnNisa:23, yaitu: 1. Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung, dan sebagainya. 2. Mahram karena adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya. 3. Mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan sebagainya. Kemudian pada ayat berikutnya, (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh hukum Islam. Selain, masalah hukum donor dan transfusi darah, di lapangan juga muncul praktik jual beli darah baik dilakukan secara resmi oleh pihak PMI maupun ilegal oleh oknum. Bahkan tidak jarang secara personal terjadi transaksi jual-beli darah.
Transfusi Darah/Makalah Agama
xi
Mengingat semua jenis darah termasuk darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir, kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti kotoran hewan untuk keperluan rabuk. Menurut mazhab Hanafi dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan. Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis di samping bukan termasuk barang yang dibolehkan untuk diperjualbelikan karena termasuk bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjualbelikan, karena bertentangan dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa sesama manusia. Karena itu, seharusnya jual beli darah manusia itu dilarang, karena bertentangan dengan moral agama dan norma kemanusiaan. A. Penolakan terhadap transfusi darah
Menurut pandangan almarhum Mufti Syafi transfusi darah merupakan sesuatu yang haram karena:
Darah sebagai bagian dari tubuh manusia, maka pengambilan dan pentransfusiannya kedalam sistem darah orang lain bisa disamakan dengan upaya mengubah takdir manusia, oleh karenanya dilarang.
Darah sebagai benda najis, darah yang diambil dari tubuh seseorang pada dasarnya najis.
B. Kelenturan peraturan hukum beberapa tokoh 1) Menurut Mufti Syafi
Mufti Syafi menetapkan bahwa dengan mempertimbangkan kelonggaran dan kemudahan yang diberikan syariat kepada kondisikondisi luar biasa yaitu yang mengancam jiwa, bagi upaya pengobatan, maka transfusi darah hukumnya boleh (jaiz). Mufti Syafi menerangkan bahwa darah diambil dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubuh manapun lalu di transfusikan ke dalam tubuh orang lain untuk memperpanjang hidupnya. Selain itu berpendapat juga bahwa meskipun darah termasuk benda najis, namun
Transfusi Darah/Makalah Agama
xii
mendonorkan darah untuk di transfusikan pada orang lain hukumnya boleh atas dasar keterdesakan, hal ini termasuk dalam kategori memanfaatkan benda terlarang sebagai obat. Ketentuan-ketentuan pembolehan transfusi darah:
Transfusi darah hanya boleh dilakukan jika ada kebutuhan mendesak untuk itu
Tranfusi darah boleh dilakukan ketika tidak membahayakan kondisi di pasien tetapi, dalam pandangan dokter yang berkompeten pasien tidak mungkin disembuhkan tanpa transfusi darah.
Jika memungkinkan, lebih baik untuk memilih cara yang tidak melibatkan transfusi darah
Transfusi darah tidak diperbolehkan jika tujuannya hanya utnuk peningkatan kesehatan
2) Menurut Syeh Ahmad Fahmi Abu Sinnah
Pengambilan darah dari tubuh donor yang pentransfusinya ke dalam tubuh resifien sama seklai tidak merusak martabat manusia malah sebaliknya, karena menolong sesama manusia adalah sesuatu yang mulia apalagi menolong orang yang terancam jiwanya. Syaratsyarat yang harus dipenuhi yaitu:
Donor secara ikhlas berniat mendonorkan darahnya
Tidak ada bahaya serius yang mengancam jiwa atau kesehatan donor akibat transfusi darah
Harus sudah dipastikan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa resifien kecuali dengan transfusi itu
Derajat keberhasilan ,melalui pengobatan tersebut diperkirakan tinggi
3) Menurut Dr. Abd Al-Salam Al-Syukri
Transfusi darah merupakan praktik yang diperbolehkan dan bergantung pada hal-hal berikut:
Donor tidak boleh menuntut imbalan finansial dalam bentuk apapun.
Transfusi Darah/Makalah Agama
xiii
Hidup donor sama sekali tidak terganggu setelah darah tidak diambil dari tubuhnya.
Donor harus bebas dari segala macam penyakit menural,dan tidak menderita kecanduan sesuatu.
