LAPORAN TAHUNAN 2017 RAWAT INAP ANAK RSUD PESANGGRAHAN
Disusun oleh :
TIM RAWAT INAP ANAK
RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
“Laporan
Tahunan 2017 Rawat Inap Anak
RSUD Pesanggrahan ”. Laporan ini disusun sebagai salah tanggung jawab ruangan untuk
melaporkan kondisi unitnya. Penulis menyadari bahwa dalam pelaporan ini masih jauh dari sempurna, Untuk itu penulis akan sangat menghargai segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan pembuatan makalah yang akan datang. Ucapan terima terim a kasih kami sampaikan kepada drg. Endah Kartika Dewi selaku direktur RSUD Pesanggrahan dan teman-teman perawat rawat inap Anak lantai 3. Akhirnya penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca lainnya untuk melakukan perubahan lebiha baik khusus ruang rawat inap Anak RSUD Pesanggrahan.
Jakarta, Januari 2018
Tim Rawat Inap Anak
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
“Laporan
Tahunan 2017 Rawat Inap Anak
RSUD Pesanggrahan ”. Laporan ini disusun sebagai salah tanggung jawab ruangan untuk
melaporkan kondisi unitnya. Penulis menyadari bahwa dalam pelaporan ini masih jauh dari sempurna, Untuk itu penulis akan sangat menghargai segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan pembuatan makalah yang akan datang. Ucapan terima terim a kasih kami sampaikan kepada drg. Endah Kartika Dewi selaku direktur RSUD Pesanggrahan dan teman-teman perawat rawat inap Anak lantai 3. Akhirnya penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca lainnya untuk melakukan perubahan lebiha baik khusus ruang rawat inap Anak RSUD Pesanggrahan.
Jakarta, Januari 2018
Tim Rawat Inap Anak
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................... ................................................................ ................................. ........... ………..…….1
A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ................................. ........... ……………...1 ……………...1 B. Visi, misi ........................................... ................................................................. ......................................... ................... ……………. 1
BAB II
GAMBARAN UMUM TEORITIS RANAP INAP ANAK .......... ……………..3
A. Kondisi Teoritis Rawat Inap Anak ......................................... ............................................. .... ……………. 3 B. Gambaran Sarana Prasarana ………… ....................................... ....................................... …....………...4 …....………...4 C. Gambaran Ketenagaan Unit ............................................. ........................................................ ........... …………... 15
BAB III
RAWAT INAP ANAK RSUD PESANGGRAHAN ..................... …………... 19
A. Struktur Organisasi .......................................... ................................................................. .......................... ... …………... 19 B. Job Deskripsi Perawat .......................................... ................................................................ ...................... …………... 20
BAB IV
LAPORAN KUNJUNGAN PASIEN ............................................ ............................................ …………... 32
A. Rekapitulasi Statistik Bulanan ........................................... ................................................... ........ …………... 32 B. BOR (Bed Cccupancy Rate) ........................................... ...................................................... ........... …………. .. …………. .. 46 C. Tabel Jumlah Pasien BPJS dan Umum ...................................... ...................................... …………... 52 D. Diagram Jumlah J umlah Pasien BPJS dan Umum .................................. .................................. …………... 56 E. Tabel dan Diagram Bulanan Bula nan 10 Besar Penyakit Rawat Inap ………………. ……………… . 60 F. Diagram 10 Besar Penyakit Rawat Inap Tahun 2016 …………………….... ……………………... . 74
BAB V
PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN RAWAT INAP ............................................... ..................................................................... ................................. ........... 75
A. Perencanaan Pelatihan ............................ .................................................. ..................................... ............... 75 B. Kendala dan Harapan .............................................................. .................................................................. .... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : (1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; (2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit; (3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; (4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Pesanggrahan pada awalnya merupakan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Dibangun awal tahun 2002 di area lokasi seluas 2566 m² dan mulai beroperasi tahun 2003. Sejak awal tahun 2002 hingga kini banyak mengalami perubahan dan kemajuan pesat. Sekarang sudah berubah dari Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menjadi Rumah Sakit Umum Tipe D Kecamatan Pesanggrahan. Pada tahun 2015 bulan April launching Rumah Sakit Umum Pesanggrahan Tipe D dan sudah mulai pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Pada bulan Juni 2016 ruang rawat inap bangsal Anak dan ruang kohorting mulai dibuka perawatan dengan total bed 8 (6 bed untuk ruang bangsal anak dan 2 bed untuk ruang kohorting)