4) Menurut Syeh Jad Al-Haqq
Syariat memperbolehkan mengambil manpaat dari tubuh seseorang seperti darah dan mnstranfortakan darah ke tubuh orang lain untuk pengobatan,dengan syarat bahwa tidak ada cara pengobatan lain yang bisa d tempuh.
C. Jenis-jenis pendonor dan hukumnya
Richard M. Titmus, mengidentifikasi delapan tipe donor.Ringkasan mengenai masing-masing tipe donor berikut ini akan memperkuat pandangan tersebut,antara lain:
Donor bayaran: motif utama donor tipe ini adalah sekedar menjual darahnya dengan harga pasaran. Ia melakukannya sebagai alternatif
untuk mendapatkan uang. Donor propessional: orang yang memang terdaftar sebagai donor,dan menyumbangkan darahnya secara rutin.Disamping di bayar,mereka tiap minggu atau tiap bulan juga mereka menerima kompensasi berupa suplemen zat besi harian.
Donor yang dibayar dan dibujuk: donor ini di bayar atas derma darah yang telah ia berikan.donor darah yang ia lakukan bukan karena dorongan pribadi,melainkan karena desakan kelompok di tempat ia kerja atau di masyarakat.
Donor bayar hutang: orang yang telah menerima transfusi darah dan diharuskan mengganti apa yang telah ia terima itu dengan darah atau uang.
Donor kredit keluarga: orang yang setiap tahunnya mendonorkan satu pint(0,568 liter) darahnya untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan darah bagi diri dan keluarganya di masa yang akan datang.
Transfusi Darah/Makalah Agama
xiv
Donor wajib sukarela: Para tentara dan penghuni penjara.Para tentara biasanya
diwajibkan
secara
sukarela
menyumbangkan
darahnya.Sebagai imbalannya,mereka dibayar atau bisa juga di eri imbalan lain seperti cuti tambahan.Para penghuni penjara juga dibayar atas darah yang mereka sumbangkan dan kadang-kadang mereka juga diberi remisi hukuman.
D. Hukum Mempergunakan Darah (Transfusi Darah)
Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasittah menurut hukum islam. Maka agama islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan keterangan tentang haramnya mempergunakan darah, terdapat pada beberapa ayat yang dhalalahnya shahih. Antara lain berbunyi: daging
“
Diharamkan bagimu (mempergunakannay) bangkai, darah,
babi,
daging
hewan
yang
disembelih
bukan
atas
nama
Allah”(Q.S. Al Maidah :3). Tetapi
bila
berhadapan
dengan
hajat
manusia
untuk
mempergunakannya dalam keadaan darurat, sedangkan sama sekali tidak ada bahan lagi yang dapat dipergunakaanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang maka najis itu boleh dipergunakannya hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan; misalnya seseorang menderita
kekerungan
darah
karena
kecelakaan,
maka
hal
itu
debolehkan dalam islam untuk menerima darah dari orang lain, yang
disebutnya
“Transfusi
Darah”.
Hal
tersebut,
sangat
dibutuhkan
(dihajatkan) untuk menolong seseorang dalam keadaan darurat,
sebagaiman keterangan Qaidah fiqhiyah yang berbunyi: “Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum islam),
baik bersifat umum maupun khusus”. Dan dalam kaidah Fiqhiyah selanjutnya yang berbunyi : Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan yang hajat(kebutuhan). Maksud yang terkandung dalam kedua Qaidah Fiqhiyah tersebut diatas adalah menunujukan bahwa islam membolehkan hal-hal yang
Transfusi Darah/Makalah Agama
xv
bersifat makruh dan yang haram bila berhadapan dengan yang hajat dan darurat. Dan membolehkan transfusi darah untuk menyelamatkan pasien karena keadaan darurat yang tertentu. Akan tetapi kebolehannya hanya sebatas pada transfusi darah saja. Bila dalam keadaan darurat yang dialami oleh seseorang maka Agama islam membolehkan, tetapi bila digunakan untuk hal-hal yang lain maka agama islam melarangnya. Karena dibutuhkannya hanya untuk ditransfer kepada pasien saja. Hal ini sesuai dengan maksud Qaidah na keadaan Fiqhiyah yang berbunyi :”Sesuatu yang dibolehkan kare
darurat, (hanya diberlakukan) untuk mengatasi kesulitan tertentu”.