B. Visi, Misi
1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pesanggrahan a. Visi Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama yang memberikan pelayanan prima dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju Jakarta sehat untuk semua tahun 2017. b.Misi 1) Menyelenggarakan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien
2) Menjadikan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien 3) Meningkatkan sarana prasarana dan peralatan yang mendukung mutu pelayanan kesehatan 4) Mengembangkan potensi, kompetensi, etos dan budaya kerja, Sumber Daya Manusia agar selalu siap menghadapi perubahan serta meningkatkan kesejahteraan Sumber Daya Manusia 5) Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dan mengelola administrasi keuangan secara cepat dan akurat sesuai standar akuntansi keuangan 2. Visi dan Misi Ruangan Rwat Inap Anak a. Visi Menjadi Rawat Inap Anak di RSU Pesanggrahan yang memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada keselamatan pasien. b. Misi 1) Memberikan pelayanan asuhan keperawatan anak yang bermutu dengan tenaga perawat yang profesional 2) Melakukan asuhan keperawatan anak dengan penuh empati dan tanggung jawab 3) Meningkatkan komunikasi terapeutik kepada pasien dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan
BAB II GAMBARAN UMUM TEORITIS RAWAT INAP ANAK
A. Kondisi Teoritis Rawat Inap Anak
Untuk menciptakan ruang perawatan yang nyaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Suhu Suhu ruangan yang memnuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25°C. 2. Pencahayaan Cahayan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a. Cahaya alami Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri bakteri patogen di dalam ruangan (Notoatmodjoyo, 2003). Penggunaan jendela untuk memasukkan cahaya alami juga berguna sebagai ventilasi udara. b. Cahaya Buatan Index pencahayaan untuk ruang rawat inap adalah 100-200 lux pada saat pasien tidak tidur dan maksimal 50 lux pada saat pasien tidur (Kepmenkes 1204). 3. Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara (Depkes RI, 1989). Menurut indikator pengawasan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam ruangan 40-60%. 4. Ketersediaan Ventilasi Fungsi ventilasi yang pertama adalah menjaga aliran udara di dalam ruangan tetap segar sehingga terjadi keseimbangan oksigen di dalam 18 ruangan dari bakteri-bakteri, terutama patogen. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan tetap di dalam kelembaban yang optimum. Ukuran ventilasi yang memenuhi standar kesehatan adalah 15-20% luas lantai ruang (Depkes RI, 2004). 5. Ketersediaan Air Air bersih berasal dari air PAM atau air tanah. Tujuan penyediaan air bersih adalah untuk tetap terjaga kebersihan ruangan. Ketersediaan air yang memenuhi standar kesehatan adalah 500 liter.
B. Gambaran Sarana Prasarana
1. Sarana yang Dibutuhkan a. R u a n g p a s i e n r a w a t i n a p Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan danpengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.Untuk tiap-tiap Rumah Sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit kepada pasiennya. b. Nurse Station (Ruang Pos Perawat) Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien. c. R u a n g K o n s u l t a s i Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya. d. R u a n g T i n d a k a n . Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun non-invasive. e. R u a n g a d m i n i s t r a s i . Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang rawat inap dengan dilengkapi loket/counter, meja kerja, lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom. Kegiatan administrasi meliputi : 1) Pendataan pasien 2) Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan tindakan bedah) 3) Rekam medis pasien. f. R u a n g D o k t e r . Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar istirahat/kamar jaga. Pada kamar kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furnitur. Sedangkan pada kamar istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
g. Ruang perawat. Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua pihak yang memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat segera diketahui untuk diambil tindakan terhadap pasien. h. R u a n g L o k e r Ruang ganti pakaian Dokter, perawat dan petugas rawat inap. i.
Ruang kepala rawat inap Ruang tempat kepala rawat inap melakukan manajemen asuhan dan pelayanan keperawatan, diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan.
j.
Ruang linen bersih Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan digunakan di ruang rawat
k. R u a n g l i n e n k o t o r Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah digunakan di ruang rawat inap sebelum di bawa ke ruang cuci (laundry) 1) S p o o l h o e k . 2) Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khusnya yang berupa cairan. Spoelhoek dalam bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal).Pada ruang spoelhoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau cuci tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap keluar/berada di luar area rawat inap ke arah koridor kotor. Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan IPAL. l.
Kamar mandi/Toilet. Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet yang bersih citra rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan baik. Terdiri dari toilet pasien dan toilet staf.
m. Pantry Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka yang ada di ruang rawat inap Rumah Sakit. n. G u d a n g b e r s i h Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan dan peralatan untuk keperluan ruang rawat inap o. G u d a n g k o t o r . Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan bekas pakai.
p. B a n g u n a n g e d u n g Adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan,di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya. 2. Prasarana yang Dibutuhkan a. Lokasi 1) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dannyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian darisarana penunjang rawat inap. 2) Bangunan rawat inap sebaiknya terletak jauh dari tempattempat pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator. b. Denah. 1) Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenishingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan 2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan 3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah 4) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang) 5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung 6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan 7) Alur petugas dan pengunjung dipisah c. P o s P e r a w a t ( N u r s e S t a t i o n ) . Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan efisien d. Lantai 1) Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga 2) Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang rata sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak bertumpuk, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar
3) Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung (hospital
plint),
agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang abu dan kotoran. e. L a n g i t - l a n g i t . Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran lain f. Pintu 1 ) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masingdengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebat 90 cm, dipasang kaca intai 2 ) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm 3 ) Pintu masuk kekamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat 4 ) Pintu kamar mandi pasien, harus terbuka ke luar kamar mandi 5 ) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar g. Kamar mandi 1) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset,
shower (pancuran air)
dan
bak cucitangan (wastafel) 2) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman ataustandar teknis yang berlaku 3) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiapkelas 4) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel) 5) Disediakan 1 (satu) Toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar,dengan persyaratan sesuai pedoman atau standar yang berlaku. h. J e n d e l a Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan cukup rapat. i. Sistem proteksi petir 1 ) Bangunan instalasi rawat inap yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harusdilengkapi dengan instalasi proteksi petir 2 ) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara
nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan instalasi rawat inap dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya
3 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004, sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. j . S i s t e m p r o t e k s i K e b a k a r a n 1 ) Bangunan instalasi rawat inap, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran
dengan
sistem proteksi pasif dan proteksi aktif 2 ) Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/ atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan instalasi rawat inap 3 ) Penerapan sistem proteksi aktifdidasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalambangunan instalasi rawat inap 4 ) Bilamana terjadi kebakaran di ruang rawat inap, peralatan yang terbakar harus segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang dimasukkan ke ruang rawat inap untuk mencegah terjadinya ledakan 5 ) Api harus dipadamkan di ruang rawat inap, jika dimungkinkan, dan pasien harus segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus dipasang diseluruh rumah sakit. Semua petugas harus tahu peraturan tentang caracara proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata letak kotak alarm kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam kebakaran 6 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, danpemeliharaan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif mengikuti : a ) SNI 03 – 3988 – 19950, atau edisi terakhir, Pengujian kemampuan pemadaman dan penilaian alat pemadam api ringan b ) SNI 03 – 1736 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung c ) SNI 03 – 1745 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung d ) SNI 03 – 3985 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
e ) SNI 03 – 3989 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung f ) Atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. k. S i s t e m k e l i s t r i k a n 1) S u m b e r d a y a l i s t r i k . Sumber daya listrik pada bangunan instalasi rawat inap anak, termasuk katagori “sistem kelistrikan esensial 2”, di mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik siaga untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal. 2) Jaringan a) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan pada kabel b) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik,menghindari bahaya-bahaya tersebut c) Sambungan listrik pada kotak hubung singkat harus diperoleh dari sirkuitsirkuit yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis. 3) Terminal a) Kotak Kontak (stop kontak)
Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan kontak tusuk pasangannya
Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak-kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan
Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan kritis, minimal 4 buah, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”.