E. Hukum Jual Beli Darah
Imam Abu Hanifah dan Zahiri membolehkan menjual-belikan benda najis yang ada manfaatnya, seperti kotoran hewan seperti serbuk. Secara analogis mazhab ini membolehkan jual beli darah karena besar manfaatnya bagi manusia untuk keperluan transfusi darah untuk keperluan operasi dan sebagainya.
Namun Imam Syafi‟i mengharamkan jual beli benda najis termasuk darah . Ayat Al-Qur‟an menyatakan secara tegas bahwa darah termasuk benda yang diharamkan. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3
yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”. (QS. Al Maidah ayat 3). Dalam dua buku yang saya baca teradapat silang pendapat mengenai jual beli darah. Silang tersebut dari pendapat Prof.. Drs. H. Marzuki Zuhdi dan Drs. H. Mahyudin, M.Pd.I. menurut pendapat Prof. Drs. H. Marzuki Zuhdi mengatakan bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis disamping bukan termasuk barang yang dibolehkan untuk diperjualbelikan karena termasuk bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjualbelikan, karena bertentangan dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa sesama manusia. Karena itu seharusnya jual beli
Transfusi Darah/Makalah Agama
xvi
darah manusi itu dilarang, karena bertentangan dengan moral agam dan Norma kemanusiaan. Menurut Drs. H. Mahyudin, M..Pd.I juga berpendapat tentang jual beli darag yang dilakukan oleh Tim medis itu bahwa dibolehkan oleh islam bila seseorang menerima bantuan darah dibebani biaya untuk administrasi dan imbalan jasa kepada dokter. Dengan cara pengumpulan dana dari pasien, berarti Yayasan atau Badan yang bergerak dalam pengumpulan darah dari para donor dapat menjalankan tugasnya dengan lancer. Sebab dana-dana tersebut dapat digunakan memenuhi kebutuhankebutuhan dalam tugas-tugas operasional yayasan atau badan tersebut termasuk gaji perawat, biaya peralatan medis dan perlengkapan lainnya. Tentu saja dana yang dipergunakan untuk biaya hidup para pegawai dan karyawan atau badan yang mengelolanya.
F. Hukum Menerima/Memberikan Darah Kepada Non Muslim
Bagi kalian atau saudara kalian yang pernah dirawat di Rumah Sakit yang mendapatkan bantuan darah, pernahkah kalian bertanya dalam
benak kalian “Darimana asal usul darah tersebut? Jika darah tersebut darah dari non muslim, Apakah kita boleh menerimanya? Ataupun kasus sebaliknya. Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai agama/kepercayaan, suku/bangsa tertentu, dan lain sebagainya. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang dapat dihargai dan dianjurkan oleh Islam sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 32 yang berbunyi :Barang siapa yang memelihara
kehidupan
seorang
manusia,
maka
seolah-olah
ia
memelihara kehidupan manusia semuanya.
Adapun dalil syar‟i yang biasa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi darah tanpa mengenal batas agama dan lain sebagainya, berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang berbunyi:
Transfusi Darah/Makalah Agama
xvii
Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali yang mengaramkannya. Jadi, boleh saja mentransfusi darah seseorang untuk orang non muslim dan sebagainya demi menolong dan memuliakan/menhormati harkat dan martabat manusia (human dignity).
Transfusi Darah/Makalah Agama
xviii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Transfusi Darah adalah proses penyaluran darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsiny organ pembentuk sel darah merah.
Melakukan
transfusi
darah
hukumnya
diperbolehkan,dengan
memperhatikan beberapa syarat yang harus dipenuhi.Adanya bank darah
untuk persediaan hukumnya boleh(jai‟z). Pemberiaan transfusi darah antar agama juga diperbolehkan.
3.2. Saran
Bagi anda yang ingin melakukan transfusi darah baik sebagai donor ataupun resepien harus mengikuti syarat yang telah ditentukan.Baik menurut agama atau medis,hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Transfusi Darah/Makalah Agama
xix
MAKALAH AGAMA
TRANSFUSI DARAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama
Disusun oleh; Kelompok 4 Reguler 4
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI 2010
Transfusi Darah/Makalah Agama
xx
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/hukum-transfusidarah.htm http://idewi.blogspot.com/2010/06/makalah-transfusi-darah-dan-hukum.html
Transfusi Darah/Makalah Agama
xxi