b ) Sakelar Sakekar yang dipasang dalam sirkuit pencahayaan harus memenuhi SNI04 – 0225 – 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar teknis yang berlaku. c ) Pembumian Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien. d) P e r i n g a t a n Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas. Bahaya ini dapat dicegah dengan : (1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat inap.Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harusmempunyai kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih (2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem pembumian yang benar sebelum digunakan (3) Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan listrik yang tidak benar 4.1.5 Sistem gas medik dan vakum medik. l. Sistem ventilasi 1 ) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi Rawat
Inap
Anak,
harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya 2 ) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisikisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami 3 ) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat
4 ) Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip
penghematan energi dalam bangunan instalasi bedah 5 ) Ventilasi didaerah pelayanan kritis pasien harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dalam ruangan 6 ) Sepuluh kali pertukaran udara per jam di instalasi rawat inap anak, yang dianjurkan 7 ) Sistem ventilasi dalam instalasi rawat inap anak,harus terpisah dari sistem ventilasi lain di Rumah Sakit 8 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan instalasi Rawat Inap Anak, mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, Tata cara perancangansistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. m. S i s t e m S a n i t a s i Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inapharus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. 1) Sistem air bersih a) Sistem
air
bersih
harus
direncanakan
dan
dipasang
dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya b) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan c) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat inap harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan, sistem air bersih pada bangunan instalasi Rawat Inap Anak mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. 2) Sistem pembuangan air kotor dan/atau airlimbah a) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya
b) Pertimbangan jenis air kotor kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam pemilihan
sistem
pengaliran/pembuangan
dan
penggunaan
bentuk peralatan
yang dibutuhkan c) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan
pemeliharaan, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. 3) S i s t e m p e m b u a n g a n k o t o r a n d a n s a m p a h a) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dandipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya b) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan rehabilitasi medik, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah c) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan
dalam bentuk
penempatan
pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya. d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan
pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan instalasi bedah mengikuti pedoman dan standar teknis lainyang berlaku. 4) S i s t e m p e n y a l u r a n a i r h u j a n a)
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota
b)
Setiap bangunan instalasi bedah dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan
sistem penyaluran air hujan c)
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d)
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang
e)
Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya
endapan
dan penyumbatan pada saluran f)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,dan pemeliharaan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
n. Sistem pengkondisian udara 1 ) Untuk mendapatkan
kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan
instalasi
bedah, pengelola bangunan instalasi rawat inap harusmempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara 2 ) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan : a) Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan,
dan
penggunaan bahan bangunan b ) kemudahan pemeliharaan dan perawatan c ) Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan. 3) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan. Kelembaban relatif yang tinggi harus dipertahankan; dan 60% yang dianjurkan. Untuk lokasi anestesi mudah terbakar tidak kurang dari 50% 4) Uap air memberikan suatu medium yang relatif konduktif, yang menyeba bkan muatan
listrik
statik
bisa
mengalir
ke
tanah
secepat
pembangkitannya. Loncatan bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatif yang rendah 5) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 68°
sampai
80°F
(20°
C
sampai 26°C) 6) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang tertentu 7) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur 8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan instalasi Rawat Inap Anak, mengikuti SNI 03
– 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
o. Kebisingan 1 ) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan instalasi rawat
inap,
pengelola
bangunan
instalasi
rawat
inap
harus
mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi rawat inap maupu diluar bangunan instalasi rawat inap 2 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap
kebisingan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku p . Getaran 1 ) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan
instalasi
Rawat Inap Anak, pengelola bangunan instalasi Rawat Inap Anak harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan instalasi Rawat Inap Anak maupun diluar bangunan instalasi rawat inap Anak 2 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap
getaran pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku q. Sarana evakuasi 1) Setiap bangunan Rumah Sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat 2) Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu exit, dan jalur evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan kondisi pengguna bangunan Rumah Sakit, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman 3) Sarana pintu exit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas
4) Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi
mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
r. Aksesibilitas 1) Setiap bangunan Rumah Sakit
harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan Rumah Sakit serta beraktivitas dalam bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri 2) Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, tangga, dan lift bagi penyandang cacat dan lanjut usia 3) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan ketinggian bangunan Rumah Sakit 4) Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku
C. Gambaran Ketenagaan Unit – Cara Menghitung Ketenagaan Perawat di RS
1. Hitungan
dengan
menggunakan
formula (misal
formula
PPNI)
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat Indonesia masih 75%. Contoh : Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata pasien yang dirawat: Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang
Jawaban: Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan : Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jam Partial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jam Total Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam
Total Jam asuhan = 11,25 + 42,5 + 36,25 = 90 jam/20 pasien Rata-rata jam asuhan = 4,5 jam Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah TP=((4,5 x52x7x20)/(1640 jam) ) x 125% = 24,9 orang perawat Dibulatkan menjadi 25 orang perawat pelaksana Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pela yanan tetapi terdapat aspek lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam melaksanakan Asuhan. 2. Metode Douglas Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah Pasien 1 2 3 dst
Pagi 0,17 0,34 0,51
Minimal Sore Malam 0,14 0,07 0,28 0,14 0,42 0,21
Klasifikasi KLien Parsial Pagi Sore Malam 0,27 0,15 0,10 0,54 0,30 0,20 0,81 0,45 0,30
Pagi 0,36 0,72 1,08
Total Sore 0,30 0,60 0,90
Malam 0,20 0,40 0,60
Contoh kasus: Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 Jumlah secara keseluruhan perawat perhari
Total 0.36 x 6 = 2.16 0.3 x 6 = 1.8 0.2 x 6 = 1.2
Jumlah 4.83 (5) orang 3.42 (4) orang 2.21 (2) orang 11 Orang
3. Metode Gillies Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah sebagai berikut: Prinsip perhitungan rumus Gillies: Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah: a. Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah: keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam, keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam, keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam. b. Waktu keperawatan tidak langsung Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari Menurut Wolfe & Young (Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien d. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 % Jumlah tempat tidur x 365 hari e. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari f.
Hari
libur
masing-masing
perawat
per
tahun,
yaitu:
73
hari
(hari minggu/libur = 52 hari) untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari.
g. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari) h. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ) i.
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % Contoh Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total) Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6 hari/minggu) jadi jumlah jam kerjaperhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari Jumlah hari libur: 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Ø Jumlah jam keperawatan langsung - Ketergantungan minimal
= 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial
= 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total
= 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam
= 63 jam
Ø Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam Ø Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari : 63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari 17 orang Jadi,, 1.
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 4,96 x 17 x 365 (365 – 73) x 7
= 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang ) 2044
2.
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3.
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18
orang/hari Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
BAB III RAWAT INAP ANAK RSUD PESANGGRAHAN A. Struktur Organisasi
Direktur RSUK Pesanggrahan drg. Endah Kartika Dewi
Ka. Sie Pelayanan Medis Dr. Ni Putu Sunadi
Ka. Satpel Ranap & Ranap Khusus Dr. Kartika Radianti
Koord. Ranap Umum, Ranap Kebidanan, VK Dr. Vivid Klasmarianty
Kepala Ruangan Ns. Rena Nevada, SKep
PJ Alkes & Sarana/prasarana Br. Riski & Br. Hanif
PJ Kelengkapan Status & Klaim BPJS Lina
PJ Laporan Bulanan Entin
PJ ATK & Dokumen-dokumen Sinta
B. Job Deskripsi Perawat
1. Kepala Ruangan a. Perencanaan : 1)
Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.
2)
Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
3)
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
4)
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.
5)
Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
6)
Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
7)
Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan.
8)
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Pengorganisasian dan ketenagaan : 1)
Merumuskan metode penugasan keperawatan.
2)
Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
3)
Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas .
4)
Membuat rentang kendali diruang rawat.
5)
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal: membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
6)
Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.
7)
Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan
8)
Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
9)
Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
10) Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain. 11) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. c. Pengarahan : 1)
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2)
Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen.
3)
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
4)
Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
5)
Melalui supervisi: a) Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan langsung secara lisan dari ketua tim. b) Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan. c) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.
6)
Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
7)
Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas dengan baik.
8)
Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.
9)
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
10) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. d. Pengawasan : 1)
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien.
2)
Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
3)
Memberi umpan balik kepada ketua tim.
4)
Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
5)
Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
6)
Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan keperawatan.
7)
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
e. Gaya
kepemimpinan
yang
bisa
diterapkan:
demokratik,
pseudo demokartik, situasional, dll f. Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional
otokratik,
2. Kepala Tim a. Perencanaan 1)
Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama kepala ruangan.
2)
Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk anggota tim/pelaksana.
3)
Menyusun rencana asuhan keperawatan.
4)
Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
5)
Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah kedaruratan.
6)
Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
7)
Mengorientasikan pasien baru.
8)
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Pengorganisasian dan ketenagaan : 1) Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim. 2) Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan. 3) Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. 4) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain. 5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana. 6) Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada anggota tim/pelaksana. 7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. c. Pengarahan : 1) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana. 2) Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. 3) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. 4) Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
5) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan tugas atau membuat kesalahan. 6) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana. 7) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir kegiatan. 8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. d. Pengawasan : 1)
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.
2)
Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
3)
Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.
4)
Melalui evaluasi: a) Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun. b) Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan tugas. c) Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap. d)
Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
e) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut. f) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan g) 5)
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan:
demokratik, otokratik,
pseudo demokartik, situasional, dll 6)
Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional
3. Perawat Pelaksana a. Perencanaan : 1) Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah terima tugas. 2) Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
3) Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan. 4) Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan. 5) Menerima pasien baru. 6) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian b. Pengorganisasian dan ketenagaan: 1) Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim. 2) Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan. 3) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim. 4) Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain. 5) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana lainnya. 6) Melaksanakan asuhan keperawatan. 7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan. c. Pengarahan : 1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana. 2) Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan keperawatan. 3) Menerima pujian dari ketua tim. 4) Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas atau membuat kesalahan. 5) Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan. 6) Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan. 7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian. d. Pengawasan : 1) Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien. 2) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
BAB IV LAPORAN KUNJUNGAN PASIEN
BAB V PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN RAWAT INAP A. Perencanaan Pelatihan
1. BHD, PPGD dan/atau BTCLS 2. Manajemen Bangsal 3. CI (Clinical Instructure) 4. Pemasangan infuse 5. Therapi cairan 6. Perawatan Luka
B. Kendala dan Harapan :
1. Waktu jam besuk masih belum disiplin 2. Kurang sarana dan prasarana (Ruang Delima dan Rubby belum ada gorden pada jendela, heksos/blower di kamar mandi perawat tidak ada) 3. Perlunya teralis besi pada setiap jendela, karena berpotensi besar terjadinya KTD (mengancam nyawa, baik sengaja atau yang tidak disengaja) 4. SPO masih belum lengkap 5. Belum adanya SPO dan alat khusus untuk melakukan sterilisasi ruang Kohorting post op rawat penyakit infeksius tertentu 6. Adanya pemisahan ruang Kohorting dewasa dengan anak 7. Kurangnya fasilitas ruangan spoel hoek, sehingga penanganan limbah cair masih dibuang d kloset bahkan di tempat cuci piring pantry 8. Penempatan Handcsrub masih kurang/belum sesuai (di setiap bed pasien belum ada) 9. Tidak adanya playground pada bangsal anak, sehingga dapat membuat dampak hospitalisasi pada pasien anak akan semakin besar 10. Diadakan check up kesehatan berkala dan pengobatan bagi perawat, mengingat resiko tinggi petugas kesehatan/perawat terpapar virus kuman infeksi nasokomial 11. Meningkatkan kerja sama dengan security perihal jam besuk ruang rawat inap, dengan melakukan penjagaan standby Security di Lantai 3 12. Mendapatkan fasilitas tanggungan BPJS pensiun/hari tua 13. Dibutuhkan meja untuk tempat makan di ruang Perawat 14. Pengadaan wastafel untuk cuci tangan perawat